Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Labolatorium Kualitas Air

PENGUKURAN DO AIR DI KOLAM GEDUNG INDUK


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA DENGAN METODE WINKLER

Oleh:
VI/A
Vania Siahaan 190302055
Heri 190302065
Sari Putri Situmorang 190302067
Leo Partogi Pakpahan 190302075
Bunga Ulita Manurung 190302085

LABORATORIUM KUALITAS AIR


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pengukuran DO Air Dikolam Gedung Induk Fakultas


Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan Metode
Winkler
Tanggal Praktikum : 18 Maret 2020
Nama : Vania Siahaan 190302055
Heri 190302065
Sari Putri Situmorang 190302067
Leo Partogi Pakpahan 190302075
Bunga Ulita Manurung 190302085
Kelompok / Grup : VI / A
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diketahui oleh, Diperiksa oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Fanni Kristanti Hasugian Maulida Pratiwi


NIM. 160302081 NIM. 160302039
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan
laporan yang berjudul “Pengukuran DO Air di Kolam Gedung Induk Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan Metode Winkler”. Laporan ini
sebagai salah satu syarat masuk mengikuti Laboratorium Kualitas Air.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc, Bapak Rusdi Leidonald, SP, M. Sc, dan Ibu
Astrid Fauzia Dewinta S.St.Pi, M. Si sebagai dosen penanggung jawab Laboratorium
kualitas air. Selain itu penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Demikianlah ini diselesaikan, penyusun mengaharapkan kritik dan saran yang
menmbangun demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih.

Medan, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halam
an
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan Praktikum ............................................................................ 3
Manfaat Praktikum........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
DO.................................................................................................... 4
Metode Winkler................................................................................ 6
Cara Pengambilan Air Sampel......................................................... 8
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum.......................................................... 9
Alat dan Bahan Praktikum................................................................ 9
Prosedur Praktikum........................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil................................................................................................. 10
Pembahasan...................................................................................... 10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................... 12
Saran................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat
produktif di perairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan
unik, karena pada wilayah ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal
daratan, perairan laut dan udara. Kekuatan dari darat dapat berwujud air dan sedimen
yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan dari batuan
pembentuk tebing pantainya. Kekuatan dari darat ini sangat beraneka. Sedang
kekuatan yang berasal dari perairan dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut
dan arus, sedangkan yang berasal dari udara berupa angin yang mengakibatkan
gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu udara dan curah hujan (Vatria, 2010).
Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan
perairan pedalaman. Perairan pedalaman yang dimaksud terdiri atas laut pedalaman
dan perairan darat. Tidaklah mudah dalam melakukan pemetaan perairan di
Indonesia. Ada beberapa metode dalam penentuan kedalaman yaitu metode mekanik
(menggunakan tali tambang), metode akustik (menggunakan alat echosounder), dan
metode optik (menggunakan gelombang elektromagnetik) Dalam pemetaan
menggunakan metode akustik belum bisa menjangkau perairan pedalaman, salah
satunya adalah perairan dangkal. Selain metode akustik, metode penentuan
kedalaman yang lain adalah metode optik. Penentuan kedalaman metode optik
menggunakan gelombang elektromagnetik yaitu dengan LiDAR (Light Detection
And Ranging) adalah bagian sistem inderaja yang menggunakan sensor
aktif(menggunakan sumber energi-nya sendiri, bukan dari pantulan sinar matahari) ,
dan bekerja denganmembandingkan karakteristik sinyal transmisi dan pantulannya
(selisih waktu rambat pulsa, panjang gelombang,dan sudut pantulan)
(Silalahi et al., 2017).
Perairan merupakan suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu,
bersifat statis (tergenang/diam) dan dinamis (mengalir/bergerak) perairan memiliki
2

tiga zona yaitu zona profundal (dasar), zona limnetik (tengah) dan zona litoral. Zona
litoral adalah daerah pantai yang terletak antara pasang tinggi dan surut terendah,
daerah ini mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan
( Azizahet et al., 2015).
Salah satu ukuran kualitas suatu ekosistem adalah terselenggaranya proses
produksi atau produktivitas primer yang mempersyaratkan adanya cahaya untuk
keberlangsungannya. Cahaya berperan sebagai faktor pembatas utama dalam
fotosintesis atau produktifitas primer. Cahaya matahari yang mencapai permukaan
perairan tersebut sebagian diserap oleh air dan sebagian lagi direfleksikan kembali.
Penetrasi cahaya ke dalam air sangat dipengaruhi oleh: intensitas cahaya, sudut
datang cahaya, kondisi permukaan air dan bahan–bahan yang terlarut dan tersuspensi
di dalam air. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air.
Dengan mengetahui nilai kecerahan suatu perairan, berarti dapat juga mengetahui
sampai dimana adanya kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam perairan. Tingkat
kecerahan yang tinggi ini sangat berguna bagi fitoplankton untuk melakukan proses
fotosintesis sehingga dapat berkembang dengan baik. Kecerahan dapat ditentukan
secara visual dengan menggunakan secchi disk (Indaryanto, 2015).
Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk
hidup yaitu manusia, tumbuhan, hewan yang sangat penting diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari yaitu air bersih dan untuk pembudidayaan ikan
membutuhkan kualitas air bersih dan bebas dari pencemaranKualitas air dapat
diketahui dari pengukuran parameter untuk budidaya biota (Frasawi, 2013).
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk
hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air.Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan
seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka
bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup
sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk
keperluan pertanian dan lain sebagainya (Warlina, 2004).
3

Kualitas merupakan suatu Istllah relatif yang sangat bergatung pada situasi.
Kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu
memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang samar. Kualitas sebagai nihil cacat,
kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. kualitas merupakan suatu bentuk
kesesuaian dengan persyaratan {Performance To Requair-ments). Angka-angka yang
digunakan dalam menilai kesesuaian tersebut merupakan suatu komitmen untuk
menghasilkan suatu jumiah tertentu dari material yang tidak sempurna sebelum kita
memulai. Tapi, angka-angka tersebut bukanlah standar atau target, angka-angka
tersebut adalah sebuah akseptasi (batas penerimaan) yang sederhana mengenai suatu
kasus. Akseptasi tersebut juga akan diteruskan dengan perbaikan berkelanjutan
(Darmawan, 2011).
Analisis kualitas air dilakukan untuk mengetahuikesesuaian air untuk
peruntukan tertentu denganmembandingkan dengan baku mutu air sesuai kelasair
Data yang telah didapat dari hasil pengujian parameter fisik dan kimia air Sungai,
baik itu di lapangan maupun di laboratorium, kemudian dilakukan analisa kualitas air
dengan membandingkan hasil pengujian dengan baku mutu(Ali et al., 2013).

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini antara lain :
1. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel air di kolam gedung induk
2. Untuk mengetahui kandungan DO air di Kolam gedung induk
3. Untuk mengetahui hubungan kualitas air dengan DO

Manfaat Praktikum
Adapun manfaat penulisan laporan praktikum ini ialah untuk menambah
wawasan tentang pengukuran DO air di kolam gedung induk dengan Metode
Winkler, serta sebagai sarat masuk praktikum Kualitas Air.
4

TINJAUAN PUSTAKA

DO (Dissolved Oxigen)
Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjang
utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan
untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat anorganik oleh mikro
organisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis
organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh
organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam tubuhnya
(Simanjuntak, 2007).
Rendahnya kardar oksigen di daerah pantai dekat muara sungai, erat kaitannya
dengan kekeruhan air laut dan juga diduga disebabkan semakin bertambahnya
aktivitas mikro-organisme untuk menguraikan zat organik menjadi zat anorganik
yang menggunakan oksigen terlarut (bioproses) di perairan ini. Sedangkan tingginya
kadar oksigen terlarut di perairan lepas pantai, dikarenakan airnya jernih sehingga
dengan lancarnya oksigen yang masuk kedalam air tanpa hambatan melalui proses
difusi dan proses fotosintesi. Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Nybakken
(1988), bahwa secara horizontal diketahui oksigen terlarut semakin ke arah laut maka
kadar oksigen terlarut akan semakin menurun juga. Namun hal ini tidak menjadi
suatu patokan (ketentuan), tergantung pada perairan itu sendiri kaitannya terhadap
kandungan oksigen terlarut (Patty, 2013)
Pada lapisan permukan, selain melalui proses fotosintesis, tingginya
konsentrasi oksigen pada lapisan ini juga disuplai oleh kelarutan oksigen dari
atmosfer melalui proses difusi. Saat oksigen berada dalam kondisi setimbang (laju
perubahan antara atmosfer dan air sama) dan proses yang terjadi bersifat bolak balik
(reversible), maka kelarutan oksigen dari atmosfer akan bergerak menuju lapisan
permukaandan dikenal dengan istilah Normal Atmospheric Equilibrium
Concentration (NAEC). Proses tersebut hanya berlaku pada lapisan eufotik saja. Pada
lapisan yang lebih dalam, kandungan oksigen disuplai melalui penenggelaman massa
air dimana membawa kandungan oksigen yang tinggi dari Permukaan. Oksigen pada
5

lapisan ini akan tetap rendah dikarenakan digunakan untuk menguraikan bahan-bahan
organik dan detritus yang terdekomposisi dari lapisan permukaan dan termoklin
(Hamzah dan Trenggono, 2014).
Kadar oksigen terlarut di dalam massa air nilainya adalah relatif dan
bervariasi, biasanya berkisar antara 6-14 ppm. Secara keseluruhan kadar oksigen
terlarut di perairan ini berkisar antara 3,46-6,25ppm dengan rata-rata 4,73±0,76 ppm,
relatif lebih rendah dibandingkan dengan kadar oksigen terlarut di lapisan permukaan
laut umumnya. Kadar oksigen di permukaan laut yang normal berkisar antara 5,7-8,5
ppm. Kadar oksigen di perairan laut yang tercemar ringan di lapisan permukaan
adalah 5 ppm. Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan nilai ambang batas
oksigen terlarut untuk kehidupan biota laut adalah ≥5 ppm. Kandungan oksigen
sebesar 5 ppm dengan suhu air berkisar antara 20-30oC relatif masih baik untuk
kehidupan ikan-ikan, bahkan apabila dalam perairan tidak terdapat senyawa-senyawa
yang bersifat toksik (tidak tercemar) kandungan oksigen sebesar 2 ppm sudah cukup
untuk mendukung kehidupan organisme perairan. Dengan demikian dilihat dari kadar
oksigen terlarutnya dapat dikatakan bahwa perairan ini relatif belum tercemar oleh
senyawa-senyawa organis dan masihbaik untuk kehidupan biota laut (Patty, 2013).
Banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi dan penguraian
zat-zat organik oleh mikroorganisme dinyatakan dengan Apparent Oxygen Utilization
(AOU). Dalam suatu perairan yang masih alami, nilai AOU umumnya positif. Namun
untuk perairan yang banyak mengandung zat-zat organik, nilai AOU menjadi negatif
yang berarti jumlah oksigen yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah oksigen yang tersedia. Hasil penelitian di Teluk Jakarta menunjukkan tidak
ditemukannya nilai AOU yang negatif di lapisan permukaan, sedangkan di perairan
Teluk Ambon menunjukkan pemakaian oksigen seimbang dengan produksi oksigen.
Variasi kadar oksigen terlarut alami di lapisan permukaan perairan Indonesia berkisar
antara 4,50-7,00 mg/l atau 3,15-4,90 ml/l (Simanjuntak, 2012).
Akumulasi masuknya bahan organik yang tinggi kedalam ekosistem perairan
waduk akan meningkatkan kesediaan nutrien. Kandungan bahan organik yang
optimum dapat menyuburkan perairan dan berdampak positif bagi kehidupan ikan,
6

tetapi kandungan bahan organik yang tinggi dapat mendorong terjadinya eutrofikasi.
Dampak lainnya dari bahan organik yang tinggi adalah penurunan konsentrasi
oksigen terlarut bahkan sampai kondisi anoksik. Pada keadaan seperti itu dapat
menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tertekan laju
pertumbuhannya bahkan mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai
ekosistem perairan dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem
perairan tersebut. Di perairan amonia dihasilkan dari proses dekomposisi bahan
organik, reduksi nitrat oleh bakteri dan kegiatan pemupukan dan ekskresi organisme
yang ada di dalamnya (Purnamaningthyas, 2014).

Metode Winkler
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan kadar oksigen dalam air
laut, misalnya dengan metode mikro-gasometrik, spektrometrik massa, kromatografi
gas, metode Winkler dan lain-lain. Namun metode yang paling sering dipakai untuk
menentukan kadar oksigen dalam air laut adalah metode Winkler. Penentuan kadar
oksigen dalam air berdasarkan yodometri diperkenalkan oleh Winkler pada tahun
1888. Beberapa tahun setelah metode winkler diperkenalkan dan diterapkan, ternyata
metode ini banyak mendapat gangguan analisis. Hal ini menyebabkan para ahli
berusaha menghilangkan gangguan-gangguan tersebut dengan
menyempurnakan/memodifikasi metode Winkler. Modifikasi pertama diperkenalkan
oleh Alsterberg pada tahun 1925 yang berhasil menghilangkan gangguan garam-
garam nitrit (_NO2¯) (Hutagalung et al., 2005).
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2
dan NaOH, sehingga akan terjadi endapan MnO 2. Dengan menambahkan H2SO4 atau
HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan
molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan
ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na 2S2O3) dan
menggunakan indikator larutan amilu ( Berutu, 2016 ).
7

Prinsip penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan titrasi yodometri yang
diperkenalkan oleh Winkler adalah sebagai berikut : dalam larutan yang bersifat basa
kuat, MnSO4 bereaksi dengan basa (OH¯) membentuk endapan Mn(OH)2 yang
berwana putih. Endapan Mn(OH)2 dalam larutan yang bersifat basa kuat, merupakan
senyawa yang tidak stabil, sehingga segera dioksidasi oleh oksigen yang terdapat
dalam larutan contoh menjadi Mn(OH)3. Reaksi oksidasi ini bersifat kuantitatif, yang
berarti banyaknya Mn(OH)3 yang terbentuk adalah ekivalen dengan banyaknya O 2
yang terdapat dalam larutan contoh (Hutagalung et al., 2005).
Kelebihan metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah
lebih mudah karena hanya dilakukan cara titrasi, lebih teliti dan akurat apabila
dibandingkan dengan cara alat DO-meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi
iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan
penambahan indikator amilumnya,sedangkancara DO-meter,harus memperhatikan
suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Disamping itu, sebagaimana lazimnya
alat yang digital ,peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil
penentuan. Berdasarkan pengalaman dilapangan,penentuan oksigen terlarut dengan
cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO-
meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
(Septiawan et al ., 2014).
Penentuan kadar oksigen dalam air laut dengan metode Winkler ternyata
banyak mendapat gangguan analisis, baik gangguan yang bersifat positif maupun
negatif. Gangguan negatif dapat disebabkan oleh adanya zat yang bersifat reduktor
dalam larutan contoh, misalnya garam-garam Fe2+. Reduktor-reduktor ini akan
dioksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam larutan contoh, sehingga kadar oksigen
yang diperoleh akan lebih rendah dari kadar yang sebenarnya. Adanya aktivitas
mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk menguraikan zat organik, juga
akan mem berikan gangguan negatif. Fitoplankton yang terdapat dalam larutan
contoh, dengan bantuan sinar matahari akan berfotosintesis menghasilkan oksigen,
sehingga adanya fitoplankton dan sinar matahari akan memberikan gangguan positif.
Adanya gangguan tersebut mengakibatkan data yang diperoleh kurang tepat.
8

Data yang kurang tepat akan menyebabkan kesimpulan yang diambil kurang
menggambarkankeadaan yang sebenarnya dari perairan yang diteliti
(Hutagalung et al ., 2005).

Cara Pengambilan Air sampel


Pengambilan sampel pada air sungai diambil dengan cara pengambilan sampel
sesaat (grab sample). Sampel sesaat atau grab sample yaitu sampel yang diambil
secara langsung dari badan air yang sedang dipantau, sampel ini hanya
menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan sampel. Setelah proses
pengambilan sampel air pada setiap stasiun pengambilan yang telah ditentukan, untuk
sampel yang dilakukan pengujian di laboratorium, maka perlu adanya penanganan
sampel sesuai standar yang ditetapkan. Penanganan sampel air berupa pengamanan
sampel dilapangan (pemberian label pada setiap wadah sampel), pengawetan sampel
(pendinginan dan penambahan bahan kimia) dan transportasi sampel (dari lokasi
pengambilan sampel ke laboratorium). Pengawetan sampel dimaksudkan agar tidak
terjadi perubahan secara fisika dan kimia( Ali et al., 2013).
Pengambilan air sampel untuk parameter COD dan BOD menggunakan botol
DO yang dilakukan di bawah permukaan air. pengambilan sampel air untuk
kemudian dilakukan analisa di laboratorium yaitu parameter TSS, COD, BOD. Pada
saat pengambilan air sampel ini harus dilakukan secara cermat agar tidak terdapat
gelembung udara pada botol DO tersebut, setelah itu dilakukan analisa sampel
dengan metode titrasi. Selama proses inkubasi pada penentuan BOD, sama sekali
tidak ada pasokan oksigen, baik dari proses difusi maupun dari fotosintesis.
Pengambilan air sampel untuk parameter TSS menggunanakan botol sampel dengan
volume 1,5 L yang selanjutnya dilakukan analisa sampel di laboratorium
(Andara et al., 2014).
9

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Kualitas Air dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2020,
dilaksanakan pada pukul 14.40 wib, bertempat di Laboratorium Basah Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Praktikum


Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kualitas air antara lain
MnSO4, KOH-Kl, H2SO4, Na2S2O3 0,0125 N, Aquades dan sampel air kolam gedung
induk fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gelas beaker, labu
erlenmayer, pipet tetes 4 buah dan sarung tangan latex.

Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum kualitas air antara lain:
1. Disiapkan air sampel yang telah diambil dan di lakban permukaan botol aqua.
2. Diuci kadar DO pada air sampel dengan menggunakan metode Winkler
3. Diamati hasil hasil DO yag telah diuji.
4. Dicatat hasil DO yang telah di peroleh.
5. Didokumentasikan hasil praktikum tersebut.
6. Dibersihkan semua alat dan bahan yang digunakan dalam praktikkum Kualitas
Air.
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
No Air Sampel Titrasi DO
1 Perpus Timur 6 ml 8 mg/L
2 Perpus Barat 7 ml 2,8 mg/L
3 Gedung Induk 5 ml 2 mg/L
4 Parit 4 ml 1,6 mg/L

DO = ml titran x N titran x 8 x 1000 mg/l


ml sampel

DO =0,0125 x 5 x 8 x 1000
250
DO = 2 mg/L

Pembahasan
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi inimenunjukan
jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada
air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Patty (2013) yang menyatakan banwa rendahnya kardar oksigen didapat
dekat muara sungai, erat kaitannya dengan kekeruhan air laut dan juga diduga
disebabkan semakin bertambahnya aktivitas mikro-organisme untuk menguraikan zat
organik menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut (bioproses) di
perairan ini. Sedangkan tingginya kadar oksigen terlarut di perairan lepas pantai,
dikarenakan airnya jernih sehingga dengan lancarnya oksigen yang masuk kedalam
air tanpa hambatan melalui proses difusi dan proses fotosintesi.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan penambahan dua tetes
amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,0125 N pada tahap akhir pengujian air sampel
11

membuat air sampel kembali menjadi bening. Hal ini sesuai dengan Maulida et al.,
(2015) yang menyatakan bahwa penambahan 2 tetes amilum, apabila timbul warna
biru kemudian melanjutkannya dengan titrasi Na2S2O3 0,0125 N hingga bening.
Oksigen berperanan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi
komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida
dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak
membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat
aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Hal ini sesuai dengan pendapat
Simanjuntak (2007) yang menyatakan bahwa Oksigen dimanfaatkan oleh organisme
perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat anorganik
oleh mikro organisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasil
fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan
oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam tubuhnya.
Sampai saat ini pengujian DO dengan metode Winkler masih sangat dipercaya
dan masih banyak digunakan oleh para peneliti ataupun para mahasiswa. Hal ini
sesuai dengan Mardhiya (2017) Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan
oksigen terlarut dengan cara titrasi (metode Winkler) lebih dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Pada saat pengambilan air sampel botol yang digunakan harus tertutup rapat
dan tidak terkena dengan sinar matahari agar tidak terjadi ganguan pada air
sampelnya. Hala ini sesuai dengan pendapat Hutagalung (2005) yang menyatakan
bahwa Adanya aktivitas mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk
menguraikan zat organik, juga akan mem berikan gangguan negatif. Fitoplankton
yang terdapat dalam larutan contoh, dengan bantuan sinar matahari akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen, sehingga adanya fitoplankton dan sinar
matahari akan memberikan gangguan positif.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini anatar lain :
1. Rendahnya kardar oksigen erat kaitannya dengan kekeruhan air laut dan juga
disebabkan semakin bertambahnya aktivitas mikro-organisme untuk
menguraikan zat organik menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen
terlarut.
2. Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2.
3. Pengambilan air sampel untuk parameter COD dan BOD menggunakan botol DO
yang dilakukan di bawah permukaan air. pengambilan sampel air untuk
kemudian dilakukan analisa di laboratorium.

Saran
Adapun saran dari penyusun makalah ini ialah kiranya para pembaca bias
lebih menjaga dan melestarikan kualitas air disekitar yang kelaknya akan berguna
untuk kita.
DAFTAR PUSTAKA

Ali. A., Soemarno, Mangku Purnomo., 2013. Kajian Kualitas Air dan Ststus Mutu
Air Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi
Lestari. 13(2): 265-274.
Berutu, Rinaldo., 2016. Analisis Dissolved Oxygen (DO) dan Biological Oxygen
Demand (BOD) pada Air Limbah Industri Menggunakan Metode
Winkler.
Herlambang.A. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penangulangannya. 2(1): 16-17.
Hutagalung.H.p., Abdul Rozak1, Irman Lutan.,2005. Beberapa Catatan Tentang
Penentuan Kadar Oksigen Air Laut dengan Metode Winkler. Jurnal
Oseana. 10(4): 138- 149.
Indriyanto.F.R. 2015. Kedalaman Secchi Disk Dengan Kombinasi Warna Hitam
Putih yang Berada di Waduk Ciwaka. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Patty. S., 2018. Dissolved Oxygen and Apparent Oxygen Utilization in Lembeh Strait
Waters, North Sulawesi. Jurnal ilmiah Platax.6(1):74-81.
SeptiawanM., Sri Mantini Rahayu Sedyawati, Fransiska Widhi Mahatmanti., 2014.
Penurunan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Tanaman Cattail
Dengan Sistem Contruted Wetland. Indonesian Journal of Chemical
Science. 3(1).
Simanjuntak. M., 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilizationdi
Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. 12(2): 59-66.
Warlina.L. 2004. Pencemaran Air Sumber Dampak dan Penaggulangannya.
Widodo.B., J.Any., Bambang dan A.Galis. 2011. Penerapan Manajemen Krontrol
Kualitas Air Tambak Udang Vannemei di Desa Poncasari Srandakan
Bantul Untk Meningkatkan Skill dan Tingkat Ekonomi Pertambakan.

Anda mungkin juga menyukai