Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

TENTANG

SISTEM SIRKULASI HEWAN VERTEBRATA

(PISCES, AMPHIBI, REPTIL)

OLEH

KELOMPOK 4 BIOLOGI VIC

NOVITA ANGGRAINI : 15300600044

RENITA SETIA NINGSIH : 15300600059

RINCI ARMADANI : 15300600063

ULVA WERI OKTARI : 15300600076

YANI KAHAR : 15300600080

DOSEN PEMBIMBING

RINA DELFITA, M.Si

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Sistem Sirkulasi Bagi Hewan Vertebrata
Sistem peredaran darah atau sirkulasi mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan akan nutrient, dan pembuangan zat sisa
metabolisme dari tubuh dengan segera.
2. Berperan dalam penyebaran panas tubuh
3. Mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke seluruh jaringan tubuh
4. Mengangkut karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru atau
insang
5. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasaran
Fungsi sistem peredaran darah diatas pada hakikatnya agar tercapai
suatu lingkungan yang sesuai dengan jaringan tubuh. Kondisi medium
yang konstan merupakan syarat mutlak bagi kehidupan jaringan. Kondisi
yang konstan ini dapat tercapai apabila ada zat yang melintasi dinding
pembuluh kapiler yang arahnya baik dari darah menuju jaringan atau dari
cairan jaringan menunju darah (Delfita, 2014 : 88).

B. Mekanisme Sirkulasi Hewan Vertebrata


1. Sirkulasi Pada Pisces
Jantung ikan terdiri atas dua ruang, yaitu sebuah serambi yang
nampak lebih merah, dan sebuah bilik berwarna lebih muda. Serambi
jantung berdinding tipis dan bilik jantung berdinding tebal. Antara
serambi dan bilik terdapat katup untuk menjaga agar darah dapat
mengalir ke satu arah. Bilik terletak lebih anterior dari pada serambi
jantung. Dari bilik, darah dipompakan ke depan ke arah insang. Disini
darah melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen. Dari
insang, darah mengalir melalui aorta dorsal yang kemudian di
sirkulasikan ke seluruh tubuh. Dari aorta dorsal ada percabangan yang
membawa darah ke alat pencernaan dan ginjal. Didalam alat
pencernaan makanan, darah mengambil zat-zat makanan, dan darah
yang menuju ginjal membawa sisa metabolisme untuk di eksresikan.
Darah dari seluruh tubuh, alat pencernaan dan ginjal di alirkan kembali
ke jantung kemudian ke insang untuk memulai sirkulasi berikutnya.
Sistem sirkulasi seperti terdapat pada ikan ini disebut sistem sirkulasi
tunggal, karena darah setiap satu sirkulasi penuh hanya melewati
jantung satu kali (Soewolo, 2000 : 126-127).

Gambar 1. Jantung Pisces (google.co.id)


Pada ikan terdapat ruang yang berfungsi menerima darah dari
vena yang disebut sinus venosus. Ketika jantung berkontraksi, darah
akan didorong ke atrium, selanjutnya ke ventrikel dan akhirnya menuju
ke bulbus arteriosus yang kemudian menuju ke aorta ventralis. Dengan
mekanisme demikian aliran yang demikian, sistem jantung yang terdiri
atas empat bagian (ruang) linear sangat berguna untuk meningkatkan
tekanan darah dengan jalan menurunkan kaliber (ketegaran) lumen
secara sekuensial dan meningkatkan kekuatan muskular dinding
jantung. Aorta ventral keluar dari jantung dan berakhir sebagai empat
pasang arteriol menuju insang. Arteri-arteri tersebut tersusun secara
simetris dan bilateral, menuju ke daerah ingsang dan di sana akan
bercabag menjadi arteriol yang pada akhirnya menuju kapiler ingsang
(Delfita, 2014 : 114).

Gambar 2. Sistem Sirkulasi pada Pisces (google.co.id)


Kapiler ingsang berada dibawah permukaan jaringan ingsang
yang memungkinkan proses pengambilan oksigen ke dalam jaringan
serta terkadang juga melangsungkan pertukaran ion-ion,
karbondioksida, amonia, dan substansi lainnya yang terbawa oleh
aliran air yang masuk. Kapiler-kapiler ingsang bersatu membentuk
arteriol efferen dan arteri (biasanya empat pasang), yang juga bersatu
membentuk airta dorsalis yang merupakan cabang terakhir yang
menuju ke anterior dan posterior tubuh untuk mensuplai darah kaya
oksigen ke kepala dan badan. Aorta dorsalis dan cabang-cabang
utamanya terbagi-bagi untuk mensuplai darah arteri yang akan
diteruskan ke beberapa organ tubuh (Delfita, 2014 : 114).
Seluruh darah yang mengalir saluran pencernaan setelah
melewati sistem kapiler, akan mengambil substansi dari daerha
tersebut yang merupakan hasil pencernaan yaitu gula, asam amino, san
molekul-molekul kecil lainnya. Selanjutnya darah akan disatukan
kembali di vena porta hepatika sehingga nutrisi yang ada di dalamnya
akan dihantarkan ke hepar dan darah miskin oksigen tersebut akan
kembali ke jantung. Di hepar, vena terbagi-bagi menjadi pembuluh
mirip kapiler yang sinusoid. Sinusoid tersebut akan bergantung
kembali menuju vena dan akan mengalirkan darah ke jantung (Delfita,
2014 : 115).
Seluruh darah yang mengalir ke bagian posterior tubuh
(khusunya di daerah pelvik dan ekor), setelah melewati sistem kapiler
utama di jaringan, akan bersatu kembali ke vena porta renalis yang
membawa darah miskin oksigen dan produk-produk sisa metabolisme
menuju ginjal. Di ginjal, vena porta renalis akan terbagi-bagi menjuju
kapiler peritubular. Kapiler-kapiler tersebut akan bersatu kembali
menuju vena renalis yang selanjutnya mengalirkan darah ke jantung,
kedua organ yang dialiri darah miskin oksigen tersebut (hepar) juga
menerima darah yang kaya okigen melalui cabang arteri dari aorta
(Delfita, 2014 : 115).
2. Sirkulasi Pada Amphibi
Jantung katak (sebagai contoh amphibi) terdiri atas tiga ruang,
yaitu dua atria yang berdinding tipis, dan satu ventrikel yang
berdinding tebal. Pada sekat antara serambi dan bilik terdapat katup.
Darah dari seluruh tubuh masuk ke atrium kanan melalui sinus
venosus. Dan atrium kanan, darah masuk ke ventrikel jantung (yang
hanya mempunyai satu ruang), lalu dipompa melalui arteri
pulmokulaneaus yang bercabag dua, yang stu menuju paru-paru
disebut arteri pulmonalis, dan cabang yang lain menuju ke kulit,
disebut arteri kutaneaus. Dalam paru-paru dan kulit, darah
menyerahkan karbondioksida dan mengambil oksigen. Dari paru-paru
dan kulit, darah yang kaya oksigen akan masuk ke serambi kiri melalui
vena pulmokutaneus. Dari serambi kiri darah kemudian masuk ke bilik
jantung untuk dipompa keseluruh tubuh melalui nadi utama (trunkus
arteriousus) yang bercababg dua, satu menuju kearah kepala, dan yang
lain menuju ke arah tubuh bagian belakang. Sistem sirkulasi yang
terdapat pada katak disebut sistem sirkulasi ganda, sebab darah selama
satu sirkulasi penuh melalui jantung dua kali. Sistem srkulasi ganda
biasanya dibagi menjadi sistem sirkulasi kecil (sistem sirkulasi
pulmoner) dan sistem sirkulasi besar (sistem sirkulasi sistemik)
(Soewolo, 2000 : 127-128).

Gambar 3. Jantung Katak (google.co.id)


Pada amphibi, setiap bagian atrium terbuka melalui kanal
artrioventrikular yang memilki katub menuju ventrikel yang terdiri atas
satu ruang yang terbagi-bagi. Ventrikel tersebut secara struktural
mmiliki jaringan otot dan jaringan ikat yang berlapis yang disebut
trabekula dan menyerupai spons. Fungsi struktur tersebut adalah
mencampurkan darah dari atrium. Conus arteriosus sebagai saluran
dari ruang ventrikel terseut juga kirinya yang berisi darah kaya oksigen
akan dialirkan ke aorta sistematik sedangkan sisi kananya yang berisi
darah miskin oksigen akan dialirkan ke areteri pulmonaris. Dengan
kata lain terdapat sirkulasi ganda yaitu:
a. Dari sinus venosus menuju atrium kanan dan ke ventrikel untuk
kemudian diteruskan ke arteri pulmonaris, selanjutnya ke kapiler
paru-paru terus ke vena pulmonaris.
b. Dari vena pulmonaris menuju ke atrium kiri dan ke ventrikel terus
ke aorta sistematik menuju kepala dan badan terus ke kapiler
sistematik dan kembali secara langsung melalui sinus venosus atau
kembali melalui sistem pora hepatika atau porta renalis ((Delfita,
2014 : 116).
Meskipun ventrikel katak tidak bersekat, namun rupanya tetap
terjadi pemisahan antara darah yang kaya oksigen dengan darah yang
kaya karbondioksida. Darah dari paru-paru dan kulit yang kaya
oksigen oleh ventrikel dialirkan ke aorta, sedang darah dari seluruh
tubuh yang kaya karbondioksida dialirkan menuju ke arteri
pulmokutaneus. Pemisahan ini dapat terjadi karena di dalam konus
arteriosus terdapat suatu lipatan spiral (spiral fold) yang membantu
mengarahkan aliran tadi. Di samping sirkulasi darah, pada katak ada
sistem sirkulasi limfa yang berperang mengembalikan cairan tubuh
kedalam sistem peredaran darah (Soewolo, 2000 : 129).
Akan tetapi terdapat banyak pengecualian pada kelompok-
kelompok amphibia tertentu yang tidak memiliki beberapa organ yang
terkait dengan sistem sirkulasi tersebut. Beberapa spesies tidak
memilki paru-paru atau ada yang memiliki ingsang eksternal serta ada
juga yang hanya bergantung kepada tipe respirasinya. Misalnya pada
amphibi tanpa paru-paru (lungless amphibian) tidak memiliki arteri
pulmonari dan memiliki sekat antar atrium yang berlubang-lubang
atau hanya berupa sekat yang mereduksi (vestugial septum) sehingga
tidak ada sistem peredaran darah ganda. Kelompok hewan ini seperti
biasanya bersifat tidak aktif dan bergantung pada respirasi pada kulit
(dermal) (Delfita, 2014 : 117).
3. Sirkulasi Pada Reptil
Jantung reptil terdiri atas empat ruang, yaitu atrium kanan dan
atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Namun sekat pemisah
antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan belum tertutup dengan
sempurna, sehingga dimungkinkan terjadi percampuran darah yang ada
dalam ventrikel kanan dengan darah dalam ventrikel kiri. Tingkat
kesempurnaan menutupnya sekat pemisah ventrikel ini antara reptil
satu dengan yang lain berbeda. Pada reptil bukan buaya, sekat pemisah
belum menutup dengan sempurna, sedangkan pada buaya keduaa
ventrikel sudah terpisah sempurna menjadi ventrikel kiri dan ventrikel
kanan, namun pencampuran darah dari bilik kiri dan bilik
kananmungkin terjadi sebuah lubang (foramen penizae)yang terdapat
pada lengkung sistemik (lengkung aorta) (Soewolo, 2000 : 129).
Pada kelompok reptil, sistem sirkulasi ganda berlaku umum
pada kebanyakan spesies. Pola tersebut berhubungan dengan sistem
respirasinya yang memiliki paru-patu. Walaupun demikian, beberapa
spesies reptil dari kelompok penyu memilki sistem suplemen bagi
paru-paru yaitu dermal, pharingeal dan kloaka. Reptil dari kelompok
buaya, kura-kura atau penyu, kadal, dan ular memperlihatkan
perbedaan dalam hal pola sirkulasinya. Pada kura-kura, penyu, kadal
dan ular jantungnya terdiri atas atrium kiri, atrium kanan, ventrikel kiri
dan ventrikel kanan (empat ruang jantung) akan tetapi sekat atau
septum antara ventrikel kiri dan kanan belum jelas atau tidak ada sama
sekali (Delfita, 2014 : 117).
Pola peredaran darah pada penyu dan kelompoknya adalah
sebagai berikut darah dari vena diseluruh tubuh masuk ke sinus
venosus yang kemudian ke atrium kanan. Atrium kanan juga menerima
darah dari vena coronaria. Setelah itu darah akan menuju ventrikel kiri
terus ke arteri pulmonalis dan masuk ke atrium kiri. Dari atrium kiri
kemuidan masuk ke ventrikel. Sebagian darah dari ventrikel akan
mengalir ke lengkung aorta kanan dan sebagian ke lengkung aoerta
kiri. Dari lengkung aorta kanan sebagian menuju kepada dan sebagian
lagi bersatu dengan lengkung aorta kiri. Sedangkan darah dari
lengkung aorta kiri akan menuju hepar, ren, usus dan dinding tubuh
(Delfita, 2014 : 118).
Gambar 5. Sistem Sirkulasi Reptil (google.co.id)
Pola peredaran darah pada buaya sebagai kelompok reptil yang
memiliki sekat jantung antar ventrikel adalah sebagai berikut: darah
dari vena seluruh tubuh mengalir ke sinus venosus selanjutnya ke
atrium kanan dan ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan tersebut akan
tebagi menjadi dua arah aliran berbeda yaitu
a. Ventrikel kanan ke arteri pulmonalis ke kapiler di pulmo
bergabung ke vena pulmonalis dan kembali ke jantung melewati
atrium kiri.
b. Ventrikel kanan ke aorta kiri dan bergabung dengan aorta kanan.
Darah yang terdapat di atrium kiri yang berasal dari vena
pulmonalis (pada arah aliran a) akan menuju ke ventrikel kiri dan
di pompa ke aorta kanan yang sebagiannya akan menuju ke kepala
sedangkan sebagian lagi akan bergabung dengan darah dari aorta
kiri menuju hati, ren, usus dan dinding tubuh. Didekat ventrikel
kiri dan kanan terdapat hubungan antara aorta kiri dan aorta kanan
dengan perantara lubang yang disebut foramen panizae (Delfita,
2014 : 118).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai