Anda di halaman 1dari 16

MODUL AJAR

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM SIRKULASI PADA MANUSIA

oleh:
Kelompok 8:
1. Eka Saputri (4401420026)
2. Desy Fatmawati (4401420027)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
A. Fungsi Sistem Sirkulasi Darah
Sistem sirkulasi merupakan bagian dari sistem transport dalam tubuh. Proses
transport merupakan proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh dan
pengangkutan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh untuk dikeluarkan dari dalam
tubuh. Sistem sirkulasi pada manusia berperan dalam mengedarkan oksigen dan sari-
sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut CO2 ke paru-paru , mengembalikan sisa-
sisa metabolisme ke ginjal untuk disekresikan, menjaga suhu tubuh, serta
mengedarkan hormon-hormon untuk melaksanakan fungsi-fungsi tubuh hingga
tercapainya suatu kondisi seimbang dalam tubuh (homeostasis).
B. Struktur Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi darah pada manusia disusun oleh darah, pembuluh darah, dan
jantung. Darah memegang peranan dalam mengangkut dan mengedarkan bahan-bahan
yang akan diedarkan keseluruh tubuh dan ataupun bahan-bahan yang akan
diendapkan, pembuluh darah berperan sebagai saluran untuk mengarahkan dan
mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan mengangkutnya kembali ke
jantung, dan jantung berperan dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
C. Mekanisme Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah pada manusia dilakukan oleh jantung dan pembuluh darah yang
merupakan bagian dari sistem kardiovaskuler. Jantung memompa darah ke seluruh
tubuh melalui sistem tertutup pembuluh darah. Sistem peredaran darah manusia
dinamakan sistem peredaran darah tertutup hal ini karena darah yang beredar selalu
terjadi dan melalui pembuluh darah dan dinamakan juga sistem peredaran darah
ganda karena darah masuk ke jantung sebanyak dua kali dalam satu kali peredaran
darah (Porsche et al., 2019).
Mekanisme sirkulasi darah pada manusia dapat terjadi melalui dua mekanisme
yaitu sistem peredaran darah kecil dan sistem peredaran darah besar. Sistem peredaran
darah kecil mengangkut darah dari jantung ke paru-paru lalu kembali lagi ke jantung,
sedangkan peredaran darah besar mengangkut darah dari jantung ke seluruh tubuh
lalu kembali ke jantung.
(sumber:hartanaedu.my.id)
Gambar 1.Mekanisme sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonalis

Sirkulasi pulmonalis dimulai ketika darah yang terdeoksigenasi yang berasal


dari seluruh tubuh dialirkan melalui vena cava superior dan vena cava inferior
kemudian ke atrium kanan menuju ventrikel kanan lalu meninggalkan jantung kanan
melalui arteri pulomonalis menuju paru-paru kanan dan kiri. Di dalam paru-paru
darah mengalir ke kapiler paru yang kemudian terjadi pertukaran zat dan cairan di
dalamnya sehingga menghasilkan darah yang teroksigenasi. Darah yang teroksigenasi
kemudian dialirkan melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri dan kemudian
memasuki ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis. Darah dari ventrikel kiri
kemudian masuk ke aorta untuk dialirkan ke seluruh tubuh (melalui peredaan darah
sistemik).
Sirkulasi sistemik dimulai ketika darah yang mengandung banyak oksigen
yang berasal dari paru dipompa keluar oleh jantung melalui ventrikel kiri menuju
aorta selanjutnya keseluruh tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh
darah yang diameternya paling kecil (kapiler). Ujung kapiler yang membawa darah
teroksigenasi disebut arteriole, sedangkan ujung kapiler yang membawa darah yang
terdeoksigenasi dinamakan venule, terdapat hubungan antara arteriole dan venule
“capillary bed” yang bentuknya menyerupai anyaman. Darah dari arteriole mengalir
ke venule hingga ke vena besar (vena cava superior dan vena cava inferior) dan
kembali lagi ke serambi kanan. Darah dari serambi kanan kemudian memasuki
ventrikel kanan dengan perantara katup trikuspidalis.
D. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah
Pembuluh darah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jantung,
keduanya saling bekerja sama dalam melakukan sistem sirkulasi darah dalam tubuh.
Sebelum membahas lebih jauh terkait pembuluh darah, alangkah baiknya diketahui
dan dipelajari terlebih dahulu struktur jantung, ruang jantung, serta siklus jantung.
Jantung merupakan organ tubuh yang berotot dan berongga yang memiliki peran
utama untuk mengedarkan darah serta sari-sari makanan ke seluruh bagian-bagian
tubuh. Jantung (cor) memiliki ukuran yang bervariasi tergantung pada ukuran tubuh
manusia. Jantung manusia terletak pada rongga dada tepatnya pada bagian
mediastinum yang terletak diantara paru-paru di balik tulang dada (sternum). Bagian
dasar jantung lebih sempit dibanding bagian atas jantung yang lebih lebar.

