PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
2023/04/26
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
ACARA :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2023
PENYUSUN
Penulis Penulis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana atas limpahan
Rahmat,Hidayah dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini pada
praktikum Hidrogeologi dengan sebagaimana mestinya.
Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Budhi Setiawan, Ph.D., dan Harnani, S.T.,
M.T. selaku dosen pembimbing Praktikum Hidrogeologi dan Asisten Praktikum
Hidrogeologi, serta kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan
laporan Praktikum Hidrogeologi ini.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini masih memiliki banyak kekurangan.
Olehsebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak.
Akhirnya saya berharap, semoga Laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak dari berbagai kalangan dan juga dapat digunakan sebagai bahan referensi
ataupun mediapembelajaran.
( Kelompok 11 )
iii
DAFTAR ISI
iv
IV.3 Lokasi Pengamatan 3 ...................................................................................... 25
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 33
v
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah materi atau unsur yang sangat penting bagi semua kehidupan di muka
bumi ini. Manusia dan semua makhluk lainnya membutuhkan air (Kodoatie dan Sjarief,
2010). Salah satu dampak yang pasti terjadi akibat tidak terjaganya kawasan konservasi
adalah bahaya habisnya cadangan airtanah dan jumlah debit limpasan permukaan pada saat
musim hujan semakin besar dan memberikan pengaruh cukup dominan terhadap bahaya
banjir seperti di daerah Jakarta dan kotakota lainnya. Beberapa hal yang menjadi masalah
adalah pengambilan airtanah yang tidak terkontrol dan langkah konservasi yang kurang
diperhatikan menyebabkan ketersediaan airtanah jangka panjang semakin menipis, lahan
terbuka hijau yang semakin berkurang memperburuk kondisi lingkungan dan resapan air
sehingga ketika musim kemarau datang terjadi kekeringan dan saat musim hujan tiba
terjadi genangan dimana-mana serta kurangnya penanganan konservasi dari instansi terkait
maupun masyarakat lingkungan sekitar.
Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari
suatu sumber persatu-satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter/detik.Pengukuran
debit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain; pengukurandebit dengan bendung,
pengukuran debit berdasarkan kerapatan lautan obatPengukuran kecepatan aliran dan luas
penampang melintang, dalam hal ini untuk mengukur kecepatan arus digunakan
pelampung atau pengukur arus dengan kincir,Pengukuran dengan menggunakan alat-alat
tertentu seperti pengukur arusmagnetis, pengukur arus gelombang supersonis.
Secara umum pengukuran debit dipermukaan bebas dilakukan untuk mengetahui
berapa debit aktual yang ada untuk pemanfaatan atau pengendalian aliran suatu badan air.
Pengukuran debit umumnya dilakukan pada waktu-waktu tertentudan sering kali berkaitan
dengan usaha untuk mendapatkan rating curve. Semakin banyak pengukuran dilakukan
akan semakin teliti analisa data. Untuk menentukan jumlah pengukuran yang dilakukan
tergantung kepada tu!uan pengukuran, kepekaanaliran permukaan bebas, dan ketelitian
yang ingin dicapai.
Uji pemompaan (pumping test) bertujuan untuk menganalisis debit airtanah,
tujuannya selain untuk mengetahui kemampuan sumur bor dalam memproduksi airtanah
juga untuk mengetahui kelulusan lapisan pembawa air (akuifer) (Bisri, 2012). Uji
pemompaan adalah memompa air dari suatu sumur dengan debit tertentu, mengamati
penurunan muka air selama pemompaan berlangsung dan mengamati pemulihan kembali
muka air setelah pompa dimatikan sesuai dengan selang waktu tertentu. Uji pemompaan
dapat dibagi menjadi dua yaitu untuk pengujian sumur dengan step drawdown test dan
pengujian akuifer dengan long period test. Data mengenai karakteristik akuifer merupakan
faktor yang harus diperhatikan dalam mempelajari airtanah, khususnya untuk mengetahui
kapasitas airtanah yang dapat disimpan di dalam lapisan tanah dan kapasitas yang dapat
dipergunakannya. Karakteristik tersebut meliputi koefisien keterusan air atau koefisien
transmisivitas (T), koefisien konduktivitas hidrolik (K) dan koefisien cadangan air (S).
