FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR 2018 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN A. Peranan Sistem Sirkulasi Bagi Hewan Vertebrata Sistem peredaran darah atau sirkulasi mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan akan nutrient, dan pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera. 2. Berperan dalam penyebaran panas tubuh 3. Mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke seluruh jaringan tubuh 4. Mengangkut karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru atau insang 5. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasaran Fungsi sistem peredaran darah diatas pada hakikatnya agar tercapai suatu lingkungan yang sesuai dengan jaringan tubuh. Kondisi medium yang konstan merupakan syarat mutlak bagi kehidupan jaringan. Kondisi yang konstan ini dapat tercapai apabila ada zat yang melintasi dinding pembuluh kapiler yang arahnya baik dari darah menuju jaringan atau dari cairan jaringan menunju darah (Delfita, 2014 : 88).
B. Mekanisme Sirkulasi Hewan Vertebrata
1. Sirkulasi Pada Pisces Jantung ikan terdiri atas dua ruang, yaitu sebuah serambi yang nampak lebih merah, dan sebuah bilik berwarna lebih muda. Serambi jantung berdinding tipis dan bilik jantung berdinding tebal. Antara serambi dan bilik terdapat katup untuk menjaga agar darah dapat mengalir ke satu arah. Bilik terletak lebih anterior dari pada serambi jantung. Dari bilik, darah dipompakan ke depan ke arah insang. Disini darah melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen. Dari insang, darah mengalir melalui aorta dorsal yang kemudian di sirkulasikan ke seluruh tubuh. Dari aorta dorsal ada percabangan yang membawa darah ke alat pencernaan dan ginjal. Didalam alat pencernaan makanan, darah mengambil zat-zat makanan, dan darah yang menuju ginjal membawa sisa metabolisme untuk di eksresikan. Darah dari seluruh tubuh, alat pencernaan dan ginjal di alirkan kembali ke jantung kemudian ke insang untuk memulai sirkulasi berikutnya. Sistem sirkulasi seperti terdapat pada ikan ini disebut sistem sirkulasi tunggal, karena darah setiap satu sirkulasi penuh hanya melewati jantung satu kali (Soewolo, 2000 : 126-127).
Gambar 1. Jantung Pisces (google.co.id)
Pada ikan terdapat ruang yang berfungsi menerima darah dari vena yang disebut sinus venosus. Ketika jantung berkontraksi, darah akan didorong ke atrium, selanjutnya ke ventrikel dan akhirnya menuju ke bulbus arteriosus yang kemudian menuju ke aorta ventralis. Dengan mekanisme demikian aliran yang demikian, sistem jantung yang terdiri atas empat bagian (ruang) linear sangat berguna untuk meningkatkan tekanan darah dengan jalan menurunkan kaliber (ketegaran) lumen secara sekuensial dan meningkatkan kekuatan muskular dinding jantung. Aorta ventral keluar dari jantung dan berakhir sebagai empat pasang arteriol menuju insang. Arteri-arteri tersebut tersusun secara simetris dan bilateral, menuju ke daerah ingsang dan di sana akan bercabag menjadi arteriol yang pada akhirnya menuju kapiler ingsang (Delfita, 2014 : 114).
Gambar 2. Sistem Sirkulasi pada Pisces (google.co.id)
Kapiler ingsang berada dibawah permukaan jaringan ingsang yang memungkinkan proses pengambilan oksigen ke dalam jaringan serta terkadang juga melangsungkan pertukaran ion-ion, karbondioksida, amonia, dan substansi lainnya yang terbawa oleh aliran air yang masuk. Kapiler-kapiler ingsang bersatu membentuk arteriol efferen dan arteri (biasanya empat pasang), yang juga bersatu membentuk airta dorsalis yang merupakan cabang terakhir yang menuju ke anterior dan posterior tubuh untuk mensuplai darah kaya oksigen ke kepala dan badan. Aorta dorsalis dan cabang-cabang utamanya terbagi-bagi untuk mensuplai darah arteri yang akan diteruskan ke beberapa organ tubuh (Delfita, 2014 : 114). Seluruh darah yang mengalir saluran pencernaan setelah melewati sistem kapiler, akan mengambil substansi dari daerha tersebut yang merupakan hasil pencernaan yaitu gula, asam amino, san molekul-molekul kecil lainnya. Selanjutnya darah akan disatukan kembali di vena porta hepatika sehingga nutrisi yang ada di dalamnya akan dihantarkan ke hepar dan darah miskin oksigen tersebut akan kembali ke jantung. Di hepar, vena terbagi-bagi menjadi pembuluh mirip kapiler yang sinusoid. Sinusoid tersebut akan bergantung kembali menuju vena dan akan mengalirkan darah ke jantung (Delfita, 2014 : 115). Seluruh darah yang mengalir ke bagian posterior tubuh (khusunya di daerah pelvik dan ekor), setelah melewati sistem kapiler utama di jaringan, akan bersatu kembali ke vena porta renalis yang membawa darah miskin oksigen dan produk-produk sisa metabolisme menuju ginjal. Di ginjal, vena porta renalis akan terbagi-bagi menjuju kapiler peritubular. Kapiler-kapiler tersebut akan bersatu kembali menuju vena renalis yang selanjutnya mengalirkan darah ke jantung, kedua organ yang dialiri darah miskin oksigen tersebut (hepar) juga menerima darah yang kaya okigen melalui cabang arteri dari aorta (Delfita, 2014 : 115). 2. Sirkulasi Pada Amphibi Jantung katak (sebagai contoh amphibi) terdiri atas tiga ruang, yaitu dua atria yang berdinding tipis, dan satu ventrikel yang berdinding tebal. Pada sekat antara serambi dan bilik terdapat katup. Darah dari seluruh tubuh masuk ke atrium kanan melalui sinus venosus. Dan atrium kanan, darah masuk ke ventrikel jantung (yang hanya mempunyai satu ruang), lalu dipompa melalui arteri pulmokulaneaus yang bercabag dua, yang stu menuju paru-paru disebut arteri pulmonalis, dan cabang yang lain menuju ke kulit, disebut arteri kutaneaus. Dalam paru-paru dan kulit, darah menyerahkan karbondioksida dan mengambil oksigen. Dari paru-paru dan kulit, darah yang kaya oksigen akan masuk ke serambi kiri melalui vena pulmokutaneus. Dari serambi kiri darah kemudian masuk ke bilik jantung untuk dipompa keseluruh tubuh melalui nadi utama (trunkus arteriousus) yang bercababg dua, satu menuju kearah kepala, dan yang lain menuju ke arah tubuh bagian belakang. Sistem sirkulasi yang terdapat pada katak disebut sistem sirkulasi ganda, sebab darah selama satu sirkulasi penuh melalui jantung dua kali. Sistem srkulasi ganda biasanya dibagi menjadi sistem sirkulasi kecil (sistem sirkulasi pulmoner) dan sistem sirkulasi besar (sistem sirkulasi sistemik) (Soewolo, 2000 : 127-128).
Gambar 3. Jantung Katak (google.co.id)
Pada amphibi, setiap bagian atrium terbuka melalui kanal artrioventrikular yang memilki katub menuju ventrikel yang terdiri atas satu ruang yang terbagi-bagi. Ventrikel tersebut secara struktural mmiliki jaringan otot dan jaringan ikat yang berlapis yang disebut trabekula dan menyerupai spons. Fungsi struktur tersebut adalah mencampurkan darah dari atrium. Conus arteriosus sebagai saluran dari ruang ventrikel terseut juga kirinya yang berisi darah kaya oksigen akan dialirkan ke aorta sistematik sedangkan sisi kananya yang berisi darah miskin oksigen akan dialirkan ke areteri pulmonaris. Dengan kata lain terdapat sirkulasi ganda yaitu: a. Dari sinus venosus menuju atrium kanan dan ke ventrikel untuk kemudian diteruskan ke arteri pulmonaris, selanjutnya ke kapiler paru-paru terus ke vena pulmonaris. b. Dari vena pulmonaris menuju ke atrium kiri dan ke ventrikel terus ke aorta sistematik menuju kepala dan badan terus ke kapiler sistematik dan kembali secara langsung melalui sinus venosus atau kembali melalui sistem pora hepatika atau porta renalis ((Delfita, 2014 : 116). Meskipun ventrikel katak tidak bersekat, namun rupanya tetap terjadi pemisahan antara darah yang kaya oksigen dengan darah yang kaya karbondioksida. Darah dari paru-paru dan kulit yang kaya oksigen oleh ventrikel dialirkan ke aorta, sedang darah dari seluruh tubuh yang kaya karbondioksida dialirkan menuju ke arteri pulmokutaneus. Pemisahan ini dapat terjadi karena di dalam konus arteriosus terdapat suatu lipatan spiral (spiral fold) yang membantu mengarahkan aliran tadi. Di samping sirkulasi darah, pada katak ada sistem sirkulasi limfa yang berperang mengembalikan