Disusun Oleh
Ahmad Fadhillah (2006943)
Akbarudin Nurjaman (2001856)
Dhiki Hardianto (2001945)
Indra Wisesa (2001867)
Mochamad Hafil (2007850)
Reynaldi Alvy (2001866)
Penulis
Bandung, 13 April 2023
i
DAFTAR ISI
ii
3.2 Metode Penelitian .......................................................................................... 12
3.3 Alur Penelitian ............................................................................................... 13
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 15
4.1 Analisis Peta Kecamatan Gunung Jati dan Peta Kepadatan Penduduk ............ 15
4.2 Analisis Peta Penggunaan Lahan .................................................................... 17
4.3 Analisis Hidrologi ......................................................................................... 18
4.3 Analisis Curah Hujan Maksimum Bulanan rata-rata Daerah dan Daerah Rawan
Banjir .................................................................................................................. 19
4.4 Analisis Peta Jenis Tanah Dan daya serap tanah terhadap air.......................... 21
4.5 Pola Hidup Masyarakat .................................................................................. 22
4.6 Dampak Banjir Terhadap Aktifitas Masyarakat Sekitar dan Cara
Penanggulangannya ............................................................................................. 23
4.7 Analisis Peta DAS dan Pola Pengaliran Sungai Kecamatan Gunung Jati ........ 25
4.8 Analisis Daerah Rawan Banjir Kecamatan Gunung Jati ................................. 27
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 33
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 33
5.2 Saran ............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 34
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
tinggi dan banyaknya sedimentasi sehingga sungai ini meluap dan menggenangi
ribuan rumah di 5 kecamatan, yakni kecamatan kedawung, plered, panguragan,
kecamatan plumbon dan kecamatan gunung jati. terdapat 3 desa yang mengalami
banjir terparah yaitu desa wanakaya, desa astana dan desa jatimerta kecamatan
gunung jati. tinggi air yang menggenangi 3 desa ini mencapai 2 m. Maka dari itu
penulis melakukan penelitian mengenai pola pengaliran sungai condong untuk
mengetahui karakteristik dari sungai tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola pengaliran Sungai Condong?
2. Bagaimana karakteristik sungai Condong?
3. Berapa intensitas curah hujan didaerah Kecamatan Gunung Jati?
4. Sektor apa sajakah yang terdampak bencana banjir?
5. Wilayah apa saja yang terdampak banjir?
6. Faktor Apa saja yang menyebabkan banjir di wilayah tersebut?
7. Bagaimana masyarakat dalam menanggulangi benca banjir?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Analisis penggunaan lahan disekitar sungai condong.
2. Analisis intensitas curah hujan maksumum tahunan sungai condong.
3. Menentukan penanganan dengan merencanakan pengendalian banjir pada
sungai condong yang meluap.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui tentang pengaruh curah hujan dan pola pengaliran air serta
pemanfaatannya.
2. Dengan adanya penelitian ini dijadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan
lahan yang tepat, telebih lagi saat terjadinya curah hujan tinggi yang sewaktu-
waktu dapat menyebabkan banjir.
3. Dapat dijadikan referensi untuk publik guna menghindar dari bencana banjir
yang akan datang.
4. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
2.2.1 Definisi Sungai
3
2.2.2 Pola Pengaliran Sungai
4
2.2 Banjir
Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air
yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman
musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan
menggenangi wilaah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering
terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
ekonomi” (IDEP,2007).
Banjir merupakan fenomena meluapnya air sungai melebihi palung sungai,
biasanya terjadi disuatu kawasan yang banyak dialiri sungai. Banjir pada dasarnya
hanyalah salah satu output pengelolaan DAS yang tidak tepat. Banjir juga
didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian
fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009).
2.2.1 Jenis-Jenis Banjir
Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan
menjadi lima tipe sebagai berikut:
1. Banjir Bandang Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa
mengangkut apa saja. Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup
parah. Banjir bandang biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan rentan
terjadi di daerah pegunungan.
2. Banjir Air Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi,
biasanya banjir in terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan.
Karena intensitas banyak sehingga air tidak tertamoung dan meluap itulah
banjir air.
3. Banjir Lumpur Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir
bandang tapi banjir lumpur yaitu banjir yang keluar dari dalam bumi yang
sampai ke daratan.banjir lumpur mengandung bahan yang berbahaya dan
bahan gas yang mempengaruhi kesehatan makhul hidup lainnya.
