Anda di halaman 1dari 14

http://www.nafiun.com/2012/12/sistem-peredaran-darah-pada-burung-aves.html.

Sistem
Peredaran Darah pada Burung (Aves)

A. Sistem Sirkulasi Pisces

Ikan termasuk golongan hewan vertebrata yang memiliki siklus peredaran darah yang
mirip dengan sistem peredaran darah pada katak, sistem peredaran darah pada aves bahkan
mekanisme peredaran darah pada manusia. Ikan memiliki sistem peredaran darah tertutup dan
peredaran darah tunggal.

arah dalam tubuh ikan memiliki fungsi yang sama dengan fungsi darah pada manusia maupun
hewan vertebrata lainnya, yaitu untuk mengangkut makanan ke seluruh tubuh dan membuang
sisa metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Adapun organ-organ tubuh pada ikan dan saluran-
salurannya yang berperan dalam sistem peredaran darah, diantaranya yang merupakan Sistem
Peredarah Darah Pada Ikan :

1. Jantung

Posisi jantung dalam tubuh ikan terletak di bagian posterior lengkung insang, di bagian depan
rongga badan, dan di atas Ithmus. Jantung ikan terdiri dari satu atrium, satu ventrikal dan sinus
venosus. Penjelasan secara rinci dapat dilihat, sebagai berikut :

 Atrium : Atrium adalah sebuah ruangan dalam jantung ikan yang berdinding tipis. Darah
yang berada dalam atrium akan melalui antrioventikular kemudian masuk dalam rongga
ventrikel. Antrioventikular memiliki semacam katup atau klep yang dapat mencegah
aliran darah kembali ke rongga atrium.

 Ventrikel : Ventrikel adalah sebuah ruangan dalam jantung ikan yang berdinding tebal.
Ventrikel hanya menerima darah yang di salurkan oleh atrium, selanjutnya darah yang
berada dalam ventrikel akan dipompa dengan menggunakan aorta ventral ke insang
sampai menyebar ke seluruh tubuh.

 Sinus Venosus : Sinus venosus adalah ruangan tambahan di dalam jantung ikan yang
berdinding tipis dan nyaris tidak mengandung jaringan otot. Sinus venosus berfungsi
untuk menampung darah yang mengalir dari vena kardial anterior dan posterior melalui
vena hepatica.

2. Conus Arteriosus

Ikan jenis Elasmobranci memiliki conus arteriosus yang berfungsi dan berkembang dengan baik
namun ikan jenis ini tidak memiliki bulbus arteriosus. Sedangkan ikan jenis Teleostei memiliki
conus arteriosus yang strukturnya sangat kecil dan memiliki bulbus arterious yang tumbuh serta
berfungsi dengan baik.

3. Arteri

Arteri adalah salah satu pembuluh darah yang ada dalam tubuh ikan. Arteri di dalam tubuh ikan
berfungsi untuk menyalurkan darah yang keluar dari insang menuju ke seluruh tubuh. Pembuluh
darah arteri mengandung banyak oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh ikan. Arteri dalam
tubuh ikan terdiri dari tiga buah lapisan, yaitu intima, endothelium, dan subendothelium.

4. Vena

Vena adalah salah satu pembuluh darah yang ada dalam tubuh ikan dan berfungsi sebagai
pembuluh darah balik yang alirannya bertujuan ke jantung. Vena memiliki dinding yang lebih
tipis dari arteri namun ukuran rongganya jauh lebih besar dari arteri. Dinding vena sangat elastis
dan aktif berkontraksi sehingga mampu memompa darah sampai ke jantung.

5. Kapiler

Kapiler adalah tempat percabangan salurah darah dalam tubuh ikan yang berfungsi sebagai
tempat pertukaran antara darah dengan jaringan atau sel. Kapiler yang terdapat dalam tubuh ikan
ada tiga jenis, yaitu kapiler kontinyu, kapiler berpori dan kapiler diskontinyu.

Komponen Pembentuk Darah Dalam Tubuh Ikan


Darah memiliki peranan besar dalam menyebarkan rangkaian nutrisi, mengedarkan zat-zat
kimia,membawa sisa-sisa metabolisme serta mengangkut oksigen dan karbondioksida. Darah
memiliki komponen pendukung yang membantu ikan untuk mempertahankan diri dari berbagai
serangan penyakit. Komponen yang terdapat dalam darah terdiri dari trombosit dan plasma
darah.

Plasma darah dalam tubuh ikan terdiri dari sel-sel dan cairah darah. Ada tiga sel darah yang
membentuk plasma darah, yaitu Erythrocyte, Leucocyte dan Thrombocyte. Pembentukan sel-sel
darah pada hewan yang berusia muda terjadi dalam kantung yolk, hati, spleen, dan limfa.
Sedangkan pembentukan sel-sel darah pada hewan yang telah dewasa terjadi di dalam sumsum
tulang.

Adapun penjelasan tentang sel darah yang membentuk plasma darah, adalah sebagai berikut :

1. Erythrocyte

Erythrocyte adalah sel darah merah yang terdapat dalam tubuh ikan. Keberadaan Erythrocyte
menyebabkan darah ikan berwarna merah. Hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh terdapat dalam erythrocyte. Jumlah erythrocyte dalam tubuh ikan
berkisar antara 20.000-3.000.000/mm3.
2. Leucocyte

Leucocyte adalah sel darah putih yang terdapat dalam tubuh ikan. Leucocyte memiliki dua
kelompok sel yang disebut granulacyte dan agranulacyte. Granulacyte memiliki butir-butir
(granula), sedangkan agranulacyte tidak memiliki butir-butir (granula). Leucocyte adalah unsur
atau bagian dari dalam pembuluh darah, namun memiliki fungsi utama yang ada di luar
pembuluh darah. Di dalam Leucocyte terdapat enzim yang dapat menimbulkan reaksi kimia.

3. Thrombocyte

Thrombocyte adalah sel darah yang terdapat dlam tubuh ikan yang memiliki ukuran lebih kecil
dari erythrocyte. Thrombocyte adalah penghasil utama dari thrombokinase.

Keadaan Hematrokit Dalam Tubuh Ikan


Hematrokit adalah kadar volume eritrosit yang ada dalam darah ikan. Hematrokit merupakan
volume eritrosit yang telah dipisahkan dengan plasma darah dan dinyatakan dalam bentuk pesen.
Hematrokit pun disebutkan sebagai perbandingan antara sel darah merah dengan seluruh volume
darah. Hematrokit dapat menentukan tingkat kesehatan ikan. Keadaan hematrokit dalam darah
ikan akan menurun saat ikan mengalami stres akibat perubahan atau pencemaran lingkungan
yang terjadi di habitat ikan.

Sistem sirkulasi pada ikan berupa sistem sirkulasi tunggal, kecuali pada Dipnoi.
Jantung ikan hanya terisi darah yang tidak mengandung oksingen. Darah dari jantung
dipompa menuju ke insang untuk diisi oksigen lalu diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung
hanya memiliki 2 bilik yaitu atrium dan ventrikel dengan konus (bulbul) arteriosus. Darah,
ebelum masuk ke dalam atrium terlebih dahulu melewati sinus venosus, dari atrium darah
menuju ventrikel, kemudian dipompa kea rah konus arterious menuju aorta ventral. Darah
dari aorta ventral menuju ke daerah insang lewat arteri brankia aferentia, selanjunya dari
insang arteru brankia eferen darah insang mengumpul pada aorta ventral dan dorsal. Pada
saat perkembangan embrio ada enam buah lengkung aorta, meskipun pada perkembangan
selanjutnya tereduksi atau mengalami modifikasi. Sinus venosus menerima darah dari vena
hepatica dan vena cardinalis (vena Cuvieri, yang merupakan gabugan pembuluh vena
cardinal posterior dan anterior). Darah dari kepala dikumpulkan oleh vena cardinal
posterior. Pembuluh Cuvier adalah pembuluh vena latero abdominalis yang menerima
darah dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portal renalis terdiri vena kaudal dan 2
pembuluh portal ginjal. Darah dari ekor menuju sistem portal renalis lalu ke kapiler ginjal.
Sistem portal hepatic mengalirkan darah dari lambung dan usus kemudian kembali ke hati.
Sesudah itu masuk ke sinus venosus. Konus arterious pada ikan bertulang rawan
mempunyai 8 pasang katup untuk mencegah darah kembali ke jantung, pada ikan bertulang
sejati hanya satu, sedangkan pada ikan Dipnoi ditemukan septum atrium sehingga ada
atrium kanan dan kiri. Kenyataan ini merupakan perkembangan awal dari sistem sirkulasi
ganda yang memisahkan darah oksi (banyak mengandung oksigen) dan deoksi (banyak
mengandung karbondioksida) dalam jantung. Darah dari atrium kanan pada ikan paru-paru
ini menuju samping kanan ventrikel, kemudian dipompa lewat arteri pulmonalis menuju
bangunan seerti paru-paru primitive yang merupakan percabangan 6 pasang dari arkus
aortikus. Darah oksi kembali ke atrium kiri dari jantung setelah melewati beberapa vena
pulmonalis ( seperti pada amfibi). Sistem sirkulasi kelompok Dipnoi mempunyai
karakteristik antara ikan dan amfibi, yaitu memiliki vena abdominal ventralis yang
mungkin merupakan gabungan dari darah lateral abdominalis. Oksigen dibawa oleh
eritrosit dan plasma ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini telah ditemukan bahwa ikan es
Antartika (Chaenocephalus aceratus) tidak memiliki eritrosit dan hemoglobin. Ikan
tersebut hidup di laut dalam yang dingin, fluktuasi temperature kecil dan sulit mendapat
makanan. Ikan ini telah teradaptasi meminimalkan kebutuhan akan aoksigen, dan oksigen
diabsorbsi oleh plasma darah secara perlahan-lahan dari air.

B. Sistem Sirkulasi Amphibia


Sistem Sirkulasi AmphibiaHewan amfibi seperti Katak memiliki sistem peredaran darah tertutup
dan ganda. Sistem peredaran darah tertutup adalah adanya peredaran darah ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah. Sedangkan sistem peredaran darah ganda adalah darah melewati
jantung sebanyak dua kali dalam sekali perputarannya.

Jantung yang dimiliki Katak terdiri dari satu atrium kanan, satu atrium kiri dan satu ventrikel.
Selain itu, katak memiliki satu organ bernama sinus venosus. Sinus venosus adalah saluran
penampungan darah dari pembuluh yang akan masuk ke atrium. Jantung pada katak akan selalu
dialiri darah yang mengandung oksigen dan karbondioksida.

Mekanisme peredaran darahnya adalah darah yang dengan kandungan oksigen dari paru-paru
dan kulit akan mengalir ke atrium kiri. Sedangkan darah dengan tingkat oksigen rendah akan
disalurkan sinus venosus ke atrium kanan. Darah yang ada di kedua atrium ini akan mengalir ke
ventrikel untuk diolah kembali.

Di dalam ventrikel akan terjadi pencampuran antara darah dengan kandungan oksigen tinggi
dengan darah yang kandungan okseigennya rendah. Setelah berada di ventrikel, darah dengan
kualitas oksigen tinggi akan diedarkan ke seluruh tubuh sedangkan darah yang masih rendah
oksigen akan kembali menuju paru-paru sampai mendapatkan oksigen.

Aorta yang ada dalam mekanisme peredaran darah pada katak akan membantu penyebaran
oksigen ini ke seluruh bagian tubuh katak. Aorta yang terbagi ke dalam tiga arteri ini memiliki
sistem khusus untuk mengalirkan darah dengan kandungan oksigen tinggi menuju otak, organ
dalam tubuh dan jaringannya, serta kulit dan paru-paru.

Karakteristik Khas Dari Hewan Amfibi


Keanekaragaman hewan vertebrata dan invertebrata yang tersebar di seluruh permukaan bumi
adalah bagian dari ekosistem yang harus dijaga. Menjaga kondisi bumi tetap stabil dengan
menghindari kerusakan yang biasanya dilakukan manusia adalah salah satu cara menjaga
keseimbangan ekosistem untuk tetap berjalan sesuai siklusnya. Siklus hidup di muka bumi ini
amat teratur sehingga manusia sebagai makhluk yang paling sempurna turut berperan untuk
menciptakan keseimbangan ekosistem, baik itu hewan maupun tumbuhan.

Katak termasuk ke dalam hewan vertebrata yang persebarannya ada di setiap belahan dunia.
Katak adalah salah satu hewan yang dapat bertahan hidup di air dan darat. Keistimewaan habitat
hidup katak membuat hewan jenis Amfibia atau Amfibi ini dapat menyesuaikan dengan kondisi
alam tempatnya berada. Para ahli menyebutkan, hewan jenis Amfibi ini termasuk hewan
bertulang belakang pertama yang menempati wilayah daratan.

Hewan-hewan jenis Amfibi hanya memiliki tiga ordo yang bernama Anura, Caudata, dan
Gymnophiona. Anura merupakan ordo Amfibi yang banyak ditemukan di Indonesia dengan
ribuan spesies berbeda. Anura adalah hewan katak dan kodok. Sebaliknya dari Anura, Cauta
adalah ordo Amfibi yang tidak terdapat di Indonesia. Contoh dari jenis amfibi ini adalah
Salamander yang populasinya terdapat di China, Amerika Serikat, dan Asiatic Salamander.

Sedangkan Gymnophiona adalah jenis Amfibi yang memiliki sebutan lain dengan nama Sesilia.
Ada sekitar ratusan jenis Sesilia yang tersebar di Indonesia. Persebaran jenis Amfibi ini terdapat
di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Contoh spesies dari Gymnophiona adalah Indonesian
Caecilian, Javan Caecilian, dan banyak lagi.

Hewan Amfibi sangat mudah dikenali. Keberadaan hewan Amfibi ini di seluruh penjuru dunia
dengan berbagai keunikan warna, jenis, dan tingkat racun yang dimilikinya, tidak lagi dianggap
sebagai hewan yang asing. Setidaknya ada beberapa ciri umum yang dimiliki oleh hewan
bertulang belakang ini, yaitu :

1. Termasuk dalam kategori hewan vertebrata.


2. Memiliki kulit yang selalu basah dan berkelenjar.
3. Tubuh terdiri dari kepala, badan dan dua pasang kaki, serta ekor untuk jenis Salamander.
4. Mulut memiliki gigi dan lidah yang dapat menjulur panjang.
5. Kaki digunakan untuk alat geraknya, baik itu untuk melompat, memanjat atau berenang.
6. Perkembangbiakan hewan Amfibi dengan cara bertelur dengan pembuahan eksternal.
7. Proses metamorfosis hewan amfibi tergolong metamorfosis sempurna.

Perbedaan dan Persamaan Antara Katak dan Kodok


Katak adalah bagian dari hewan Amfibia dengan ordo Anura. Ordo Anura memiliki ciri kepala
yang menyatu dengan badan tanpa memiliki ekor. Ciri lainnya adalah memiliki kaki yang besar
dan panjang. Kaki-kaki tersebut digunakan hewan ordo Anura untuk melompat jauh ataupun
memanjat pepohonan. Hewan Amfibia yang termasuk dalam kategori tersebut adalah Katak dan
Kodok. Sekalipun hewan sejenis, katak dan kodok memiliki berbagai perbedaan fisik yang
sangat menonjol.

Adapun beberapa persamaan dan perbedaan fisik dari Katak dan Kodok, diantaranya :

 Tekstur kulit pada Katak sangat halus dan lembab, sedangkan tekstur kulit Kodok sangat
kasar dan kering.
 Katak akan menghabiskan banyak waktu di air, sedangkan Kodok mampu bertahan hidup
di daerah dengan kondisi kering.
 Mata yang dimiliki Katak cenderung menonjol, sedangkan mata yang dimiliki Kodok
tidak.
 Katak memiliki kaki belakang yang lebih panjang untuk digunakan meloncat atau
memanjat, sedangkan Kodok memiliki kaki yang jauh lebih pendek dari katak sehingga
kodok lebih sering menggunakan kakinya untuk berjalan.
 Katak dan Kodok sama-sama bernapas dengan paru-paru. Terkadang Katak pun
menggunakan kulitnya untuk bernapas.
C. Sistem Sirkulasi Reptil
Sistem sirkulasi pada reptile lebih sempurna daripada amfibi oleh sebab adanya
paru-paru fungsional dan ginjal metanefros. Atrium jantung terbagi sempurna
menjadi ruangan kanan dan kiri, sinus venosus menyatu dengan dinding dari
atrium kanan, ventrikel terpisah oleh septum (sekat). Ventrikel pada alligator dan
buaya terbagi menjadi dua kamar secara sempurna.

Sistem peredaran darah pada jenis hewan melata (reptil) masih lebih baik daripada sistem
peredaran pada jenis hewan amfibi. Reptil lebih baik daripada amfibi disebabkan sudah ada sekat
atau terpisahnya antara darah yang tidak memiliki oksigen dengan darah yang mengandung
oksigen pada jantung. Letak jantung reptil dapat ditemukan pada rongga dada, didepan vetral.

Pada umumnya secara garis besar, hewan berjenis reptil memiliki jantung yang terbagi menjadi 4
ruang yakni dua bilik (2 ventrikel) dan dua serambi (2 atrium). Bilik kiri (ventrikel kiri) dan bilik
kanan (ventrikel kanan) terdapat sekat yang tidak sempurna. Akibat sekat yang tidak sempurna
ini, maka darah yang ada di bilik kiri dan bilik kanan dapat bercampur satu sama lain. Kondisi
inilah yang menyebabkan hewan reptil umumnya berdarah dingin. Pengecualian pada jantung
jenis alligator, antar sekat ventrikel memiliki lorong kecil yang dinamakan foramen panizzae.

Fungsi Foramen Panizzae

 Memastikan penyebaran oksigen yang memadai untuk sistem pencernaan.


 Menjaga sirkulasi dan keharmonisan tekanan darah yang ada pada jantung pada saat berenang

Sistem peredaran darah pada hewan reptil terbagi menjadi pembuluh nadi paru-paru dan serambi
(aorta). Kadal memiliki 2 serambi (aorta), yaitu aorta yang terdapat pada bagian kanan dan aorta
yang terdapat pada bagian kiri. Darah yang ada pada aorta kanan yang berasal dari bilik kiri
mengandung banyak oksigen yang nantinya akan diedarkan ke seluruh sel-sel dan jaringan-
jaringan tubuh. Aorta ini akan membuat aliran dari arteri utama menuju ke bagian seluruh tubuh.
Darah yang telah menyebar keseluruh tubuh jenis hewan reptil ini akan masuk kembali ke
serambi kanan sebelum masuk ke jantung kembali. Pembuluh nadi yang ada di paru-paru dimana
sebelumnya membawa darah dari bilik kanan yang membawa CO2 dari seluruh tubuh. Pada saat
masuk ke paru-paru, darah yang mengandung kadar CO2 itu akan dibuang dan seketika juga
CO2 akan berganti dengan O2 yang berguna bagi tubuh reptil. Lalu darah yang mengandung
oksigen tersebut, akan masuk ke jantung menuju serambi kiri. Sistem peredaran darah inilah
yang menyebabkan sistem peredaran darah reptil dijuluki dengan sistem peredaran darah ganda.
Disebut demikian karena peredaran darah pada hewan reptil akan masuk ke jantung lebih dari 1
kali yaitu ada 2 kali.

Selain itu reptil juga dikenal memiliki peredaran darah yang tertutup. Peredaran darah reptil
secara garis besar terbagi menjadi peredaran darah besar (panjang) dan peredaran darah kecil
(pendek).

Peredaran Darah Reptil

1) Peredaran darah kecil atau pendek

Jenis peredaran ini yaitu peredaran yang mengangkut darah mulai dari jantung, masuk kedalam
paru-paru, lalu masuk lagi ke jantung. CO2 yang berasal dari bilik sebelah kanan akan menuju
masuk ke paru-paru melalui pembuluh darah arteri pulmonalis. Didalam paru-paru, alveolus
akan bekerja dengan cepat mengganti atau menukar karbondioksida (CO2) menjadi okesigen
(O2). Setelah itu darah akan menuju ke serambi yang ada pada kiri jantung melalui pembuluh
darah vena pulmonalis.

2) Peredaran darah besar atau panjang

Peredaran darah ini dimulai dari saat darah yang kaya O2 yang berasal dari bilik kiri jantung
dialirkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Oksigen ini akan diserap oleh sel-sel tubuh
reptil dan O2 akan segera berubah menjadi karbondioksida. Darah yang sudah berubah menjadi
CO2 ini akan diangkut kembali ke jantung (serambi kanan) melalui pembuluh darah vena. Secara
garis besar sistem peredaran darah golongan reptil dibagi menjadi tiga pola.

Tiga Pola Peredaran Darah Reptil

1) Model Crocodillan

Contoh hewan yang masuk dalam jenis ini yaitu buaya, komodo, alligator, biawak, dan
sejenisnya. Jantung model reptil ini memiliki empat ruang yaitu 2 serambi (atrium) dan 2 bilik
(ventrikel) Antara serambi kanan dan serambi kiri terdapat lorong kecil yang disebut Foramen
Panizza. Lorong ini menyambungkan dua jenis pembuluh darah arteri (yaitu arteri kiri dan arteri
kanan). Dimana darah yang memiliki sedikit oksigen yang masuk dari serambi (atrium kanan)
lalu diangkut ke bilik kanan. Kemudian darah akan menuju paru-paru dan dari paru-paru akan
mengalir ke serambi kiri (atrium kiri). Darah yang sudah mengandung banyak O2 ini akan
dibawa oleh bilik kiri (ventrikel kiri) untuk disebar ke seluruh tubuh. Walaupun terdapat foramen
(lorong kecil), tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan foramen tetap tertutup, agar
menjaga darah tidak tercampur satu sama lain.

2) Model Squamata

Contoh dari jenis reptil ini yaitu penyu, kura-kura atau hewan yang memiliki cangkang keras
dipunggungnya. Perbedaan utama model ini dibandingkan model yang lain yaitu memiliki ciri
khas yang hanya memiliki tiga ruang jantung yaitu 1 bilik (ventrikel) dan 2 serambi (atrium)

Prosesnya yaitu ruang serambi kanan (atrium kanan) yang membawa banyak karbondioksida (CO2)
masuk menuju cavum venosum ventrikel. Serambi kiri ini terdapat banyak O2 dari paru-paru menuju
cavum arteriosum. Tekanan dalam bilik pada model ini akan menyebabkan tercampurnya darah yang
kaya oksigen dengan darah yang sedikit oksigen pada bilik (ventrikel). (

3) Model Varanid

Contoh reptil ini yaitu kelompok kadal (bunglon, kadal) atau jenis reptil yang memiliki
kemampuan metabolisme yang tinggi dibandingkan jenis reptil yang lain Model ini mirip dengan
model squamata yang terdapat 3 ruang jantung, namun terdapat perbedaan sedikit. Perbedaannya
yaitu cavum venosumnya sedikit kecil jika dibandingkan pada model squamata. Peredaran darah
ini meminimkan terjadinya darah yang bercampur antara darah yang sedikit oksigen dengan
darah yang banyak oksigen.

Sistem peredaran darah pada jenis hewan melata (reptil) masih lebih baik daripada sistem
peredaran pada jenis hewan amfibi. Reptil lebih baik daripada amfibi disebabkan sudah ada sekat
atau terpisahnya antara darah yang tidak memiliki oksigen dengan darah yang mengandung
oksigen pada jantung. Letak jantung reptil dapat ditemukan pada rongga dada, didepan vetral.

Pada umumnya secara garis besar, hewan berjenis reptil memiliki jantung yang terbagi menjadi 4
ruang yakni dua bilik (2 ventrikel) dan dua serambi (2 atrium). Bilik kiri (ventrikel kiri) dan bilik
kanan (ventrikel kanan) terdapat sekat yang tidak sempurna. Akibat sekat yang tidak sempurna
ini, maka darah yang ada di bilik kiri dan bilik kanan dapat bercampur satu sama lain. Kondisi
inilah yang menyebabkan hewan reptil umumnya berdarah dingin. Pengecualian pada jantung
jenis alligator, antar sekat ventrikel memiliki lorong kecil yang dinamakan foramen panizzae.

Fungsi Foramen Panizzae

 Memastikan penyebaran oksigen yang memadai untuk sistem pencernaan.


