Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FISIKA KIMIA

PARAMETER FISIKA AIR


KEKERUHAN (Turbidity)

Kelompok 1
Anindya Cahya 05051281924058
Henry Valent Noel Moldena 05051281924029
Muhammad Iqbal 05051181924001
Sri Sugiarti 05051281924071
Veronitta Hodifa 05051181924007
Viola Maharani Windy Putri 05051281924017

Dosen Pengampu : Dr. Ferdinand Hukama Taqwa, S.Pi., M.Si.

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

i Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu wata’ala karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan Tugas Fisika Kimia mengenai Parameter
Fisika Air pada Kekeruhan di semester tiga ini dengan baik dan lancar.
Dengan selesainya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Penyusun juga berharap kritik dan saran bagi para pembaca yang membangun agar bisa
lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih sehingga makalah ini bisa
dimengerti dan bermanfaat serta menginspirasi bagi pembaca.

Indralaya, September 2020

Penulis

ii Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................................................. 2
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
2.1. Pengertian Kekeruhan ......................................................................................................... 3
2.2. Faktor Terjadinya Kekeruhan ............................................................................................. 3
2.2.1. Faktor Biotik .................................................................................................................... 3
2.2.2. Faktor Abiotik .................................................................................................................. 4
2.3. Jenis-jenis Kekeruhan ......................................................................................................... 4
2.4. Alat Pengukur Kekeruhan ................................................................................................... 4
2.5. Pengaruh Kekeruhan pada Ikan .......................................................................................... 5
2.6. Fenomena Perairan Keruh di Indonesia .............................................................................. 7
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 8
3.2. Saran ................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii Universitas Sriwijaya


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.4. Turbidy Meter TU900 ........................................................................................... 5
Gambar 2.6.1. Perairan Keruh di Laut Bangka Sulawesi Utara ................................................ 6
Gambar 2.6.1. Perairan Keruh di Desa Parangharjo .................................................................. 7
Gambar 2.6.3. Perairan Keruh di Sungai Enim Sejak 2014....................................................... 7

iv Universitas Sriwijaya
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan, baik untuk manusia, hewan, dan
juga tumbuhan terlebih untuk hewan air dan tumbuhan laut, dimana perairan adalah sebuah
habitatnya. Kualitas air juga sangat berpengaruh bagi kehidupan di bumi yaitu air bersih yang
diindikasikan dengan keadaannya yang bening, tidak berwarna dan tidak berbau. Kondisi seperti
ini terjadi jika air tidak dikotori oleh bahan organik dan anorganik. Sedangkan secara optis, air
yang tercampur oleh bahan pengotor, keadaanya akan mengalami perubahan yang menjadi
berwarna atau menjadi keruh. Tingkat kekeruhan air merupakan salah satu parameter yang
dijadikan kelayakan air baik untuk digunakan dan diminum. Menurut International Organization
for Standardization (1999) kekeruhan adalah suatu keadaan dimana transparansi suatu zat cair
berkurang akibat kehadiran zat-zat lainnya. Kehadiran zat-zat yang dimaksud terlarut dalam zat
cair dan membuatnya seperti berkabut atau tidak jernih. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang aman
bagi kesehatan adalah air yang apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Dalam peraturan ini
disebutkan bahwa kadar maksimal kekeruhan air yang baik untuk dikonsumsi adalah 25 NTU
(Nephelometric Turbidity Unit) (Peslinof, 2013).
Tingkat kekeruhan pada air adalah suatu pembelajaran dari sifat-sifat optis yang
menyebabkan cahaya matahari atau cahaya lain melewati air menjadi terhambur dan terserap dari
cahaya yang dipancarkan dalam garis lurus. Kekeruhan juga merupakan sifat optik dari suatu
larutan yang mengakibatkan cahaya yang melalui air akan terabsorpsi dan terbias. Air yang
keruh merupakan air yang memiliki banyak partikel yang nantinya akan mengubah warna dan
rupa dari air tersebut, kekeruhan mempunyai tingkatan, air yang tembus pandang merupakan air
yang memiliki kekeruhan yang rendah sedangkan air yang tidak tembus pandang memiliki
tingkat kekeruhan yang sangat tinggi. Menurut Departemen Kesehatan Indonesia air yang layak
dikonsumsi adalah air yang memiliki beberapa kriteria yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak
mengandung logam dan tidak berwarna. Maka dari itu diperlukan sebuah teknologi yang dapat
mendeteksi kekeruhan air yang dikonsumsi warga sehari-hari (Taufiq, 2009).