(sumber: http://www.healthywa.wa.gov.au/)
Gambar 2. Penampakan jantung manusia (kiri) dan posisi jantung di dalam tubuh

Jantung dilapisi oleh suatu lapisan yang dinamakan pericardium. Pada rongga
pericardial dihasilkan suatu cairan yang dinamakan pericardium serosa yang berperan
sebagai pelumas jantung dan mengurangi jantung gesekan pada jantung ketika
berdenyut. Jantung juga memiliki dinding yang berlapis-lapis. Dinding jantung
terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan epicardium, miocardium, dan
endocardium. Epicardium merupakan lapisan terluar dari dinding jantung yang
tersusun dari epitel squamosa. Endocardium merupakan lapisan terdalam dari
dinding jantung yang memiliki endothelium yang terbentuk oleh squamosa di bagian
atas lapisan tipis jaringan areolar, namun pada endocardium tidak memiliki jaringan
adiposa. Miokardium terletak diantara epicardium dan endocardium yang tersusun
oleh otot jantung. Lapisan miokardium inilah yang merupakan lapisan tebal dan
lapisan yang melakukan kerja jantung. Ketebalan bervariasi antara satu ruang dengan
ruang yang lain tergantung pada ringan/beratnya aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang. Dinding arteri lebih tebal dibanding dinding ventrikel hal ini karena kerja
arteri memompa darah ke seluruh tubuh, namun ventrikel hanya memompa darah
sampai paru-paru saja.

(sumber: pinterest.com)
Gambar 3. Struktur pericardium dan dinding jantung

bagian dinding jantung tepatnya antara ventrikel, cincin fibrosa sekitar katub, dan
dalam lembaran jaringan yang menghubungkan cincing fibrosa terdapat kerang
berserat kolagen yang elastis. Kerangka berserat ini memiliki beberapa fungsi
diantaranya: 1) menyediakan dukungan struktural untuk jantung terutama bagian
sekitar katup dan bukaan pembuluh besar; menjaga lubang tetap terbuka dan
mencegah peregangan yang berlebihan ketika adanya lonjakan aliran darah, 2)
sebagai nonkonduktor listrik yang berfungsi sebagai isolasi listrik antara atrium dan
ventrikel, sehingga atrium tidak dapat merangsang langsung ventrikel, dan 3)
elastisitas dari kerangka berserat kolagen dapat membentu mengisi jantung dengan
darah setiap denyut.
Jantung memiliki empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan, dan ventrikel kiri. Diantara atrium kanan dan vetrikel kanan terdapat katup
trikuspidalisyang berperan mencegah agar darah dalam ventrikel kanan tidak masuk
kembali ke atrium kanan. Katup bikuspidalis terletak diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri, katup ini berperan mencegah darah dalam ventrikel kiri tidak mengalir
kembali ke atrium kiri. Untuk menghindari terjadinya aliran balik darah dari aorta ke
ventrikel kiri dibatasi oleh katup semilunaris aorta. Katup seminularis pulmoner
berperan dalam mencegah terjadinya aliran balik darah dari arteri pulmoner ke
ventrikel kanan.