2
Gambar 1.1 Ketercapaian Lokasi Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Zona Fisiografi Dataran Rendah dan Berbukit. Zona ini dicirikan oleh morfologi
perbukitan homoklin dengan elevasi 40 – 80 m di atas permukaan laut dan tersebar luas
di pantai timur Pulau Sumatera. Daerah ini termasuk ke dalam Cekungan Sumatera
Selatan. Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur berumur
Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai
bagian dari lempeng kontinen Asia) dan Lempeng Samudra Hinida. Daerah cekungan ini
meliputi daerah seluas 330 x 510 km2 yang secara geografis terletak di bagian selatan
Pulau Sumatera, menempatiposisi dalam arah relatif barat laut – tenggara. Batas-batas
cekungan ini adalah Paparan Sunda di sebelah timur, Bukit Barisan di sebelah barat,
Tinggian Lampung di sebelah selatan, dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah utara.
5
• Formasi Baturaja (BRF). Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi
Talang Akar. Terdiri dari batugamping terumbu dan batupasir gampingan.
Ketebalannya antara 19 - 150 meter dan berumur Miosen Awal.Lingkungan
Pengendapannya adalah laut dangkal.
• Formasi Gumai (GUF). Formasi Gumai ini terdiri atas napal tufaan berwarna
kelabu cerah sampai kelabu gelap.Kadang-kadang terdapat lapisan-lapisan
batupasir glaukonit yang keras, tuff, breksi tuff, lempung serpih dan lapisan tipis
batugamping.Umur dari formasi ini adalah Awal Miosen Tengah (Tf2) (Van
Bemmelen, 1949).
• Formasi Air Benakat (ABF). Formasi ini berumur dari Miosen Akhir hingga
Pliosen.Litologinya terdiri atas batupasir tufaan, sedikit atau banyak lempung
tufaan yang berselangseling dengan batugamping napalan atau batupasirnya
semakin keatas semakin berkurang kandungan glaukonitnya.Ketebalan formasi ini
berkisar 250 – 1550 meter.
• Formasi Muara Enim (MEF). Formasi ini terdiri atas batulempung dan batupasir
coklat sampai coklat kelabu, batupasir berukuran halus sampai sedang. Ketebalan
formasi ini sekitar 450 -750 meter.
• Formasi Kasai (KAF) Formasi ini mengakhiri siklus susut laut. Pada bagian bawah
terdiri atas batupasir tufan dengan beberapa selingan batulempung tufaan,
kemudian terdapat konglomerat selang-seling lapisan-lapisan batulempung tufaan
dan batupasir yang lepas, pada bagian teratas terdapat lapisan tuf batuapung yang
mengandung sisa tumbuhan dan kayu terkersikkan berstruktur sediment silang siur,
lignit terdapat sebagai lensa-lensa dalam batupasir dan batulempung tufan.
Gambar 2.2 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974).
Stratigrafi Regional Kabupaten Ogan Ilir dari tua ke muda terdiri atas endapan
gunung api, endapan sedimen dan endapan permukaan antara lain Formasi Muara Enim
(TMPM), Formasi Kasai (QTK) dan endapan permukaan (Qs dan Qa). Kabupaten Ogan Ilir
adalah suatu wilayah yang didominasi oleh rawa mengingat 65 % dari luas wilayah
kabupaten yang terdiri atas rawa lebak dan rawa pasang surut. Wilayah Kabupaten Ogan
Ilir memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 5%
dengan ketinggian berkisar antara 0 – 50 meter diatas permukaan laut.
