Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUGAS BESAR

PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

2023/04/26

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 11

1. ANISA NURJANAH : 03071182126012


2. DINDA REGITA CAHYANI : 03071382126058
3. FELIX MATEUS EXAUDI GULTOM : 03071382126063
4. MUHAMMAD ASHRAF ALGHOZI : 03071282126037
5. MUHAMMAD RAFI AL-HAWARI : 03071382126054

ASISTEN LAPANGAN : MUHAMMAD IZZUL ISLAM

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA :

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2023

PENYUSUN

Penulis Penulis

Anisa Nurjanah Dinda Regita Cahyani


03071182126012 03071382126058

Penulis Penulis Penulis

Felix Mateus Exaudi.G M.Ashraf AlGhozi M.Rafi Al-Hawari


03071382126063 03071282126037 03071382126054

Indralaya, 10 April 2023


Asisten Pembimbing,

Muhammad Izzul Islam


03071282025022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana atas limpahan
Rahmat,Hidayah dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini pada
praktikum Hidrogeologi dengan sebagaimana mestinya.

Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Budhi Setiawan, Ph.D., dan Harnani, S.T.,
M.T. selaku dosen pembimbing Praktikum Hidrogeologi dan Asisten Praktikum
Hidrogeologi, serta kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan
laporan Praktikum Hidrogeologi ini.

Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini masih memiliki banyak kekurangan.
Olehsebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak.

Akhirnya saya berharap, semoga Laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak dari berbagai kalangan dan juga dapat digunakan sebagai bahan referensi
ataupun mediapembelajaran.

Indralaya, 10 April 2023


Penulis

( Kelompok 11 )

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... I-1

I.1 Latar Belakang .................................................................................................... 2

I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

I.3 Maksud dan Tujuan ............................................................................................. 2

I.4 Ruang Lingkup .................................................................................................... 2

I.5 Waktu dan Lokasi ................................................................................................ 3

1.6 Alat dan Bahan ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... II-1

II.1 Geologi Regional ............................................................................................... 4

II.2 Stratigrafi Regional ............................................................................................ 4

II.3 Geomorfologi Regional...................................................................................... 5

II.4 Air Tanah ........................................................................................................... 5

II.5 Pumping Test...................................................................................................... 7

BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................. III-1

III.1 Diagram Alir ................................................................................................... 13

III.2 Tahap Persiapan .............................................................................................. 13

III.3 Observasi Lokasi Penelitian .......................................................................... 14

III.4 Pembuatan Peta dan Laporan.......................................................................... 14

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................ IV-1

IV.1 Lokasi Pengamatan 1 ...................................................................................... 15

IV.2 Lokasi Pengamatan 2 ...................................................................................... 20

iv
IV.3 Lokasi Pengamatan 3 ...................................................................................... 25

BAB V KESIMPULAN................................................................................................. V-1

V.1 Nilai Transmisivitas dan Storativitas Sumur ................................................... 30

V.2 Analisa Peta MAT Daerah Pengamatan .......................................................... 30

V.3 Analisa Keadaan Daerah Penelitian ................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 32

LAMPIRAN ..................................................................................................................... 33

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Air adalah materi atau unsur yang sangat penting bagi semua kehidupan di muka
bumi ini. Manusia dan semua makhluk lainnya membutuhkan air (Kodoatie dan Sjarief,
2010). Salah satu dampak yang pasti terjadi akibat tidak terjaganya kawasan konservasi
adalah bahaya habisnya cadangan airtanah dan jumlah debit limpasan permukaan pada saat
musim hujan semakin besar dan memberikan pengaruh cukup dominan terhadap bahaya
banjir seperti di daerah Jakarta dan kotakota lainnya. Beberapa hal yang menjadi masalah
adalah pengambilan airtanah yang tidak terkontrol dan langkah konservasi yang kurang
diperhatikan menyebabkan ketersediaan airtanah jangka panjang semakin menipis, lahan
terbuka hijau yang semakin berkurang memperburuk kondisi lingkungan dan resapan air
sehingga ketika musim kemarau datang terjadi kekeringan dan saat musim hujan tiba
terjadi genangan dimana-mana serta kurangnya penanganan konservasi dari instansi terkait
maupun masyarakat lingkungan sekitar.
Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari
suatu sumber persatu-satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter/detik.Pengukuran
debit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain; pengukurandebit dengan bendung,
pengukuran debit berdasarkan kerapatan lautan obatPengukuran kecepatan aliran dan luas
penampang melintang, dalam hal ini untuk mengukur kecepatan arus digunakan
pelampung atau pengukur arus dengan kincir,Pengukuran dengan menggunakan alat-alat
tertentu seperti pengukur arusmagnetis, pengukur arus gelombang supersonis.
Secara umum pengukuran debit dipermukaan bebas dilakukan untuk mengetahui
berapa debit aktual yang ada untuk pemanfaatan atau pengendalian aliran suatu badan air.
Pengukuran debit umumnya dilakukan pada waktu-waktu tertentudan sering kali berkaitan
dengan usaha untuk mendapatkan rating curve. Semakin banyak pengukuran dilakukan
akan semakin teliti analisa data. Untuk menentukan jumlah pengukuran yang dilakukan
tergantung kepada tu!uan pengukuran, kepekaanaliran permukaan bebas, dan ketelitian
yang ingin dicapai.
Uji pemompaan (pumping test) bertujuan untuk menganalisis debit airtanah,
tujuannya selain untuk mengetahui kemampuan sumur bor dalam memproduksi airtanah
juga untuk mengetahui kelulusan lapisan pembawa air (akuifer) (Bisri, 2012). Uji
pemompaan adalah memompa air dari suatu sumur dengan debit tertentu, mengamati
penurunan muka air selama pemompaan berlangsung dan mengamati pemulihan kembali
muka air setelah pompa dimatikan sesuai dengan selang waktu tertentu. Uji pemompaan
dapat dibagi menjadi dua yaitu untuk pengujian sumur dengan step drawdown test dan
pengujian akuifer dengan long period test. Data mengenai karakteristik akuifer merupakan
faktor yang harus diperhatikan dalam mempelajari airtanah, khususnya untuk mengetahui
kapasitas airtanah yang dapat disimpan di dalam lapisan tanah dan kapasitas yang dapat
dipergunakannya. Karakteristik tersebut meliputi koefisien keterusan air atau koefisien
transmisivitas (T), koefisien konduktivitas hidrolik (K) dan koefisien cadangan air (S).

I.2 Rumusan Masalah


1
1. Bagaimana kondisi Geologi Regional daerah penelitian ?
2. Bagaimana keadaan muka air tanah ketika dilakukan uji pemompaan ?
3. Bagaimana Persiapan yang harus dilakukan untuk pelaksanaan uji Pemompaan ?
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam uji pemompaan ?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi laju penurunan dan kenaikan muka air sumur pada
daerah penelitian ?