v Universitas Sriwijaya
1.2. Tujuan
1.2.1. Mahasiswa mengetahui semua yang berkaitan dengan kekeruhan diberbagai perairan
1.2.2. Mahasiswa mengetahui pengaruh kekeruhan air terhadap ikan
1.2.3. Mahasiswa mengetahui faktor penyebab terjadinya kekeruhan di perairan

1.3. Rumusan Masalah


1.3.1. Apa pengertian kekeruhan?
1.3.2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kekeruhan di perairan?
1.3.3. Apa alat pengukur kekeruhan dan bagaimana cara penggunaannya?
1.3.4. Apa saja pengaruh kekeruhan terhadap kelangsungan hidup ikan dan biota air lainnya?

vi2 Universitas Sriwijaya


3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kekeruhan
Kekeruhan adalah banyaknya sinar yang diserap atau terserap oleh partikel dan organisme
pada perairan dimana tingkat kedalaman pencahayaan matahari yang semakin keruh suatu badan
air maka semakin menghambat sinar matahari masuk kedalam air. Kekeruhan juga merupakan
ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan
skala NTU (Nephelometrix Turbidity Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU
(Formazin Turbidity Unit). Tingkat kekeruhan air biasa disebut Turbiditas yang mana dinyatakan
pula dalam unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Turbiditas juga biasa diukur
dengan turbidimeter atau nephelometer yang berprinsip pada hamburan sinar dengan peletakan
detektor pada sumber cahaya. Tingkat kekeruhan atau turbiditas ini ditunjukkan dengan satuan
pengukuran yaitu NTU (Nephelometric Turbidity Units). Berdasarkan ketentuan dari Badan
Kesehatan Dunia air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas maksimal
kekeruhan air bersih menurut PERMENKES RI Nomor 416 Tahun 1990 adalah 25 skala NTU
(Nephelometric Turbidity Unit). Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan
peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan. Keberadaan total
padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam
badan air. Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke
dalam badan air. Kekeruhan menyebabkan air menjadi seperti berkabut atau ketika cahaya
berbenturan dengan partikel di dalam air. Jika level kekeruhan rendah maka sedikit cahaya yang
akan dihamburkan dan dibiaskan dari arah asalnya (Peslinof, 2013).

2.2. Faktor Terjadinya Kekeruhan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tekekeruhan di perairan adalah
sebagai berikut.
2.2.1. Faktor Biotik
Faktor biotik yaitu faktor-faktor penyebab air keruh dari benda yang hidup contohnya
partikel organik koloid yang berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak, phytoplankton,
zooplankton, jasad renik, dan organisme mikroskopis lainnya yang tersuspensi pada perairan
yang menjadikan warna perairan menjadi lebih keruh (Djokosetiyanto et al, 2005).

vii Universitas Sriwijaya


2.2.2. Faktor Abiotik
Faktor abiotik yaitu faktor-faktor penyebab air keruh dari benda yang tak hidup contohnya
dari bahan anorganik adanya materi suspensi benda-benda halus yang disuspensikan seperti
tanah liat, tanah lempung, endapan lumpur, bencana alam, dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri serta tambang yang berada di sekitar perairan (Djokosetiyanto et al, 2005).

2.3. Jenis-jenis Kekeruhan


Adapun jenis-jenis kekeruhan yang terjadi didalam perairan dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut.
2.3.1. Kekeruhan Air Tergenang
Pada air tergenang bahan tersuspensi berupa koloid dan partikel halus dalam ukuran kecil,
maksudnya air keruh hanya akan bermuara di satu tempat yang memiliki tingkat kekeruhan lebih
kecil daripada volume kekeruhan air mengalir (Djokosetiyanto et al, 2005).
2.3.2. Kekeruhan Air Mengalir
Pada air tidak tergenang seperti sungai, bahan yang tersuspensi berukuran lebih besar atau
dengan kata lain pada kekeruhan di air yang mengalir campuran fluidanya yang mengandung
partikel padat memiliki volume yang besar sehingga air keruh dapat mengalir contohnya ketika
banjir dan meluapkan sungai (Djokosetiyanto et al, 2005).