Wilayah bagian utara Kabupaten Ogan Ilir merupakan hamparan dataran rendah
6
berawa yang sangat luas mulai dari Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat, Pemulutan
Selatan, sampai Indralaya Selatan. sedangkan Kecamatan Tanjung Batu, Payaraman, Lubuk
Keliat, Rambang Kuang dan Muara Kuang dengan dataran yang bertofografi datar sampai
bergelombang dengan ketinggian sampai 14 meter dari permukaan air laut.Derajat
keasaman tanah berkisar antara pH 4,0 sampai pH 6,0.
II.3 Geomorfologi Regional
Geomorfologi suatu daerah sangat terkait dengan aspek fisiografinya. Pengertian
fisiografi sendiri yaitu membahas luas wilayah yang terbagi dalam unit struktur tertentu,
mempunyai bentuk relief alam sangat dinamis serta persamaan sejarah perkembangan unit
morfologi yang disebabkan oleh pengaruh iklim.
Pembagian fisiografi Sumatera bagian selatan menurut Asikin (1989), dapat menjadi
empat bagian, yaitu:
1. Cekungan Sumatera Selatan.
2. Bukit Barisan dan Tinggian Lampung.
3. Cekungan Bengkulu, meliputi lepas pantai antar Daratan Sumatera dan rangkaian pulau-
pulau di sebelah Barat Pulau Sumatera.
4. Rangkaian kepulauan di sebelah Barat Sumatera, yang membentuk suatu busur tak
bergunung api di sebelah Barat Pulau Sumatera.
Daerah penelitian secara regional berada di Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan
Sumatera Selatan membentang dari Tinggian Asahan di Barat Laut sampai ke Tinggian
Lampung di sebelah Tenggara. Cekungan ini merupakanbagian dari Cekungan Sumatera
Timur dan dipisahkan dari Cekungan Sumatera Tengah oleh Pegunungan Duabelas dan
Pegunungan Tigapuluh di Utaranya, serta dibatasi oleh Pegunungan Barisan di sebelah
Baratdaya dan Daratan Pra-Tersier di sebelah Timurlaut, dimana Cekungan Sumatera
Selatan terbagi dalam empat sub cekungan, yaitu Sub Cekungan Palembang, Sub Cekungan
Lematang, Sub Cekungan Jambi dan Sub Cekungan Merang (Pulunggono, 1983).
Morfologi Kabupaten Ogan Ilir Berdasarkan pengamatan topografi dan litologi
penyusunnya dapat dibagi menjadi 2 satuan morfologi yaitu, Morfologi Bergelombang dan
Morfologi Dataran. Kabupaten Ogan Ilir Terdiri 2 satuan morfologi yaitu, Morfologi
Bergelombang dan Morfologi Dataran. Ditinjau dari aspek geologi, Kabupaten Ogan Ilir
terdiri atas lima formasi geologi, yaitu formasi alluvial, formasi Palembang anggota bawah,
formasi Palembang anggota tengah, formasi palembang anggota atas dan formasi bahan
gunung api muda Tugu Mulyo.
Berikut merupakan tahapn pengujian akuifer atau yang secara umum disebut dengan
tahapan pumping test adalah:
a. Pemompaan Uji Pendahuluan (Trial Pumping Test )
Pada pengujian ini dilkakukan selama 3 jam berturut turut dengan debit
maksimum& dipasang pompa dengan debit pemompaan 3 liter'detik. Pada tahap ini
dilakukan pengamatan terhadap penurunan muka asli air tanah pada sumur pengamatan.
b. Pemompaan Uji Penurunan bertingkat
Air dapat dipompa secara berturu turut dari sumur atau yang berarti kondisi
besarnya pemompaan yang tetap dapat diperoleh pada permukaan air yang tetap. Jadi air
yang keluar dari sumur dapat diperkirakan pertama tama terjadi pada penurunan
permukaan air dan umumnya air yang keluar itu sama dengan besar pemompaan.
c. Pemompaan Uji Menerus (Constant rate pumping test )
Setelah dilakukan pengujian debit secara terus menerus selama lebih dari +8 jam&
pengujian ini dilakukan untuk pengamatan penurunan muka air tanah dan apabila
didapatkan penurunan muka air yang drastis serta mempengaruhi sumur-sumur lain yang
ada maka dilakukan uji pemompaan dengan penurunan debit.