I.3 Maksud dan Tujuan


Tujuan diadakannya praktikum Pengukuran Pumping test ini adalah sebagai berikut
:
1. Praktikan mampu mengetahui keadaan muka air tanah ketika sudah dilakukan uji
pemompaan.
2. Praktikan mampu mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan dalam melakukan uji
pemompaan.
3. Praktikan mampu mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan
uji pemompaan .
4. Praktikan mampu mengetahui tatacara dalam melakukan uji pemompaan.
5. Praktikan mampu mengetahui jeins akuifer apa yang ada pada daerah penelitian setelah
dilakukan uji pemompaan.

I.4 Ruang Lingkup


Dalam penulisan laporan ini yang berjudul praktek test pump, penulis membatasi
ruanglingkup permasalahan yaitu :
1. Bagaimana teori dasar dalam melakukan uji pemompaan ?
2. Apa peralatan yang digunakan pada proses pengujian ?
3. Bagaimana proses pengujiannya ?
4. Bagaimana analisa hasil pengujian yang dilakukan ?

I.5 Waktu dan Lokasi Peneletian


Uji pemompaan ini dilakukan di Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.
Pada hari Kamis, 6 April 2023, dimana uji pemompaan ini dilakukan pada 3 lokasi sumur
yang berada di 3 tempat yang berbeda yaitu di gang lampung 1, gang buntu Lorong
nusantara, dan perumahan griya sejahtera.

2
Gambar 1.1 Ketercapaian Lokasi Penelitian

1.6 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam uji pumping kali ini yaitu :
1. Pompa air
2. Pipa
3. Stopwatch
4. Meteran
5. Tali

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional


Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu cekungan yang terbentuk akibat
aktivitas pergerakkan tektonik antara lempeng India-Australia terhadap Eurasia.
Cekungan Sumatera Selatan mulai terbentuk selama ekstensi antar kedua lempeng
tersebut yang berarah Timur-Barat pada akhir Pra Tersier-awal Tersier. Cekungan ini
secara geologi merupakan cekungan dengan tipe foreland basin atau back arc basin (Daly,
1987).
Pulau Sumatra memiliki orientasi barat laut yang terbentang pada ekstensi dari
Lempeng Benua Eurasia. Pulau Sumatera memiliki luas area sekitar 435.000 km2,
dihitung dari 1650 km dari Banda Aceh pada bagian utara menuju Tanjung karang pada
bagian selatan. Lebarnya mencapai 100-200 km pada bagian utara dan sekitar 350 km
pada bagian selatan. Pulau Sumatera terletak disebelah baratdaya Kontinen Sundaland dan
merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah
barat Sundaland/ Lempeng Eurasia. Konvergensi lempeng menghasilkan subduksi
sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganan dari Sistem Sesar Sumatera
(Darma dan Sidi, 2000).
Trendline utama dari pulau ini cukup sederhana. Bagian belakangnya dibentuk oleh
Pegunungan Barisan yang berada sepanjang bagian barat. Daerah ini membagi pantai
barat dan timur. Lereng yang menuju Samudera Hindia biasanya curam yang
menyebabkan sabuk bagian barat biasanya berupa pegunungan dengan pengecualian 2
embayment pada Sumatra Utara yang memiliki lebar 20 km. Sabuk bagian timur pada
pulau ini ditutupi oleh perbukitan besar dari Formasi Tersier dan dataran rendah aluvial.
Pada diamond point di daerah Aceh, sabuk rendah bagian timur memiliki lebar sekitar 30
km, lebarnya bertambah hingga 150-200 km pada Sumatra Tengah dan Selatan. Van
bemmelen membaginya menjadi 6 zona fisiografi yaitu zona jajaran barisan, zona
semangko, zona pegunungan tiga puluh, zona kepulauan busur luar, zona paparan
sunda,zona dataran rendah dan berbukit.

Gambar 2.1 Zona fisiografi Pulau Sumatera (Van Bemmelen, 1949).


Berdasarkan posisi geografisnya, daerah Sumatera Selatan termasuk ke dalam

4
Zona Fisiografi Dataran Rendah dan Berbukit. Zona ini dicirikan oleh morfologi
perbukitan homoklin dengan elevasi 40 – 80 m di atas permukaan laut dan tersebar luas
di pantai timur Pulau Sumatera. Daerah ini termasuk ke dalam Cekungan Sumatera
Selatan. Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur berumur
Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai
bagian dari lempeng kontinen Asia) dan Lempeng Samudra Hinida. Daerah cekungan ini
meliputi daerah seluas 330 x 510 km2 yang secara geografis terletak di bagian selatan
Pulau Sumatera, menempatiposisi dalam arah relatif barat laut – tenggara. Batas-batas
cekungan ini adalah Paparan Sunda di sebelah timur, Bukit Barisan di sebelah barat,
Tinggian Lampung di sebelah selatan, dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah utara.

II.2 Stratigrafi Regional


Pada dasarnya stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dikenal satu daur besar
(megacycle) yang terdiri dari suatu transgresi dan kemudian diikuti oleh
regresi.Kelompok fase transgresi disebut kelompok Telisa yang terdiri dariFormasi Lahat,
Talang Akar, Baturaja dan Formasi Gumai, sedangkan kelompok fase regresi disebut
kelompok Palembang yang terdiri dari Formasi Air Benakat, Muara Enim dan Formasi
Kasai.
Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok batuan Pra-Tersier, kelompok batuan Tersier serta kelompok batuan Kuarter.
1. Batuan Pra-Tersier Batuan Pra-Tersier Cekungan Sumatera Selatan merupakan dasar
cekungan (Basement) .Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan metamorf
dan batuan sedimen.Batuan Pra-Tersier ini diperkirakan telah mengalami perlipatan
dan patahan yang intensif pada zaman Kapur Tengah sampai zaman Kapur Akhir dan
diintrusi oleh batuan beku sejak orogenesa Mesozoikum Tengah.
2. Batuan Tersier Urutan sedimentasi Tersier di Cekungan Sumatera Selatan dibagi
menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan tahap susut laut.
Sedimen-sedimen yang terbentuk pada tahap genang laut disebut Kelompok Telisa,
dari umur Eosen Awal hingga Miosen Tengah terdiri 9 atas Formasi Lahat (LAF),
Formasi Talang Akar (TAF), Formasi Baturaja (BRF), dan Formasi Gumai (GUF).
Sedangkan yang terbentuk pada tahap susut laut disebut Kelompok Palembang dari
umur Miosen Tengah – Pliosen terdiri atas Formasi Air Benakat (ABF), Formasi
Muara Enim (MEF), dan Formsi Kasai (KAF).
• Formasi Lahat (LAF). Formasi ini terdiri dari tuf, aglomerat, batulempung,
batupasir tufaan, konglomeratan dan breksi yang berumur Eosen Akhir hingga
Oligosen Awal.Ketebalan dan litologi sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat
yang lainnya karena bentuk cekungan yang tidak teratur.
• Formasi Talang Akar (TAF). Formasi Talang Akar terdiri atas batupasir, yang
mengandung kuarsa dan ukuran butirnya pada bagian bawah kasar dan 10 semakin
atas semakin halus. Formasi ini berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal.
Ketebalan formasi ini pada bagian selatan cekungan mencapai 460 – 610 meter,
sedangkan pada bagian utara cekungan mempunyai ketebalan kurang lebih 300
meter.