cairan tubuh kedalam sistem peredaran darah (Soewolo, 2000 : 129). Akan tetapi terdapat banyak pengecualian pada kelompok- kelompok amphibia tertentu yang tidak memiliki beberapa organ yang terkait dengan sistem sirkulasi tersebut. Beberapa spesies tidak memilki paru-paru atau ada yang memiliki ingsang eksternal serta ada juga yang hanya bergantung kepada tipe respirasinya. Misalnya pada amphibi tanpa paru-paru (lungless amphibian) tidak memiliki arteri pulmonari dan memiliki sekat antar atrium yang berlubang-lubang atau hanya berupa sekat yang mereduksi (vestugial septum) sehingga tidak ada sistem peredaran darah ganda. Kelompok hewan ini seperti biasanya bersifat tidak aktif dan bergantung pada respirasi pada kulit (dermal) (Delfita, 2014 : 117). 3. Sirkulasi Pada Reptil Jantung reptil terdiri atas empat ruang, yaitu atrium kanan dan atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Namun sekat pemisah antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan belum tertutup dengan sempurna, sehingga dimungkinkan terjadi percampuran darah yang ada dalam ventrikel kanan dengan darah dalam ventrikel kiri. Tingkat kesempurnaan menutupnya sekat pemisah ventrikel ini antara reptil satu dengan yang lain berbeda. Pada reptil bukan buaya, sekat pemisah belum menutup dengan sempurna, sedangkan pada buaya keduaa ventrikel sudah terpisah sempurna menjadi ventrikel kiri dan ventrikel kanan, namun pencampuran darah dari bilik kiri dan bilik kananmungkin terjadi sebuah lubang (foramen penizae)yang terdapat pada lengkung sistemik (lengkung aorta) (Soewolo, 2000 : 129). Pada kelompok reptil, sistem sirkulasi ganda berlaku umum pada kebanyakan spesies. Pola tersebut berhubungan dengan sistem respirasinya yang memiliki paru-patu. Walaupun demikian, beberapa spesies reptil dari kelompok penyu memilki sistem suplemen bagi paru-paru yaitu dermal, pharingeal dan kloaka. Reptil dari kelompok buaya, kura-kura atau penyu, kadal, dan ular memperlihatkan perbedaan dalam hal pola sirkulasinya. Pada kura-kura, penyu, kadal dan ular jantungnya terdiri atas atrium kiri, atrium kanan, ventrikel kiri dan ventrikel kanan (empat ruang jantung) akan tetapi sekat atau septum antara ventrikel kiri dan kanan belum jelas atau tidak ada sama sekali (Delfita, 2014 : 117). Pola peredaran darah pada penyu dan kelompoknya adalah sebagai berikut darah dari vena diseluruh tubuh masuk ke sinus venosus yang kemudian ke atrium kanan. Atrium kanan juga menerima darah dari vena coronaria. Setelah itu darah akan menuju ventrikel kiri terus ke arteri pulmonalis dan masuk ke atrium kiri. Dari atrium kiri kemuidan masuk ke ventrikel. Sebagian darah dari ventrikel akan mengalir ke lengkung aorta kanan dan sebagian ke lengkung aoerta kiri. Dari lengkung aorta kanan sebagian menuju kepada dan sebagian lagi bersatu dengan lengkung aorta kiri. Sedangkan darah dari lengkung aorta kiri akan menuju hepar, ren, usus dan dinding tubuh (Delfita, 2014 : 118). Gambar 5. Sistem Sirkulasi Reptil (google.co.id) Pola peredaran darah pada buaya sebagai kelompok reptil yang memiliki sekat jantung antar ventrikel adalah sebagai berikut: darah dari vena seluruh tubuh mengalir ke sinus venosus selanjutnya ke atrium kanan dan ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan tersebut akan tebagi menjadi dua arah aliran berbeda yaitu a. Ventrikel kanan ke arteri pulmonalis ke kapiler di pulmo bergabung ke vena pulmonalis dan kembali ke jantung melewati atrium kiri. b. Ventrikel kanan ke aorta kiri dan bergabung dengan aorta kanan. Darah yang terdapat di atrium kiri yang berasal dari vena pulmonalis (pada arah aliran a) akan menuju ke ventrikel kiri dan di pompa ke aorta kanan yang sebagiannya akan menuju ke kepala sedangkan sebagian lagi akan bergabung dengan darah dari aorta kiri menuju hati, ren, usus dan dinding tubuh. Didekat ventrikel kiri dan kanan terdapat hubungan antara aorta kiri dan aorta kanan dengan perantara lubang yang disebut foramen panizae (Delfita, 2014 : 118).