1
Ikan merupakan vertebrata air yang termasuk dalam golongan hewan berdarah dingin
dan dapat ditemukan baik pada perairan asin (laut) maupun perairan tawar (seperti sungai,
danau, dsb) (Purnamasari dan Santi, 2017). Sama halnya dengan manusia, ikan memiliki
sistem peredaran darah tertutup atau dapat diartikan bahwa darah ikan tidak pernah keluar dari
pembuluhnya, jadi tidak berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh yang ada di sekitarnya
(Pandit, 2011). Ikan memiliki pola sirkulasi tunggal yang dimana darah akan melewati
jantung hanya sekali dalam setiap rangkaian lengkap. Darah yang mengalami kekurangan
oksigen mulai dari jaringan tubuh dan datang ke jantung, akan dipompa ke insang. Pertukaran
gas terjadi di dalam insang dan darah yang beroksigen akan diedarkan dari insang ke seluruh
tubuh. Hal inilah yang membedakan kelompok pisces dengan mamalia (Purnamasari dan
Santi, 2017).
Gambar 1. Sistem peredaran darah pada ikan (Purnamasari dan Santi, 2017).
B. Organ-Organ Penyusun serta Mekanisme Kerja Sistem Peredaran Darah Pada Ikan
Sistem peredaran darah pada ikan terbilang cukup sederhana karena hanya terdiri dari
pembuluh jantung, darah dan pembuluh darah (Purnamasari dan Santi, 2017). Namun selain
ketiga organ tersebut, terdapat organ lainnya yang memiliki peranan penting dalam sistem
peredaran darah. Berikut adalah organ-organ yang terdapat pada sistem peredaran darah ikan :
1. Jantung
Jantung ikan memiliki struktur otot yang sederhana dan terletak di belakang dan di
bawah insang. Jantung ikan tertutup oleh membran pericardial (perikardium). Jantung ikan
dibangun oleh 4 ruang yang terletak di bagian posterior lengkung insang yang terdapat di
bagian depan rongga badan di atas Ithmus.
a. Sinus venosus merupakan ruang tambahan yang berdinding tipis dan hampir tidak
mengandung jaringan otot. Dinding caudalnya bersatu dengan bagian depan dari
septum transversum yang memisahkan rongga pericardial dengan rongga
pleuroperitoneal. Darah venus akan masuk dari seluruh tubuh ke sinus venosus
melalui sepasang ductus cuvieri yang masuk di bagian lateral, dan sepasang sinus
hepaticus akan masuk dari sinus venosus ke dinding posterior. Vena coronaria
yang datang dari dinding otot jantung juga akan masuk dari sinus venosus.
Selanjutnya, dari sini darah akan diedarkan melalui lubang sinus atrial menuju
masuk ke dalam atrium.
2
b. Atrium merupakan ruang tunggal yang memiliki dinding relatif tipis yang terletak
di anterior dari sinus venosus. Darah yang mengalir dari atrium akan diteruskan
ke dalam rongga ventrikel melalui salurang yang disebut dengan lubang
atrioventikular. Lubang ini dilindungi oleh klep atau katup atroventrikular yang
berfungsi untuk mencegah aliran darah kembali ke rongga atrium.
c. Ventrikel merupakan ruang dalam jantung ikan yang berdinding tebal berotot dan
hanya menerima darah dari atrium saja. Dari ruang ini, darah akan dipompa
melalui aorta ventral menuju ke insang. Ruang ini dibentuk oleh lapisan otot luar
yang disebut dengan kortikal dan lapisan otot dalam yang disebut dengan spongi.
Bagian ini yang akan menerima darah dari atrium melalui atroventricular. Ujung
anterior dari ventrikel tumbuh memanjang dan berdinding tebal dimana
didalamnya terdapat suatu seri klep semilunar.
d. Conus arteriosus. Pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang dengan
baik namun tidak memiliki bulbus arteriosus. Pada sebagian ikan, teleostei conus
arteriosus sudah mengalami reduksi membentuk suatu struktur yang sangat kecil
dan bulbus arteriosus-nya berkembang dengan baik.
Berikut adalah gambar jantung beserta bagian-bagiannya :
3
b. Vena merupakan pembuluh darah balik yang mengalirkan darah ke jantung.
Struktur vena sama mirip dengan arteri, hanya saja vena memiliki dinding yang
lebih tipis dan rongganya lebih besar dibanding arteri. Bagian dalam vena yang
mengalami tekanan hidrostatik tinggi umumnya memiliki banyak jaringan elastis
dan sel otot yang licin. Dinding vena akan berkontraksi secara aktif,
mempertahankan tekanan darah dalam vena dan memompa darah dari dinding ke
jantung.
4
Jantung mengeluarkan darah yang relatif kurang oksigen dan berkadar CO2 tinggi.
Ikan pada umumnya, vena utama yang membawa darah kembali ke jantung ialah sepasang
vena kardinalis anterior dan posterior. Vena yang pertama, membawa darah dari bagian
kepala berjalan berdampingan dengan sepasang vena juga laris yang letaknya lebih ke tengah.
Dari ekor berjalan vena caudalis yang tunggal, kemudian bercabang dua menjadi vena portae
renalis menuju ke ginjal. Di dalam ginjal vena potae renalis mempercabangkan banyak
venarenalis advehentes, dan masing-masing cabang ini pecah menjadi kapiler darah. Jaring
kapiler darah ini kemudian bersatu kembali menjadi beberapa vena renalis revehentis yang
mengalir ke permukaan tengah dari ginjal dan bermuara pada vena kardinalis posterior.
Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan Teleostei berkisar antara 1,5 – 3 % dari bobot
tubuhnya. Pada Squlus acanthias volume darah bisa mencapai 5 % dari bobot tubuhnya
(Pandit, 2011).
Sel darah pada ikan terbagi atas 3 macam : eritrosit pada ikan berbentuk lonjong dan
berinti dengan diameter 7 – 36 mikron (tergantung spesies ikannya). Warna merah dari darah
disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat dalam erythrocyte. Jumlah eritrosit tiap mm3 darah
berkisar antara 20.000 –3.000.000. Pengangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada
komponen Fe pada hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat di dalam erythrocyte.
Kemampuan mengikat oksigen pada tingkat kejenuhan 95 %, kandungan besi dalam darah
dan jumlah sel darah merah sangat bervariasi bergantung pada stadia hidup, kebiasaan hidup
dan kondisi lingkungan.
Leukosit pada ikan tidak berwarna, berjumlah antara 20.000 – 150.000 dalam tiap
mm3 darah. Leukosit dapat dibedakan menjadi tiga macam sel, yaitu granulosit, limfosit, dan
monosit. Walaupun leukosit merupakan unsur darah, tetapi fungsi utama dari padanya ada di
luar pembuluh darah. Mereka mempunyai sifat dapat menerobos keluar dari pembuluh darah,
dan bergerak secara amoeboid di antara jaringan sekelilingnya. Mereka tidak hanya
mempunyai sifat daya fagositose saja, tetapi kaya terhadap enzim yang dapat menimbulkan
reaksi kimia. Di luar pembuluh darah, leukosit hanya berumur pendek. Berdasarkan
penyerapan warna, granulosit terdiri dari neuttrophil, acidophil (eosinophil) dan basophil.
Agranulosit yang merupakan komponen terbesar leukosit terdiri dari limfosit, monosit dan
trombosit.
Trombosit ukurannya jauh lebih kecil dari eritrosit, besarnya bervariasi antara 2
sampai 3 mikron. Mereka merupakan penghasil utama dari trombokinase.
5
Gambar 5. Macam-macam sel darah.
D. Kesimpulan
Sistem sirkulasi merupakan sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan
O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi,
garam-garam, hormon, dan antibodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar,
insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Selain itu, sistem ini juga berfungsi dalam
mempertahankan kestabilan suhu, pH, cairan dan homeostasis. Ikan memiliki sistem
6
peredaran darah tertutup atau dapat diartikan bahwa darah ikan tidak pernah keluar dari
pembuluhnya, jadi tidak berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh yang ada di sekitarnya.
Ikan memiliki pola sirkulasi tunggal yang dimana darah akan melewati jantung hanya sekali
dalam setiap rangkaian lengkap. Organ-organ sistem peredaran darah yang dimiliki oleh ikan
terdiri atas jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-
kapiler darah. Bahan yang diedarkan berupa darah (plasma darah dan butir-butir darah).
Darah pada ikan terdiri atas 3 jenis yaitu eritrisit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih)
dan trombosit (pembekuan darah).
Daftar Pustaka
[1] Fitria, N, Tjong, D. H, dan Indra J, Z. "Fisiologis Darah Ikan Baung (Hemibagrus
nemurus Blkr.)". Journal Metamorfosa. Vol. 6. No. 1 (2019) : h. 33-38.
[2] Mu'min, A. 2020. Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Dengan
Penambahan Dosis Enzim Papapin Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar.
[3] Pandit, I, G, S. Ichtiology. Denpasar-Bali : Warmadewa University Press. 2011.
[4] Purnamasari, R dan Santi, D, R. Fisiologi Hewan. Surabaya : UIN Sunan Ampel Press.
2017.