5
• Formasi Baturaja (BRF). Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi
Talang Akar. Terdiri dari batugamping terumbu dan batupasir gampingan.
Ketebalannya antara 19 - 150 meter dan berumur Miosen Awal.Lingkungan
Pengendapannya adalah laut dangkal.
• Formasi Gumai (GUF). Formasi Gumai ini terdiri atas napal tufaan berwarna
kelabu cerah sampai kelabu gelap.Kadang-kadang terdapat lapisan-lapisan
batupasir glaukonit yang keras, tuff, breksi tuff, lempung serpih dan lapisan tipis
batugamping.Umur dari formasi ini adalah Awal Miosen Tengah (Tf2) (Van
Bemmelen, 1949).
• Formasi Air Benakat (ABF). Formasi ini berumur dari Miosen Akhir hingga
Pliosen.Litologinya terdiri atas batupasir tufaan, sedikit atau banyak lempung
tufaan yang berselangseling dengan batugamping napalan atau batupasirnya
semakin keatas semakin berkurang kandungan glaukonitnya.Ketebalan formasi ini
berkisar 250 – 1550 meter.
• Formasi Muara Enim (MEF). Formasi ini terdiri atas batulempung dan batupasir
coklat sampai coklat kelabu, batupasir berukuran halus sampai sedang. Ketebalan
formasi ini sekitar 450 -750 meter.
• Formasi Kasai (KAF) Formasi ini mengakhiri siklus susut laut. Pada bagian bawah
terdiri atas batupasir tufan dengan beberapa selingan batulempung tufaan,
kemudian terdapat konglomerat selang-seling lapisan-lapisan batulempung tufaan
dan batupasir yang lepas, pada bagian teratas terdapat lapisan tuf batuapung yang
mengandung sisa tumbuhan dan kayu terkersikkan berstruktur sediment silang siur,
lignit terdapat sebagai lensa-lensa dalam batupasir dan batulempung tufan.

Gambar 2.2 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974).
Stratigrafi Regional Kabupaten Ogan Ilir dari tua ke muda terdiri atas endapan
gunung api, endapan sedimen dan endapan permukaan antara lain Formasi Muara Enim
(TMPM), Formasi Kasai (QTK) dan endapan permukaan (Qs dan Qa). Kabupaten Ogan Ilir
adalah suatu wilayah yang didominasi oleh rawa mengingat 65 % dari luas wilayah
kabupaten yang terdiri atas rawa lebak dan rawa pasang surut. Wilayah Kabupaten Ogan
Ilir memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 5%
dengan ketinggian berkisar antara 0 – 50 meter diatas permukaan laut.
Wilayah bagian utara Kabupaten Ogan Ilir merupakan hamparan dataran rendah

6
berawa yang sangat luas mulai dari Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat, Pemulutan
Selatan, sampai Indralaya Selatan. sedangkan Kecamatan Tanjung Batu, Payaraman, Lubuk
Keliat, Rambang Kuang dan Muara Kuang dengan dataran yang bertofografi datar sampai
bergelombang dengan ketinggian sampai 14 meter dari permukaan air laut.Derajat
keasaman tanah berkisar antara pH 4,0 sampai pH 6,0.
II.3 Geomorfologi Regional
Geomorfologi suatu daerah sangat terkait dengan aspek fisiografinya. Pengertian
fisiografi sendiri yaitu membahas luas wilayah yang terbagi dalam unit struktur tertentu,
mempunyai bentuk relief alam sangat dinamis serta persamaan sejarah perkembangan unit
morfologi yang disebabkan oleh pengaruh iklim.
Pembagian fisiografi Sumatera bagian selatan menurut Asikin (1989), dapat menjadi
empat bagian, yaitu:
1. Cekungan Sumatera Selatan.
2. Bukit Barisan dan Tinggian Lampung.
3. Cekungan Bengkulu, meliputi lepas pantai antar Daratan Sumatera dan rangkaian pulau-
pulau di sebelah Barat Pulau Sumatera.
4. Rangkaian kepulauan di sebelah Barat Sumatera, yang membentuk suatu busur tak
bergunung api di sebelah Barat Pulau Sumatera.
Daerah penelitian secara regional berada di Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan
Sumatera Selatan membentang dari Tinggian Asahan di Barat Laut sampai ke Tinggian
Lampung di sebelah Tenggara. Cekungan ini merupakanbagian dari Cekungan Sumatera
Timur dan dipisahkan dari Cekungan Sumatera Tengah oleh Pegunungan Duabelas dan
Pegunungan Tigapuluh di Utaranya, serta dibatasi oleh Pegunungan Barisan di sebelah
Baratdaya dan Daratan Pra-Tersier di sebelah Timurlaut, dimana Cekungan Sumatera
Selatan terbagi dalam empat sub cekungan, yaitu Sub Cekungan Palembang, Sub Cekungan
Lematang, Sub Cekungan Jambi dan Sub Cekungan Merang (Pulunggono, 1983).
Morfologi Kabupaten Ogan Ilir Berdasarkan pengamatan topografi dan litologi
penyusunnya dapat dibagi menjadi 2 satuan morfologi yaitu, Morfologi Bergelombang dan
Morfologi Dataran. Kabupaten Ogan Ilir Terdiri 2 satuan morfologi yaitu, Morfologi
Bergelombang dan Morfologi Dataran. Ditinjau dari aspek geologi, Kabupaten Ogan Ilir
terdiri atas lima formasi geologi, yaitu formasi alluvial, formasi Palembang anggota bawah,
formasi Palembang anggota tengah, formasi palembang anggota atas dan formasi bahan
gunung api muda Tugu Mulyo.

II.4 Air Tanah


II.4.1 Definisi air tanah
Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah.Air tanah dibagi menjadi dua, air
tanah dangkal dan air tanah dalam.Air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air
hujan yang diikat oleh akar pohon.Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah
serta berada diatas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan yang
meresap kedalam tanah lebih dalam lagi mealui proses absorpsi serta filtrasi oleh batuan
dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih
dari air tanah dangkal (Kumalasari & Satoto, 2011).
7
Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah.
Air tanah ditemukan pada akifer pergerakan air tanah sangat lambat kecepatan arus
berkisar antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas
darilapisan tanah, dan pengisian kembali air. Karakteristik utama yang membedakan air
tanah dan air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang
sangat lama, dapat mencapai puluhanbahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang
sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih
kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
Menurut (Sanropie, 1984) air tanah adalah air yang tersimpan di dalam lapisan
batuan yang mengalami penambahan secara terus menerus oleh alam secara terus
menerus. Kondisi suatu lapisan air tanah membuat terjadinya pembagian zona air tanah
menjadi dua zona besar yaitu :
• Zona air berudara (zone of aeration), zona ini adalah suatu lapisan tanah yang
menggandung air yang masih bias mengalami kontak dengan udara. Pada zona ini
terdapat tiga lapisan air tanah yaitu lapisan permukaan, intermediet, dan lapisan tanah
dalam.
• Zona air jenuh (zone of saturation). Zona ini adalah suatu lapisan tanah yang
menggandung air tanah yang relative tidak berhubungan dengan udara luar,lapisan
tanahnya disebut dengan aquifer bebas.