2.4. Alat Pengukuran Kekeruhan


Pengukuran merupakan kegiatan pembandingan secara kuantitatif antara standar yang telah
ditentukan sebelumnya dengan yang diukur. Untuk keperluan mengukur kekeruhan di perairan
diperlukan instrument/alat ukur dengan metode pengukuran tertentu. Kegiatan pengukuran
memberikan hasil berupa besaran yang dinyatakan dengan bilangan dan satuan yang
bersangkutan. Hasil pengukuran seringkali tidak tepat. Tetapi pengukuran juga tidak pernah
lepas dari adanya masukan gangguan dan masukan ubahan (Doebelin, 1992).
Adapun Alat untuk mengukur tingkat kekeruhan yaitu Turbidy Meter yang merupakan alat
ukur yang berfungsi untuk menganalisa dan menguji tingkat kekeruhan air atau suatu larutan.
Alat ini merupakan alat ukur digital yang menggunakan teknologi yang canggih dengan bagian
sensor pengukurannya yang sensitif dapat melakukan pengukuran dengan cepat dan akurat. Alat
ini menggunakan bantuan cahaya dan bagian optiknya untuk menguji tingkat kekeruhan pada air
dengan penggunaan baterai yang rendah dan memenuhi Standar ISO 7027 (Orlando, 2020).

4viii Universitas Sriwijaya


Gambar 2.4. Turbidy Meter TU900
Alat pengukur kekeruhan air ini juga mempunyai fitur memori yang mampu menyimpan 150
data hasil pengukuran yang dilakukan. Desain alat ini juga dirancang secara simpel dan portabel
yang akan memudahkan Anda dalam membawa dan menggunakan alat ini. Untuk menggunakan
alat ini dalam pengukurannya hanya perlu mengaktifkannya terlebih dahulu kemudian
memastikan layar LCD alat ini aktif dan menampilkan angka nol. Setelah itu pengambilan
sampel air yang akan diukur kemudian memasukan ke dalam tabung sampel untuk dimasukkan
ke dalam sensor alat. Secara otomatis alat ini akan mengukur tingkat kekeruhan air tersebut dan
akan menampilkannya pada layar LCD alat dalam bentuk angka digital (Orlando, 2020).

2.5. Pengaruh Kekeruhan pada Ikan


Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi kelangsungan hidup biota perairan yaitu
ikan, dimana tingkat kedalaman pencahayaan matahari yang semakin keruh suatu badan air
maka semakin menghambat sinar matahari masuk kedalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan
matahari sangat besar pada metabolisme makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang
masuk berkurang maka makhluk hidup dalam air terganggu, khususnya makhluk hidup pada
kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya. Akibatnya bagi budidaya ikan adalah dapat
mengganggu masuknya sinar matahari, membahayakan bagi ikan maupun bagi organisme
makanan ikan karena dapat menggangu proses respirasi dan metabolisme, dan juga dapat
mempengaruhi corak dan sifat optis dari suatu perairan. Peningkatan konsentrasi padatan
tersuspensi sebanding dengan peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik
dengan kecerahan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas
cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air. Dan dampaknya bagi budidaya perairan adalah
adanya absorbsi cahaya oleh air dan bahan-bahan terlarut, pembiasan cahaya yang di sebabkan
oleh bahan-bahan yang melayang. Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan

5ix Universitas Sriwijaya


penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya
daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas
yang membahayakan bagi ikan maupun bagi organisme makanan ikan. Serta dapat
mempengaruhi corak dan sifat optis dari suatu perairan (Djokosetiyanto et al, 2005).
Air yang sangat keruh tidak dapat digunakan untuk kegiatan budi daya ikan, karena air yang
keruh dapat menyebabkan rendahnya kemampuan daya ikat oksigen, berkurangnya batas
pandang ikan, selera makan ikan berkurang, sehingga efisiensi pakan rendah, dan ikan sulit
bernafas karena insangnya tertutup oleh partikel- partikel lumpur (Wadu et al, 2017).

2.6. Fenomena Perairan Keruh di Indonesia


Terdapat banyak sekali perairan yang keruh di Indonesia contohnya adalah sebagai berikut.
2.6.1. Air Pulau Bangka Sulawesi Utara pada Tahun 2014

Gambar 2.6.1. Perairan Keruh di Pulau Bangka Sulawesi Utara


Air pulau Bangka yang keruh disebabkan oleh aktivitas tambang timah inkonvensional liar
yang menyebabkan perairan di Bangka menjadi keruh yang sangat berbahaya bagi kelangsungan
hidup manusia karena menyebabkan penyakit kulit dan juga layak konsumsi karena mengandung
mineral berat dan pH asam (Saturi, 2015).
2.6.2. Sungai Badeng di Desa Parangharjo Jawa Timur pada Tahun 2018

Gambar 2.6.2. Perairan Keruh di Desa Parangharjo

6x Universitas Sriwijaya
Sungai Badeng menjadi keruh dikarenakan terjadinya bencana longsor di Gunung Raung
dimana terdapat belasan hektare lahan di lereng pegunungan yang longsor karena hujan deras
sehingga berdampak pada perairan warga yang mengakibatkan warga harus mandi dan mencuci
di rumah tetangga atau keluarganya (Saksono, 2018).

