Anda di halaman 1dari 47

Nilai Paraf

ANALISIS KUALITAS PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN


PARAMETER FISIKA DI KOLAM PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAPORAN AKHIR

Oleh :
Siska Maharani
210302061
IX/B

LABORATORIUM KUALITAS AIR


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
ANALISIS KUALITAS PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN
PARAMETER FISIKA DI KOLAM PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAPORAN AKHIR
Oleh :
Siska Maharani
210302061
IX/B

Laporan ini sebagai Salah Satu Syarat Masuk untuk Mengikuti Praktikal Test di
Laboratorium Kualitas Air Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Diketahui Oleh, Diperiksa Oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Nina Karina Singarimbun Foryephi Grashela Simanjuntak


NIM. 180302016 NIM. 190302066

LABORATORIUM KUALITAS AIR


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Analisis
Kualitas Perairan dengan Menggunakan Parameter Fisika di Universitas
Sumatera Utara” dengan sebaik mungkin.
Penulis mengucapkan terimahkasih kepada Bapak Dr. Ahmad Muhtadi R,
Ibu Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi, M,Si, dan Bapak Rusdi Leidonald, SP, M.Si.
selaku dosen Kualitas Air dan seluruh asisten labolatorium yang telah membantu
sepenuhnya dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan baik dari penulisan hingga
tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki laporan ini. Penulis berharap semoga laporan yang disusun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Medan, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………...…… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………...
1
Tujuan Praktikum ……………………………………………….......
5
Manfaat Praktikum ………………………………………………….
5

TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan Alat Pengukuran Kualitas Air ………………….………
6
Pengambilan dan Penanganan Contoh ……………………………...
7
Warna, Kekeruhan, dan Kecerahan ……………………….………...
9
Padatan (TDS, TSS dan TVS) ……………………………………....
13
Suhu, Salinitas, dan Daya Hantar Listrik …………………………...
15
pH, Alkalinitas dan Kesadahan ……………………………………..
20
O2 dan CO2 ………………………………………………………….
21
Bahan Organik ……………………………………………………...
25
Nitrogen di Perairan ………………………………………………... 26
Fosfat dan Silika.………………………………………………….…
28

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum ……………………………………...
29
Alat dan Bahan Praktikum ………………………………………….
29
Prosedur Pengukuran………………………………………………..
29
Analisis Data ………………………………………………………..
30

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil.………………………………………………………………..
32
Pembahasan ………………………………………………………...
33

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ………………………………………………………… 36
Saran ……………………………………………………………….. 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PENDAHULUAN
ii

Latar Belakang
Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik,

kimiawi, dan biologisnya.Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air anceri

terhadap kebutuhan biota air dan manusia.Kualitas air sering kali menjadi ukuran

standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap

air minum. Tingkat penurunan kualitas air akan mempengaruhi kelestarian

sumberdaya air yang tersedia untuk penggunaan yang bermanfaat, dan pada

gilirannya akan membatasi tata guna lahan produktif (Amsal, 2013).

Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi

kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak terlepas dari kebutuhan akan air.

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,sehingga tidak


ada kehidupan seandainya di bumi tidak terdapat air. Namun demikian,air dapat

menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kodisi yang benar,baik

kualitasnya maupun kuantitasnya. Air yang relative bersih sangat didambakan

oleh manusia,baik untuk keperluan hidup sehari hari, untuk kebersihan sanitasi

kota, maupun untuk keperluan pertanian dan sebagainya (Yazid, 2019).

Kecerahan air merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan

proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan menggambarkan

sejumlah atau sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman tertentu yang

dinyatakan dengan persen. Cahaya ini adalah cahaya dari beberapa panjang
2
gelombang di daerah spectrum cahaya yang terlihat danjatuh tegak lurus pada

lapisan permukaan air pada kedalaman tertentu (Gina, 2013).

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar

untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity

Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit).

Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter

SiO2. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid

di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi

kualitas air itu sendiri (Ikal, 2017).

Padatan terlarut dalam perairan yaitu berupa subjek terlarut yang bersifat

koloid berbentuk senyawa kimia serta partikel lain yang tidak dapat terfilter oleh

kertas saring. Sumber utama padatan terlarut perairan yaitu luapan limbah dari

sektor pertanian, rumah tangga dan industri. Penyebab meningkatnya kandungan

padatan terlarut di perairan juga disebabkan oleh keberdadaan kandungan bahan


ancer berupa ion-ion di perairan seperti: kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium,

magnesium, bikarbonat, karbonat dan klorida (Sutarno, 2014).

Suhu merupakan besaran fisis yang perlu diukur dan dikontrol untuk

berbagai keperluan. Pengamatan suhu di Badan Meteorologi dan

Klimatologi Geofisika (BMKG) suhu juga penting. Suhu ini merupakan

parameter cuaca. Cuaca adalah keadaan atmosfer pada setiap saat,

dinyatakan oleh tinggi atau rendahnya nilai parameter suhu, tekanan, ancer,

kelembaban, dan berbagai fenomena lainnya. Apabila intensitas cahaya

meningkat, maka suhu udara juga meningkat, kelembaban


menjadi
3
rendah, penguapan tinggi, awan hujan menjadi banyak, dan apabila terjadi

kondensasi maka akan timbul presipitasi (Hardianto, 2021).

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam

air yang dinyatakan dalam satuan permil atau ppt (part per thousand) atau gram /

liter. Salinitas disusun atas tujuh ion utama, yaitu sodium, potasium, kalium,

magnesium, sulfat, bikarbonat. Zat zat lain di dalam air tidak terlalu berpengaruh

terhadap salinitas, tetapi zat zat tersebut juga penting untuk keperluan ekologis

yang lain. Nilai salinitas air untuk perairan tawar berkisar antara 0–5 ppt, perairan

payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt, dan perairan laut berkisar antara 30–40

ppt (Amsal, 2013).

Daya hantar listrik (Konduktivitas) adalah pengukuran seberapa baik suatu

bahan dalam mengakomodasi Daya arus listrik. Tenaga arus listrik dapat diangkut

melalui materi dengan jalan konduksi muatan listrik dari satu titik ke titik yang

lain dalam bentuk arus listrik. Arus listrik dapat terjadi apabila dalam materi ada
sarana pengangkut muatan listrik yang bergerak.Pada logam, sarana pengangkut

muatan listrik . Sedangkan pada larutan, mekanisme penghantaran listrik menjadi

lebih komplek (Kelmo, 2014).

Ph adalah ukuran keasaman atau kebasaan suatu larutan berair atau cairan

dari nilai konsentrasi ion di dalamnya. Sehingga, dapat disimpulkan Ph adalah

ukuran jumlah ion Hidrogen dalam suatu cairan atau larutan. Menyatakan

logaritma negative konsentrasi ion H dengan bilangan pokok 10. Larutan netral

mempunyai PH 7, asam lebih kecil dari 7, basa lebih besar dari 7.Di perairan yang
4
tidak tercemar PH di control oleh ion CO2, Carbonate dan Bicarbonate (Fahlevi,

2012).

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau

dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion

dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas mampu

menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering disebut

sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat,

dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut

dalam air akan bereaksi dengan ion sehingga menurunkan kemasaman dan

menaikkan Ph (Bino, 2014).