II.4.2 Jenis-Jenis Lapisan Pembawa Air tanah


Lapisan pembawa air dikelompokkan sesuai kemampuan masingmasing lapisan
dalam membawa air. Lapisan ini berkaitan dengan aliran air yang dapat dipompa oleh
sumur. Menurut Todd (1985), lapisan pembawa air terbagi menjadi:
1. Akuifer. Formasi geologi yang tersusun oleh material bersifat permeable atau dapat
ditembus air, sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah besar
pada sumur dan mata air. Contohnya batupasir.
2. Akuiklud. Lapisan yang tersusun dari material kedap air (impermeable), sehingga
tidak memungkinkan air melewatinya. Contoh batuannya adalah batulempung.
3. Akuifug. Lapisan yang tersusun oleh formasi kedap air, kompak dan bersifat tidak
dapat mengalirkan air. Contoh batuannya adalah granit.
4. Akuitar. Lapisan yang dapat menyimpan air, tetapi memiliki permeabilitas rendah,
sehingga dapat mengalirkan air dalam jumlah sedikit. Contohnya adalah
batulempung pasiran

II.4.3 Jenis-Jenis Akuifer


Jenis-jenis akuifer menurut Kodoatie (1996) adalah sebagai berikut:
1. Akuifer Tidak Tertekan/ Bebas (Unconfined aquifer)Merupakan akuifer jenuh air,
yang dibatasi oleh lapisan akuitar pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas
dibatasi oleh muka air tanah.
2. Akuifer tertekan (Confined aquifer). Merupakan akuifer jenuh air, yang dibatasi
oleh lapisan akuiklud pada bagian atas dan bawah akuifer dan memiliki tekanan
8
air yang lebih besar dari tekanan atmosfer.
3. Akuifer semi tertekan. Merupakan akuifer yang dibatasi oleh lapisan atas berupa
akuitar dan lapisan bawahnya berupa akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian
atas karena bersifat aquitar masih ada aliran yang mengalir ke akuifer tersebut
(influx) walaupun hidrolik konduktivitasnya lebih kecil dibandingkan hidrolik
konduktivitas akuifer.

Gambar 2.1 Unconfined aquifer dan confined aquifer (Heath, 1983).

II.4.4 Jenis-Jenis Air Tanah


Air tanah digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu berdasarkan letak di permukaan tanah
dan berdasarkan asalnya. Air tanah berdasarkan letaknya dibagi kembali menjadi 2 jenis,
yaitu Air Tanah Freatik dan Air Tanah Dalam (Artesis).
• Air Tanah Freatik adalah air tanah dangkal yang terletak tidak jauh dari permukaan
tanah dan berada diatas lapisan impemeable atau kedap air, contohnya adalah air
sumur.
• Air Tanah Dalam (Artesis) adalah air tanah yang terletak di antara lapisan akuifer
dan batuan kedap air, contohnya adalah sumur artesis
Sedangkan, air tanah berdasarkan asalnya kembali dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
Air Tanah Meteorit (Vados), Air Tanah Baru (Juvenil), dan Air Konat.
• Air Tanah Meteorit (Vados) adalah air tanah yang berasal dari proses presipitasi
(hujan) dari awan yang mengalami kondensasi dan tercampur dengan debu
meteorit.
• Air Tanah Baru (Juvenil) adalah air tanah yang berasal dari dalam bumi karena
tekanan intrusi magma, contohnya adalah geyser atau sumber air panas.
• Air Konat adalah air tanah yang terkurung pada lapisan batuan purba.

II.5 Pumping Test


Pumping Test merupakan metode untuk mengukur besar kecilnya debit pada air
tanah dalam rentang waktu tertentu. Prinsip dari pumping test ini adalah memompa air
sumur dengan mengukur debit air yang keluar kemudian membandingkan kenaikan muka
air tanah diwaktu yang sama.
Sebelum melakukan uji pumping test, informasi geologi dan hidrologi harus
9
disiapkan :

• Karakteristik geologi bawah permukaan (lithologi, stratigrafi dan struktur yang


mempengaruhi aliran air tanah)
• mengetahui jenis akuifer
• Data sistem aliran tanah secara horizontal maupun vertikal.
• Data sumur pada daerah tersebut karena dimungkinkan mendapatkan aliran air dan
penyimpanan akuifer.

Berikut merupakan tahapn pengujian akuifer atau yang secara umum disebut dengan
tahapan pumping test adalah:
a. Pemompaan Uji Pendahuluan (Trial Pumping Test )
Pada pengujian ini dilkakukan selama 3 jam berturut turut dengan debit
maksimum& dipasang pompa dengan debit pemompaan 3 liter'detik. Pada tahap ini
dilakukan pengamatan terhadap penurunan muka asli air tanah pada sumur pengamatan.
b. Pemompaan Uji Penurunan bertingkat
Air dapat dipompa secara berturu turut dari sumur atau yang berarti kondisi
besarnya pemompaan yang tetap dapat diperoleh pada permukaan air yang tetap. Jadi air
yang keluar dari sumur dapat diperkirakan pertama tama terjadi pada penurunan
permukaan air dan umumnya air yang keluar itu sama dengan besar pemompaan.
c. Pemompaan Uji Menerus (Constant rate pumping test )
Setelah dilakukan pengujian debit secara terus menerus selama lebih dari +8 jam&
pengujian ini dilakukan untuk pengamatan penurunan muka air tanah dan apabila
didapatkan penurunan muka air yang drastis serta mempengaruhi sumur-sumur lain yang
ada maka dilakukan uji pemompaan dengan penurunan debit.
Uji pemompaan uji kuantitas air yang dapat dieksploitasi dari sumur produksi air
tanah yang telah dibuat. Tujuan utama pelaksanaan uji pemompaan ini adalah:
• Menentukan kondisi sumur yang meliputi besaran kapasitas& jenis sumur dan
efisiensi pemompaan sumur
• Menentukan parameter hidrolika akuifer
Uji pemompaan terus menerut dilakukan dengan satu debit& tetapi dilaksanakan
dalam waktu yang lama (biasanya 48 jam hingga 72 jam)& dimana disepanjang waktu
tersebut dilakukan pengukuran penurunan muka air tanah secara kontinu dengan interval
waktu t secara kontinu dengan interval waktu tertentu.
d. Uji Pemulihan ( Recovery Test )
Tahapan akhir dalam kegiatan pumping pumping test adalah dilakukannya
recovery atau tahap pemulihan. Pada tahapan ini dapat dilihat apakan terjadi pengisian air
tanah kembali maupun tidak.

10
Gambar 2.2.Contoh hasil dari kegiatan pumping test.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah suatu cara atau teknik untuk mendapatkan informasi
dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Informasi atau data ini bisa dalam
bentuk apa saja, literatur, seperti jurnal, artikel, tesis, buku, koran, dan sebagainya. Metode
peleitian dilakukan supaya peneliti yang dilakukan lebih terarah dan terstruktur dengan
baik. Metodelogi penelituan dibuat untuk melakukan rekonstruksi dan korelasi terhadap
peristiwa-peristiwa yang dijumpai pada penelitian. Peristiwa yang dimaksud dalam hal ini
adalah peristiwa yang berhubungan dengan hidrogeologi, dimana pada penelitian kali ini
dilakukan pumping test , terdapat beberapa tahapan dalam melakukan penelitian ini yaitau
tahap persiapan, tahapan penelitian, tahapan pembuatan peta dan penulisan laporan.
Tahapan tahapan ini dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal.

III.1 Diagram Alir

Tahapan Uji Pemompaan

Tahapan Persiapan

Observasi Lapangan

Uji surut bertingkat Uji pemulihan


(step draw down test) (recovery test)

III.2 Tahap Persiapan


Tahap persiapan adalah kegiatan sebelum memulai mengumpulkan data. Pada
tahap persiapan ini menyusun rangkaian atau kerangka kegiatan yang akan dilakukan
dengan tujuan agar waktu dan pekerjaan yang akan dilakukan bisa efektif.
Pengujian sumur bertujuan untuk menetapkan kemampuan sumur yang akan
diproduksi. Metode yang umum digunakan dalam pengujian sumur adalah metode step
draw down test atau disebut juga recovery test. Metode ini dilaksanakan dengan
mengadakan pemompaan secara terus menerus dengan perubahan debit secara bertahap
III.3 Observasi Lapangan
Uji pompa adalah memompa air dari suatu sumur dengan debit tertentu, mengamati
penurunan muka air tanah selama pemompaan berlangsung, dan mengamati pemulihan
kembali muka air setelah pompa dimatikan sesuai dengan selang waktu tertentu (Wijayanti
dkk 2013). Analisis uji pompa bertujuan selain untuk mengetahui kemampuan suatu sumur
12
bor dalam memproduksi debit airtanah dan juga mengetahui kelulusan lapisan pembawa
air (akifer). Ada dua macam uji pompa, yaitu pengujian sumur (well test) dan pengujian
akifer/aquifer test (Bisri 2012).
Pumping test atau uji pemompaan dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu :
• Metoda Step Drown Test merupakan suatu metoda dalam menganalisa kemampuan
sumur untuk memproduksi air dengan cara melakukan pemompaan dengan debit
bertingkat. Parameter yang diukur pada metoda ini adalah waktu pemompaan, debit
pemompaan dan kedudukan muka air tanah selama pemompaan berlangsung sehingga
peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: pompa, dipmeter, stop watch
atau jam, alat ukur debit dan pipa-pipa sesuai kebutuhan
• Metoda recorvery test merupakan suatu metode pemulhan kembali mrnjadi kondisi
awal dimana sumur yang telah dilakukan pemompaan akan dilakukan pengamat an
mengenai kenaikan air sumur per menit dan jangan lupa untuk melakukan pencatatan.

III.4 Pembuatan Peta dan Laporan

Setelah semua langkah-langkahnya dilakukan dan memahami bagaimana konsep


dari metode penelitian, serta semua data telah diperoleh secara lengkap maka langkah
selanjutnya adalah menyusun semua data yang didapat saat melakukan uji coba
pemompaaan kedalam sebuah laporan. Dimana laporan tersebut menjelaskan mengenai
data yang kita dapatkan dilapangan dari Analisa yang dilakukan, dan jangan lupa untuk
membuat peta untuk melihat titik lokasi pada saat melakukan penelitian.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Lokasi Pengamatan 1

IV.1.1 Data Sumur 1


Pengambilan data sumur pertama dilakukan pada tanggal 06 April 2023 pada
pukul 15:30 WIB. Lokasi pengamatan sumur pertama ini berada di Gang Lampung 2,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia , dengan kondisi cuaca yang cerah.

Gambar 4.1 Lokasi Pengamatan 1

Adapun data yang diperlukan yaitu diameter sumur, Berdasarkan pengukuran


yang telah dilakukan, maka didapat data-data sumur LP 1 yangterdapat pada tabel 1.
Dengan kedalaman MAT sebenarnya didapatkan dari selisih antara nilai MAT dan tinggi
bibir sumur. Sedangkan ketinggian elevasi sebenarnya didapatkan dari nilai elevasi
dikurang dengan nilai kedalaman MAT sebenarnya.

14
Keterangan
• Elevasi = 11,79 m
• Diameter (m) = 0,9 m
• Tinggi bibir sumur (m) = 0,68 m
• Kedalaman Sumur (m) =6m
• MAT (m) = 1,33 m
• Tinggi air awal (m) = 4,67 m
• Kedalaman MAT Sebenarnya (m) = 0,35 m
• Ketinggian elevasi sebenarnya (m) = 11,44 m

Gambar 4.2 Ilustrasi gambar sumur 1

Ketinggian elevasi sebenarnya (m)


• Kedalaman MAT sebenarnya = MAT – tinggi bibir sumur
= 1,33 meter – 0,68 meter
= 0,65 m
• Ketinggian elevasi sebenarnya = elevasi – kedalaman MAT sebenarnya
= 11,79 – 0,35
= 11,44 m

IV.1.2 Pengolahan dan Perhitungan Data


Selain data fisik sumur seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, didapatkan juga
data kenaikan dan penurunan air tanah selama uji pumping test ini berlangsung. Nilai
drawdown dan kenaikan dihitung dari nilai muka air tanah. Berikut dijabarkan data
kenaikan dan penurunan air tanah pada table 1 dibawah ini .

Kenaikan Kenaikan
Penurunan
Penurunan Muka Muka
T Muka Air
Muka Air Air Air ΔH
(menit) Sumur
Sumur (ft) Sumur Sumur
(cm)
(cm) (ft)
0 133 168.9
1 135.6 4.068 167.2 5.016 1.4
2 137 4.11 165.8 4.974 2
3 139 4.17 164.8 4.944 1
4 140 4.2 163.6 4.908 0.6
15
5 140.6 4.218 162.9 4.887 1.2
6 141.8 4.254 162.5 4.875 0.6
7 142.4 4.272 162.1 4.863 0.5
8 142.9 4.287 161.5 4.845 0.5
9 143.4 4.302 161 4.83 0.6
10 144 4.32 162.1 4.863 1.2
12 145.2 4.356 159.5 4.785 1.4
14 146.6 4.398 158.4 4.752 1
16 147.6 4.428 157.6 4.728 1.6
18 149.2 4.476 156.3 4.689 1.4
20 150.6 4.518 155.4 4.662 1
22 151.6 4.548 154.5 4.635 1.2
24 152.8 4.584 153.3 4.599 1
26 153.8 4.614 152 4.56 1
28 154.8 4.644 151.3 4.539 1.2
30 156 4.68 150.4 4.512 2.2
35 158.2 4.746 148.9 4.467 2
40 160.2 4.806 146.9 4.407 2.3
45 162.5 4.875 142.7 4.281 2.1
50 164.6 4.938 142.7 4.281 2.4
55 167 5.01 140.3 4.209 1.9
60 168.9 5.067 137.6 4.128 1.9
Tabel 1 : Data hasil pengukuran sumur1

Kurva Penurunan Muka Air Tanah LP 1


100

10

0.1

0.01
0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000

Gambar 4.3. Kurva hubungan drawdown dan waktu sumur Lp 1

16
Selanjutnya setelah di dapatkan kurva hubungan antara drawdown dan waktu,
maka kurva ini di overlay dengan kurva baku theis yang mana merupakan hubungan
antara w (u) dan 1/u. overlay dua kurva ini terdapat pada gambar 4.4 dibawah ini.

Gambar 4.4. Overlay kurva hubungan drawdown dan waktu dengan kurva baku
Theis sumur LP1

Gambar 4.5. Kurva hubungan kenaikan dan waktu sumur LP 1

17
Berdasarkan pengolahan data dan plotting kurva, maka didapatkan beberapa data seperti:

• Volume sumur 1 (V)


V = ¼ π d2×t
V = ¼×3,14×0,92×6
V = 3,8151 m3
• Debit (Q)
Q=v/t
= 3,8151 m3/ 3.600 s
= 3,8151 m3/0,041667 hari
= 91,5616 m3/hari
• Jarak dari sumur 1 kesumur 2
R12 = 250 m
• W(u) = 4
• 1/u = 60
• s ( besar penurunan permukaan air dalam sumur ) = 35,9 cm = 0,359 m
• r ( jarak sumur pompa dan sumur pengamat ) = 250 m
• t = 1 menit = 0,000694 hari

Sehingga didapat nilai transmisivitas (T) dan storativitas (S)


𝑸.𝑾 (𝒖) 𝟗𝟏,𝟓𝟔𝟏𝟔 ×𝟒 𝟑𝟔𝟔,𝟐𝟒𝟔𝟒
T= = 𝟒×𝟑,𝟏𝟒×𝟎,𝟑𝟓𝟗 = = 𝟖𝟏, 𝟐𝟐𝟓𝟔 𝐦3/hari
𝟒 𝝅𝒔 𝟒,𝟓𝟎𝟗𝟎
𝟒𝑻𝒕 𝟒×𝟖𝟏,𝟐𝟐𝟓𝟔×𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟔𝟗𝟒 𝟎,𝟐𝟐𝟓𝟒
S = = = 𝟑.𝟕𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎 = 𝟔, 𝟎𝟏−𝟖
𝒓 𝟐 ( 𝟏 / 𝒖) 𝟐𝟓𝟎𝟐 (𝟔𝟎)

Gambar 4.6. Grafik hubungan penurunan dan waktu sumur Metode Jacob LP 1
18
• TO = 0,01
• S1 = 1,2
• S2 = 1,6

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai transmisivitasnya lebih besar dari


pada storativitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sumur ke 1 yang diteliti ini
tergolong kedalam jenis sumur dengan potensi air tanah domestic sangat baik dengan
irigasi yang jelek

IV.2 Lokasi Pengamatan 2


IV.2.1 Data sumur
Pengambilan data sumur kedua dilakukan pada tanggal 09 April 2023 pada pukul
16:00 WIB. Lokasi pengamatan sumur pertama ini berada di perumahan Griya Sejahtera,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia.

Gambar 4.7. Lokasi Pengamatan 2

Adapun data yang diperlukan yaitu diameter sumur, Berdasarkan pengukuran


yang telah dilakukan, maka didapat data-data sumur LP 2 yang terdapat pada tabel.
19
Dengan kedalaman MAT sebenarnya didapatkan dari selisih antara nilai MAT dan tinggi
bibir sumur. Sedangkan ketinggian elevasi sebenarnya didapatkan dari nilai elevasi
dikurang dengan nilai kedalaman MAT sebenarnya.

Keterangan
• Elevasi = 12,24 m
• Diameter (m) = 0,85 m
• Tinggi bibir sumur (m) = 0,71 m
• Kedalaman Sumur (m) =6m
• MAT (m) = 1,05 m
• Tinggi air awal (m) = 4,95 m
• Kedalaman MAT Sebenarnya (m) = 0,34 m
• Ketinggian elevasi sebenarnya (m) = 11,9 m

Gambar 4.8. Ilustrasi gambar sumur 2

• Kedalaman MAT sebenarnya = MAT – tinggi bibir sumur


= 1,05 – 0,71
= 0,34 meter
• Ketinggian elevasi sebenarnya = Elevasi – kedalaman MAT sebenarnya
= 12,24 – 0,34 meter
= 11,9 meter

IV.2.2 Pengolahan dan Perhitungan Data


Selain data fisik suur seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, didapatkan juga
data kenaikan dan penurunan air tanah selama uji pumping test ini berlangsung. Nilai
drawdown dan kenaikan dihitung dari nilai muka air tanah. Berikut dijabarkan data
kenaikan dan penurunan air tanah pada table 2.

Kenaikan Kenaikan
Penurunan
Penurunan Muka Muka
T Muka Air
Muka Air Air Air ΔH
(menit) Sumur
Sumur (ft) Sumur Sumur
(cm)
(cm) (ft)
0 105 133.8
1 106 3.18 132.8 3.984 1
2 107 3.21 131.8 3.954 0.5
20
3 107.5 3.225 131 3.93 0.6
4 108.1 3.243 130.3 3.909 1
5 109.1 3.273 129.8 3.894 0.4
6 109.5 3.285 129.4 3.882 0.4
7 109.9 3.297 129 3.87 0.5
8 110.4 3.312 128.5 3.855 -99.2
9 11.2 0.336 128.3 3.849 100.9
10 112.1 3.363 127.8 3.834 1
12 113.1 3.393 127.3 3.819 1
14 114.1 3.423 126.8 3.804 0.8
16 114.9 3.447 126.2 3.786 1.2
18 116.1 3.483 125.4 3.762 1
20 117.1 3.513 124.6 3.738 1.4
22 118.5 3.555 123.8 3.714 0.9
24 119.4 3.582 122.8 3.684 1
26 120.4 3.612 121.6 3.648 1.2
28 121.6 3.648 120.6 3.618 0.9
30 122.5 3.675 119.4 3.582 1.6
35 124.1 3.723 117.6 3.528 1.5
40 125.6 3.768 115.6 3.468 2
45 127.6 3.828 113.7 3.411 2.1
50 129.7 3.891 111.5 3.345 1.9
55 131.6 3.948 109.2 3.276 2.2
60 133.8 4.014 107.2 3.216 2.2
Tabel 2 : Data hasil pengukuran sumur 2

Gambar 4.9 Kurva hubungan drawdown dan waktu sumur LP 2

21
Selanjutnya setelah didapatkan kurva hubungan antara drawdown dan waktu,
maka kurva ini di-overlay dengan kurva baku theis yang merupakan hubungan antara
w(u) dan 1/u. Overlay dua kurva ini terdapat pada gambar 4.10 dibawah ini.

Gambar 4.10. Overlay kurva hubungan drawdown dan waktu dengan kurva baku Theis
sumur LP 2.

Gambar 4.11. Kurva hubungan kenaikan dan waktu sumur LP 2

Berdasarkan pengolahan data dan plotting kurva, maka didapatkan beberapa data seperti:
• Volume sumur 1 (V)
V = ¼ π d2×t
V = ¼×3,14×0,852×6
V = 3,4029 m3
• Debit (Q)
22
Q=v/t
= 3,4029 m3/ 3.600 s
= 3,4029 m3/0,041667 hari
= 81,6689 m3/hari
• Jarak dari sumur 2 kesumur 3
R23 = 914 m
• W(u) = 3,5
• 1/u = 70
• s ( besar penurunan permukaan air dalam sumur ) = 28,8 cm = 0,288 m
• r ( jarak sumur pompa dan sumur pengamat ) = 914 m
• t = 1 menit = 0,000694 hari

Sehingga didapat nilai transmisivitas (T) dan storativitas (S)


𝑄.𝑊 (𝑢) 81,6689 ×3,5 285,8411
T= = 4×3,14×0,288 = = 79,0227 m3/hari
4 𝜋𝑠 3,6172
4𝑇𝑡 4×79,0227 ×0,000694 0,2193
S = = = 58.477.720 = 3,75−9
𝑟 2 ( 1 / 𝑢) 9142 (70)

Gambar 4.12. Grafik hubungan penurunan dan waktu sumur Metode Jacob LP 2
•TO = 0,01
•S1 = 1
•S2 = 1,3

23
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai transmisivitasnya lebih besar dari
pada storativitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sumur ke 2 yang diteliti ini
tergolong kedalam jenis sumur dengan potensi air tanah domestic sangat baik dengan
irigasi yang jelek.

IV 2.3 Lokasi Pengamatan 3


IV 2.3.1 data sumur
Pengambilan data sumur ketiga dilakukan pada tanggal 06 April 2023 pada pukul
20.08 WIB. Lokasi pengamatan sumur pertama ini berada di Griya, Ogan Ilir, Sumatera
Selatan, Indonesia.

Gambar 4.13. Lokasi Pengamatan 2

Adapun data yang diperlukan yaitu diameter sumur, Berdasarkan pengukuran


yang telah dilakukan, maka didapat data-data sumur LP 1 yang terdapat pada tabel.
Dengan kedalaman MAT sebenarnya didapatkan dari selisih antara nilai MAT dan
tinggi bibir sumur. Sedangkan ketinggian elevasi sebenarnya didapatkan dari nilai
elevasi dikurang dengan nilai kedalaman MAT sebenarnya.

Keterangan
• Elevasi = 9,23 m
• Diameter (m) = 1,58 m
• Tinggi bibir sumur (m) = 0,18 m
• Kedalaman Sumur (m) = 5,70 m
• MAT (m) = 0,89 m
• Tinggi air awal (m) = 4,81 m
• Kedalaman MAT Sebenarnya (m) = 0,34 m
• Ketinggian elevasi sebenarnya (m) = 11,9 m

Gambar 4.13. Ilustrasi gambar sumur 3


24
• Kedalaman MAT sebenarnya = MAT – tinggi bibir sumur
= 0,89 – 0,18
= 0,71m
• Ketinggian elevasi sebenarnya = elevasi – kedalaman MAT sebenarnya
= 9,23 – 0,34
= 8,89 m
IV.2.3 Pengolahan dan Perhitungan Data
Selain data fisik suur seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, didapatkan juga data
kenaikan dan penurunan air tanah selama uji pumping test ini berlangsung. Nilai drawdown
dan kenaikan dihitung dari nilai muka air tanah. Berikut dijabarkan data kenaikan dan
penurunan air tanah pada table 3.

Kenaikan
Penurunan
Penurunan Muka Kenaikan
T Muka Air
Muka Air Air Muka Air ΔH
(menit) Sumur
Sumur (ft) Sumur Sumur (ft)
(cm)
(cm)
0 89 145.4
1 90 2.7 144.6 4.338 2
2 92 2.76 143.6 4.308 1.5
3 93.5 2.805 142.9 4.287 1
4 94.5 2.835 142.4 4.272 1.8
5 96.3 2.889 141.6 4.248 1.3
6 97.6 2.928 140.8 4.224 2
7 99.6 2.988 140.2 4.206 1.2
8 100.8 3.024 139.6 4.188 1
9 101.8 3.054 138.6 4.158 1.2
10 103 3.09 137.7 4.131 2
12 105 3.15 136.1 4.083 2.3
14 107.3 3.219 134.8 4.044 2.7
16 110 3.3 133.3 3.999 2.4
18 112.4 3.372 131.5 3.945 2.6
20 115 3.45 129.9 3.897 2.1
22 117.1 3.513 128.3 3.849 2.2
24 119.3 3.579 126.5 3.795 2.6
26 121.9 3.657 124.8 3.744 2.6
28 124.5 3.735 123.1 3.693 1.9
30 126.4 3.792 121.2 3.636 2.9
35 129.3 3.879 118.3 3.549 3.1
40 132.4 3.972 115.2 3.456 3
45 135.4 4.062 112.2 3.366 3.2
50 138.6 4.158 109.2 3.276 3.4
25
55 142 4.26 105.9 3.177 3.4
60 145.4 4.362 102.9 3.087 3.4
Tabel 3 : Data hasil pengukuran sumur 3

Gambar 4.14. Kurva hubungan drawdown dan waktu sumur LP

Selanjutnya setelah didapatkan kurva hubungan antara drawdown dan waktu,


maka kurva ini di-overlay dengan kurva baku theis yang merupakan hubungan antara
w(u) dan 1/u. Overlay dua kurva ini terdapat pada gambar 4.15 dibawah ini.

26
Gambar 4.15. Overlay kurva hubungan drawdown dan waktu dengan kurva baku
Theissumur LP 3

Gambar 4.16. Kurva hubungan kenaikan dan waktu sumur LP 3

Berdasarkan pengolahan data dan plotting kurva, maka didapatkan beberapa data seperti:

• Volume sumur 1 (V)


V = ¼ π d2×t
V = ¼×3,14×1,582×5,70
V = 11,1701 m3

• Debit (Q)
Q=v/t
= 11,1701 m3/ 3.600 s
= 11,1701 m3/0,041667 hari
= 268,0802 m3/hari

• Jarak dari sumur 3 kesumur 1


R31 = 850 m
• W(u) = 3,5
• 1/u = 70
• s ( besar penurunan permukaan air dalam sumur ) = 56,4 cm = 0,564 m
• r ( jarak sumur pompa dan sumur pengamat ) = 850 m
• t = 1 menit = 0,000694 hari

27
Sehingga didapat nilai transmisivitas (T) dan storativitas (S)
Q.W (u) 268,0802 ×3,5 938,2807
T= = = = 132,4544 m3/hari
4 πs 4×3,14×0,564 7,0838
4𝑇𝑡 4× 132,4544×0,000694 0,3676
S = = = 50.575.000 = 7,27−9
𝑟 2 ( 1 / 𝑢) 8502 (70)

Gambar 4.12. Grafik hubungan penurunan dan waktu sumur Metode Jacob LP 3

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai transmisivitasnya lebih besar dari


pada storativitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sumur ke 3 yang diteliti tergolong
kedalam jenis sumur dengan potensi air tanah domestic sangat baik dengan irigasi yang
jelek.

28
BAB V
KESIMPULAN

V.1 Nilai Transmisivitas dan Storativitas Sumur


• Sumur 1
Nilai transmisivitas (T) dan storativitas (S)
Q.W (u) 91,5616 ×4 366,2464
T = 4 πs = 4×3,14×0,359 = 4,5090 = 81,2256 m3/hari
4Tt 4×81,2256×0,000694 0,2254
S = = = 3.750.000 = 6,01−8
r 2 ( 1 / u) 2502 (60)
• Sumur 2
Nilai transmisivitas (T) dan storativitas (S)
𝑄.𝑊 (𝑢) 81,6689 ×3,5 285,8411
T= = 4×3,14×0,288 = = 79,0227 m3/hari
4 𝜋𝑠 3,6172
4Tt 4×79,0227 ×0,000694 0,2193
S = = = 58.477.720 = 3,75−9
r 2 ( 1 / u) 9142 (70)
• Sumur 3
Nilai transmisivitas (T) dan storativitas (S)
Q.W (u) 268,0802 ×3,5 938,2807
T= = = = 132,4544 m3/hari
4 πs 4×3,14×0,564 7,0838
4𝑇𝑡 4× 132,4544×0,000694 0,3676
S = = = 50.575.000 = 7,27−9
𝑟 2 ( 1 / 𝑢) 8502 (70)

Pengertian dari transmisivitas adalah kemampuan akuifer untuk


meneruskan/meloloskan air dan dinyatakan dalam banyaknya air dalam suatu waktu yang
mengalir melalui suatu penampang, adapun hal yang dapat mempengaruhi transmisivitas
adalah konduktivitas hidrolik (koefisien kelulusan), ketebalan zona alirannya serta
kecepatan pompa air dalam mengeluarkan air. Sedangkan storativitas adalah sifat fisik yang
mencirikan kapasitas akuifer untuk menampung air tanah dan juga mengeluarkan tanpa
adanya paksaan (gravity drainage) pada area tertentu, storativitas ini dipengaruhi oleh
litologi penyusun daerah yang bersangkutan dan juga dimensi dari akuifernya.
Berdasarkan hasil perhitungan baik itu sumur 1, sumur 2 maupun sumur 3 didapatkan
hasil nilai transmisivitasnya memiliki nilai yang lebih besar dari pada storativitas, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sumur yang diteliti tergolong kedalam jenis sumur dengan potensi
air tanah domestic sangat baik dengan irigasi yang jelek.

V.2 Analisa Peta MAT Daerah Pengamatan


Berdasarkan Analisa peta MAT daerah penelitian tergolong kedalam daerah dengan
morfologi elevasi yang rendah. Dalam hal ini Muka air tanah akan cenderung mengikuti
bentuk topografi daerahnya. Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan atau
pengisian (recharge area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah pelepasan atau
29
pengeluaran (discharge area). Seperti yang kita ketahui sumber air tanah berasal dari air yang
ada di permukaan tanah misalnya air hujan, air danau dan sebagainya, kemudian meresap ke
dalam tanah/akuifer di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir menuju ke daerah
lepasan (discharge area). Seperti halnya sifat air yaitu mengalir dari tempat yang tinggi
ketempat yang lebih rendah, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa sumur 2 yang berada
pada elevasi 12,24 meter merupakan titik pusat aliran tanah yang dapat terlihat, lalu disusul
oleh sumur 1 dengan elevasi 11,79 dan sumur ke 3 dengan elevasi 9,23 meter. Debit dan
keberadaan muka air tanah juga dipengaruhi oleh pasokan air dari daerah imbuhan (recharge
area) yang berada di atasnya, semakin banyak pasokan yang diimbuhkan semakin banyak
debit yang tersimpan dalam area ini. Semakin tinggi ketinggian muka air tanah, maka jumlah
air yang tersimpan juga semakin banyak , dapat diambil contoh jika terjadi hujan, maka air
tanah akan mengisi (recharge) lagi sehingga elevasi muka air tanah meningkat, namun apabila
tidak terjadi hujan, maka elevasi muka air dibawah bukit akan menurun perlahan-lahan
sampai sejajar dengan lembah atau titik sumur tertinggi, area ini merupakan daerah tangkapan
air hujan (recharge area). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketinggian muka airtanah
mengikuti kondisi topografi, dimana semakin tinggi elevasi suatu daerah, maka semakin
tinggi pula tinggi muka airtanahnya dan semakin tinggi pula tekanannya.

V.3 Analisa Keadaan Daerah Penelitian


Pengukuran pumping test dilakukan pada tanggal 6 April 2023 di 3 titik lokasi yang
berbeda yang berada di gang lampung, perumahan griya sejahtera dan gang buntu Lorong
nusantara, kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan peta geologi, daerah
peneletian ini terletak pada formasi Qs (Endapan rawa) yang terdiri dari lanau, lempung dan
pasir yang berumur Kuarter, dan formasi Kasai (Qtk) yang terdiri dari Batupasir tufaan,
batulempung tufaan dan terdapat lapisan tuf batuapung. Dari hasil perhitungan ketiga sumur
ini memiliki nilai penurunan yang berbeda beda mesikupun dengan litologi yang hampir sama,
hal ini disebabkan karena keterdapatan vegetasi yang ada disekitar sumur, diameter sumur,
konduktivitas hidrolik, dimensi dari akuifernya dan juga kecepatan alat pempompa sumur.
Berdasarkan hasil perhitungan baik itu sumur 1, sumur 2 maupun sumur 3 didapatkan hasil
nilai transmisivitasnya memiliki nilai yang lebih besar dari pada storativitas, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sumur yang diteliti tergolong kedalam jenis sumur dengan potensi air tanah
domestic sangat baik dengan irigasi yang jelek.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Dahlan. (2016). “Hidrogeologi”. Jakarta : Universitas Indonesia


Aidi Finawan. 2020. “Pengukuran Debit Air”. http://jurnal.pnl.ac.id/wp-
content/plugins/Flutter/files_flutter/13842278122.AidiFinawandanAriefMardiyan
to.pdf. Diakses pada 18 Februari 2023
Aisyah, Nurul. (Tanpa Tahun). “Metode Pengukuran Debit Air” (Online)
https://www.academia.edu/17020866/Metode_Pengukuran_Debit_Air Diakses
pada tanggal 18 Februari 2023
Badan Standardisasi Nasional. (2015). “Tata Cara Pengukuran Debit Aliran Sungai dan
Saluran Terbuka Menggunakan Alat Ukur Arus dan Pelampung”. SNI
(8066:2015):1-12.
Badaruddim. 2017. “Panduan Praktikum Debit Air”. Banjarbaru : Universitas Lambung
Mangkurat
Chalista, Putri. (2018). “Debit Air”. (Online)
https://www.academia.edu/2984630/debit_air Diakses pada tanggal 18 Februari
2023
Dirmawan. (Tanpa Tahun). “Pengukuran Hidrogeologi”. Bandung : Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
Teddy Takaendengan. 2022. “Jurnal Teknik Sipil Terapan”. Manado : Politeknik Manado

31

Anda mungkin juga menyukai