HASIL PENGAMATAN
NO GAMBAR KETERANGAN
1. 1. Membran
timpani
2. Nores
eksterna
1
2
NO GAMBAR KETERANGAN
1. 1. Tulang
pangkal
9 paha
2. Tulang
ekor
3. Mata kaki
8 7 4. Ruas jari
5. Tulang
6 2 paha atas
6. Ruas
1 tulang
belakang
5 7. Ruas
tulang
3
belikat
8. Humerus
4 9. Tengkorak
GAMBAR KETERANGAN
Keterangan :
Dorsal
7 1. M. Dorsalis Scapulae
2. M. Longissimus dorsi
1 3. M. Extensor dorsi
communis
2 4. M. Vastus Externus
5. M. Gastronemius
6. M. Semimembranosus
3 7. M. Depresor Mandibulae
6
4
5
Ventral
1 1. M. Mylohyoid
2. M. Pectolaris
3. M. Rectus Abdominis
6
2 4. M. Tricep Femoris
5. M. Rectus Internus Minor
6. M. Deltoid
3 7. M. External Oblique
7
8. M. Adductor Magnus
4
8
5
Tabel 04. Sistem digestivus pada amphibi
GAMBAR KETERANGAN
SYARAF PENCERNAAN
:
1
1. Hati
2. Empedu
2 3. Lambung
3 4. Pankreas
5. Duodenum
4 6. Ileum
7. Usus besar
5
8. Glotis
6 9. Lidah
10. Esophagus
7
10
9
Tabel 05. Pengamatan Sistem Respirasi dan Sirkulasi apada Amphibi
Foto Keterangan
1. ventricle
2. Right atrium
3. Left atrium
2
1
1. paru-paru kiri
2. Paru-paru kanan
3. Kulit bagian dalam
2
1
Foto Keterangan
2
1
4
3
Foto Keterangan
2
3. Paru-paru
4. Kulit
4
Tabel 07. Pengamatan Sistem Saraf dan Indra pada Amphibi
GAMBAR KETERANGAN
Kulit
Keterangan :
2
3 1. Membran Tympani
1 2. Mata
3. Ante Brachium
7 4. Brachium
4 5. Femur
6. Kloaka
7. Digiti
Keterangan :
1. Mata
1
Keterangan :
1. Nares
LIDAH
1. Langit-langit mulut
1
2. Lidah
2
GAMBAR KETERANGAN
SYARAF TEPI :
11. Diencephalon
1 12. Optic lobes
13. Medula Oblongata
2 14. Spinal cord
15. Spinal nerve
3
16. Sciatic plexus
4 17. Filum terminale
18. Semimembranosus
5 nerve
6 19. Tibial nerve
20. Peroneal nerve
7
10
VI. PEMBAHASAN
1) Integumen
Kulit (integumen)
Kulit amphibi sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi
terdapat kelenjar kulit yang terbagi menjadi dua macam, yaitu :
- Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan amphibi melepaskan diri bila ditangkap.
- Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada
tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
2) Sistem Skeleton
3) Sistem Muskulus
Tubuh katak tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang kerjanya involunter.
Otot lurik yang kerjanya Volunter dan otot jantung yang secara morfologi seperti otot
lurik, namun involunter.
Otot lurik disebut juga otot skelet terbagi atas :
- Otot daging lebar dan pipih, misalnya adalah oblicus externus dan trans versus yang
membentuk dinding perut.
- Otot daging gilig misalnya otot bisep (pada lengan).
- Otot daging sfingter dengan carat melintang, misalnya sfingter pada anus atau
kloaka.
Otot lurik mengikat atau melekat pada tulang dan pada saat kontraksi atau relaksasi
akan menggerakkan tulang tersebut. Koordinasi kontraksi otot dilaksanakan oleh sistem
saraf.
Hewan amfibi seperti Katak memiliki sistem peredaran darah tertutup dan ganda.
Sistem peredaran darah tertutup adalah adanya peredaran darah ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah. Sedangkan sistem peredaran darah ganda adalah darah
melewati jantung sebanyak dua kali dalam sekali perputarannya.Jantung yang dimiliki
Katak terdiri dari satu atrium kanan, satu atrium kiri dan satu ventrikel. Selain itu, katak
memiliki satu organ bernama sinus venosus. Sinus venosus adalah saluran
penampungan darah dari pembuluh yang akan masuk ke atrium. Jantung pada katak
akan selalu dialiri darah yang mengandung oksigen dan karbondioksida.
Mekanisme peredaran darahnya adalah darah yang dengan kandungan oksigen dari
paru-paru dan kulit akan mengalir ke atrium kiri. Sedangkan darah dengan tingkat
oksigen rendah akan disalurkan sinus venosus ke atrium kanan. Darah yang ada di
kedua atrium ini akan mengalir ke ventrikel untuk diolah kembali.Di dalam ventrikel
akan terjadi pencampuran antara darah dengan kandungan oksigen tinggi dengan darah
yang kandungan okseigennya rendah. Setelah berada di ventrikel, darah dengan kualitas
oksigen tinggi akan diedarkan ke seluruh tubuh sedangkan darah yang masih rendah
oksigen akan kembali menuju paru-paru sampai mendapatkan oksigen.Aorta yang ada
dalam mekanisme peredaran darah pada katak akan membantu penyebaran oksigen ini
ke seluruh bagian tubuh katak. Aorta yang terbagi ke dalam tiga arteri ini memiliki
sistem khusus untuk mengalirkan darah dengan kandungan oksigen tinggi menuju otak,
organ dalam tubuh dan jaringannya, serta kulit dan paru-paru.
7) Sistem Reproduksi
Sistem genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentuk
oval berwarna keputih–putihan, terletak di sebelah anterior dari dari ren; diikat oleh
alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan peritoneum.
Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum suatu zat lemak berwarna kekunin
–kuningan, sedang di sebelah median dataran testis terdapat saluran–saluran halus yang
disebut vasa efferentia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju kloaka
(Triatmanto, 2000).
Sistem genitalis feminus yang terdiri atas sepasang ovarium diletakkan dengan
bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang terjadi dari
lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang–kadang terdapat ova yang
berwarna hitam dan putih berbentuk bintik–bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus
adiposum yang berwarna kekuning–kuningan. Ova yang telah masak menembus
dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduk, selanjutnya ovum menuju ke kloaka
pada suatu papillae (Triatmanto, 2000).
Reproduksi pada Amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada Anura dan
internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam
perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena
unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil
menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar.
Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel
telurnya sehingga bias dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu betina
dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar
pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia
yang mendapatkan betinanya. Amphibi berkembangbiak secara ovipar, yaitu dengan
bertelur, namun ada juga beberapa family Amphibi yang vivipar, yaitu beberapa
anggota ordoapoda. (Husnah, 2011).
8) Sistem Ekskresi
Ginjal Amphibi berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit
katak dapat ditembus oleh air, maka pada saat ia berada di air, banyak air masuk ke
tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi
air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air
sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh
glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan-bahan yang diserap
kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga
menggunakan kantung kemih untuk konserfasi air. Apabila sedang berada dia air,
kantung kemih terisi urin yang encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali ke
dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang
mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH (Husnah, 2011).
9) Sistem Indera
Pada katak dapat dibedakan menjadi empat yaitu kulit, mata, hidung, dan lidah.
a. Kulit (integumen)
Kulit amphibi sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi
terdapat kelenjar kulit yang terbagi menjadi dua macam, yaitu :
- Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan amphibi melepaskan diri bila ditangkap.
- Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada
tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
b. Mata
Mata katak berbentuk bulatdengan lensa yang tebal.Terdiri dariselaput yang
bergerak dari bawah kesamping atas membatasi jarak penglihatan sehingga mata
katak tidak dapatberakomodasi.Katak memiliki selaput tidur padakelopak matanya
yang disebutmembran niktitans atau selaput tidur.Fungsi membran niktitans:
untuk menjaga kelembapan mata katak saat didarat dan melindungi dari gesekan
didalam air.
c. Hidung
Hidung pada katak berfungsi dalam proses respirasi atau pernapasan. Yang dalam
hal ini berfungsi untuk menghirup udara menuju paru-paru (katak/kodok dewasa).
Pada amphibi terdapat dua lubang hidung yang disebut nares.
d. Lidah
Lidah katak tidak dapat merasakan rasa manis, asam, asin, pahit, dll seperti yang
bisa kita rasakan. Namun lidah katak cukup bisa membedakan mana makanan yang
layak makan dan yang tak bisa dimakan. Selain itu, lidah katak juga dapat menjulur
panjang dan digunakan untuk menangkap mangsa seperti serangga.
e. Telinga
Alat pendengaran katak berupa telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Jika
kita melihat katak mungkin kita tidak dapat melihat telinganya karena katak tidak
memiliki daun telinga, tapi kalau diperhatikan lebih seksama kita dapat menemukan
selaput gendang telinganya. Proses penyampaian bunyi pada pendengaran katak:
Getaran suara diterima oleh selaput gendang telinga, menggetarkan tulang
pendengaran dan meneruskannya ke tingkap jorong. Di tingkap jorong, getaran ini
diteruskan oleh cairan limfa ke saraf pendengaran.
10) Sistem Saraf
Pada Amphibi berdasarkan topografinya dibedakan menjadi sistem saraf pusat (sentral)
dan sistem saraf tepi (perifer).
- Sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan
fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan.
Otak dan medulla spinalis pada amphibi,selain dilindungi oleh tengkorak
dan ruas-ruas tulang belakang, juga dilindungi oleh 2 lapisan selaput
meninges. Dua lapisan meninges pada amphibi dari luar ke dalam adalah
duramatar (yang berupa jaringan ikat dan melekat pada tulang) dan pia-
arakniod yang vascular. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium
subdurale, diantara keduanya terdapat cairan cerebrospinalis.
a. Otak (ensefalon)
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak didalam
tulang tengkorak dan diselubungi oleh jaringan, berupa jaringan
meninges. Pada otak amphibi terdapat bagian-bagian
- Lobus olfaktorius
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius.
Lobus ini tidak terlalu berkembang. Oleh karenanya berbentuk relative kecil
dan merupakan penonjolan dari bagian yang disebut hemisperium serebri.
Kurang berkembangnya lobus olfaktorius yang berperan sebagai pusat
pembau pada amphibi, berhubungan dengan cara hidupnya yang tidak
terlalu banyak membutuhkan peran dari lobus olfaktorius sebagai pusat
pembau.
- Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak.
Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area
motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Serebrum pada amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun
serebri. Pada serebrum memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang
kompleks, misalnya pembiakan dan macam-macam gerak.
- Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus amphibi terletak di bagian dorsal
otak dan merupakan jembatan antara serebrum dan mesenshefalon.
Sedangkan kelenjar hipofisis terletak pada bagian ventral otak yang
berfungsi mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Oleh karenanya
dikatakan sebagi Master of Glands.
Pada bagian atas (dorsal) otak tengah juga terdapat lobus optikus dan
sepasang nervus optikus yang saling bersilangan. Pertemuan atau
persilangan antara dua nervus optikus disebut sebagai chiasma. Lobus ini
merupakan pusat penglihat, karena semua nervus optikus bermuara pada
lobus ini. Stimulus yang berupa cahaya dan diterima oleh mata sebagai
reseptor diubah menjadi impuls dan disalurkan ke nervus optikus yang
akhirnya diterjemahkan pada lobus optikus, sehingga timbul sensasi
penglihatan. Lobus ini juga berfungsi mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Lobus
optikus pada amphibi lebih berkembang daripada lobus olfaktorius. Hal ini
karena amphibi, contohnya katak merupakan hewan Nokturnal. Hewan-
hewan Nokturnal lebih banyak melakukan aktivitas pada malam hari,
sehingga lobus optikus lebih dibutuhkan oleh amphibi.
Selain itu, pada bagian dorsal otak tengah juga terdapat kelenjar epifisis.
Kelenjar ini disebut juga Badan pineal yang berfungsi ketika terjadi
pembentukan pigmen pada permukaan tubuh.
Pada bagian ventral, selain terdapat kelenjar hipofisis juga terdapat
kelenjar hypothalamus dan infundibulum. Pada kelenjar hypothalamus
terdapat sel-sel neurosekretori (sel saraf yang menghasilkan secret). Secret
dari sel ini berupa neurohormon yang berfungsi untuk mempercepat
penyampaian impuls dari sinapsis yang satu ke sinapsis yang lain.
Sedangkan infundibulum, merupakan tangkai dari hipofisis yang berfungsi
menghubungkan hipofisis dengan hypothalamus.
- Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi, karena aktifitas
otot relative berkurang.
- Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks
fisiologi seperti detak jantung (pusat pengatur percepatan dan penghambat
denyut jantung) , tekanan darah (pusat pengaturan penyempitan dan
pelebaran pembuluh darah), volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum lanjutan
juga mengatur gerak refleks yang lain.
https://www.scribd.com/doc/87593596/Acara-11-Organ-Dan-Sistem-Organ-Pada-
Amphibia
https://aadrean.files.wordpress.com/2011/11/5-amphibia.pdf
https://biologywebblog.wordpress.com/2016/06/27/sistem-organ-pada-amfibi/
http://budisma.net/2014/12/sistem-reproduksi-pada-amfibi.html