(sumber: https://medicastore.com)
Gambar 4. Struktur anatomi jantung
Siklus jantung mencakup kontraksi dan relaksasi. Fase kontraksi dikenal
sebagai sistol dan fase relaksasi dinamakan diastole. Ventrikel mengalami relaksasi
ketika atrium berkontraksi dan atrium relaksasi ketika ventrikel berkontraksi. Ketika
atrium dan ventrikel mengalami relaksasi diantara denyutan, darah mengalir ke atrium
dari vena besar yang mengarah ke jantung dan ke dalam ventrikel. Atrium kemudian
berkontraksi yang menyebabkan lebih banyak darah ke dalam ventrikel sehingga
ventrikel dipenuhi darah. Kemudian ventrikel berkontraksi dan menghasilkan tekanan
darah tinggi dalam ventrikel yang kemudian menutup kedua katup atrioventrikular
dan kemudian kedua katup semilunar terbuka dan darah dipompa ke dalam arteri
menuju jantung diikuti distol pada ventrikeli yang akhirnya memungkinkan katup
atriovertikel terbuka. Dalam waktu yang bersamaan katup semilunar saling mendekat
dikarenakan tekanan darah yang lebih besar dalam arteri.
Dinding arteri dan vena memiliki tiga lapisan yaitu 1) tunika interna (tunika
intim), 2) tunika media, dan 3) tunika externa (adventitia). Tunika interna
merupakan bagian dalam dari dinding pembuluh yang tersusun dari epitel squamosa
sederhana (endotelium) yang terletak yang terletak diatas memberan basal lapisan
tipis jaringan ikat. Endotelium ini berperan sebagai penghalang selektif permeabel
bagi bahan-bahan aktif yang akan masuk ke dalam pembuluh darah, mengeluarkan
bahan kimia yang akan merangsang pelebaran atau penyempitan kapal, serta menolak
sel darah dan trombosit agar tidakmenempel pada pembuluh darah. Tunika media
tersusun dari otot polos, kolagen, dan jaringan elastis. Tunika media berperan dalam
memperkuat pembuluh darah dan mencegah tekanan darah pecah serta perubahan
diameter pembuluh darah. Tunika externa (tunika adventitia) adalah lapisan terluar
yang tersusun dari jaringan ikat longgar yang menempel dengan pembuluh darah dan
saraf.

(sumber: https://materi.co.id/)
Gambar 5. Struktur anatomi dinding pembuluh darah arteri dan vena
Ada tiga jenis pembuluh darah yaitu arteri, vena, dan kapiler. Adapun perbedaan
ketiga jenis pembuluh darah tersebut sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan antara pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler

Tipe pembuluh darah Fungsi Struktur

Arteri mengangkut darah dari Dinding tebal guna


jantung ke kapiler di menahan tekanan darah
pembuluh darah

Vena mengangkut darah dari Dinding tipis, memiliki


kapiler di seluruh jantung banyak katup guna
kembali ke jantung mencegah darah kembali

Kapiler Pertukaran materi antara ukuran mikroskopis dan


pembuluh darah dan tersusun dari satu lapisan
jaringan endotelium

Arteri bercabang berulang kali menjadi kecil dan arteri yang paling kecil
kemudian membentuk arteri mikroskopis yang dinamakan arteriol. Dinding
arteriol terkecil hanya terdiri dari endotelium dan beberapa serat otot polos yang
mengelilinginya. Arteriol berperan penting dalam mengendalikan aliran darah dan
tekanan darah. Kapiler darah memiliki dinding yang tersusun dari endotelium
yang memungkinkan terjadinya pertukaran bahan antara darah di kapiler dan sel-sel
tubuh. Kapiler dapat ditemukan di jaringan otot dan jaringan saraf, namun tidak
ditemukan di jaringan tulang rawan, epidermis, lensa, dan kornea mata. Aliran darah
dalam kapiler dikendalikan oleh otot sfingter prekapiler yang berupa serat otot polos
yang melingkari dasar kapiler di persimpangan arteri-kapiler. Kontraksi sfingter akan
menghambat aliran darah ke jaringan kapiler tersebut, namun ketika relaksasi
membuat darah mengalir ke dalam jaringan kapiler untuk menyediakan oksigen dan
nutrisi untuk sel-sel jaringan. Darah yang mengalir melalui kapiler akan
memasuki vena terkecil yang disebut dengan venula. Beberapa kapiler akan akan
bersatu membentuk venula. Venula terkecil hanya tersusun dari endotelium dan
jaringan ikat, namun venula yang besar mengandung jaringan otot polos. Vena besar
yang terdapat di kaki dan tangan mengandung katup yang berperan dalam mencegah
aliran balik darah dan membantu kembalinya darah ke jantung.
Tekanan darah merujuk pada tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh. Tekanan darah umumnya ditunjukkan dengan angka 120/80 mmHg, nomor
120 menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung (sistole)
dan nomor 80 menunjukkan tekanan saat jantung berelaksasi (diastole). Tekanan
darah tinggi ketika di pagi hari dan ketika malam hari tekanan darah akan menurun.
Ketika seseorang tekanan darahnya tinggi melebihi batas normal (semisal saja 140/80
mmHg) maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut menderita tekanan darah tinggi.

