Anda di halaman 1dari 19

Sistem Sirkulasi dan Sistem Saraf/Koordinasi pada

Hewan Invertebrata, Pisces dan Amphibia.

A. Sistem Sirkulasi Hewan Invertebrata, Pisces dan Amphibia


Sistem sirkulasi pada hewan merupakan suatu sistem organ yang memiliki fungsi
untuk memindahkan zat ke sel. Sistem ini berfungsi untuk mempertahankan kestabilan
suhu, pH, cairan dan homeostasis. Ada tiga macam sistem peredaran darah, yaitu, Sistem
difusi yaitu terjadi pada invertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra
belum mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung dengan salurannya yang merupakan
jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya beredar keseluruh tubuh karena
adanya aliran protoplasma. Sistem peredaran darah terbuka terjadi jika dalam peredaran-
nya darah tidak selalu berada di dalam pembuluh. Misalnya pada hewan Arthropoda.
Sistem peredaran darah tertutup terjadi jika dalam peredaran-nya darah selalu berada di
dalam pembuluh, misal: Annelida, Mollusca, Vertebrata (Purnamasari, 2017).
Semua hewan vertebrata dan beberapa hewan invertebrata memiliki system
peredaran darah tertutup. Dalam system tersebut, darah hanya mengalir di dalam
pembuluh dan dipompa oleh jantung. Pada system terbuka, darah tidak melalui
pembuluh, darah langsung menuju jaringan tubuh ke sebuah rongga yang disebut
hemosol. Jaringan tersebut akan ditutup oleh darah. Pada system ini tdk bisa dibedakan
antara darah dan cairan interstisial karena keduanya tercampur. Darah yang demikian
disebut hemo limfa, tidak berwarna tapi mempunyai hemosianin yang berfungsi
mengedarkan oksigen.
Komponen sistem sirkulasi tersusun atas tiga komponen utama yaitu jantung,
pembuluh dan cairan tubuh.
 Jantung sebagai pompa penggerak cairan tubuh di sepanjang pembuluh.
- Jantung Tubuler: terdapat pada hewan invertebrata, bentuk sederhana tidak ada
klep dan bekerja secara kontraksi peristaltik.
- Jantung Berongga: terdapat pada hewan vertebrata, memompa jantung,
merupakan organ berotot, gerak dan kontraksinya secara periodik.
 Pembuluh yaitu saluran yang akan dilewati oleh cairan yang beredar ke seluruh tubuh.
1) Pembuluh darah terdiri atas Arteri, vena dan Kapiler. Arteri dan Vena tersusun
atas tiga lapisan jaringan melingkar dan membentuk saluran di bagian tengahnya,
nama lapisannya yaitu tunika intima (Endotelium). Sedangkan kapiler hanya
tersusun atas tunika intima saja.
2) Pembuluh Limfa, pada hewan vertebrata mempunyai pembuluh limfa yang
berfungsi mengaangkut kelebihan cairan di ekstrasel ke sirkulasi darah. Pada
hewan Invertebrata tidak ditemukan adanya pembuluh limfakecuali pada teleoste.
 Cairan tubuh, pada hewan multiseluler ada dua cairan tubuh yaitu cairan intrasel dan
cairan ekstrasel.
Perbedaan sistem sirkulasi darah pada hewan yang tertutup dan tebuka:
1) Sistem sirkulasi terbuka
Bekerja dengan tekanan rendah pada setiap kontraksi jantung, dan volume
darah yang dikeluarkan hanya sedikit, terdorong rendah dan mengalir dengan
lambat yang mengakibatkan sari makanan yang dilepaskan sel terbatas
sehingga aktivitas metabolisme terbatas. Contohnya: Moluska dan
Arthropoda.
2) Sistem Sirkulasi tertutup
Bekerja dengan melakukan gerakan memompa secara terus menerus, dan
tekanannya dipertahankan tetap tinggi mengakibatkan darah yang keluar dari
pembuluh akan segera masuk kembali ke jantung dengan cepat. Dalam sistem
darah tertutup umumnya darah mengalir dari jantung ke pembuluh kapiler dan
kembali ke jantung. Contohnya Annelida, Vertebrata.

1. Sistem Sirkulasi Invertebrata


a. Sistem sirkulasi Protozoa
Hewan bersel satu atau protozoa tidak memiliki sistem sirkulasi darah karena
tubuhnya hanya terdiri atas satu sel. Sari-sari makanan yang telah dicerna di dalam
vakuola diserap oleh protoplasma di sekelilingnya. Oksigen diserap secara difusi,
dan CO2 dikeluarkan juga secara difusi. Contoh dari protozoa adalah amoeba dan
paramaecium. System sirkulasi pada paramecium lebih sempurna daripada amoeba.
Pada paramaecium, makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan
tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitostoma (mulut sel).
Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil, sedangkan
zan makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vakuola
makanan. Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis.
Gambar Proses Sirkulasi pada Protozoa

b. Sistem sirkulasi Porifera


Porifera belum memiliki sistem peredaran darah khusus, dengan sistem
sirkulasinya tergabung dengan sistem pencernaan. Tubuhnya terdiri atas dua lapisan
sel, yaitu sel ameboid, dan koanosit. Sel-sel ameboid yang berfungsi mengedarkan
makanan. Makanan pada porifera diperoleh melalui aliran air yang melintasi ostia
atau pori dan keluar melalui oskulum. Makanan ditangkap dan dicerna oleh sel-sel
leher (koanosit), kemudian diberikan ke selsel ameboid. Kemudian, sel-sel ameboid
mengembara ke sel-sel lain untuk mengedarkan makanan.

Gambar Sirkulasi Porifera

c. Sistem sirkulasi Coelenterata


Pada Coelenterata juga belum memiliki sistem peredaran khusus, misalnya
Hydra, transportasinya dilakukan oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran
pencernaan yang berfungsi sekaligus sebagai alat peredaran. Saluran pencernaan pada
Hydra bercabang-cabang dan bercabang-cabang lagi ke semua bagian tubuh.
Percabangan ini menyebabkan permukaan dalam saluran pencemaan semakin luas,
sehingga saluran ini akan lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus
mengantarkan zat yang diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan demikian,
walaupun pada hewan ini tidak terdapat sistem peredaran khusus, zat yang diserap
oleh saluran pencernaan akan dapat mencapai seluruh jaringan tubuhmisalnya hydra,
makanan yangtelah dicerna didalam rongga gastrovaskuler langsung diserap oleh sel-
sel endoderma penyusun dinding rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, sel-sel
endoderma memberikan makanan ke sel-sel ektoderma secara difusi dan osmosis.
Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui mulutnya.

d. Sistem sirkulasi Platyheminthes


Pada Filum Platyheminthes contohnya planaria juga belum mempunyai sistem
peredaran darah khusus, namun menggunakan sistem gastrovaskuler. Awal mulanya
makanan masuk kedalam usus. Selanjutnya, dari usus bercabang-cabang ke seluruh
tubuh untuk mengedarkan makanan. Percabangan tersebut menyebabkan usus lebih
besar sehingga lebih efisien dalam menyerap makanan. Usus tersebut disebut
gastrovaskuler, yang berfungsi sebagai pencerna makanan dan mengedarkannya ke
seluruh tubuh.

e. Sistem sirkulasi Annelida


Sistem sirkulasi pada cacing tanah merupakan peredaran darah tertutup.
Selama dalam peredarannya darah tetap berada di dalam pembuluh. Alat peredaran
darah cacing tanah terdiri atas pembuluh darah punggung (dorsal), pembuluh darah
perut (ventral) dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung.
Karena itu jantung cacing sering disebut jantung aorta. Darah dalam cacing beredar
di dalam pembuluh sehingga termasuk peredaran darah tertutup Darah yang terdapat
pada pembuluh kapiler akan mengikat oksigen. Pembuluh tersebut banyak terdapat
pada kulit. Darah yang telah mengikat oksigen ini akan mengalir ke pembuluh
punggung kemudian bergerak menuju lengkung aorta. Jantung aorta pada cacing
tanah, terbagi menjadi pembuluh darah dorsal dan ventral. Bila pembuluh punggung
dan jantung berdenyut, darah mengalir menuju ke pembuluh darah perut, lalu
mengalir menuju ke bagian belakang (posterior) tubuh dan selanjutnya kembali ke
jantung aorta melalui poembuluh darah punggung. Darah yang beredar mengangkut
nutrisi dan oksigen, serta mengambil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam
tubuh.
Cacing tanah belum memiliki alat pernapasan khusus. Oksigen dari udara
bebas berdifusi ke dalam darah cacing melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini
oksigen diangkut oleh darah didalam kapiler bersama-sama dengan darah yang
mengangkut zat makanan dari usus menuju ke pembuluh darah punggung.
Selanjutnya darah tersebut dipompakan keseluruh jaringan tubuh. Berbeda dengan
darah vertebrata yang hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah, hemoglobin
darah cacing larut dalam plasma darah (Suartini, 2016).

Gambar peredaran darah pada Cacing tanah

f. Sistem sirkulasi Mollusca


Pada mollusca sistem peredaran darahnya terbuka, jantung terdiri atas
ventrikel dan atrium, aorta interior, dan aorta posterior. Tidak memiliki arteri dan
vena. Ventrikel memompa darah ke dalam aorta anterior, kemudian darah dialirkan
tanpa pembuluh ke bagian kaki serta alat2 tubuh lainnya kecuali punggung. Ke bagian
abdomen, darah dialirkan melalui rectum dan mantel (kulit luar). Darah yang
menggandung O2 didalam mantel akan dialirkan ke atrium, darah yang menggandung
CO2 dikumpulkam dalam pembuluh kemudian masuk kedalam ginjal dan insang
untuk mengikat O2 dan kembali ke jantung (Suartini, 2016).

Pada kelompok kerang, sistem peredaran darahnya terbuka, jantung terdiri atas
sebuah ventrikel/bilik dan dua atrium/serambi.

g. Sistem sirkulasi Arthropoda


Sistem sirkulasi arthropoda meliputi jantung dan arteri, sedangkan vena tidak
ada contohnya pada belalang mempunyai sistem peredaran terbuka karena darah tidak
selalu berada dalam pembuluh darah, darah kembali ke jantung melalui rongga-
rongga tubuh (hemocoel). Alat transportasinya berupa pembuluh yang dapat
berdenyut sehingga menyerupai jantung. Oleh karena itu, pembuluhnya disebut
“jantung pembuluh”, Pada saat jantung pembuluh ini berdenyut,darah keluar dari
jantung pembuluh ke bagian depan melalui aorta. Peredaran darah pada belalang
berlangsung sebagai berikut, yaitu: Darah dipompa oleh jantung pembuluh ke bagian
depan tubuh melalui aorta dorsal. Selanjutnya darah beredar ke seluruh tubuh ke
ruang antar organ tanpa melalui pembuluh darah, kemudian darah kembali ke jantung
pembuluh melalui ostium. Darah serangga tidak mengandung hemoglobin sehingga
tidak berwarna merah. Darah serangga disebut hemolimfa. Darah ini mengadung sel
darah yang tidak berwarna yang berfungsi untuk melenyapkan organisme asing.
Karena tidak mengandung Hb, darah serangga berfungsi untuk mengangkut zat
makanan, tidak untuk mengangkut oksigen ataupun gas CO2. Gas- gas tersebut
disalurkan melalui system trakea.

Gambar Sistem peredaran darah terbuka pada Belalang

Pada laba-laba, sistem peredaran darahnya terbuka dan menggunakan jantung


pembuluh yang terletak di bagian dorsal tubuhnya serta arteri. Jantung pembuluh
terdiri dari kantung otot yang memiliki ostium di setiap ruas.

2. Sistem sirkulasi Pisces


Ikan dan semua hewan vertebrata lainnya memiliki sistem peredaran darah
tertutup. Jantung ikan lebih berkembang dibandingkan Arthropoda dan cacing. Pada
ikan, jantung sudah mulai terbagi dengan jelas menjadi dua ruang yaitu serambi dan
bilik. Selain itu sudah terdapat katup yang membatasi kedua ruang tersebut
(Ferdinand, 2009). Pada proses peredaran darah, darah dari seluruh tubuh
mengandung CO2 kembali ke jantung melalui vena dari berkumpul di sinus venosus,
kemudian masuk ke serambi. Selanjutnya, darah dari serambi masuk ke bilik dan
dipompa menuju insang melewati konus arterious, aorta ventralis, dan empat pasang
arteri aferen brakialis. Pada arteri aferen brakialis, oksigen diikat oleh darah,
selanjutnya menuju arteri aferen brakialis dan melalui aorta dorsalis darah diedarkan
ke seluruh tubuh. Di jaringan tubuh darah mengikat CO2. Dengan adanya sistem
vena, darah dikembalikan dari bagian kepala dan badan menuju jantung. Beberapa
vena yang penting misalnya vena cardinalis anterior, dan vena cardinalis posterior
(membawa darah dari tubuh melewati hati) dan vena porta renalis (membawa darah
dari tubuh melewati ginjal). Peredaran darah pada ikan disebut peredaran darah
tunggal karena darah hanya satu kali melewati jantung (Pratiwi, 2007).
Alat sirkulasi darah ikan terdiri atas jantung dan Sinus Venosus. Jantung
terdiri atas dua ruangan yaitu atrium dan ventrikel. Jantung terletak di belakang
insang, yaitu di dalam rongga perikardium. Sinus Venosus adalah struktur
penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka diruang
depan jantung. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep untuk menjaga aliran
darah tetap searah. Proses sirkulasi darah bermula dari darah yang kaya CO2 dari
seluruh tubuh kembali ke jantung melalui vena dan berkumpul di sinus venosus
kemudian masuk ke atrium, dilanjutkan ke ventrikel dan dipompa menuju insang
melewati konus arteriosus. Di insang oksigen diikat dan CO2 dilepaskan, kemudian
masuk ke aorta dorsalis dan diedarkan ke seluruh tubuh, lalu kembali ke jantung
melalui vena.
Insang adalah organ pernapasan utama ikan. Mereka memfasilitasi pertukaran
gas, yaitu penyerapan oksigen dari air dan penghapusan karbon dioksida. Arteri
membawa darah beroksigen (dari insang) ke seluruh tubuh. Arteri bercabang ke
arteriol, yang mengalir ke kapiler, di mana darah arteri menjadi darah vena, karena
pasokan oksigen dan nutrisi lainnya ke sel dan menyerap karbon dioksida dan bahan
limbah. Darah dari vena diteruskan ke jantung, yang memompa ke insang, di mana
karbon dioksida akan diganti dengan oksigen. Darah beroksigen dipasok ke sel-sel
dalam tubuh, dan siklus terus berulang.
Gambar Sistem peredaran darah tertutup pada Ikan (Pisces)

3. Sistem Sirkulasi Amphibia


Sistem peredaran darah katak termasuk sistem peredaran darah tertutup dan
ganda. Jantung katak terdiri atas tiga ruang yaitu serambi kiri dan kanan serta satu
bilik. Darah dari seluruh tubuh yang telah banyak mengambil CO2 dari jaringan
mengalir ke sinus venosus dan kemudian masuk ke serambi kanan. Dari serambi
kanan, darah mengalir ke bilik, kemudian darah dipompa ke luar melalui arteri
pulmonalis. Selanjutnya darah mengalir melalui, arteri pulmonalis ke paru-paru (di
paru-paru terjadi pertukaran CO2 dan O2) menuju vena pulmonalis kemudian ke
serambi kiri. Lintasan peredaran darah disebut peredaran darah kecil. Kemudian,
darah masuk ke bilik dan mengalir melalui bilik ke konus arteriosus kemuadian aorta
ventralis lalu ke seluruh tubuh. Dengan demikian, peredaran darah katak merupakan
peredaran darah ganda, yaitu pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru
kemudian ke jantung lagi, dan kedua darah dari tubuh menuju dan diedarkan ke
seluruh tubuh lagi.

Gambar sistem peredaran darah Katak


B. Sistem Saraf/Koordinasi Hewan Invertebrata, Pisces dan Amphibia
Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem
endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda
beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
Sistem saraf merupakan mekanisme penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat,
pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan atau sistem
yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem saraf
merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh
tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan
hewan semakin kompleks sistem sarafnya (Purnamasari, 2017). Sistem saraf tersusun
oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja
seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau
sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang
berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan
tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar, sistem saraf terdiri dari
jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang
berupa rangsang atau tanggapan.
Sistem saraf pada hewan berbeda-beda baik struktur maupun bentuknya. Hewan yang
bertulang belakang, sistim sarafnya adalah saraf pusat dan saraf tepi, sementara hewan
yang tak bertulang belakang mereka memiliki sistim saraf yang berbentuk seperti tangga
tali. Walaupun berbeda struktur dan bentuknya, sistim saraf tulang belakang dan sisrim
saraf yang tak bertulang belakang memiliki kesamaan fungsi. Adapun fungsinya adalah
dari sistim sarafnya yakni mengatur dan mengendalikan kerja alat-alat tubuh, mengetahui
perubahan yang terjadi pada lingkungannya serta mengatur dan mengendalikan tanggapan
terhadap ransangan yang datang dari lingkungannya. Sistem saraf pada hewan terbagi atas
dua yakni sistem saraf hewan tak bertulang belakang dan sistem saraf hewan bertulang
belakang struktur dan sistem saraf hewan bertulang belakang (Vertebarata) memiliki
kesamaan fungsi, dimana sistem sarah berfungsi untuk megnatur dan mengendalikan
kerja alat-alat tubuh, mengetahui perubahan ang terjadi pada lingkungannya, serta
mengatur dan mengendalikan tanggapan terhadap rangsangan yang datang dari
lingkungan. Sistem sarah hewan bertulang belakang (Vertebrata) seperti hewan mamalia,
burung, amfibi, ikan, sedangkan sistem sarah pada hewan tak bertulang belakang
(Avertebrata) adalah cacing, serangga, ubur-ubur dan Hydra sp.
Sistem saraf pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang
saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris dan aktivitas motorik volunteer dan
involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh.
Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan
sel saraf (neuron) yang saling terhubung (Feriyawati, 2005).
Komponen sel saraf yang ada pada sistem saraf yaitu otak, serabut saraf, pleksus dan
ganglia.
- Serabut saraf yaitu kumpulan kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis
maupun tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan eferen. Serabut
campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motoric dan sensorik.
- Pleksus merupakan jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus dapat ditemukan
adanya badan sel saraf. Pleksus dapat ditemukan pada coelenterate, stenopara, dan
khemikkordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem
saraf pusat.
- Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat dan memiliki batas yang
jelas), dilapisi jaringan konektif dan mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf.

1. Sistem Saraf Inventebrata


a. Sistem saraf Protozoa
Hewan bersel satu (Protozoa), yaitu Amoeba sp dan Paramaeciurn sp, tidak
memiliki sistem saraf. Akan tetapi, hewan tersebut memiliki kemampuan untuk
menerima dan mereaksi rangsang. Ingat, salah satu cirimakhluk hidup adalah
iritabilitas. Apabila Amoeba sp mendapat rangsangan cahaya yang kuat, ia akan
bergerak menjauh. Sebaliknya, apabila mendapat rangsangan cahaya yang lembut ia
akan bergerak mendekat. Paramaecium sp. sebagai hewan berambut getar memiliki
serabut-serabut saraf yang berakhir pada tumpukan rambut getar (silia). Serabut saraf
tersebut berfungsi sebagai pengatur gerakan silia.

b. Sistem saraf Coelenterata


Pada coelenterata seperti Hydra dan ubur-ubur belum memiliki sistem saraf. Sel-
sel saraf ubu-ubur dan Hydra sp menyebar secara merata keseluruh tubuh dan
berhubungan satu dengan yang lain membentuk suatu anyaman. Sel-sel saraf motorik
berakhir pada serabut otot, sedangkan sel saraf sensorik berakhir pada permukaan
tubuh. Hubungan sel-sel sarafdan otot memungkiiikan hewan tersebut memberikan
reaksi terhadap berbagai rangsangan dan luar tubuh, seperti sentuhan, cahaya, dan
keberadaan makanan.

Gambar Sistem saraf Coelenterata

c. Sistem saraf Echinodermata


Sistem saraf pada Echinodermata terdiri dari tiga komponen utama yaitu
ectoneural, hyponeural dan sistem entoneural. Sistem ectoneural adalah saraf sensorik
dan motorik dan membentuk cincin saraf dan sebagaian besar tali saraf radial. Sistem
hyponeural khusus di saraf motoric terdapat dalam tali saraf radial dan berhubungan
dengan sistem otot rangka. Komponen ketiga sistem entoneural terdapat di asteroid
dan crinoids dan tidak terdapat pada kelompok lain.

Gambar Sistem saraf Echinodermata

d. Sistem saraf Platyhelminthes


Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel
saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di
bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Sistem saraf tepi
terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang
mehubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar
tersebar di semua bagian tubuh. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf
memanjang kebelakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Cacing pipih, misalnya
planaria, memiliki susunan saraf berupa dua buah ganglia di daerah kepala.
Selanjutnya di setiap ganglion terdapat seberkas saraf memanjang (longitudinal) ke
bagian ekor. Tiap-tiap berkas saraf bercabangcabang lagi membentuk cabang-cabang
yang lebih kecil sehingga dapat menjangkau seluruh bagian tubuh.

Gambar sistem saraf Platyhelminthes

e. Sistem saraf Annelida


Hewan cacing (Vermes) memiliki sistem saraf berbentuk seperti tangga tali yang
memanjang dan terdapat berkas saraf yang membentuk simpul-simpul saraf di bagian-
bagian tertentu yang disebut ganglion atau ganglia. Cacing tanah memiliki sistem
saraf yang terdiri atas ganglion kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan ganglion
ruas badan. Ganglion kepala merupakan kumpulan badan sel saraf, terletak di ujung
depan tubuh pada ruas ketiga. Ganglion kerongkongan dan ganglion ruas badan
terletak di bawah saluran pencernaan.
Gambar sistem saraf cacing tanah

f. Sistem saraf Arthropoda


Salah satu contoh hewan Arthropoda adalah belalang. Hewan tersebut memiliki
sistem saraf tangga tali yang mirip dengan sistem saraf cacing tanah. Sistem saraf
pada belalang terdiri atas ganglion kepala, ganglion bawah kerongkongan, dan
ganglion ruas badan. Ganglion kepala merupakan dua buah ganglion terbesar yang
terletak di bagian kepala sebelah atas. Di dalam ganglion kepala ini terdapat saraf
penglihatan dan mata dan saraf peraba dan antena. Ganglion bawah kerongkongan
berhubungan dengan ganglion kepala melalui dua buah serabut saraf yang masing-
masing terdapat di sebelah kanan dan sebelah kiri kerongkongan. Ganglion bawah
kerongkongan dihubungkan dengan ganglion ruas badan oleh dua buah serabut saraf.
Demikian juga, antara ganglion ruas badan yang satu dan ganglion ruas badan yang
lain dihubungkan oleh dua buah serabut saraf. Tiap-tiap ganglion ruas badan
membentuk cabang-cabang serabut saraf yang masing-masing bercabang lagi hingga
ke bagian bawah tubuh yang berdekatan. Dengan demikian, pada semua bagian tubuh.
e. Sistem Saraf Moluska
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai saraf serebral
(dorsal dari faring dan bukan), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari ganglia
melanjut ke seluruh sistem organ. Pada gastropoda, serebral atau ganglion
suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas
reflex atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu
ganglia sebral, pedal, pleural danviseral. Pada Chepalopoda (cumi-cumi, gurita)
terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan berbagai ganglia yang
letaknya mengelilingi oesafagus. Karena itu otaknya mempunyai bagian
supraoesofagus dan suboefagus. Pada bagian suboefagus terdapat pusat pernafasan
untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia
pedal dan branchial yang mengontrol lengan tentakel. Sedangkan bagian otak
supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa lobus untuk
pembau, dan kompleks dorsal vertikal.

Gambar sistem saraf Moluska

2. Sistem saraf Pisces


Sistem saraf ikan terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak ikan terdiri atas otak depan,
otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan. Sistem saraf tepi térdiri atas serabut
saraf otak dan serabut saraf dari sumsum tulang belakang. Otak depan berhubungan
dengan saraf pencium dan hidung, sedangkan otak tengah berhubungan dengan saraf
penglihat. Kedua bagian tersebut kurang berkembang dengan baik sehingga indra
pencium dan penglihat ikan kurang berkembang dengan baik. Bagian otak ikan yang
berkembang paling baik adalah otak kecil. Otak kecil berfungsi sebagai pusat
keseimbangan dan pusat pengaturan gerak otot-otot ketika berenang. Keberadaan
pusat keseimbangan dan pengaturan gerak ini memungkinkan ikan dapat bergerak
cepàt dalam air tanpa terganggu keseimbangannya.
Ikan mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral, dan
diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10 pasang saraf
kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga
mengakibatkan saraf spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh. Terdapat pada ikan
bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong dengan sel-sel yang sensitif
terhadap substansi yang larut dalam air, kuncup perasa di sekitar mulut. Mata lebar
mungkin hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi
benda-benda yang bergerak diatas permukaan air atau di darat didekatnya. Telinga
dalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk keseimbangan. Ikan
tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang telinga. Oleh sebab itu, vibrasi
atau suara diterima dan diteruskan melalui kepala atau tubuh. Garis lateral tubuh
mempunyai perluasan di daerah kepala dan berguna untuk mendeteksi perubahan
tekanan arus air (seperti menghindar dari batu-batuan). Garis lateral itu diinervasi oleh
saraf kranial ke X (N. vagus), oleh sebab itu beberapa ahli berpendapat bahwa telinga
tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral (Purnamasari, 2017).

3. Sistem saraf Amphibia


Pada Amphibia otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian
yang terkecil. Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal.
Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak mata
atas dan kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan
(membran niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu otot-otot superior, inferior,
rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus superior. Telinga dengan
organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3 semisirkular, yaitu vertikal
anterior, vertikal posterior, dan horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah,
tetapi tidak ada telinga luar), membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis
dalam telinga tengah yang memancarkan implus-implus melalui stapes ke koklea)
(Purnamasari, 2017).
Salah satu contoh hewan amfibi adalah katak. Sistem saraf katak tersusun atas
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Hewan tersebut memiliki otak depan, otak
tengah, otak belakang, dan sumsum lanjutan yang membentuk suatu sistem saraf
pusat, sedangkan serabut-serabut saraf yang berasal dan sela-sela ruas tulang belakang
membentuk suatu sistem saraf tepi. Otak besar berkembang memanjang sehingga
berbentuk oval. Ujung depan otak besar berhubungan dengan indra pencium. Otak
tengah berkembang cukup baik dan menuju ke arah sumsum lanjutan.

Gambar sistem saraf katak


Daftar Pustaka:

Pratiwi, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Purnamasari, Risa Dan Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program Studi
Arsitektur UIN Sunan Ampel.
Suartini, Ni Made. 2016. Modul Mata Kuliah: Sistem Sirkulasi Invertebrata. Bukit Jimbaran:
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Feriyawati, L. 2015. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Konstraksi Otot
Rangka. Sumatra Utara: Fakultas Kedokteran.
Ferdinand, Fictor dan Moekti Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
http://biologiikipsaraswatitabanan.blogspot.com/2015/01/sistem-sirkulasi-pada-invertebrata-
dan.html?m=1
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/10/sistem-saraf-hewan-vertebrata-
avertebrata.html

Anda mungkin juga menyukai