Kesadahan air adalah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air dimana

definisi kesadahan air yaitu sifat kimia air yang mengandung mineral tertentu

yang umumnya terdiri dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kesadahan juga

memiliki kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium

dan magnesium dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air
yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan

kadar mineral yang rendah (Amsal, 2013)

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

ancer. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara

fungsional serta kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan

sangat vital bagi tubuh. Oksigen terlarut atau sering juga disebut dengan

kebutuhan oksigen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis


5
kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini

menunjukan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air (Bino, 2014).

Bahan ancer merupakan sumber makanan bagi biota laut yang pada

umumnya terdapat pada substrat dasar sehingga ketergantungannya terhadap

bahan ancer sangat besar.Kandungan bahanang tinggi akan mempengaruhi tingkat

keseimbangan perairan. Tingginya kandungan bahan ancer akan mempengaruhi

kelimpahan organisme organisme di perairan , dimana terdapat organisme-

organisme tertentu yang tahan terhadap tingginya kandungan bahan tersebut,

sehingga dominansi oleh spesies tertentu dapat terjadi (Abi, 2018).

Fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan

merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae sehingga dapat

mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Silika juga merupakan unsur hara

yang berperan sebagai regulator bagi kompetisi fitoplankton, di mana diatom

selalu mendominasi populasi pada konsentrasi silikat yang tinggi (Amy, 2012)

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui Kecerahan Perairan di Kolam Perpustakaan Universitas

Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui Suhu Perairan di Kolam Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara

3. Untuk mengetahui Ph perairan di Kolam Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara

Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan

pembaca mengenai cara menganalisis kualitas perairan dengan menggunakan

parameter fisika. Serta agar dapat menjadi sumber informasi bagi para pembaca

yang ingin mengetahui alat-alat atau cara mengukur perairan menggunakan

parameter fisika.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Alat Pengukuran Kualitas Air

Secchi Disk merupakan alat analisis untuk mengukur tingkat kekeruhan

air. Dalam budidaya perikanan, air yang keruh mengakibatkan daya ikat oksigen

menjadi rendah, batas pandang ikan menjadi berkurang, selera makan ikan bisa

terganggu karena efisiensi pakan rendah. Karena itu pembudidaya perlu untuk

mengukur tingkat kekeruhan air (Andik, 2017).

Secchi disk pertama kali dibuat oleh Fr. Pietro Angelo Secchi, seorang ahli

astrofisika, yang diminta untuk mengukur transparansi di Laut Mediterania oleh

Komandan Cialdi, kepala Angkatan Laut Kepausan. Fr. Pietro Angelo Secchi
sendiri merupakan penasihat ilmiah untuk Paus. Pada saat melakukan pengukuran,

Secchi menggunakan sebuah disk putih untuk mengukur kejernihan air di

Mediterania pada bulan April l865. Berbagai ukuran disk telah digunakan sejak

saat itu, tetapi disk yang paling sering digunakan adalah secchi disk yang

dimodifikasi oleh George C. Whipple yang terbuat dari logam, memiliki ukuran

diameter 8 inchi dan diberi warna hitam dan putih berbentuk kuadran (4 arsiran)

pada permukaan disk tersebut (Fahlevi, 2012).

Secchi Disk adalah lempengan sederhana yang berbentuk cakram, pada

permukaannya terdapat warna hitam dan putih, berbentuk berupa arsiran dengan

empat bagian. Penggunaan Secchi Disk sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore

hari. Cara menggunakan Secchi Disk cukup mudah. Lempengan Secchi Disk

diikat dengan tali lalu dimasukkan ke dalam air. Saat pola yang terdapat pada
7
Secchi Disk tidak terlihat lagi dalam air di kedalaman tertentu, maka didapat hasil

analisis tingkat ukuran kecerahan air (Amsal, 2013).

ph meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur Ph (derajat

keasaman) suatu larutan. Alat ini dapat mengukur keasaman suatu larutan melalui

elektrodanya yang anceric. Alat ini dapat menentukan derajat keasaman suatu

larutan berdasarkan konsentrasi ion H+ yang terdapat di dalam larutan tersebut.

Elektroda pada Ph meter adalah bagian yang paling anceric dan tidak boleh berada

dalam kondisi kering. Elektroda yang akan digunakan harus dibilas dan diseka

dengan hati-hati agar tidak mengganggu sensitivitas elektroda. Elektroda juga

harus direndam pada suatu larutan khusus agar tidak kering pada saat tidak

digunakan. Pembacaan skala pada elektroda dapat dipengaruhi keakuratannya

oleh beberapa hal, antara lain pakaian operator dan alat elektronik lain yang ada di
sekitarnya, gelembung udara yang terdapat dalam pelindung ancer elektroda, serta

suhu sampel yang tidak merata dan akan mengakibatkan turbulensi termal (Abi,

2018).

Autopipet dan Ph meter merupakan alat yang umum ditemui di

laboratorium biokimia. Kedua alat tersebut memiliki fungsi dan peranan

masingmasing dalam penelitian biokimia. Penting bagi seorang biokimiawan

menguasai penggunaan -instrumen tersebut. Keterampilan menggunakan peralatan

laboratorium sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian. Dengan menguasai teknik

penggunaan laboratorium, kesalahan atau galat data yang diperoleh dapat


8
diminimalkan (Sutarno, 2014).

Pengambilan dan Penanganan Contoh


Pengambilan sampel air dilakukan untuk mengetahui kualitas air baik

air sungai, danau,rawa,laut,maupun sumur dengan meliputi pengukuran debit air,

pengujian parameter insitu (Ph, TDS, daya hantar listrik, suhu dan Dissolved

Oxygen) dan perlakuan pengawetan sampel untuk parameter yang diuji di

laboratorium apakah air tersebut layak di konsumsi,digunakan,dimanfaatkan

warga sekitar (Rahmadsyah, 2016).

Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang diikuti apabila

suatu substansi, bahan atau produk diambil untuk keperluan pengujian sampel

yang keseluruhannya. Karena itu, pengambilan sampel harus mewakili

kumpulannya dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: perencanaan

pengambilan sampel, petugas pengambil sampel, prosedur pengambilan sampel,

peralatan pengambil sampel yang digunakan, frekuensi pengambilan sampel,

keselamatan kerja dan dokumentasi terkait pengambilan sampel. Proses


pengambilan sampel jika tidak dilakukan secara benar, maka secanggih apapun

peralatan yang dipergunakan tidak akan menghasilkan data yang dapat

menggambarkan kondisi sesungguhnya (Ririn dan Rita, 2013).

Pengambilan Sampel air yang akan diambil dipilih sebaiknya pada bagian

air yang mengalir. Bagian air yang diam sebaiknya dihindari. Usahakan jangan

terlalu di tepi, jangan terlalu pada permukaan air, jangan pada dasar sungai, laut,
9
danau, muara, dsb. Mulut botol sampel steril diletakkan horizontal searah dengan

arah aliran air (Bino, 2014).

Pengambilan sampel merupakan prosedur yang diikuti untuk keperluan

pengujian sampel yang resprensentatif dari keseluruhannya. Pengambilan sampel

harus mewaikili dan memerlukan pertimbanan sebagai berikut : perencanaan

pengambilan sampel,petugas pengambilan sampel,frekuensi pengambilan

sampel,prosedur pengambilan sampel, peralatan pegambilan sampel, keselamata

kerja dan dokumentasi terkait pengambilan sampel. Sesuai dengan prosedur maka,

proses pengambilan sampel harus dilakukan dengan hati-hati. Jika melakukan

kesalahan maka hasil yang didapatkan (Hardianto, 2021).

Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan

mendukung pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel

merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan

menentukan hasil pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur

pengambilan sampel terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan

pengambilan sampel serta Quality Asurance (QA) dan Quality Control (QC)

pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil sampel sebelum ke lapangan


adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen yang membantu dalam

setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan sistematik (Yazid, 2019).

Pengambilan sampel harus memenuhi kesesuaian terhadap standar baku

yang telah diakui baik secara internasional maupun nasional, seperti standar EPA,

WHO, maupun SNI, jika tidak akan mengakibatkan langkah-langkah selanjutnya

seperti pengawetan, transportasi , penyimpanan, preparasi, maupun pengujian di


10
laboratorium, akan sia-sia serta membuang waktu dan biaya (Nicola, 2018).

Warna, Kekeruhan, dan Kecerahan

Air memiliki warna biru, dan bahwa warna ini memiliki asal yang unik.

Warna air ini mudah dilihat dan telah dilihat oleh penulis di Laut Karibia dan

Mediterania dan di danau pegunungan Colorado. Karena adanya penyerapan yang

memberi warna pada air berada di ujung merah tampak, orang melihat biru,

warna komplementer merah, ketika mengamati cahaya yang melewati beberapa

meter air. Warna air ini dapat dilihat di salju dan es sebagai warna biru intens

yang tersebar kembali dari lubang dalam di salju segar. Rona biru ke biru-hijau

juga tersebar kembali saat cahaya menembus air terjun dan gletser yang membeku

(Gina, 2013).

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan

merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan

menggunakan secchi disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad

ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat

dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan

kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan


air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk

(Andik, 2017).

Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar

untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix Turbidity

Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit).

Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter

SiO2. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid

di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi

kualitas air itu sendiri (Fahlevi, 2012).

Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan

peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan.

Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas cahaya

matahari yang masuk ke dalam badan air. Dan dampaknya bagi budidaya perairan

adalah adanya absorsi cahaya oleh air dan bahan – bahan terlarut, pembiasan

cahaya yang di sebabkan oleh bahan–bahan yang melayang. Nilai kecerahan suatu
11
perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air

(Abi, 2018).

Kekeruhan perairan merupakan keadaan terbalik dari kecerahan perairan.

Kekeruhan perairan atau yang biasa disebut dengan turbiditas perairan merupakan

suatu keadaan perairan disaat semua zat padat berupa pasir, lumpur dan tanah liat

atau partikel-partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup

(biotik) seperti fitoplankton. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-

bahan anorganik dan yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang

dihasilkan oleh buangan (Bino, 2014).


Kecerahan yang kurang dalam suatu perairan dapat memberikan dampak

buruk dalam suatu ekosistem yang ada dibawah perairan, contohnya seperti

ganggang. Beberapa ganggang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan

kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun ganggang yang terletak pada bagian

atas ganggang dapat menangkap makanan yang terbawa arus air dan juga

melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang

terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies perairan lainnya (Gina, 2013)

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan

cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami

kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesis.

Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesis dan produksi primer

dalam suatu perairan. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat

kaitannya dengan aktifitas fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan.

Faktor yang mempengaruhi kecerahan adalah kejernihan yang sangat ditentukan


12
partikel-partikel terlarut dalam lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan

terlarut maka kekeruhan akan meningkat (Ikal, 2017).

Kecerahan air merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan

proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan Air yang baik di

perairan adalah 40cm. Kecerahan menggambarkan sejumlah atau sebagian cahaya

yang diteruskan pada kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan persen. Cahaya

ini adalah cahaya dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum cahaya

yang terlihat danjatuh tegak lurus pada lapisan permukaan air pada kedalaman

tertentu (Cito dan Cika, 2021).


Faktor yang mempengaruhi kecerahan adalah kejernihan yang sangat

ditentukan partikel-partikel terlarut dalam lumpur. Semakin banyak partikel atau

bahan terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kecerahan air menentukan

ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi

kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi

kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan

terutama yang berupa dapat mengurangi kecerahan air (Fahlevi, 2012).

Kecerahan air merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang

ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Kecerahan

menggambarkan sifat air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang

diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air. Apabila

perairan keruh atau kecerahan air rendah, maka penetrasi cahaya matahari akan

berkurang akibat sebagian besar dari cahaya tersebut diserap oleh partikel-partikel

melayang yang terdapat dalam kolom air. Cahaya ini adalah cahaya dari beberapa
13
panjang gelombang di daerah cahaya yang terlihat dan jatuh tegak lurus pada

lapisan permukaan air pada kedalaman tertentu (Nicola, 2018).

Pengukuran kecerahan air sebaiknya dilakukan pada saat siang hari dan

cuaca cerah. Salah satu cara untuk mengukur kecerahan air dilakukan dengan

menggunakan Secchi disk, yaitu sebuah keping bulat dengan garis tengah 20 cm

yang terbuat dari seng dan dicat putih atau hitam-putih yang diberi pemberat. Alat

tersebut diturunkan ke dalam air sampai tidak tampak, kedalamannya diukur,

kemudian diturunkan lebih dalam lagi. Selanjutnya keping tersebut diangkat

kembali dan apabila keping hampir tampak lagi, maka kedalamannya diukur lagi.

(Nicola, 2018).
Padatan (TDS, TSS dan TVS)

Padatan terlarut dalam perairan yaitu berupa subjek terlarut yang bersifat

koloid berbentuk senyawa kimia serta partikel lain yang tidak dapat terfilter oleh

kertas saring. Sumber utama padatan terlarut perairan yaitu luapan limbah dari

sektor pertanian, rumah tangga dan . Penyebab meningkatnya kandungan padatan

terlarut di perairan juga disebabkan oleh keberdadaan kandungan bahan berupa

ion-ion di perairan seperti: kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium, magnesium,

bikarbonat, karbonat dan klorida (Bino, 2014).

TDS merupakan dari jumlah partikel atau zat tersebut, baik berupa

senyawa maupun non-organik. Pengertian terlarut mengarah kepada partikel

padat di dalam air yang memiliki ukuran di bawah 1 nano-meter. Satuan yang

digunakan biasanya ppm (part per million) atau yang sama dengan per liter (mg/l)

untuk pengukuran konsentrasi massa kimiawi yang menunjukkan berapa banyak

gram dari suatu zat yang ada dalam satu liter dari cairan. Zat atau partikel padat
14
terlarut yang ditemukan dalam air dapat berupa natrium (garam), kalsium,

magnesium, kalium, karbonat, nitrat, klorida dan sulfat (Abi, 2018).

Konsentrasi dari TDS yang terionisasi dalam suatu zat cair dapat

mempengaruhi konduktivitas listrik sebuah zat cari. Kandungan TDS dalam air

biasanya disebabkan karena adanya bahan anorganik berupa ion-ion yang umum

dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul

sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah

tangga dan pencucian. Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan

berdasarkan ukuran diameter partikel (Amsal, 2013).


Kandungan TDS yang tinggi memiliki dampak terhadap lingkungan,

dimana pada daerah resapan air TDS akan perlahan menutupi pori-pori dari

resapan tanah. Selain itu pada perairan kandungan TDS yang tinggi dapat

mengurangi penetrasi (penembusan) sinar matahari ke dalam air dan menghambat

regenerasi oksigen serta fotosintesis makhluk hidup di perairan. Tanpa kita sadari

dampak berbahaya TDS tinggi yang masuk ke tubuh akan menyebabkan

terjadinya akumulasi garam-garam terlarut pada organ ginjal. Apabila akumulasi

tersebut berlangsung secara terus menerus dapat mengganggu fungsi fisiologis

dari organ ginjal bahkan menyebabkan batu ginjal (Cito dan Cika, 2021).

TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan

yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan dan inorganic yang dapat

disaring dengan kertas berporipori 0,45 μm. Materi yang tersuspensi mempunyai

dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke


15
dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan

pertumbuhan bagi organisme produser (Amy, 2012).

Banyaknya TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan kesediaan

oksigen terlarut. Jika menurunnya ketersediaan oksigen berlangsung lama akan

menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehinggga organisme aerob akan

mati.Tingginya TSS juga dapat secara langsung menganggu biota perairan seperti

ikan karena tersaring oleh insang. Nilai TSSdapat menjadi salah satu parameter

biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di

daratan maupun di perairan.TSS sangat berguna dalam analisis perairan dan

buangan anceri yang tercemar serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu

air, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan (Sutarno, 2014).


Suhu, Salinitas dan Daya Hantar Listrik

Suhu merupakan besaran fisis yang perlu diukur dan dikontrol untuk

berbagai keperluan. Pengamatan suhu di Badan Meteorologi dan

Klimatologi Geofisika (BMKG) suhu juga penting. Suhu ini merupakan

parameter cuaca. Cuaca adalah keadaan atmosfer pada setiap saat,

dinyatakan oleh tinggi atau rendahnya nilai parameter suhu, tekanan,

kelembaban, dan berbagai fenomena lainnya. Apabila intensitas cahaya

meningkat, maka suhu udara juga meningkat, kelembaban menjadi

rendah, penguapan tinggi, awan hujan menjadi banyak, dan apabila terjadi

kondensasi maka akan timbul presipitasi (Fahlevi, 2012).

Suhu adalah suatu ukuran untuk tingkat panas suatu benda. Suhu suatu

benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut untuk

mentransfer panas atau menerima panas, dari benda satu ke benda yang lain.

Distribusi suhu di dalam atmosfer sangat bergantung terutama pada keadaan


16
radiasi matahari, oleh sebab itu suhu udara selalu mengalami perubahan. Suhu di

perairan yang baik untuk biota laut yaitu 28-32 °C(Yazid, 2019).

Suhu dapat diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan

termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius ( ° C).

Sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya dinyatakan dalam derajat

Fahrenheit (° F). Suhu juga bisa diartikan sebagai suatu sifat fisika dari suatu

benda yang menggambarkan Energy kinetic rata-rata dari pergerakan molekul-

molekul. Dengan suhu manusia dapat mengetahui dan mengembangkan

suatu informasi dan suhu diukur untuk digunakan dibanyak kebutuhan seperti
pertanian, farmasi, Klimatologi, dan Geofisika. Suhu dapat diukur menggunakan

Thermometer (Kelmo, 2014).

Skala suhu digunakan untuk memberikan tampilan nilai yang terukur pada

suhu. Sampai saat ini, terdapat 4 skala suhu yang digunakan pada termometer

diantaranya Celcius ( Oc), Reamur (Or), Fahrenheit (Oh) dan Kelvin (K). Skala

Celcius dan Fahrenheit banyak kita temukan di kehidupan sehari hari, sedangkan
17
skala suhu yang ditetapkan sebagai Satuan Internasional adalah Kelvin. Di

Indonesia menggunakan satuan skala celcius (Ririn dan Rita, 2013).

Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih

banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan

cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas

sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu dilautan kemungkinan berkisar

antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar

42°C di daerah perairan dangkal. Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut

adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari

yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan

Struktur data suhu cenderung turun dengan bertambahnya kedalaman, namun

demikian suhu air tidak menunjukkan gejala stratifikasi dan cukup baik dalam

mendukung kehidupan ikan (Rahmadsyah, 2016).

Suhu yang semakin tinggi dalam suatu perairan, maka kelarutan oksigen

akan semakin rendah, dan daya racun semakin tinggi. Kenaikan suhu air kolam

pada siang hari dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, cuaca, dan angin. Intensitas

cahaya matahari yang masuk ke dalam permukaan dapat menyebabkan terjadinya

perubahan suhu pada pagi dan siang hari. Kenaikan suhu akan mengakibatkan
penurunan jumlah oksigen terlarut di dalam air, dan akan meningkatkan kecepatan

reaksi kimia, dan dapat menyebabkan ikan dan biota air lainnya mengalami

kematian apabila suhu melampaui batas suhu tertentu (Andik, 2017)

Suhu ini berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen.

Pada keadaan suhu air di dalam tambak tinggi maka kelarutan oksigen terlarut

akan rendah. Sebaliknya proses metabolisme organisme malah semakin cepat,

yang berarti memerlukan oksigen makin tinggi. Suhu suatu badan air dipengaruhi

oleh musim, lintang, waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran

air, serta kedalaman badan air. Peningkatan suhu yang mengakibatkan

peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volansiasi (Jheny dan Nindri,

2019).

Salinitas merupakan salah satu parameter dalam menentukan kualitas air,

baik air permukaan maupun air tanah. Salinitas merupakan tingkat keasinan atau

kadar garam terlarut yang terdapat dalam air dalam gram per liter air laut.

Penggolongan atau klasifikasi tingkat keasinan air tanah untuk parameter salinitas

terbagi atas air tawar dengan nilai salinitas <0,5%, air payau dengan salinitas
18
berkisar antara 0,5-30%, air asin 30-50% dan air sangat asin atau air laut memiliki

salinitas >40% (Manda, 2015).

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam

air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin

tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Perbedaan

salinitas perairan dapat terjadi karena adanya perbedaan penguapan dan

presipitasi. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.

Kandungan garam pada sebagian besar sungai dan danau dan saluran air alami
sangat kecil sehingga air ditempat ini dikategorikan sebagai air tawar kandungan

garam sebenarnya pada air ini, secara definisi kurang dari 0,05% (Opie dan Tika,

2016).

Salinitas merupakan salah satu parameter fisika yang dapat mempengaruhi

kualitas air. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di air. Salinitas

menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi

menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida, dan semua

bahan telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (0/00).

Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup organisme, hampir semua

organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang mempunyai perubahan
19
salinitas yang kecil. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air

laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut, dan evaporasi (Sutarno, 2014).

Daya hantar listrik (Konduktivitas) adalah pengukuran seberapa baik suatu

bahan dalam mengakomodasi arus listrik. Tenaga arus listrik dapat diangkut

melalui materi dengan jalan konduksi muatan listrik dari satu titik ke titik yang

lain dalam bentuk arus listrik. Arus listrik dapat terjadi apabila dalam materi ada

sarana pengangkut muatan listrik yang bergerak.Pada logam, sarana pengangkut

muatan listrik adalah. Sedangkan pada larutan, mekanisme penghantaran listrik

menjadi lebih komplek. Oleh karena itu pengangkut muatan positif juga bergerak.

Dalam air, muatan akan terurai menjadi ion-ion dan bergerak kearah elektroda

yang muatannya berlawanan (Zakia, 2021).

Daya hantar listrik sangat erat kaitannya dengan nilai salinitas suatu

perairan. Semakin tinggi nilai salinitas suatu perairan makan semakin tinggi pula

nilai DHL karena banyaknya garam-garam terlarut yang dapat terionisasi.


Kualitas air irigasi perlu dijaga agar salinitasnya rendah, karena air dengan

salinitas tinggi menyebabkan ujung daun kering dan menurunkan jumlah produksi

tanaman tersebut (Lina dan Leno, 2012).

Daya Hantar Listrik (DHL) adalah kemampuan air untuk menghantarkan

arus listrik yang dipengaruhi oleh garam-garam terlarut yang dapat terionisasi.

DHL dipengaruhi oleh jenis ion, valensi, dan konsentrasi. Daya hantar listrik

berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah

bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar (Opie dan Tika, 2016).

Kemampuan air sebagai penghantar listrik dipengaruhi oleh jumlah ion

atau garam yang terlarut di dalam air. Semakin banyak garam yang terlarut

semakin tinggi daya hantar listrik yang terjadi. DHL merupakan pengukuran tidak

langsung terhadap konsentrasi garam yang dapat digunakan untuk menentukan

secara umum kesesuaian air untuk budidaya tanaman dan untuk memonitor

konsentrasi larutan hara. Pengukuran DHL dapat digunakan


untuk
20
mempertahankan target konsentrasi hara di zona perakaran yang merupakan alat

untuk menentukan pemberian larutan hara kepada tanaman (Zakia, 2021).

Daya Hantar Listrik (DHL) suatu larutan elektrolit, disebabkan oleh

adanya ionion terlarut dalam larutan. Nilai DHL ditentukan oleh jenis, jumlah,

dan mobilitas ion, secara total. Artinya, nilai DHL berhubungan dengan kepekatan

dan jenis ion terlarut, bukan padatan terlarut. Jika komposisi ion-ion terlarut tetap

(yaitu komposisinya, sama) tetapi berbeda kepekatan (yaitu jumlah ion terlarut

per satuan volume, berbeda), maka antara nilai DHL dengan kepekatan (atau

Padatan Terlarut Total, yaitu TDS, Total Dissolved Solid) terdapat suatu

hubungan yang tetap (Bino, 2014)


Hubungan DHL dan Ph mendeskripsikan bahwa semakin kecil Ph maka

akan semakin besar nilai DHL pada perairan tersebut. Serta semakin kecil nilai Ph

maka konduktivitas listrik perairan tersebut akan semakin besar dan sebaliknya.

Pada konduktor elektrolit, mengalir dibawa oleh ion-ion, sedangkan yang dapat

menghasilkan ion antara lain asam, basa dan garam. Sehingga apabila suatu

perairan memiliki tingkat keasaman tinggi (Ph kecil) maka semakin banyak ion

yang dihasilkan sehingga konduktivitas DHL akan semakin besar (Nicola, 2018).

Ph, Alkalinitas, dan Kesadahan

Ph adalah singkatan dari “potential of hydrogen” atau “power of

hydrogen”. PH adalah ukuran konsentrasi ion dalam air. Dalam kimia, Ph adalah

pengukuran konsentrasi ion dalam larutan berbasis air. Ia menjadi ukuran

keasaman atau kebasaan suatu larutan berair atau cairan lainnya.Skala Ph biasanya

berkisar dari 0 hingga 14. PH biasanya diukur dengan Ph meter. PH rendah berarti
21
ada lebih banyak ion dalam cairan. Sedangkan Ph yang lebih tinggi menunjukkan

lebih sedikit ion dalam cairan (Cito dan Cika, 2021)

Ph adalah istilah yang banyak digunakan dalam kimia, biologi, dan

agronomi. Biasanya tingkat Ph dijadikan ukuran tingkat keasaman atau kebasaan

air. PH adalah skala yang bisa membantu menentukan seberapa asam atau basa

larutan air. Ph yang tinggi disebut juga sebagai basa, sementara yang rendah

disebut asam. PH adalah ukuran yang biasa digunakan untuk menggambarkan

kualitas air minum. Pada air minum, skala Ph adalah 6.5–8.5 (Gina, 2013).

Air dengan Ph yang sangat rendah atau tinggi dapat menjadi tanda

pencemaran kimia atau logam berat. Ini sebabnya, mengetahui Ph adalah langkah

penting, terutama jika ia dikonsumsi atau berkontak dengan tubuh secara


langsung. Ph adalah skala yang bisa diukur dengan pengukuran tertentu.

Mengetahui cara mengukur Ph adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui

keamanan air minum yang dikonsumsi sehari-hari (Jheny dan Nindri, 2019).

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau

dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion

dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas mampu

menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering disebut

sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat

(Kelmo, 2014).

Kesadahan air adalah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air dimana

definisi kesadahan air yaitu sifat kimia air yang mengandung mineral tertentu

yang umumnya terdiri dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kesadahan juga

memiliki kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium

dan magnesium dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air

yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan
22
kadar mineral yang rendah (Ririn dan Rita, 2013).

O2 dan CO2

Oksigen terlarut atau DO ( Dissolved oxygen ) adalah jumlah oksigen

terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan atmosfer/udara. Oksigen

terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh

mahkluk hidup dalam air. Oksigen terlarut yang ideal untuk pertumbuhan dan

perkembangan organisme akuatik adalah 5-20 mg/L. Untuk mengetahui kualitas

air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter

kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO ( Dissolved


oxygen ) maka kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu

rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi yang mungkin

saja terjadi (Hardianto, 2021).

Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut

dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses atau pertukaran zat

yang kemudian menghasilkan ancer untuk pertumbuhan dan pembiakan. Kadar

Oksigen (DO) di perairan diatas dari 20 mg/L juga tidak baik untuk organisme

perairan tersebut karena dianggap terlalu berelebihan untuk organisme perairan

tersebut. Kadar oksigen yang bsik untuk perairan yaitu 5-20 mg/L Disamping itu,

oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan oranik dan anorganik

dalam proses . Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu
23
proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam

perairan tersebut (Zakia, 2021).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad

hidup untuk pernapasan, proses organik atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga

dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses.

Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari

udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti

kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,

gelombang dan pasang surut (Opie dan Tika, 2016).

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan

ancer dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya,

kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam

dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % . KLH menetapkan bahwa

kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan

biota laut (Kelmo, 2014).

Oksigen memegang peranan penting sebagai kualitas perairan, karena

oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan

anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh

organisme . Dalam kondisi, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan

dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah yang pada akhirnya dapat

memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi oksigen yang dihasilkan akan

mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk dan

gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut

sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan


24
secara alami maupun secara perlakuan yang ditujukan untuk memurnikan air

buangan dan rumah tangga (Hardianto, 2021).

Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan

pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan

tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme,

sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain

yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air

buangan dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu

diperkaya kadar oksigennya (Gina, 2013).


Karbon dioksida adalah senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon

dan 2 atom oksigen (CO2), mudah larut dalam air dingin, tidak berbau dan tidak

berwarna. Karbon dioksida termasuk gas yang reaktif dan banyak terdapat dalam

air laut. Karbon- dioksida yang terdapat dalam air laut umum- nya berasal dari

udara melalui proses difusi. Terbawa oleh air hujan, hasil proses respirasi

mikroorganisme dan dari hasil penguraian zat-zat oleh mikroorganisme. Dalam air

laut. Senyawa karbon dioksida terdapat dalam bentuk ion dan bentuk molekul.

Dalam bentuk ion adalah ion bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3) sedangkan

da- lam bentuk molekul adalah molekul karbon dioksida bebas (CO2) dan asam

karbonat H2CO3) (Bino, 2014).

Karbondioksida (CO2) dari udara selalu bertukar dengan karbondioksida

yang ada di air. Pada air yang tenang pertukarannya sedikit, sehingga proses yang

terjadi adalah difusi. Pada perubahan warna yang terjadi saat penelitian. Kadar

Karbon dioksida (CO2) diatas 15mg/l dianggap tidak baik bagi organisme karena

membahayakan organime yang ada di perairan itu sendiri karena menghambat

pengikatan oksigen. Karbondioksida dalam suatu perairan tidak lepas dari

pengaruh parameter seperti oksigen terlarut, alkalinitas, cahaya, Ph dan

sebagainya, semakin tinggi karbondioksida, maka oksigen yang dibutuhkan


25
bertambah. Konsentrasi karbondioksida sangat erat pula hubungannya dengan

konsentrasi oksigen terlarut dalam suatu perairan (Hardianto, 2021).

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tingginya

karbondioksida adalah melakukan aerasi atau melakukan pengaturan sirkulasi air.

Sirkulasi air bisa berjalan dengan baik dengan cara mengurangi sampah disekitar
DAS Ampenan, dan diberikan aturan bagi masyarakat sekitar yang membuang

limbah ke aliran sungai (Amsal, 2013)

Bahan Organik

Bahan organik merupakan sumber makanan bagi biota laut yang pada

umumnya terdapat pada substrat dasar sehingga ketergantungannya terhadap

bahan organik sangat besar. Oleh sebab itu, keberadaan bahan organik penting

artinya bagi kehidupan organisme benthos diperairan. Benthos dapat dijadikan

sebagai prganik perubahan lingkungan dari waktu ke waktu (Rahmadsyah, 2016).

Bahan organik yang terkandung dalam substrat dasar erat kaitannya

dengan makrozoobenthos, karena bahan organik merupakan sumber organik bagi

organisme air. Banyaknya bahan pencemar dalamperairan dapat mempengaruhi

organisme perairan,bahkan dapat membunuh spesies tertentu. Makrozoobenthos

dalam perairan memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai organisme

yang berperan sebagai organik biologi suatu perairan (Manda, 2015).

Perubahan kualitas perairan akibat jumlah bahan pencemar (polutan)

yang terdapat dalam bahan organik terusbertambah baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat mempengaruhikeseimbangan ekologis perairan

dan menjadi penghambat terhadap pertumbuhan oganisme yangberada di


26
dalamnya. Selain itu, konsentrasi bahan pencemar yang melebihi baku mutu dapat

mengancam kelangsungan hidup organisme yang dibudidayakan (Nicola, 2018).

Salah satu faktor yang menjadikan makrozoobenthos sebagai

bioindikator untuk kualitas perairan dilihat berdasarkan sifatnya yaitu bersifat

ubiquitousyaitu sebarannya luas, jumlah spesies lebih banyak dapat

memberikan respon terhadap tekanan lingkungan. Selain itu cara hidup


makrozoobenthos yang menetap pada habitatnya dan juga memiliki siklus

hidup lebih panjang memungkinkan menjelaskan perubahan temporal (Gufran,

2020).

Rusaknya ekosistem perairan tersebut akan berdampak juga

terhadap kehidupan biota air seperti perubahan struktur komunitas

makrozoobenthos, dimana penurunan kelimpahan dan komposisi dari

organisme tersebut biasanya merupakanindikator adanya gangguan ekologi

yang terjadi pada suatu perairan sungai (Cito dan Cika, 2021).

Nitrogen di Perairan

Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang

sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan

keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara

organik dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen

(denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob. Sumber nitrit

dapat berupa limbah organik dan limbah anorganik. Kadar nitrit pada

perairan kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat (Fahlevi, 2012).

Konsentrasi nitrit yang cenderung menurun tengah danau, KJA dan outlet

menunjukkan masa tinggal air dalam danau yang tinggi karena letak outlet yang

jauh dari daerah inlet. Pada perairan, konsentrasi nitrit dijumpai dalam konsentrasi

yang lebih rendah dari konsentrasi nitrat. Hal ini disebabkan karena bentuk
27
senyawa nitrit yang bersifat tidak stabil dan akan segera teroksidasi jika

kandungan oksigen terlarut mencukupi (Ikal, 2017).

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari

proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang

merupakan proses oksidasi menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting

dalam siklus nitrogen yang berlangsung pada kondisi anaerob (Kelmo, 2014).

Nitrogen dan fosfor di dalam perairan ada dalam berbagai bentuk, namun

hanya beberapa saja yang dapat dimanfaatkan oleh alga dan tumbuhan air. Untuk

nitrogen, beberapa yang dapat dimanfaatkan adalah nitrit dan nitrat, sementara

untuk fosfor berupa senyawa orto. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji

mengenai kondisi parameter kimia berupa senyawa fosfat, nitrit, nitrat dan silikat

di perairan Matasiri, Kalimantan Selatan untuk mengetahui kualitas air dan tingkat

kesuburannya (Sutarno, 2014).

Nitrogen dan fosfor di perairan tawar berperan pada peningkatan biomassa

fitoplankton, perubahan komunitas fitoplankton, komunitas alga bentik,

perubahan komposisi dan biomassa organisme makrofita, pengurangan

transparansi air, mempengaruhi rasa dan aroma air, meningkatkan oksigen

terlarut, peningkatan frekuensi kematian ikan, penurunan populasi ikan konsumsi,

penurunan produksi hasil panen ikan, dan pengurangan nilai estetika perairan

(Opie dan Tika, 2016). 28

Fosfat dan Silika

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh

tumbuhan . Karakteristik fosfor sangat berbedadengan unsure-unsur utama

lain yang merupakan penyusun bisfer karena unsure ini tidak terdapat di

atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan fosfor relative sedikit dan mudah

mengendap. Fosfor juga merupakan unsure yang esensial bagi tumbuhan


tingkat tinggi dan algae, sehingga unsure ini menjadi factor pembatas bagi

tumbuhan dan algae akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktifitas

perairan (Yazid, 2019).

Hasil analisis kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa konsentrasi

fosfat (mg/liter) dengan beban pencemaran fosfat (ton/tahun) masih berada di

bawah baku mutu biota laut. Berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun2004,

disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk

kehidupan biota laut adalah 0,015 mg P-PO4/L. Senyawa fosfor yang terikat di

sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui

proses menghasilkan senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi

kembali ke kolom air (Zakia, 2021).

Silika merupakan salah satu komponen fly ash yang paling dominan

jumlahnya yaitu sekitar 30-36%. Silika juga merupakan bahan kimia yang

pemanfaatan dan aplikasinya sangat luas. Salah satu pemanfaatan serbuk adalah

sebagai bahan pembuati padat, misalnya dimanfaatkan untuk dekolorisasi limbah

cair batik (Fahlevi, 2012)

Silika di perairan pesisir dan laut dapat berbentuk sebagai partikel mineral,

opal biogenik, dan larutan. Silikat terlarut umumnya berbentuk silikat (senyawa

dengan komponen silikon anionik dan umumnya dalam bentuk oksida, Si-O),

karena memiliki afinitas yang kuat dengan oksigen. Silikat terlarut yang masuk ke

perairan pesisir dan lautan umumnya berbentuk reaktif silikat anorganik, dapat

berupa ion-ion terlarut dari asam ortosilisik (Si(OH)4). Asam silisik ini berasal

dari pelapukan mineral tanah dan batuan (Yazid, 2019).


METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 06 Juni 2022, pukul 11.15, di

kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Secchi

Disk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan, digunakan untuk mengukur

suhu perairan, dan Ph meter digunakan untuk mengukur Ph perairan.

Prosedur Praktikum
a. Menggunakan Secchi Disk

Adapun prosedur pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk adalah

sebagai berikut:

1. Lempengan secchi disk diikat tali.

2. Dimasukkan secchi disk ke dalam air.

3. Ketika pola yang terdapat pada secchi disk tidak terlihat lagi dalam air di

kedalaman tertentu,

4. Didapat hasil analisis tingkat ukuran kecerahan air.

b. Menggunakan Termometer

Adapun prosedur pengukuran suhu menggunakan termometer adalah

sebagai berikut:

1. Siapkan termometer

2. Celupkan termometer ke dalam air.


30

3. Tunggu sampai alkohol berhenti pada angka tertentu.

4. Didapat hasil ukuran suhu air.

c. Menggunakan Ph Meter

Adapun prosedur pengukuran Ph menggunakan Ph meter adalah sebagai

berikut:

1. Siapkan Ph meter.

2. Celupkan Ph meter ke dalam air.

3. Tunggu sampai angka digital berhenti pada angka tertentu.

4. Didapat hasil ukuran Ph air.

d. Menggunakan Metode Winkler

Adapun prosedur pengukuran oksigen terlarut (DO) dengan metode

winkler adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan botol BOD dan sampel air.

2. Kemudian, tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 Ml KOH-KI dikocok dan didiamkan

sampai sampel berwarna putih/coklat

3. Ditambahkan 1 ml H2SO4 dikocok dan diamkan sampai larutan sampel

berwarna coklat.

4. Diambil sebanyak 100 ml dan diteteskan Na 2S2O3 0,0125 sampai sampel

berwarna kuning pucat.

5. Ditambahkan 5 tetes amilum sampai sampel bening.

6. Dihitung volume akhir Na2S2O3. Yang terpakai.


31

e. Pengukuran Karbon Dioksida

Adapun prosedur pengukuran karbon dioksida (CO2) adalah sebagai

berikut:

1. Air sampel diambil dari kolam 30 menit sebelum titrasi dilakukan

2. Air dimasukkan ke 50 ml ke Erlenmeyer dengan hati-hati untuk mengurangi

aerasi dan difusi CO2.

3. Indikator PP (Phenopthellin) ditetes kedalam Erlenmeyer sebanyak 5 tetes.

4. Erlenmeyer diputar dengan tenang dan teratur agar rata.

5. CO2 terikat lalu titrasi dengan H2SO4, sampai larutan menjadi bening.

6. Jika larutan berwarna bening, CO2 bebas lalu titrasi dengan Na 2S2O3 sampai

larutan menjadi pink.

Analisis Data

Rumus perhitungan kecerahan perairan yaitu:

D 1+ D 2
Kecerahan=
2

Keterangan:
D1 = jarak keping hitam ke permukaan air.
D2 = jarak keping putih ke permukaan air.

Rumus perhitungan kadar oksigen (DO) yaitu:

Vthio x Nthio x 1000 x 8


DO mg/l=
Vbotol−2

Keterangan:
Vthio = Volume titrasi ancerice (ml)
Nthio = Normalitas ancerice yang digunakan (N)
8 = Berat Ekivalen CO2
32

Vbotol = Volume contoh air (ml)

Rumus perhitungan karbon dioksida yaitu:


CO2 = 1000 x P x 0,5
V
Keterangan:
1000 = ml/L air
0,5 = Jumlah mg/l (CO2 (0,05N)
V = Volume air yang di titrasi
P = Volume larutan Na2CO3 atau larutan H2SO4 yang digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Stasiun D1 D2 Kecerahan

1 28 19,5 23,75

2 37,5 27 32,25

3 45,5 30 37,75

Adapun hasil dari laporan praktikum ini yaitu:


Tabel 1. Kecerahan perairan di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Suhu perairan di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara


Stasiun Suhu (oC)
1 32,5
2 31,7
3 31,9

Tabel 3. Ph perairan di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara


Stasiun Ph
1 7,1
2 7,0
3 6,9

Stasiun Vthio N Thio Vsampel DO(Mg/L)

1 17 0,0125 250 6,85


Tabel 4. Oksigen Terlarut di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Stasiun P V CO2

1 17 250 34

Tabel 5. Karbon Dioksida di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara


34

Gambar 1. Stasiun 1

Gambar 2. Stasiun 2

Gambar 3. Stasiun 3

Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan bahwasanya kecerahan

pada stasiun 1,2 dan 3 di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara terbukti
tidak baik jika dilihat dari hasil kecerahan air tersebut berkisar 23,75 – 37,75 cm,

hal ini sesuai dengan pernyataan Cito dan Cika, (2021) yang menyatakan bahwa

apabila kecerahan air kurang dari 40 cm, maka perlu dilakukan pergantian air

hingga mencapai standar optimum.

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwasanya untuk

mendapatkan hasil yang detail dan jelas maka para pratikan harus melakukan

penelitian terhadap suatu perairan sekitar jam 10.00-14.00. Hal ini karena tingkat

kecerahaan cahaya matahari yang cocok untuk melakukan pengukuran ada di

waktu-waktu tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nicola, (2018) yang

menyatakan tentang faktor yang mempengaruhi suatu kecerahan pada perairan

yaitu nilai kecerahan akan dipengaruhi oleh kondisi cuaca, dan waktu saat

dilakukan pengukuran.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan bahwasanya suhu pada

stasiun 1, 2 dan 3 di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara berkisar

31,7-32,5 oC. Suhu ini masih dalam kategori baik, hal ini sesuai dengan

pernyataan Yazid, (2019) yang menyatakan bahwa keadaan suhu di perairan yang

masih baik untuk kehidupan biota laut yaitu 28-32 oC.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan bahwasanya Ph pada

stasiun 1, 2 dan 3 di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara berkisar 6,9-

7,1. Menurut nilai baku mutu KEPMEN-LH No. 51 tahun 2004, Ph normal yang

sesuai untuk kehidupan biota laut berkisar antara 7–8,5, sementara pengukuran di

lokasi penelitian berkisar antara 7,08 – 7,36. Hasil ini menunjukkan bahwa

kondisi perairan di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara masih

tergolong bagus karena masih berada pada kisaran Ph normal untuk perairan.
36

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan bahwasannya kadar

oksigen terlarut (DO) pada stasiun 1 di kolam sekitar Universitas Sumatera Utara

masih tergolong ideal untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme yang ada

di perairan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan Zakia, (2021) yang menyatakan

bahwa oksigen terlarut yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan

organisme akuatik adalah 5-20 mg/L. Semakin banyak jumlah DO (Dissolved

oxygen) maka kualitas air semakin baik jika kadar oksigen terlarut yang terlalu

rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anceric yang

mungkin saja terjadi.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan bahwasannya pada

stasiun 1 kadar karbon dioksida tidak baik bagi keberlangsungan organime di

dalam perairan tersebut karena menghambat pengikatan oksigen. Hal tersebut

sesuai dengan Hardianto, (2021) yang menyatakan bahwa Karbon dioksida (CO 2)

diatas 15mg/l dianggap tidak baik bagi organisme karena membahayakan

organime yang ada di perairan itu sendiri. Konsentrasi karbondioksida sangat erat

pula hubungannya dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam suatu perairan.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan bahwasannya pada

stasiun 2 kadar karbon dioksida tidak baik bagi organisme perairan karena akan

terjadi kelebihan oksigen dalam perairan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan

Bino, (2014) yang menyatakan bahwa Kadar karbon dioksida dibawah 15 mg/l

tidak baik untuk pertumbuhan organime karena karbon dioksida tidak dapat

mengikat oksigen dalam air sehingga akan terjadi kelebihan oksigen dalam

perairan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Kecerahan perairan di tiga titik kolam perpustakaan Universitas Sumatera

Utara rata-rata kecerahan airnya adalah 31,25. Dimana berdasarkan data yang

didapat diketahui bahwa kualitas air di kolam perpustakaan Universitas

Sumatera Utara adalah bermutu kurang baik serta keruh.

2. Suhu perairan di tiga titik kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara

berkisar 31,7-32,5 oC. Dimana berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa

suhu di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara masih dalam kategori

baik untuk kehidupan biota.

3. Ph perairan di tiga titik kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara rata-

ratanya adalah 7,0. Dimana berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa

kondisi perairan di kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara masih

tergolong bagus karena masih berada pada kisaran Ph normal untuk perairan.

Saran

Adapun saran penulis agar para praktikan memahami materi sebelum

praktik agar praktik berjalan dengan baik dan ancer dan agar semua praktikan

mengikuti praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Abi U K, 2018. “Pendeteksi pH Air Menggunakan Sensor pH Meter V1.1


Berbasis Arduino Nano,”. Jurnal Perairan Indo 12 (3) : 167-173
Andik K, 2017. Kajian kualitas air sungai Ngiroro Karang Anyar upaya
Pengendalian Pencemaran Air, Universitas Dipogoro, Semarang.
Amy S, 2012. Studi Perbandingan Antara Metoda Neslerisasi Dengan Metoda
Elektroda Selektif-Ion Untuk Penentuan Nitrogen-Amonia Di Dalam
Air. Skripsi. Jurusan Kimia. FMIPA USU. Medan.
Amsal Y I, 2013. Salinitas pada Laut Timur Indonesia. Jurnal Kelautan dan
Perikanan, Universitas Diponegoro, 9(2) : 120-131.
Bino, 2016. Secchi Disk Sebagai Alat Ukur Kecerahan Kawasan Perairan waduk
Taliwung, Jawa Timur. Journal Ilmu Marinire 8(2) : 111-119
Cito dan Cika , 2021. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Indonesia
Fahlevi C, 2012. Analisis Suhu pada Pantai Sinjati, Padang. Jurnal Suhu pada
Perairan Lotik di Nusa Tenggara Timur. Pekanbaru : Tugas Akhir
Universitas Riau.
Gina, 2013. Daya Hantar Lstrik pada Mercusuar Laut Surabaya. Jurnal Teknik
Pertanian. 5(1) : 27-29. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Hardianto, 2021. Oksigen Terlarut ( DO ) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi
(BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas
Perairan, Jurnal Perairan 7(3) : 27-34
Ikal, 2017. Pengaruh tingkat kekeruhan perairan terhadap komposisi spesies
makro Algae kaitannya dengan proses Upwelling pada Perairan
Rutong-Leahari. Jurnal Perikanan. 5(1) 21-31.
Jheny dan Nindri, 2019. Analisa Penentuan Kualitas Air Tasik Bera Di Pahang
Malaysia Berdasarkan Pengukuran Parameter Fisika-Kimia: Jurnal
Sains,Teknologi Dan Industri. Vol.12, No1.
Kelmo A, 2014. Oksigen Terlarut (DO) di Lingkungan Perairan Selat Malaka.
Cetakan Kelima. Yogyakarta : Kanisius.
Lina dan Leno, 2018. Tingkat Keasaman ( pH ) Dan Oksigen Terlarut Sebagai
Indikator Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. Jurnal
Teknologi Lingkungan, 5(2), 33–35
Manda G, 2015. “Cara Uji Kadar Nitrogen Total Sedimen dengan Distilasi
Kjeldahl secara Titrasi, SNI 4146:2013”. Jakarta: BSN
Nicola C, 2018 . Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong di Wilayah Kota
Yogyakarta. Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA) 3.2 :
65-73
Opie dan Tika, 2016. Analisis Kualitas Air Sungai Akibat Pencemaran Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Batu Bola dan Karakteristik
Sertakeluhan Kesehatan Pengguna Air Sungai Batang Ayumi di
Kota Padangsidimpuan Tahun 2012. Lingkungan dan Keselamatan
Kerja. Jurnal Ilmu Lingkungan 8(2) : 14-19
Rahmadsyah D, 2016. Karateristik Kualitas Air Sungai Cihideung Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Jurnal Air Dan Perikanan Vol.7, No.2.
Ririn dan Rita, 2013. Analisis Kandungan Organik dan Anorganik Sedimen
Limbah Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau Propinsi
Sumatera Barat
Sutarno, 2014. Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong di Wilayah Kota
Yogyakarta. Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA) 3.2 :
65-73
Yazid A, 2019. Ukuran Salinitas Perairan waduk Taliwung, Jawa Timur. Journal
Ilmu Marinire 8(2) : 111-119
Zakia, 2021 Oksigen Terlarut (DO) dan Karbon Dioksida di Perairan Rawa.
Jakarta: PT. Grandmedia Pustaka Umum.
LAMPIRAN I

Pengukuran dengan Secchi disk

Gambar 1. Stasiun 1 Gambar 2. Stasiun 2

Gambar 3. Stasiun 3

Pengukuran dengan Termometer

Gambar 4. Stasiun 1 Gambar 5. Stasiun 2


Gambar 6. Stasiun 3
Pengukuran dengan pH Meter

Gambar 7. Stasiun 1 Gambar 8. Stasiun 2

Gambar 9. Stasiun 3

LAMPIRAN II

Perhitungan Analisis Data


Dik : Vthio = 17 ml
Nthio = 0,0125 N
Vsampul = 250
Dit : DO ?
Vthio x Nthio x 1000 x 8
Jawaban : DO =
Vbotol−2
17 x 0,0125 x 1000 x 8
DO =
250−2

1700
DO =
248

DO = 6,85 Mg/L

Anda mungkin juga menyukai