E. Darah dan Hematopoiesis


Darah merupakan jaringan ikat dalam tubuh yang terdiri dari berbagai
jenis sel yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping
darah (trombosit) yang tergenang dalam suatu cairan yang dinamakan plasma
darah. Adanya aliran darah dalam pembuluh darah dapat menyebabkan zat-zat nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh tersebar merata sehingga sel-sel dalam tubuh dalam
menjalankan fungsinya dengan baik. Komposisi darah dalam tubuh terdiri dari 55%
plasma darah (air, ion, protein, nutrisi, hormon, dan elektrolit), 1% platelets dan sel
darah putih, dan 44% sel darah merah.
(sumber: https://www.khanacademy.org)
Gambar 6. Komponen penyusun darah dalam tubuh

Plasma darah merupakan komponen darah terbanyak dalam tubuh.


Plasma darah berperan sebagai media transportasi bagi sel-sel darah merah dan
trombosit. Komponen terbesar penyusun plasma darah adalah air dan sisanya berupa
za-zat terlarut seperti asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin, dan produk limbah
metabolisme tubuh). Protein plasma merupakan komponen zat terlarut terbesar
yang tersusun dari albumin, globulin, dan fibrinogen (protein pembeku darah).
Albumin memiliki peranan dalam menjaga keseimbangan air antaradarah dan cairan
interstitial serta mengikat bilirubin dan asam lemak dalam tubuh. Globulin terdiri dari
tiga macam yaitu alpha, beta, dan gamma yang mana masing-masing tipe tersebut
memiliki peran masing-masing. Alpha globulin berperan dalam mengangkut dan
mengedarkan hormon, beta globulin berperan dalam mengikat lemak, dan gamma
globulin berperan dalam membantu menjaga sistem ketahanan tubuh. Darah
memegang peranan yang sangat besar dalam tubuh diantaranya: 1) darah
mengangkut nutrisi, gas, dan produk limbah di dalam tubuh, 2) menjaga ketahanan
tubuh dari serangan patogen, 3) membantu menjaga sistem homeostasis tubuh, dan 4)
mencegah terjadinya pembekuan darah.
Sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh manusia kadarnya berbeda antara
laki-laki dan perempuan. Eritrosit pada laki-laki dewasa dalam 1 mm 3 sebesar 4,5 -
6,3 juta eritrosit, sedangkan pada wanita hanya mengandung 4,2 - 5,5 juta eritrosit.
Jumlah eritrosit pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, hal ini karena tingkat
metabolisme laki-laki lebih tinggi sehingga dibutuhkan lebih banyak oksigen untuk
keperluan metabolisme sel dalam tubuh. Eritrosit normal pada manusia berbentuk
bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikrometer. Bentuk eritrosit yang bikonkaf
menyebabkan eritrosit memiliki permukaan yang luas bagi difusi oksigen. Eritrosit
memiliki peran mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh serta
mengangkut karbondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru. Sepertiga bagian dari
eritrosit adalah haemoglobin yang membuat eritrosit berwarna merah dan
membantu mengedarkan gas dalam tubuh. Haemoglobin tersusun dari dua bagian
yaitu heme dan globin. Heme merupakan gugus nitrogenesa non protein yang
mengandung besi yang masing-masing terikat pada satu polipeptida, sedangkan
globin merupakan protein polipeptida yang strukturnya berlipat-lipat. Setiap atom
besi dapat berikatan secara reversible dengan satu molekul oksigen, jadi satu molekul
haemoglobin dapat mengangkut empat oksigen. Oksigen memiliki sifat kurang larut
dalam darah, dengan demikian 98,5% oksigen yang diangkut dalam darah terikat oleh
Hb.

(sumber: www.aboutkidshealth.ca)
Gambar 7. Struktur hemoglobin dalam eritrosit.

Leukosit (sel darah putih) memiliki struktur yang lebih besar dari
eritrosit dan memiliki inti sel. Kadar eritrosit dalam darah hanya berkisar 5-10 juta
per milimeter darah atau 7000/mm3 . Leukosit memiliki beberapa peran diantaranya
melakukan fagositosis terhadap pathogen, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-
sel kanker dalam tubuh, dan membersihkan sel-sel mati dalam tubuh. Leukosit
memiliki lima sel yang terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu granulosit
(neutrofil, eusinofil, dan basofil) dan agranulosit (monosit dan limfosit). Granulosit
adalah kelompok sel yang memiliki granula (lobus) pada bagian sitoplasma,
sedangkan agranulosit merupakan kelompok yang tidak memiliki granula (lobus)
pada sitoplasmanya (Adinugroho et al., 2019).
Neutrofil merupakan kelompok eritrosit yang komposisinya terbesar
sekitar 60-70 % dari total leukosit. Neutrofil memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya
memiliki 2-5 lobus, memiliki usia yang pendek, hanya dapat bertahan dalam aliran
darah selama 10 jam, dan berperan sebagai pertahanan pertama dan sebagai
pembersih debris. Neutrofil akan mati setelah menelan satu atau dua bakteri, namun
sebelum pecah neutrofil tersebut akan menarik neutrofil lainnya ke daerah yang
terdapat bakteri tersebut. Neutrofil yang telah mati akan bercampur dengan debris dan
mikroorganisme lain yang telah mati membentuk nanah.

(sumber: https://www.istockphoto.com)
Gambar 8. Penampakan neutrofil

Eosinofil memiliki ciri-ciri sebagai berikut bentuk selnya bulat, inti terdiri
dari dua lobus, memiliki banyak granula, dan kromatin berwarna ungu (Fauziah,
2020). Eosinofil berperan dalam mengurangi respon peradangan dengan
memproduksi enzim yang dapat merusak bahan kimia inflamasi yaitu histmin.
Eosinofil juga berperan dalam melepaskan bahan kimia beracun seperti oksida nitrat
dan enzim sitoksik yang menyerang parasit cacing seperti cacing pita, cacing kremi,
dan cacing tambang.

(sumber: https://www.orami.co.id/)
Gambar 9. Penampakan eosinofil dibawah mikroskop
Basofil berperan utama dalam reaksi allergen, inti selnya memiliki 2
lobus, serta granula berwarna ungu (Rahmayanti, 2021). Komposisi basofil lebih
kecil dibanding sel darah putih lainnya yaitu sekitar 0,5 % - 1 %. Basofil ukurannya
lebih kecil dari neutrofil dan eosinofil yaitu diameternya berkisar 8- 10 mikrometer
dan memiliki inti berbentuk U. Basofil dirangsang untuk melepaskan bahan kimia ke
dalam caian interstitial untuk meningkatan peradangan lokal yang diprakarsai oleh sel
mast.

(sumber: http://repository.unimus.ac.id/)

Gambar 10. Penampakan basofil di bawah mikroskop

Limfosit merupakan leukosit terkecil dan sedikit lebih besar dari eritrosit.
Beberapa ciri-ciri yang dimiliki limfosit yaitu memiliki inti yang besar dan sitoplasma
yang tipis. Limfosit sebagian besar terdapat pada kelenjar getah bening, limpa, tonsil,
nodul limfatik, dan timus. Limfosit menjalankan peran dalam imunitas tubuh.
Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit T akan
menyerang dan menghancurkan patoge serta perusakan sel-sel tumor, sedangkan
limfosit B berperan dalam menghasilkan antibodi yang akan menyerang bakteri
(Pohara, 2020).

(sumber: http://eprints.undip.ac.id/)

Gambar 11. Penampakan limfosit dilihat dari mikroskop

Monosit merupakan leukosit terbesar bisa mencapai dua hingga tiga kali
diameter eritrosit. Monosit memiliki inti besar yang jelas, berwarna violet, dan
bentuknya seperti ginjal. Monosit memiliki sitoplasma yang jarang mengandung
butiran halus. Selama tiga hari monosit akan tetap dalam sirkulasi darah,
meninggalkan sirkulasi, kemudian berubah menjadi makrofag dan bermigrasi melalui
berbagai jaringan. Makrofag akan memfagositosit bakteri, sel-sel mati, dan fragmen
sel.

(sumber: https://www.istockphoto.com)

