Anda di halaman 1dari 11

SISTEM PEREDARAN DARAH IKAN

Wahdaniyah AS1, Mira Artinah2, Syarif Hidayat Amrullah3


Mata Kuliah Ikhtiologi, Laboratorium Zoologi, Program Studi Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2023
x
Corresponding author: Jl. Poros Barombong Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia.
E-mail addresses: 60300120042@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Ikan Ikan hampir dapat ditemukan di semua tipe perairan di dunia dengan
Jantung bentuk dan karakter yang berbeda-beda. Ikan termasuk kelompok
Sistem Peredaran Darah ikan
Sistem Sirkulasi
vertebrata bernafas dengan menggunakan insang dan termasuk
berdarah dingin (poikilotermik). Ikan memiliki sistem peredaran darah
tertutup yang artinya darah tidak akan keluar dari pembuluhnya,
sehingga tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh di sekitarnya.
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis sistem peredaran darah ikan.
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal yaitu hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Bermula dari jantung, darah menuju
insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan
ke dorsal aorta dan terbagi ke organ-organ tubuh melalui saluran-
saluran kecil dan sebagian darah dari insang terkadang langsung
kembali ke jantung. Organ utama sistem peredaran darah ialah jantung
yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah
memberi bahan materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang
tipis dari kapiler darah, dan kembali ke jantung melalui pembuluh yang
ke dua. Seri pertama dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut
sistem vena.

1. Pendahuluan
Ikan sebagai penghuni utama bagi ekosistem periaran (akuatik) dapat ditemukan pada
perairan tawar misalnya sungai, danau, rawa serta pada perairan payau maupun pada perairan
laut [1]. Pisces merupakan sebuatan umum yang biasa digunakan untuk ikan atau sebutan nama
dari superkelas yang berasal dari Bahasa latin. Ikan memiliki keanekaragaman yang melimpah
yakni dengan keragamannya lebih dari 27 ribu spesies yang tersebar di seluruh dunia.
Ciri umum yang dimiliki oleh pisces ialah pernapasannya dengan menggunakan insang,
tubuhnya di tutupi oleh sisik dan berlendir. Sedangkan, untuk ciri khusus yang dimiliki oleh
pisces ialah terdapat jantung yang terdiri atas dua ruang yaitu satu serambi dan satu bilik,
memiliki gurat sisi yang berguna untuk menentukan arah dan posisi berenang [2].
Sistem peredaran darah merupakan sistem yang memiliki sangkut paut dengan
pergerakan darah di dalam pembuluh darah dan juga perpindahan darah dari satu tempat ke
tempat lain. Salah satu peranan penting dari peredaran darah ialah mengangkut oksigen (O2)
dari paru-paru ke seluruh jaringan [3].
Sistem peredaran darah atau disebut juga sebagai sistem sirkulasi mempunyai peranan
penting terutama dalam mengangkut oksigen hasil respirasi, pengangkutan nutrient hasil
pencernaan, dan pengangkutan sisa metabolisme (CO2 dan NH3) yang selanjutnya akan dibuang
melalui insang, ginjal, dan kulit. Pada sistem sirkulasi pada ikan ada tiga komponen dalam
peredaran darah yaitu jantung, pembuluh darah dan darah [4].

1
2. Sistem Peredaran Darah Ikan
Sistem peredaran darah ikan merupakan sistem yang memiliki manfaat untuk
mengedarkan dan mengangkut O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, serta
mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon dan juga anti bodi. Selain itu, juga
dapat mengangkut CO2 dari usus, kelenjar, insang dan organ lainnya menuju luar tubuh. Bisa
dikatakan bahwa darah sebagai bagian dari sistem sirkulasi memiliki fungsi mengangkut
oksigen, karbondioksida dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh [5].
Ikan memiliki sistem peredaran darah tertutup, yang artinya darah tidak pernah keluar
dari pembuluhnya dengan jantung sebagai pemompanya, sehingga tidak ada hubungan
langsung dengan sel tubuh yang ada disekitarnya. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat
tunggal, artinya hanya memiliki satu jalur sirkulasi peredaran darah. Bermula dari jantung,
darah menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal
aorta dan terbagi ke organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. Selain itu, sebagian darah
dari insang terkadang langsung kembali ke jantung [6].

Gambar 1. Sistem peredaran darah tertutup pada ikan.


Ikan memiliki sistem peredaran darah yang cukup sederhana, yakni terdiri atas
jantung, darah dan peredaran darah. Sistem peredaran darah ikan, organ utamanya ialah jantung
yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar
jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap
melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung atau disebut sistem peredaran darah tertutup.
Peredaran darah tunggal pada ikan dimulai dari darah pada insang langsung beredar ke seluruh
tubuh kemudian masuk ke jantung. Sehingga, darah hanya beredar sekali melalui jantung
dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung [7].

3. Alat-alat Peredaran Darah Ikan


A. Jantung
Jantung merupakan suatu organ yang berupa benda berongga dan terletak dalam ronga
ruang mediastinal atau bagian posterior lengkung insang. Jantung bertugas untuk memompa
darah denganmenguncupkan jantung akibat kontraksi otot jantung (pengosongan darah di
jantung = sistole) dan pengenduran otot jantung (pengisian darah ke jantung = diastole).
Organ jantung dilapisi oleh selaput tipis yang disebut perikardium. Perikardium
merupakan suatu struktur kantung yang melipisi seluruh jantung kecuali bagian atrium kiri.
Pericardium berfungsi sebagai penahan posisi jantung agar tetap berada di dalam mediastinum,
tetapi tetap memberikan cukup kebebasan untuk kontraksi jantung yang cepat dan kuat. Selain
itu, berfungsi untuk membungkus bagian epikardial (dalam) jantung, menjaga fleksibilitas
pergerakan jantung, memberi pelumas dan menahan pembesaran berlebihan yang terjadi
apabila jantung terisi darah dalam jumlah yang melibihi kapasitas normalnya [8].

2
Jantung terbagi atas dua ruang yakni atrium (aurikel) yang berdinding tipis dan ventrikel
yang berdinding tebal. Pada jantung terdapat suatu ruang tambahan berdinding tipis dan sedikit
berotot yang disebut sinus venosus. Organ ini berfungsi sebagai penampung darah dari ductus
cuvieri dan vena hepatikus, dan kemudian mengirimkan darah tersebut ke atrium. Pada ikan,
sinus venosus berfungsi untuk menerima darah dari vena [9].
Antara sinus venosus dan atrium terdapat katup yang dinamakan katup sinoatrial. Katup
ini berfungsi untuk mengatur aliran darah dari sinus venosus ke atrium serta mencegah aliran
tersebut berbalik. Atrium merupakan ruang tunggal yang relatif lebih luas dan dinding sedikit
lebih berotot jika dibandingkan dengan sinus venosus. Atrium berhubungan dengan ventrikel
melalui katup atrioventricular yang memiliki fungsi untuk mengatur aliran darah dari atrium ke
ventrikel dan mencegah darah kembali ke atrium.
Ventrikel pada ikan adalah ruang berdinding tebal berotot, menerima darah hanya dari
atrium saja dan memompa darah melalui aorta ventral ke insang. Dinding ini dibentuk oleh dua
lapisan otot yaitu lapisan otot luar yang disebut kosteks dan lapisan dalam yang dinamai
mikatdium spongi. Korteks merupakan otot jantung yang relatif tebal. Dan sangat berkembang
pada spesies ikan yang aktif seperti pada tuna (Euthynnus pelamis). Pada bagian ventrikel
menerima darah dari atrium melalui atrioventricular. Ujung anterior dari ventrikel tumbuh
memanjang dan berdinding tebal, di dalamnya terdapat suatu seri klep semilunar [6]. Pada
ventrikel bersebelahan dengan konus arteriosus yang berdekatan dengan aorta ventralis. Pada
Elasmobranchii konus arteriosus berkembang dengan baik, tetapi bulbus arteriosus tidak ada.
Pada ikan vertulang sejati struktur jantung lebih bervariasi [4].

Gambar 2. Bagan Jantung pada ikan.


Seperti halnya pada organ-organ lain, jantung membutuhkan oksigen. Dalam hal ini
jantung menerima darah yang kaya akan oksigen melalui dua kelompok arteri koronari, yaitu
a. Arteri koronari anterior yang berasal dari pembuluh hipobrankial (cabang bawah dari
arteri brankial efferent). Arteri tersebut memasok konus arteriosus dan ventrikel.
b. Arteri koronari posterior yang berasal dari arteri korakoid atau dari arteri subclavian dan
masuk ke dalam jantung melalui bagian belakang. Arteri ini berungsi untuk memasok
darah pada bagian dinding jantung.