Uji pemompaan uji kuantitas air yang dapat dieksploitasi dari sumur produksi air
tanah yang telah dibuat. Tujuan utama pelaksanaan uji pemompaan ini adalah:
• Menentukan kondisi sumur yang meliputi besaran kapasitas& jenis sumur dan
efisiensi pemompaan sumur
• Menentukan parameter hidrolika akuifer
Uji pemompaan terus menerut dilakukan dengan satu debit& tetapi dilaksanakan
dalam waktu yang lama (biasanya 48 jam hingga 72 jam)& dimana disepanjang waktu
tersebut dilakukan pengukuran penurunan muka air tanah secara kontinu dengan interval
waktu t secara kontinu dengan interval waktu tertentu.
d. Uji Pemulihan ( Recovery Test )
Tahapan akhir dalam kegiatan pumping pumping test adalah dilakukannya
recovery atau tahap pemulihan. Pada tahapan ini dapat dilihat apakan terjadi pengisian air
tanah kembali maupun tidak.
10
Gambar 2.2.Contoh hasil dari kegiatan pumping test.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah suatu cara atau teknik untuk mendapatkan informasi
dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Informasi atau data ini bisa dalam
bentuk apa saja, literatur, seperti jurnal, artikel, tesis, buku, koran, dan sebagainya. Metode
peleitian dilakukan supaya peneliti yang dilakukan lebih terarah dan terstruktur dengan
baik. Metodelogi penelituan dibuat untuk melakukan rekonstruksi dan korelasi terhadap
peristiwa-peristiwa yang dijumpai pada penelitian. Peristiwa yang dimaksud dalam hal ini
adalah peristiwa yang berhubungan dengan hidrogeologi, dimana pada penelitian kali ini
dilakukan pumping test , terdapat beberapa tahapan dalam melakukan penelitian ini yaitau
tahap persiapan, tahapan penelitian, tahapan pembuatan peta dan penulisan laporan.
Tahapan tahapan ini dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal.
Tahapan Persiapan
Observasi Lapangan
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
Keterangan
• Elevasi = 11,79 m
• Diameter (m) = 0,9 m
• Tinggi bibir sumur (m) = 0,68 m
• Kedalaman Sumur (m) =6m
• MAT (m) = 1,33 m
• Tinggi air awal (m) = 4,67 m
• Kedalaman MAT Sebenarnya (m) = 0,35 m
• Ketinggian elevasi sebenarnya (m) = 11,44 m
Kenaikan Kenaikan
Penurunan
Penurunan Muka Muka
T Muka Air
Muka Air Air Air ΔH
(menit) Sumur
Sumur (ft) Sumur Sumur
(cm)
(cm) (ft)
0 133 168.9
1 135.6 4.068 167.2 5.016 1.4
2 137 4.11 165.8 4.974 2
3 139 4.17 164.8 4.944 1
4 140 4.2 163.6 4.908 0.6
15
5 140.6 4.218 162.9 4.887 1.2
6 141.8 4.254 162.5 4.875 0.6
7 142.4 4.272 162.1 4.863 0.5
8 142.9 4.287 161.5 4.845 0.5
9 143.4 4.302 161 4.83 0.6
10 144 4.32 162.1 4.863 1.2
12 145.2 4.356 159.5 4.785 1.4
14 146.6 4.398 158.4 4.752 1
16 147.6 4.428 157.6 4.728 1.6
18 149.2 4.476 156.3 4.689 1.4
20 150.6 4.518 155.4 4.662 1
22 151.6 4.548 154.5 4.635 1.2
24 152.8 4.584 153.3 4.599 1
26 153.8 4.614 152 4.56 1
28 154.8 4.644 151.3 4.539 1.2
30 156 4.68 150.4 4.512 2.2
35 158.2 4.746 148.9 4.467 2
40 160.2 4.806 146.9 4.407 2.3
45 162.5 4.875 142.7 4.281 2.1
50 164.6 4.938 142.7 4.281 2.4
55 167 5.01 140.3 4.209 1.9
60 168.9 5.067 137.6 4.128 1.9
Tabel 1 : Data hasil pengukuran sumur1
10
0.1
0.01
0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000
16
Selanjutnya setelah di dapatkan kurva hubungan antara drawdown dan waktu,
maka kurva ini di overlay dengan kurva baku theis yang mana merupakan hubungan
antara w (u) dan 1/u. overlay dua kurva ini terdapat pada gambar 4.4 dibawah ini.
Gambar 4.4. Overlay kurva hubungan drawdown dan waktu dengan kurva baku
Theis sumur LP1
17
Berdasarkan pengolahan data dan plotting kurva, maka didapatkan beberapa data seperti:
Gambar 4.6. Grafik hubungan penurunan dan waktu sumur Metode Jacob LP 1
18
• TO = 0,01
• S1 = 1,2
• S2 = 1,6
Keterangan
• Elevasi = 12,24 m
• Diameter (m) = 0,85 m
• Tinggi bibir sumur (m) = 0,71 m
• Kedalaman Sumur (m) =6m
• MAT (m) = 1,05 m
• Tinggi air awal (m) = 4,95 m
• Kedalaman MAT Sebenarnya (m) = 0,34 m
• Ketinggian elevasi sebenarnya (m) = 11,9 m
Kenaikan Kenaikan
Penurunan
Penurunan Muka Muka
T Muka Air
Muka Air Air Air ΔH
(menit) Sumur
Sumur (ft) Sumur Sumur
(cm)
(cm) (ft)
0 105 133.8
1 106 3.18 132.8 3.984 1
2 107 3.21 131.8 3.954 0.5
20
3 107.5 3.225 131 3.93 0.6
4 108.1 3.243 130.3 3.909 1
5 109.1 3.273 129.8 3.894 0.4
6 109.5 3.285 129.4 3.882 0.4
7 109.9 3.297 129 3.87 0.5
8 110.4 3.312 128.5 3.855 -99.2
9 11.2 0.336 128.3 3.849 100.9
10 112.1 3.363 127.8 3.834 1
12 113.1 3.393 127.3 3.819 1
14 114.1 3.423 126.8 3.804 0.8
16 114.9 3.447 126.2 3.786 1.2
18 116.1 3.483 125.4 3.762 1
20 117.1 3.513 124.6 3.738 1.4
22 118.5 3.555 123.8 3.714 0.9
24 119.4 3.582 122.8 3.684 1
26 120.4 3.612 121.6 3.648 1.2
28 121.6 3.648 120.6 3.618 0.9
30 122.5 3.675 119.4 3.582 1.6
35 124.1 3.723 117.6 3.528 1.5
40 125.6 3.768 115.6 3.468 2
45 127.6 3.828 113.7 3.411 2.1
50 129.7 3.891 111.5 3.345 1.9
55 131.6 3.948 109.2 3.276 2.2
60 133.8 4.014 107.2 3.216 2.2
Tabel 2 : Data hasil pengukuran sumur 2
21
Selanjutnya setelah didapatkan kurva hubungan antara drawdown dan waktu,
maka kurva ini di-overlay dengan kurva baku theis yang merupakan hubungan antara
w(u) dan 1/u. Overlay dua kurva ini terdapat pada gambar 4.10 dibawah ini.
Gambar 4.10. Overlay kurva hubungan drawdown dan waktu dengan kurva baku Theis
sumur LP 2.
Berdasarkan pengolahan data dan plotting kurva, maka didapatkan beberapa data seperti:
• Volume sumur 1 (V)
V = ¼ π d2×t
V = ¼×3,14×0,852×6
V = 3,4029 m3
• Debit (Q)
22
Q=v/t
= 3,4029 m3/ 3.600 s
= 3,4029 m3/0,041667 hari
= 81,6689 m3/hari
• Jarak dari sumur 2 kesumur 3
R23 = 914 m
• W(u) = 3,5
• 1/u = 70
• s ( besar penurunan permukaan air dalam sumur ) = 28,8 cm = 0,288 m
• r ( jarak sumur pompa dan sumur pengamat ) = 914 m
• t = 1 menit = 0,000694 hari
Gambar 4.12. Grafik hubungan penurunan dan waktu sumur Metode Jacob LP 2
•TO = 0,01
•S1 = 1
•S2 = 1,3
23
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai transmisivitasnya lebih besar dari
pada storativitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sumur ke 2 yang diteliti ini
tergolong kedalam jenis sumur dengan potensi air tanah domestic sangat baik dengan
irigasi yang jelek.
Keterangan
• Elevasi = 9,23 m
• Diameter (m) = 1,58 m
• Tinggi bibir sumur (m) = 0,18 m
• Kedalaman Sumur (m) = 5,70 m
• MAT (m) = 0,89 m
• Tinggi air awal (m) = 4,81 m
• Kedalaman MAT Sebenarnya (m) = 0,34 m
• Ketinggian elevasi sebenarnya (m) = 11,9 m
Kenaikan
Penurunan
Penurunan Muka Kenaikan
T Muka Air
Muka Air Air Muka Air ΔH
(menit) Sumur
Sumur (ft) Sumur Sumur (ft)
(cm)
(cm)
0 89 145.4
1 90 2.7 144.6 4.338 2
2 92 2.76 143.6 4.308 1.5
3 93.5 2.805 142.9 4.287 1
4 94.5 2.835 142.4 4.272 1.8
5 96.3 2.889 141.6 4.248 1.3
6 97.6 2.928 140.8 4.224 2
7 99.6 2.988 140.2 4.206 1.2
8 100.8 3.024 139.6 4.188 1
9 101.8 3.054 138.6 4.158 1.2
10 103 3.09 137.7 4.131 2
12 105 3.15 136.1 4.083 2.3
14 107.3 3.219 134.8 4.044 2.7
16 110 3.3 133.3 3.999 2.4
18 112.4 3.372 131.5 3.945 2.6
20 115 3.45 129.9 3.897 2.1
22 117.1 3.513 128.3 3.849 2.2
24 119.3 3.579 126.5 3.795 2.6
26 121.9 3.657 124.8 3.744 2.6
28 124.5 3.735 123.1 3.693 1.9
30 126.4 3.792 121.2 3.636 2.9
35 129.3 3.879 118.3 3.549 3.1
40 132.4 3.972 115.2 3.456 3
45 135.4 4.062 112.2 3.366 3.2
50 138.6 4.158 109.2 3.276 3.4
25
55 142 4.26 105.9 3.177 3.4
60 145.4 4.362 102.9 3.087 3.4
Tabel 3 : Data hasil pengukuran sumur 3
26
Gambar 4.15. Overlay kurva hubungan drawdown dan waktu dengan kurva baku
Theissumur LP 3
Berdasarkan pengolahan data dan plotting kurva, maka didapatkan beberapa data seperti:
• Debit (Q)
Q=v/t
= 11,1701 m3/ 3.600 s
= 11,1701 m3/0,041667 hari
= 268,0802 m3/hari
27
Sehingga didapat nilai transmisivitas (T) dan storativitas (S)
Q.W (u) 268,0802 ×3,5 938,2807
T= = = = 132,4544 m3/hari
4 πs 4×3,14×0,564 7,0838
4𝑇𝑡 4× 132,4544×0,000694 0,3676
S = = = 50.575.000 = 7,27−9
𝑟 2 ( 1 / 𝑢) 8502 (70)
Gambar 4.12. Grafik hubungan penurunan dan waktu sumur Metode Jacob LP 3
28
BAB V
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
31