Gambar 12. Penampakan monosit dilihat dari mikroskop

F. Kelainan Sistem Sirkulasi dan Darah


Beberapa kelainan yang menyerang sirkulasi darah pada manusia yaitu:
1. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan terhadap dinding
arteri cukup tinggi (Rizky et al., 2020). Hipertensi kerap dijuluki sebagai
‘silent killer” hal ini karena gejala hipertensi minim diketahui dan seringkali
tiba-tiba merengut nyawa penderitanya. Hipertensi disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya: 1) penyakit ginjal, 2) kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu, 3) obesitas, 4) banyak konsumsi alkohol, 5) kurang
gerak (terlalu banyak pasif), serta 6) stress. Gejala yang dialami seseorang
yang terkenda hipertensi yaitu 1) sakit kepala, 2) pendarahan di hidung, 3)
wajah kemerahan dan kelelahan, dan 4) bisa jadi mengalami penurunan
kesadaran.
2. Anemia (kekurangan darah)
Anemia merupakan suatu kondisi berkurangnya satu atau lebih
parameter sel darah merah, konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau
jumlah sel darah merah. Menurut WHO seseorang dikatakan terkena anemia
ketika kadar Hb berada di bawah 13 gram (laki-laki) dan 12 gram (wanita).
Gejala yang dialami penderita anemia diantaranya: 1) sesak nafas ketika
beraktivitas, 2) sesak nafas ketika beristirahat, 3) fatigue, 4) denyut nadi kuat,
5) jantung berdebar, 6) roaring in the ears, dan 7) mudah lelah. Ada beberapa
faktor penyebab anemia: 1) kekurangan nutrisi, 2) rendahnya trophic
hormone (untuk stimulasi produksi sel darah merah), dan 3) berkurangnya Fe
yang efektif untuk eritropoiesis karena berkurangnya absorbsi Fe yang efektif
dari traktus gastrointestinal.
3. Leukimia
Leukimia merupakan salah satu jenis kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh sumsum tulang. Leukimia biasanya diderita oleh
seseorang sejak masih kecil. Pada orang normal, sel darah putihnya akan akan
memproduksi ulang sel darah putih bila tubuh memerlukan. Tubuh manusia
akan memberikan tanda atau signal kapankah sel darah putih akan diproduksi
kembali. Pada penderita leukimia sel darah putih tidak merespon signal yang
diberikan tubuh. Akhirnya produksi sel darah tidak terkontrol yang kemudian
akan keluar dari sumsum tulang yang dapat ditemukan di jaringan perifer.
Penderita leukimia akan mengalami anemia, mudah terserang infeksi, dan
mengalami pendarahan (Ramatillah et al., 2019).
4. Aterosklerosis
Aterosklerosis sering disebut dengan pengerasan arteri. Pengerasan arteri
ini disebabkan oleh adanya plak (kolestrol, lemak, dan kalsium) menumpuk di
dinding arteri yang akhirnya dapat menghalangi aliran darah yang nantinya
dapat berakibat pada jantung koroner. Beberapa hal yang dapat memicu
munculnya plak yaitu merokok, kadar kolestrol, tekanan darah tinggi, dan
tingginya kadar gula dalam darah.
5. Serangan jantung
Serangan jantung terjadi ketika ketika jantung tidak mendapatkan pasokan
darah karena penyumbatan pada arteri. Adapun gejala yang dialami ketika
terkena serangan jantung 1) nyeri dada, 2) sesak nafas, 3) pusing, 4) keringat
dingin, 5) mual/muntah, dan 6) sakit perut. Serangan jantung dapat
diminimalisir dengan gaya hidup sehat seperti 1) memperbanyak makan
serat, 2) berolahraga secara teratur, 3) istirahat dan tidur yang cukup, 4)
mengelola stres dengan baik, dan 5) menjaga berat badan tetap ideal.

DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, M. O., Suwiti, N. K., & Kendran, A. A. S. (2019). Histomorfometri Sel
Darah Putih Agranulosit Bibit Sapi Bali Di Nusa Penida. Buletin Veteriner
Udayana, 21, 33. https://doi.org/10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p06

Fauziah, A. R. (2020). Perubahan Jumlah Leukosit Paska Pajanan Radiasi Sinar X


Dosis Rendah Pada Tikus Wistar Jantan (Rattus norvegicus).

Oehadian, A. (2012). Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. 39(6), 407–412.

Ramatillah, D. L., Lucyanawati, S., & Pangestu, A. A. (2019). Edukasi dan Deteksi Dini
Penyakit Leukimia Kepada Masyarakat di RPTRA Tunas Harapan Sunter Jakarta.
Jurnal Berdikari, 2, 44–47.

Rizky, R., Susilawati, S., Hakim, Z., & Sujai, L. (2020). Sistem Pakar Deteksi Penyakit
Hipertensi Dan Upaya Pencegahannya Menggunakan Metode Naive Bayes Pada
RSUD Pandeglang Banten. Jurnal Teknik Informatika Unis, 7(2), 138–144.
https://doi.org/10.33592/jutis.v7i2.395

Anda mungkin juga menyukai