3
Gambar 3. Diagram Jantung. A. Elasmobranchii dan B. Teleostei. 1. Sinus venosus; 2. Atrium; 3. Ventrikel; 4.
Konus arteosus; 5, bulbus arteriosus; 6. Aorta ventralis; a. katup sinoatrial; b. katup atriovenrikular.
B. Pembuluh Darah
Pembuluh darah meruapakan prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh tubuh [10].
Terdapat tiga bentuk pembuluh darah ikan yaitu arteri (pembuluh nadi), vena (pembuluh balik)
dan kapiler. Arteri merupakan pembuluh yang dilalui oleh darah yang berasal dari insang. Vena
merupakan pembuluh yang dilewati oleh darah yang menuju ke jantung. Kedua pembuluh
tersebut mengalir sepanjang tubuh ikan. Sedangkan, kapiler merupakan bagian dari
percabangan pembuluh darah yang merupakan tempat terjadinya pertukaran zat yaitu gas dan
nutrient antara darah dengan jaringan atau sel.
1. Sistem arteri
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh yang dilewati darah yang keluar dari insang
dan menuju ke bagian-bagian tubuh. Pembuluh tersebut terdiri atas 3 lapisan yaitu (1) bagian
dalam (intima) yang mempunyai lapisan endothelium dan sub endothelium, (2) media yang
mengandung sejumlah sel otot licin dan (3) adventris yang meruoakan bagian terluar. Arteri
dapat dikelompokkan berdasarkan pada posisinya pada tubuh, yaitu arteri brankial, arteri
sefalik, arteri pada bagian badan dan arteri pada bagian ekor.
a) Arteri brankial
Arteri brankial merupakan arteri yang terletak di sekitar insang. Elasmobranchii
memiliki jumlah arteri afferent berkisar 4-7 buah.

4
Gambar 4. Diagram sirkulasi insang (sisi kiri) pada ikan hiu (Elasmobranchii). 1.duktus cuvier, 2.vena hepatic, 3
jantung, 4.konus arteriosus, 5.aorta ventral, 6.efferent brankial 4, 7.arteri coroner, 8.arteri hipobrankial, 9.afferent
brankial 1, 10.afferent hyoid, 11.afferent pseudobrankial, 12.pseudobran hyoid, 13.arteri pseudo-brankial, 14.arteri
orbital, 15.arteri optalmik, 16.arteri optic, 17.arteri serebral, 18.arteri serebral basal, 19.arteri efferent hyoid,
20.aorta dorsal lateral kiri, 21.arteri brankial efferent, 22.arteri subclavian, 23.putaran pengumpul, 24.insang,
25.arteri efferent posterior, 26.aorta dorsal.
Arteri hyoiden afferent mengaliri hemibranki hioiden dan arteri brankialis afferent
berhubungan dengan semua arteri holobranki. Dari arteri tersebut muncul arteriole afferent pada
lembar insang. Pada masing-masing holobranki terdapat satu arteri efferent anterior dan satu
arteri efferent posterior. Kedua arteri tersebut tidak memiliki diameter yang sama dengan arteri
bagian depan berukuran lebih besar. Terdapat penghubung meneyerupai palang suatu tangga
diantara masing-masing arteri. Pada bagian bawah arteri tersebut bersambungan satu dengan
yang lain berlanjut melalui satu arteri hipobrankial. Pada bagian atas arteri-arteri tersebut
menyatu membentuk arteri epibrankial yang bergabung dengan aorta dorsalis. Masing-masing
arteri eferent depan dibagi atas dan bawah yang dihubungkan oleh jaringan-jaringan kecil ke
arteri eferent belakang dan insang sebelumnya [4].
b) Arteri sefalik
Arteri sefalik merupakan arteri yang terdapat pada bagian kepala. Arteri ini meliputi
efferent hiodean, orbital, orbital nasal, pseudobrankial efferent, optalmik, optic, selebral,
mandibular, dan hipobrankial.
c) Arteri pada bagian badan dan ekor
Setelah menerima berbagai arteri dari epibrankial atau brankialis efferent, aorta dorsalis
yang merupakan pembuluh darah utama yang mengalirkan darah berpksigen tinggi ke badan
dan juga ekor. Penjuluran tersebut mengarah ke bagian belakang hingga ke bagian ekor melalui
bagian bagian bawah vertebrata. Aorta yang berada pada bagian ekor disebut aorta kaudalis.

5
Gambar 5. Diagram sirkulasi insang (sisi kiri) pada Teleostei. 1.duktus cuvier, 2.vena hepatic, 3 jantung, 4.konus
arteriosus, 5.aorta ventral, 6.efferent brankial 2, 7.arteri coroner, 8.arteri hipobrankial, 9.arteri afferent hyoid
sekunder, 10.lengkung ateri mandibular, 11.pseudobran hyoid, 12.arteri orbital, 13.arteri optalmik, 14.arteri
pseudobrankial efferent, 15.arteri pseudobrankial afferent sekunder, 16.lingkar arteri willis, 17.arteri efferent
hyoid, 18.aorta dorsal lateral kiri, 19.arteri brankial efferent, 20.aorta dorsal lateral kanan, 21.aorta dorsal, 22.arteri
koeliak, 23.arteri mesenerik, 24.arteri gelembung gas, 25.arteri subklavian, 26.insang.
Alat sirkulasi insang yang dimiliki oleh ikan Teleostei lebih sederhana dibandingkan
dengan ikan Elasmobranchii. Pada masing-masing holobranki, terdapat satu arteri efferent
depan dan satu arteri efferent belakang yang berlanjut pada bagian atas melalui satu arteri
epibrankial. Arteri-arteri epibrankial bergabung ke dalam satu aorta dorsalis median. Arteri
efferent depan dan belakang dari masing-masing insang sedikit demi sedikit cenderung menjadi
lebih pendek dengan adanya arteri epibrankial. Arteri epibrankial pertama seperti yang berikut,
tidak menuju ke dalam aorta dorsal median tetapi ke dalam cabang-cabang yang depan [4].
Percabangan dari aorta dorsalis tersebut antara lain meliputi arteri subklavian, coeliac,
mesenterik, iliac, dan segmenter. Arteri subklavian mengaliri permukaan bawah sirip dada.
Arteri coeliac merupakan arteri yang berukuran besar dan pendek. Arteri ini paling sedikit
terdiri atas dua cabang utama yang menuju ke organ organ dalam. Cabarng pertama adalah
gastro-hepato splenik yang mengirimkan satu cabang ke hati dan kemudian bercabang-cabang
alam limpa dan dinding lambung.
Cabang kedua adalah arteri intestinal anterior, yang cabang-cabangnya keluar secara
mendatar ke dinding bawah usus, lambung, dan limpa. Arteri mesenterik muncul di bagian
belakang kepala dan percabangannya menuju gonad dan sisi usus bagian atas. Arteri iliac,
menuju ke arah belakang, mengaliri rektum dan kloaka. Arteri segmernter menempel pada aorta
dorso-kaudal dan menyebar ke dalam mioseptum untuk memasok otot badan dan ekor.
Percabangannya masuk ke dalam ruas vertebra dan mengaliri duri tulang, dan yang lainnya
menuju ke sirip tunggal [6].
2. Sistem vena
Struktur vena sama halnya dengan arteri, namun mempunyai dinding yang lebih tipis
dan rongga yang lebih besar dibandingkan dengan arteri pada ukuran diameter yang sama.
Bagian dalam vena yang mendapat tekanan hidroštatik tinggi umumnya kaya akan jaringan
elastis dan sel otot licin, serta memiliki lipatan endotelium yang pada bagian tengahnya
mengandung kolagen dan elastic. Disamping itu dinding vena umumnya dapat berkontraksi
secara aktif tidak hanya untuk mempertahankan tekanan darah dalam sistem vena, tetapi juga
untuk menolong memompakan darah dari dinding ke jantung [4].

6
Vena pada bagian kepala seperti vena fasial dan vena orbital, menyatu pada duktus
Cuvieri dan dari sini melalui sinus venosus menuju ke jantung. Darah dari ekor berkumpul pada
vena kaudalis. Vena kaudal ini berhubungan dengan dua vena kardinal posterior yang keluar
dari sinus venosus. Pertemuan antara vena yang satu dengan yang lainnya dapat terjadi secara
langsung atau melalui perantaraan suatu jaringan kapiler yang terletak di dalam organ ginjal.
Keadaan ini menghasilkan suatu sistem porte renal. Pertemuan antar vena pada organ hati
menghasilkan suatu sistem porte hepatik. Kedua sistem (porte renal dan porte hepatik)
menyaring darah dalam vena sebelum kembali ke jantung. kardinal posterior berhubungan
dengan vena kardinal anterior atau vena jugularis yang membentuk pengumpul pada bagian
badan dari vena sefalik [4].
3. Sistem limfatik (getah bening)
Getah bening (lymph) dikumpulkan dari semua bagian tubuh oleh suatu sistem ductus
dan sinus berpasangan dan tidak berpasangan yang akhirnya kembali ke aliran darah utama.
Tidak seperti pada vertebrata yang lebih tinggi, ikan tidak mempunyai tonjolan limfatik (lymph
nodes). Ikan bertulang sejati memiliki pembuluh limfatik subcutane, submuscular, dan viseral
yang betul-betul berbeda dari sistem vena. Sistem limfatik menyediakan saluran searah untuk
aliran penting cairan dari intersitium jaringan kemabali ke sistem peredaran darah. Cairan getah
bening yang dihasilkan kaya akan protein plasma dan juga mengandung sel imun dan antigen
[11].

Gambar 6. Tampak samping pembuluh getah bening superfisial dan jantung getah bening pada ikarn trout muda.
1.sinus getah bening lateral, 2. pembuluh getah bening dorsal longitudinal, 3,jantung getah bening, 4.pembuluh
getah bening ventral longitudinal, 5.batang getah bening lateral, 6.batang getah bening jugular, 7.vena kardinal
posterior.
C. Darah
Darah merupakan bagian dari sistem sirkulasimyang memiliki fungsi untuk mengangkut
oksigen, karbondioksida dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh [5]. Selain itu, darah juga dapat
membawa hormon serta membawa sisa hasil metabolisme dan bahan patogen [12]. Darah
mengangkut bermacam bahan, termasuk ion anorganik dan sejumlah senyawa organik seperti
hormon, vitamin, dan beberapa protein plasma. Protein ini mencakup dua bentuk alfa globulin,
dua bentuk beta globulin, dan gamma globulin, dan juga albumin, transferin, dan lain-lain.
Semua ini terlibat dalam respon kekebalan tertentu, penyangga terhadap perubahan pH, dan
mengatur tekanan osmotik. Darah terdiri atas plasma dan sel darah [13].

7
1. Plasma darah
Plasma adalah cairan bening yang mengandung bagian dari sel-sel darah, mineral
terlarut, hasil serapan dari proses pencernaan, produk sisa dari jaringan, hasil sekresi khusus,
enzim, antibodi, dan gas-gas terlarut. Ikan punya kadar protein plasma yang rendah
dibandingkan dengan vertebrata yang tingkatnya lebih tinggi. Protein plasma darah utama ikan
adalah: albumin (pengendali tekanan osmotik), lipoprotein (pembawa lemak), globulin
(pengikat heme), ceruloplasmin (pengikat. Cu), fibrinogen (bahan pembeku darah) dan
ioduroforin (hanya pada ikan, pengikat yodium anorganik) [14].
Kadar fibrinogen dan protrombin mirip protein yang relatif rendah tidak berkorelasi
dengan waktu pembekuan darah yang cepat pada ikan. Trout lembayung (Salmo gairdneri) yang
hidup pada suhu sedikit di atas 0°C darahnya dapat membeku secara cepat pada suhu rendah.
Sebaliknya darah ikan mas yang hidup pada suhu relatif tinggi tidak dapat membeku secara
cepat hingga suhu mencapai 150C. Ikan antartik hidup pada suhu sekitar -1,9 oC tahan terhadap
pembekuan karena adanya suatu grup unik glikoprotein dalam serumnya. Glikoprotein antibeku
tersebut adalah alanin dan threonin dalam perbandingan 2:1.
Sejumlah enzim telah berhasil disolasi, dari plasma ikan, di antaranya ialah lipase dan
anhidrase karbonat yang keberadaannya lebih melimpah pada ikan laut dibanding pada ikan air
tawar. Serum beberapa jenis ikan bertulang sejati termasuk Anguilla sp. Siluridae, dan Thunnus
bersifat racun bila disuntikkan ke dalam pembuluh darah mammalia. Serum ikan sidat tersebut
merusak sel darah merah melaui proses hemolisis dan memengaruhi ketegangan dan
permeabilitas pembuluh darah pada mammalia.
2. Sel darah
a) Sel daram merah (eritrosit)
Sel darah merah ikan mempunyai inti dan berwarna merah kekuningan. Sel darah merah
(stadia dewasa) berbentuk oval dan tipis. Umumnya terdapat hubungan berlawanan antara
ukuran dan jumlah sel darah merah. Ikan yang mempunyai jumlah sel per mm³ lebih banyak
biasanya mempunyai ukuran yang lebih kecil. Ikan bertulang sejati mempunyai sel darah merah
berjumlah 2x106sel/mm³, bahkan beberapa ikan laut yang aktif mempunyai jumlah sel darah
merah lebih besar yakni berkisar 4-6x106sel /mm3. Ikan yang memiliki ukuran panjang serta
semakin berat tubuh ikan maka jumlah eritrositnya akan sedikit [15]. Hal tersebut dapat terjadi
karena jika ukuran dan bobot tubuh ikan kecil maka akan banyak melakukan aktivitas.
Banyaknya aktivitas yang dilakukan maka proses metabolisme akan meningkat dan juga terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen (O2). Kondisi tersebut akan diikuti oleh peningkatan nilai
hematokrit, hemoglobin dan eritrosit [16].
Pengangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada unsur Fe pada hemoglobin
(pigmen respirasi). Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkisar antara 7-10g/100 ml.
Kandungan hemoglobin pada seluruh darah ikan bervariasi dengan sel darah merah yang ada
dan dinyatakan dalam persentase berat kering sel darah merah. Kemampuan mengikat oksigen
pada tingkat kejenuhan 95%, kandungan besi dalam darah, dan jumlah sel darah merah sangat
bervariasi bergantung kepada stadia hidup, kebiasaan hidup, dan kondisi lingkungan. Jumlah
sel darah merah juga dipengaruhi oleh musim, suhu, serta status gizi dan kesehatan ikan.
Apabila kadar eritrosit terlalu tinggi maka akan membuat ikan dalam kondisi stress sehingga
ikan akan memproduksi sel darah merah yang baru [17]. Selain itu perubahan kadar eritrosit
juga mampu menandakan adanya zat asing yang terdapat pada perairan [18].
b) Sel darah putih (leukosit)
Selain mengandung sel darah merah, darah ikan juga mengandung beberapa tipe sel
darah yang tak bewarna (sel darah putih atau leukosit). Leukosit merupakan komponen sel
darah yang memiliki peran pada sistem pertahanan tubuh ikan dari partikel asing dan

8
mikroorgansime yang masuk ke dalam tubuh [19]. Seluruh tipe sel darah putih memiliki bentuk
lonjong hingga membulat. Jumlah sel darah putih antar spesies memiliki variasi antara 20.000-
150.000 per mm3. Kisaran jumlah sel darah putih dalam satu spesies sangat lebar; contoh ikan
mas mempunyai kisaran antara 32.000-146.000 per mm3. Jumlah leukosit mencerminkan
proses evolusi sistem imunitas, yang dapat dipegaruhi oleh suhu dan fotoperiode [20].
Meningkatnya jumlah sel darah putih kemungkinan dapat terjadi karena adanya infeksi oleh
patogen seperti virus, fungi atau bakteri maupun akibat dari memburuknya kualitas perairan.
Ikan yang terinfeksi patogen ditandai dengan muculnya bercak kemerahan pada pangkal
siripnyan [16]. Sel darah putih mencakup empat jenis yakni granulosit, trombosit, limfosit, dan
monosit.
Granulosit berjumlah 4-40% dari seluruh jumlah sel darah putih, dan berdiameter rata-
rata sekitar 10u. Banyaknya Granulosit bersifat fagosit, terlibat dalam melawan penyakit, dan
meningkat jumlahnya bila ikan terinfeksi oleh bakteri. Berdasarkan reaksi pewarnaannya
granulosit terdiri atas neutrofil (paling umum), asidofil (eosinofil), dan basofil (jarang
ditemukan pada ikan, kecuali pada sedikit ikan laut). Neutrofil berperan dalam respon
kekebalan terhadap serangan organisme patogen dan mempunyai sifat fagositik. Neutrofil
dalam darah akan meningkat bila terjadi infeksi dan berperan sebagai pertahanan pertama dalam
tubuh. Eosinofil dan basofil berperan dalam infeksi parasit dan respon alergi serta dihubungkan
dengan penyakit yang berdifat akut [21].
Trombosit berukuran kecil dan berjumlah kira-kira setengah dari seluruh leukosit ikan
dan berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit mengandung suatu bahan kimiawi
yang mendorong konversi protrombin menjadi trombin. Trombosit sebagai pembeku darah
akan meningkat saat ikan terserang infeksi patogen dan juga mengalami strees sebagai bentuk
pertahanan [22].
Limfosit berbentuk lonjong. Limfosit bervariasi ukurannya, diameter berkisar 4,5-
12um. Limfosit membentuk dua kelompok; kelompok pertama berkaitan dengan pembentukan
antibodi untuk kekebalan tubuh dari gangguan penyakit dan kelompok yang lain berkaitan
dengan kekebalan sel. Limfosit memiliki peran khusus untuk memfagosit antigen yang masuk
ke dalam tubuh dan memberikan informasi tentang infeksi penyakit kepada leukosit [23].
Monosit berbentuk lonjong. Monosit berperan sebagai fagosit terhadap partikel asing
yang berperan sebagai agen penyakit. Jumlah monosit pada ikan akan meningkat dalam waktu
yang singkat jika ikan tersebut terinfeksi [19]. Monosit yang ada pada semua jenis ikan mirip
dengan monosit pada vertebrata lain [24].
3. Pembentukan darah
Pada vertebrata berdarah panas pembentukan sel darah terjadi di sumsum tulang, limpa,
dan tonjolan pembuluh limfatik. Pada ikan dan amfibia pembentukan sel-sel darah
(hematopoesis) terjadi pada lebih banyak organ. Pada stadia embrio, pembuluh darah dapat
menghasilkan sel-sel darah. Pada ikan dewasa sel-sel darah masih dibentuk di permukaan
pembuluh darah, dan organ pembentuk sel darah bertambah banyak. Eritrosit dan granulosit
dibentuk di dalam lengkung dorsal dari protovertebral sampai notokorda.
Ginjal adalah organ yang paling kaya akan jaringan limfoid. Trombosit dibentuk di
bagian mesonefrik. Granulosit berasal dari submukosa saluran pencernaan, hati, gonad, dan
mesonefrik ginjal. Limpa ikan merupakan organ yang sangat bervariasi baik letak, bentuk,
maupun ukurannya. Limpa dikenal sebagai organ bewarna, merah tua, terletak di belakang
lambung. Organ ini berhubungan dengan alat pencernaan, meskipun tidak mempunyai fungsi
dalam pencernaan. Limpa pada ikan Gnathostomata terdiri atas bagian luar bewarna merah
yang disebut kortex, dan bagian dalam bewarna putih yang dinamakan medulla. Limpa
merupakan organ pembentuk darah. Bagian kortex membentuk eritrosit dan trombosit,

9
sedangkan bagian medula membentuk limfosit dan beberapa granulosit. Pada ikan limpa juga
memiliki fungsi imunologi layaknya limfonodus pada mamalia [25].
Dinding esofagus pada ikan Selachi, baik pada bagian atas maupun bagian bawah mulai
dari bagian bukofaring sampai bagian kardinal dari lambung terdapat organ limfoid yang
dikenal dengan sebutan organ Leydig. Organ ini menghasilkan sel darah putih. Jika limpa
dihilangkan, organ Leydig juga dapat menghasilkan eritrosit. Pada Chondrichthyes dan Dipnoi,
katup spiral pada usus menghasilkan beberapa bentuk sel darah putih.

Kesimpulan
Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun
perbedaan-perbedaan mendetail tetap ada di antara semua kelompok hewan. Hal tersebut
tergantung anatomi, fisiologi, dan kondisi lingkungannnya. Sistem peredaran darah pada ikan
bersifat tunggal, artinya darah tidak pernah keluar dari pembuluhnya, jadi tidak ada hubungan
langsung dengarn sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan materi dengan perantaraan difusi
melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan kembali ke jantung melalui pembuluh yang
ke dua. Seri pertama dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena. Sistem
peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan
merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung melalui pembuluh arteri
ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan
kembali ke jantung.

Daftar Pustaka
[1] T. S. Augusta, “Inventarisasi Ikan dan Kondisi Habitat di Danau Hanjalutung
Kalimantan Tengah,” J. Ilmu Hewani Trop., vol. 4, no. 2, pp. 45–48, 2015.
[2] I. Tapah, “366-1333-1-Pb,” no. 92, 2018.
[3] I. W. M. S. A. Imam Bachtiar and K. Kusmiyati, “Perbandingan antara Frekwensi
Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dengan Frekwensi Denyut Jantung Mencit (Mus
musculus) Berdasarkan Ruang Jantung,” Biota J. Ilm. Ilmu-Ilmu Hayati, vol. 1, no. 3,
pp. 126–131, 2017, doi: 10.24002/biota.v1i3.1229.
[4] M. F. Rahardjo, IKHTIOLOGY.pdf. Bandung: CV. Lubuk Agung, 2011.
[5] Hidayaturrahman, “Karakteristik bentuk dan ukuran sel darah ikan betok,” J. Enviro Sci.
Sci., vol. 11, pp. 88–93, 2015.
[6] A. I. Burhanuddin, “Ikhtiologi: Ikan dan Aspek Kehidupannya.” p. 330, 2010.
[7] Irianto, Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.
[8] H. Laily, F. Farikhah, and U. Firmani, “Analisis Histologis Ginjal, Hati Dan Jantung
Ikan Lele Afrika Clarias gariepinus yang Mengalami Anomali Pada Sirip Pektoral,” J.
Perikan. Pantura, vol. 1, no. 2, p. 30, 2018, doi: 10.30587/jpp.v1i2.464.
[9] Delfita Rina, Fisiologi Hewan, Jilid 1. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2014.
[10] F. M. Hudoarma, P. H. Gunawan, and A. A. Rohmawati, “Analisis Aliran Darah Dalam
Pembuluh Arteri Menggunakan Persamaan Navier-Stokes Dan Metode Lattice-
Boltzmann,” E-Jurnal Mat., vol. 7, no. 2, p. 102, 2018, doi:
10.24843/mtk.2018.v07.i02.p191.
[11] X. Feng, S. Travisano, C. A. Pearson, C. L. Lien, and M. R. M. Harrison, “The lymphatic
system in zebrafish heart development, regeneration and disease modeling,” J.

10
Cardiovasc. Dev. Dis., vol. 8, no. 2, pp. 1–14, 2021, doi: 10.3390/jcdd8020021.
[12] P. B. & J. J. C. Moyle, Fish an Introduction to Ichthyology, Second Edi. New Jersey:
Prentice Hall, 1988.
[13] S. Syidada and B. Hariyanto, “Identifikasi Acute Lymphoblastic Leukemia pada Citra
Mikroskopis Menggunakan Algoritma Naïve Bayes,” Rekayasa, vol. 14, no. 1, pp. 78–
83, 2021, doi: 10.21107/rekayasa.v14i1.9110.
[14] M. Nugroho, “Uji Biologis Ekstrak Kasar dan Isolat Albumin Ikan Gabus
(Ophiocephalus striatus) terhadap Berat Badan dan Kadar Serum Albumin Tikus
Mencit,” Teknol. Pangan Media Inf. dan Komun. Ilm. Teknol. Pertan., vol. 5, no. 1,
2013, doi: 10.35891/tp.v5i1.495.
[15] E. L. T. R. S. Ari Hepi Yanti, “Profil Hematologi Ikan Gabus (Channa striata Bloch,
1793),” J. Protobiont, vol. 8, no. 2, pp. 283–289, 2019, doi:
10.26418/protobiont.v8i2.32474.
[16] K. Alipin and T. A. Sari, “Indikator Kesehatan Ikan Kerapu Cantik (Epinephelus sp.)
Yang Terdapat Pada Budidaya Keramba Pantai Timur Pangandaran,” Metamorf. J. Biol.
Sci., vol. 7, no. 2, p. 141, 2020, doi: 10.24843/metamorfosa.2020.v07.i02.p18.
[17] R. Arlanda and S. Chondro, “Pengaruh Pemberian Ekstrak Tembakau ( Nicotiana
tobacum ) Sebagai Bahan Anestesi Terhadap Kondisi Hematologi Ikan Nila (
Oreochromis niloticus ),” vol. 2, pp. 32–40, 2018.
[18] N. Fitria, D. H. Tjong, and I. J. Zakaria, “Physiological Blood of Baung Fish
(Hemibagrus nemurus Blkr.),” Metamorf. J. Biol. Sci., vol. 6, no. 1, p. 33, 2019, doi:
10.24843/metamorfosa.2019.v06.i01.p06.
[19] Robert R.J, Fish Pathology. Lowa: Wiley-Blackwell, 2012.
[20] D. W. Rousdy and R. Linda, “Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata: Lele
(Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata), Merpati (Columba
livia) dan Mencit (Mus musculus),” Bioma J. Ilm. Biol., vol. 7, no. 1, pp. 1–13, 2018,
doi: 10.26877/bioma.v7i1.2538.
[21] Jain N.C, Essentials of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea & Febiger, 1993.
[22] G. Mahasri, K. Kusnoto, and E. Insivitawati, “Gambaran Darah dan Histopatologi
Insang, Usus Dan Otak Ikan Koi (Cyprinus carpio Koi) yang Diinfeksi Spora Myxobolus
koi secara Oral <Br><I>[Haematology and Histopatology of Gills, Intestine And Brain
Koi Fish (Cyprinus carpio Koi) Myxobolus koi Orally Infected]<I>,” J. Ilm. Perikan.
dan Kelaut., vol. 7, no. 2, pp. 225–234, 2015, doi: 10.20473/jipk.v7i2.11210.
[23] I. Rustikawati, “Efektivitas Ekstrak Sargassum Sp. Terhadap Diferensiasi Leukosit Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus) yang Diinfeksi Streptococcus Iniae,” J. Akuatika Indones.,
vol. 3, no. 2, pp. 125–134, 2012.
[24] R. W. A. dan T. W. Thrall, M.A., G. Weiser and Campbell, Veterinary Hematology and
Clinical Chemistry. Iowa: Wiley- Blackwell, 2012.
[25] M. Mariska, Nazaruddin, and A. TR, “Gambaran Histopatologis Limpa Jantan Ikan
Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Terpapar Merkuri Klorida (HgCl 2 ),”
JIMVET) Fak. Kedokt. Hewan Univ. Syiah Kuala, vol. 4, no. 1, pp. 1–8, 2020.

11

Anda mungkin juga menyukai