 Menjaga sirkulasi dan keharmonisan tekanan darah yang ada pada jantung pada saat berenang

Sistem peredaran darah pada hewan reptil terbagi menjadi pembuluh nadi paru-paru dan serambi
(aorta). Kadal memiliki 2 serambi (aorta), yaitu aorta yang terdapat pada bagian kanan dan aorta
yang terdapat pada bagian kiri. Darah yang ada pada aorta kanan yang berasal dari bilik kiri
mengandung banyak oksigen yang nantinya akan diedarkan ke seluruh sel-sel dan jaringan-
jaringan tubuh. Aorta ini akan membuat aliran dari arteri utama menuju ke bagian seluruh tubuh.

Darah yang telah menyebar keseluruh tubuh jenis hewan reptil ini akan masuk kembali ke
serambi kanan sebelum masuk ke jantung kembali. Pembuluh nadi yang ada di paru-paru dimana
sebelumnya membawa darah dari bilik kanan yang membawa CO2 dari seluruh tubuh. Pada saat
masuk ke paru-paru, darah yang mengandung kadar CO2 itu akan dibuang dan seketika juga
CO2 akan berganti dengan O2 yang berguna bagi tubuh reptil. Lalu darah yang mengandung
oksigen tersebut, akan masuk ke jantung menuju serambi kiri. Sistem peredaran darah inilah
yang menyebabkan sistem peredaran darah reptil dijuluki dengan sistem peredaran darah ganda.
Disebut demikian karena peredaran darah pada hewan reptil akan masuk ke jantung lebih dari 1
kali yaitu ada 2 kali.

Selain itu reptil juga dikenal memiliki peredaran darah yang tertutup. Peredaran darah reptil
secara garis besar terbagi menjadi peredaran darah besar (panjang) dan peredaran darah kecil
(pendek).

Peredaran Darah Reptil

1) Peredaran darah kecil atau pendek

Jenis peredaran ini yaitu peredaran yang mengangkut darah mulai dari jantung, masuk kedalam
paru-paru, lalu masuk lagi ke jantung. CO2 yang berasal dari bilik sebelah kanan akan menuju
masuk ke paru-paru melalui pembuluh darah arteri pulmonalis. Didalam paru-paru, alveolus
akan bekerja dengan cepat mengganti atau menukar karbondioksida (CO2) menjadi okesigen
(O2). Setelah itu darah akan menuju ke serambi yang ada pada kiri jantung melalui pembuluh
darah vena pulmonalis.

2) Peredaran darah besar atau panjang

Peredaran darah ini dimulai dari saat darah yang kaya O2 yang berasal dari bilik kiri jantung
dialirkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.)Oksigen ini akan diserap oleh sel-sel tubuh
reptil dan O2 akan segera berubah menjadi karbondioksida. Darah yang sudah berubah menjadi
CO2 ini akan diangkut kembali ke jantung (serambi kanan) melalui pembuluh darah vena.

Secara garis besar sistem peredaran darah golongan reptil dibagi menjadi tiga pola.

Tiga Pola Peredaran Darah Reptil

1) Model Crocodillan

Contoh hewan yang masuk dalam jenis ini yaitu buaya, komodo, alligator, biawak, dan
sejenisnya. Jantung model reptil ini memiliki empat ruang yaitu 2 serambi (atrium) dan 2 bilik
(ventrikel) Antara serambi kanan dan serambi kiri terdapat lorong kecil yang disebut Foramen
Panizza. Lorong ini menyambungkan dua jenis pembuluh darah arteri (yaitu arteri kiri dan arteri
kanan).) Dimana darah yang memiliki sedikit oksigen yang masuk dari serambi (atrium kanan)
lalu diangkut ke bilik kanan. Kemudian darah akan menuju paru-paru dan dari paru-paru akan
mengalir ke serambi kiri (atrium kiri). Darah yang sudah mengandung banyak O2 ini akan
dibawa oleh bilik kiri (ventrikel kiri) untuk disebar ke seluruh tubuh. Walaupun terdapat foramen
(lorong kecil), tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan foramen tetap tertutup, agar
menjaga darah tidak tercampur satu sama lain.

2) Model Squamata

Contoh dari jenis reptil ini yaitu penyu, kura-kura atau hewan yang memiliki cangkang keras
dipunggungnya. Perbedaan utama model ini dibandingkan model yang lain yaitu memiliki ciri
khas yang hanya memiliki tiga ruang jantung yaitu 1 bilik (ventrikel) dan 2 serambi (atrium)

Prosesnya yaitu ruang serambi kanan (atrium kanan) yang membawa banyak karbondioksida (CO2)
masuk menuju cavum venosum ventrikel. Serambi kiri ini terdapat banyak O2 dari paru-paru menuju
cavum arteriosum. Tekanan dalam bilik pada model ini akan menyebabkan tercampurnya darah yang
kaya oksigen dengan darah yang sedikit oksigen pada bilik (ventrikel

3) Model Varanid

Contoh reptil ini yaitu kelompok kadal (bunglon, kadal) atau jenis reptil yang memiliki
kemampuan metabolisme yang tinggi dibandingkan jenis reptil yang lain. Model ini mirip
dengan model squamata yang terdapat 3 ruang jantung, namun terdapat perbedaan sedikit.
Perbedaannya yaitu cavum venosumnya sedikit kecil jika dibandingkan pada model squamata.
Peredaran darah ini meminimkan terjadinya darah yang bercampur antara darah yang sedikit
oksigen dengan darah yang banyak oksigen.

D. Sistem Sirkulasi Aves

Sistem sirkulasi burung sudah lebih berkembang seperti halnya Mamal.


Jantung dari Aves berbentuk kerucut dengan sebuah lapisan pelindungnya. Ada empat ruangan
dalam jantung yang terdiri dari atrium dekster (serambi kanan), atrium sinister (serambi kiri),
ventrikel dekster (bilik kanan) dan ventrikel sinister (bilik kiri). Keempat ruangan dalam jantung
Aves telah didesain sempurna sehingga oksigen dan karbondioksida tidak akan pernah tercampur
di dalam ruangan tersebut.

Proses peredaran darah burung dimulai saat darah yang mengandung karbondioksida dari seluruh
jaringan tubuh menuju jantung tepatnya ventrikel kanan. Oleh jantung, kandungan
karbondioksida dalam darah dipompa menuju paru-paru untuk dilepaskan, sedangkan gas oksigen
diikat paru-paru. Kandungan oksigen dalam darah ini dialirkan menuju ke jantung lagi, selanjutnya
masuk ke atrium kiri, dan akhirnya ke ventrikel kiri. Peredaran yang demikian ini
dinamakan peredaran darah kecil.

Gambar 2. Sistem peredaran darah burung


Setelah dari ventrikel kiri, darah yang mengandung oksigen akan diedarkan menuju seluruh sel
tubuh. Pada sel-sel tubuh ini, kandungan oksigen dalam darah dilepaskan, sementara gas
karbondioksida sebagai sisa metabolisme diikat. Kemudian, darah yang
mengandung karbondioksida ini dialirkan menuju jantung. Peristiwa ini akan terjadi berulang-
ulang dan dinamakan peredaran darah besar.

Berdasarkan uraian singkat itu, ada dua sistem peredaran yang terjadi pada Aves, yaitu :

1. Peredaran darah kecil : darah beserta kandungan karbondioksida yang berasal dari
seluruh tubuh akan dialirkan ke atrium dekster yang akhirnya akan melalui ventrikel
dekster.
2. Peredaran darah besar : darah beserta kandungan oksigen yang berasal dari ventrikel
dekster akan disalurkan ke seluruh bagian tubuh.
E. Sistem Sirkulasi Mamalia
Sistem sirkulasi mamal lebih maju daripada Vertebrata lain, memiliki empat
ruangan jantung yang terditi atas 2 atrium dan 2 vetrikel. Sempurnanya sekat
rongga interatrium dan interventrikel, menyebabkan pembagian yang sempurna
antara darah venosus dan darah arteriel. Atrium kanan diuhubungkan dengan
ventrikel kanan oleh katub mitral atau bikuspidalis. Sistem aorta berasal dari
bagian lengkung aorta sebelah kiri, lengkung aorta sebelah kanan menjadi arteri
subklavia. Semua vena kava langsung masuk ke atrium kanan, sedangkan sinus
venosus mereduksi pada saat embrio. Tidak ada sistem porta renalis, meskipun
sistem vena portal hepatic sangat mirip dengan Vertebrata lain, Eritrosit mamal
bersifat enukleat (tidak beriti sel)

Anda mungkin juga menyukai