2.6.3. Sungai Enim di Sumatera Selatan pada Tahun 2014

Gambar 2.6.3. Perairan Keruh di Sungai Enim Sejak 2014


Perairan mengeruh di Sungai Enim Sumatera Selatan ini dikarenakan dampak operasional
kegiatan pertambangan dan penggunaan hutan di daerah Hulu Ogan. Hal ini sangat berdampak
untuk aktivitas sehari-hari penduduk sekitar yang kehilangan air bersih hingga sampai harus
mandi dan mencuci menumpang di rumah tetangga. Kejadian perairan keruh ini berlangsung
hingga 10 tahun hingga menyulitkan warga (Zuhri, 2014).

7xi Universitas Sriwijaya


8

BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah Parameter Kualitas Air dalam Kekeruhan adalah sebagai
berikut:
1. Penyebab kekeruhan air faktor biotik diantaranya yaitu partikel organik yang koloid yang
berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak, phytoplankton, zooplankton, dan organisme
mikroskopis lainnya.
2. Penyebab kekeruhan air faktor abiotik diantaranya yaitu materi suspensi benda-benda halus
yang disuspensikan seperti tanah liat, tanah lempung, endapan lumpur, bencana alam, dan
bahan yang dihasilkan oleh buangan industri serta tambang.
3. Kekeruhan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup ikan karena membuat rendahnya
kandungan oksigen terlarut dan terganggunya pandangan ikan saat mencari makanan.
4. Jika level kekeruhan rendah maka sedikit cahaya yang akan dihamburkan dan dibiaskan dari
arah asalnya.
5. Semakin besar total suspensi solid yang terdapat dalam air maka akan semakin besar
turbiditasnya.

3.2. Saran
Sebaiknya ketika melakukan pengukuran tingkat kualitas air pada kekeruhan air
menggunakan alat Turbidimeter harus lebih teliti agar didapat hasil yang maksimal. Pada
fenomena alam perairan keruh di Indonesia seharusnya pemerintah dapat menangani masalah ini
dengan sigap karena ini sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat terutama biota yang ada
di perairan untuk melangsungkan kehidupan.

xii Universitas Sriwijaya


DAFTAR PUSTAKA

Djokosetiyanto dan Hardjojo. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Universitas Terbuka:
Jakarta.
Orlando, M., Kasoep, W., dan Desta Yolanda, D. 2020. Sistem Monitoring dan Penjernihan Air
Berdasarkan Derajat Keasaman (PH) dan Kekeruhan Pada Bak Penampungan Air
Berbasis Internet of Things Mario. Journal on Computer Hardware, Signal Processing,
Embedded System and Networking. 1(1): 17-22.
Peslinof, M. 2013. Desain Alat Ukur Tingkat Kekeruhan Air Menggunakan Sistem Sensor Serat
Optik. Tesis Universitas Andalas. Padang.
Saksono, B. 2018. Sungai di Empat Kecamatan Masih. (Online). https://radarbanyuwangi.jawa
pos.com/read/2018/04/05/62518/sungai-di-empat-kecamatan-masih-keruh. (Diakses pada
tanggal 13 September 2020).
Saturi. 2015. “Inilah Kondisi Pulau Bangka Setelah Kehadiran Tambang.” (Online).
https://www.mongabay.co.id/2015/03/23/inilah-kondisi-pulau-bangka-setelah-kehadiran-
tambang/amp/. (Diakses pada tanggal 13 September 2020).
Taufiq, N. 2009. Analisis Tingkat Kekeruhan Air Das Jeneberang Sebagai Sumber Air Baku
Pam Somba Opu . Jurnal Chemica. 10 (1):44-49.
Wadu, R., Bungin, Y., dan Panggalo, I. 2017. “Rancang Bangun Sistem Sirkulasi Air pada
Akuarium/bak Ikan Air Tawar Berdasarkan Kekeruhan Air Secara Otomatis”. Jurnal
Ilmiah Flash. 3(3):1-9.
Zuhri, A. 2014. “Air Sungai Enim Keruh dan Kotor.” (Online). https://palembang.tribunnews.
com/amp/2014/08/14/air-sungai-enim-keruh-dan-kotor. (Diakses pada tanggal 13
September 2020).

xiii Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai