Anda di halaman 1dari 5

ISLAM SEBAGAI RAHMATANLIL’ALAMIN

Islam rahmatan lil`alamin merupakan simbol komitmen bersama untuk


menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengajarkan kepekaan sosial,
berempati terhadap berbagai persoalan yang menimpa orang lain sehingga
setiap individu atau pun kelompok sosial terjamin hak-haknya sebagai manusia
yang merdeka dan bermartabat.
Islam yang rahmatan lil`alamin, berarti seorang muslim telah
mentransendensi, merefleksi, mengapresiasi, sekaligus mentransformasikan
nilai-nilai moral Ilahi yang suci dan sangat mulia menuju nilai-nilai insani dalam
realitas sosial.
Oleh karena itu, untuk memahami rahmatan lil alamin. Menurut Machasin
(2011: 137), proses diversifikasi sangat diperlukan untuk memberikan lebih
banyak pilihan walaupun misalkan hanya dalam ranah kajian. Islam sendiri
mengakui keberagaman sebagai sebuah keniscayaan dan sangat terbuka pada
budaya atau tradisi lokal selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam.
Islam yang dibawa Rasulullah SAW merupakan seperangkat aturan dan
norma-norma yang berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan sehari-hari
manusia. Seseorang yang beragama islam, dalam melaksanakan segala
aktifitasnya harus tunduk dan patuh pada ketentuan syariat islam, dengan
sendirinya Islam telah membawa rahmatan lil`alamin.
Pada masalah mendasar yang sedang menyelimuti umat pada saat ini
dan yang akan datang adalah semakin menggejalanya munkarat yang bergerak
secara sistematis di berbagai aspek kehidupan. Telah berbagai macam
kemungkaran yang terwujud dalam bentuk pemikiran atau faham yang
menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai islami,
Pada saat ini kenapa ada sejumlah kelompok radikal yang
mengatasnamakan islam untuk menebarkan terorisme global? Menurut
Masduqi (2013), radikalisme adalah fanatik terhadap suatu pendapat dan
menegasikan pendapat orang lain, mengabaikan terhadap kesejahteraan islam,
tidak dialogis, suka mengkafirkan kelompok lain yang tidak sepaham, tekstual
dalam menghadapi dalam memahami teks agama tampa mempertimbangkan
tujuan esensial syariat (maqashid al-syariat).
Sebagai kaum muslimin bahkan terorisme global bukanlah aksi melainkan
reaksi atas tatanan politik dunia yang berpihak pada barat dan merugikan
agama islam. Sebagai kaum muslimin bahkan berdalih bahwa kekerasan atas
nama agama adalah termasuk jihat dalam amar ma`ruf nahi mungkar dan
menerapkan ajaran islam secara menyeluruh (kaffah).
Namun apakah adil kaum muslimin secara menyeluruh mengkambing
hitamkan pihak-pihak luar tanpa melakukan otoritik terhadap problem internal?
Apakah mungkin radikalisme yang mendorong kekerasan atas nama agama
juga disebabkan oleh pendidikan islam yang justru menyamai benih-benih
intoleransi? Disini dinama yang katanya islam sebagai rahmatann lil`alamin?.
Faham-faham penyimpangan seperti faham yang secara tidak langsung
ingin memecahkan sebuah persatuan umat islam yang telah lama mengusung
sebuah faham perdamaian. Seperti yang telah terjadi ketika zaman Rasulullah,
bagaimana beliau membawa ajaran agama islam dengan membawa
perdamaian dan keadilan bagi seluruh umat di dunia ini.
Pada hakikatnya agama yang mengajarkan sebuah perdamain adalah
agama Islam. Rasulullah membawa agama islam itu dengan berdakwah.
Dakwah merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengajak manusia
kejalan Allah agar memperoleh kebahagian dunia akhirat, Ridla (2008).
Menurut Munir (2006), Dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang
agar berbuat baik dan mengikuti petunjuk serta melakukan amar ma`ruf nahi
mungkar, adapun cara berdakwah itu ada tiga, diantaranya: dengan hikmah,
pesan dan nasehat, dan kalaupun harus berdebat haruslah menggunakan
kalimat yang baik. Ini adalah bukti agama Islam, tiada paksaan ataupun
kekerasan di dalam ajarannya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke muka bumi ini atas dasar Rahmat Allah
yang dihadiahkan kepada umat manusia. Rasul diutus untuk menyempurnkan
akhlak setiap manusia, yang mana disaat ini terdapat kerancuan di setiap
kehidupan.
Islam yang dibawa Rasulullah SAW diturunkan untuk seluruh manusia,
bukan hanya untuk kelompok atau golongan etnis tertentu saja. Islam sendiri
sangat menjamin keselamatan lahir dan batin, dunia dan akhirat, bagi siapa
saja yang mengimani dan menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan-
Nya.
Didalam Islam sendiri tata kehidupan manusia didunia ini telah diatur
dengan rapi. Islam akan memberikan jaminan keselamatan dan kedamaian jika
diambil sebagai kaidah penuntun dan pedoman didalam kehidupan. Hal ini
semua bisa kita dapati dari sifat-sifat keluhuran ajaran islam.
Islam sangat menjunjung tinggi sekali sebuah prinsip keadilan dan
perdamaian. Keadilan dalam pandangan Islam tidak berarti sama rata sama
rasa, tetapi keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya serta
memberlakukan manusia sesuai dengan hak dan kewajibannya, bahkan
kepada orang-orang yang dibenci sekalipun terhadap musuh sekalian.
Islam datang tidak untuk membebani umat melainkan untuk
menghilangkan beban yang ada pada umat itu sendiri. Selain itu ajarannya
membawa pada suatu kebijaksanaan dan kemudahan. Berangkat dari sistem
hukum ini dikenal dengan ketentuan yang termasuk azimah (ketentuan istilah
Islam rahmatan lil ‘alamin yakni Islam yang lembut dan damai.
Namun ketika ada saja sedikit reaksi perlawanan dari umat Islam
terhadap penjajahan barat, baik secara non fisik, apalagi fisik, maka langsung
dicap Islam yang tidak rahmatan lil ‘alamin.
Jalan untuk kebaikan, rahmat dalam Islam juga bisa berupa ajarannya
yang berisi jalan/cara mencapai kehidupan yang lebih baik, dunia dan akhirat.
Hanya kebanyakan manusia memandang jalan Islam tersebut memiliki beban
yang berat, seperti kewajiban sholat dan zakat, kewajiban amar ma’ruf nahi
munkar, kewajiban memakai jilbab bagi wanita dewasa, dan sebagainya.
Akan tetapi, sekarang ini banyak yang salah kaprah dalam memaknai
rahmatan lil ‘alamin tersebut. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam
praktek beragama bahkan dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam
masalah aqidah, misalnya memboleh-bolehkan ucapan natal dari seorang
Muslim terhadap umat Nasrani atau bersifat permisive terhadap ajaran sesat
yang tetap mengaku Islam.
Masyarakat islam pada saat ini sangat memerlukan inovasi
pemberdayaan lembaga dakwah dalam rangka perubahan sosial menuju
masyarakat yang sejahtera, damai dan toleran. Dakwah sebenarnya untuk
pembinaan internal umat islam sebagai perubahan sosial dan sebagai kritik
realitas sosial, dimana konsolidasi religious untuk membangun masyarakat
islam yang ramah dan toleran dalam kehidupan sosial. Sebagai agama yang
rahmah dan toleran dalam kehidupan sosial, sebaiknya di tampilkan dengan
metode yang berbasis rahmatan lilalamin.
Harmonisasi kerukunan antar umat beragama merupakan pilar kehidupan
sosial yang sangat didambakan setiap pemeluk agama. Untuk itu, kehadiran
dakwah rahmatan lil`alamain secara konseptual sebagai bentuk transformasi
sosial islam dalam membentuk karakter islam yang toleran dan humanis.
Oleh karena itu yang menjadi problem besar adalah bagaimana
mentransformasikan islam melalui dakwah yang berbasis rahmatan lilalamin?.
Islam sebagai rahmatan lil`alamin (rahmat bagi seluruh alam), islam sangat
relavan, dan fleksibel dalam segala bidang kehidupan. Islam mengatur segala
pemeluknya dalam segala hal, baik itu kehidupan individu maupun sosial
masyarakat, Rohman (2013).
Oleh sebab itu Islam yang dikatakan sebagia rahmatan lil`alamin itu, islam
tidak menjadikan manusia atau masyarakat yang tidak sepaham dengan
kita(islam) menjadi pertentangan atau masalah yang harus diselesaikan dengan
kekerasan, tetapi islam harus membiasakan menghargai perbedaan pendapat,
mengikuti dan mempelajari mazhab/aliran pemikiran yang masih dalam koridor
agama dengan tidak fanatik, menempatkan wahyu dan akal secara
proporsional, serta terdidik di dalam kehalusan budi dan batin di dalam akhlak.

Sumber Bacaan:
Zainudin (2009). Dakwah Rahmatan Lilalamin Kajian tentang Toleransi
Beragama dalam surat al-kafirun. Jurnal Dakwah. Vol X (1).
Umum B. K. (2017). Pendidikan Karakter: Sebuah Visi Islam Rahmatan Lil
Alamin. Jurnal Edukasi Islamika. Vol 2 (2).
Masduqi I. (2013). Deralikalisasi Pendidikan Islam berbasis Khasanah
Pesantren. Vol 2, (1).
Munir M. & Wahyu I. (2006). Menajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Rohman M., S. (2013). Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam Dalam Pancasila.
Vol XIII, (1).

Anggota Kelompok 1.
Mauliani
Dinda Siti Mukararamah
Siti Asniati

Anda mungkin juga menyukai