5
4. Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang) Banjir rob adalah banjir yang terjadi
akibat air laut. Biasanya banjir ini menerjang kawasan di wilayah sekitar
pesisir pantai.
5. Banjir Cileunang Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air ,
tapi banjir cileunang terjadi akibat deras hujan sehingga tidak tertampung.
2.2.2 Faktor Penyebab Banjir
Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), ‘‘faktor penyebab terjadinya banjir
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh
tindakan manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,
erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air
pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia
yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi
Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya
drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi
alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat’’. Peraturan
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2015 tentang
penetapangaris sepadan sungai dan garis sempadan danau pada pasal 15 berbunyi
untuk bangunan yang terdapat di sempadan sungai minimal jarak rumah dari tepi
sungai yaitu 10 meter dari tepi kiri dan kanan sungai, dan apabila sungai terlalu
dalam melebihi 3 meter maka jarak dari sepadan sungai lebih dari 10 meter.
1. Penyebab banjir secara alami
Salah satu penyebab banjir secara alami diantarannya adalah:
a. Curah Hujan
b. Pengaruh fisiografi
c. Erosi dan Sedimentasi
d. Kapasitas sungai
e. Kapasitas dsrainase yang tidak memadai
f. Pengaruh air pasang
2. Penyebab banjir akibat aktivitas manusia
a. Perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
6
b. Kawasan kumuh dan sampah
c. Kerusakan bangunan pengendali air
d. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
e. Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian
f. Perencanaan system pengendalian bajir tidak tepat
2.2.3 Pengendalian Banjir
Menurut Grigg (1996), pengendalian banjir merupakan kegiatan perencanaan,
eksploitasi dan pemeliharaan, pengaturan penggunaan daerah dataran banjir dan
mengurangi atau mencegah adanya bahaya/kerugian akibat banjir. Terdapat empat
strategi dalam pengendalian banjir, yaitu:
1. Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau
pengaturan tata guna lahan).
2. Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bantuan pengontrol
(waduk) atau normalisasi sungai.
3. Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknis mitigasi seperti
asuransi, penghindaran banjir (flood profing).
4. Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti
penghijauan.
Pengendalian banjir menggunakan metode struktur adalah pembuatan
infrastruktur untuk mengendalikan banjir, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Bendungan (dam). Bendungan digunakan untuk menampung dan
mengelola distribusi aliran sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur
debit air sungai di sebelah hilir bendungan.
2. Kolam Penampungan (retention basin). Kolam penampungan (retention
basin) berfungsi untuk menyimpan sementara volume air banjir sehingga
puncak banjir dapat dikurangi dan dilepaskan kembali pada saat air surut.
Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan biasanya didaerah
dataran rendah.
7
3. Tanggul Penahan Banjir. Tanggul penahan banjir adalah penghalang yang
didesain untuk menahan banjir di palung sungai untuk melindungi daerah
sekitarnya.
4. Saluran By pass. Saluran bay pass adalah saluran yang digunakan untuk
mengalihkan sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka
mengurangi debit banjir pada daerah yang dilindungi.
5. Sistem pengerukan sungai/normalisasi sungai. Sistem pengerukan atau
pengerukan saluran adalah bertujuan memperbesar kapasitas tampung
sungai dan memperlancar aliran. Normalisasi di antaranya mencakup
kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur sungai dan memperdalam
sungai (pengerukan).
2.2.4 Pencegahan Banjir
Pencegahan (Prevention) merupakan langkah awal yang perlu dan akan
ditempuh dengan tujuan untuk mencegah terjadinya bencana yang merugikan
masyarakat. Kegiatan pencegahan biasanya dilakukan melalui:
Kegiatan yg bersifat struktural, seperti Dam, tanggul, floodway,
normalisasi sungai dll.
Pengaturan/legislasi seperti pengaturan tataruang dan tata guna lahan.
Dalam upaya pencegahan (prevention) timbulnya daya rusak air, perlu didukung
oleh kebijakan pemerintah konteknya dengan aspek yang dipertimbangkan
adalah sebagai berikut :
Rencana pembangunan nasional
Manajemen bencana pada tingkat nasional
Peraturan perundangan mengenai bencana
Masterplan pengendalian banjir kawasan tertentu.
8
air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan
tidak mengalir. Indonesi merupakan negara yang memiliki angka curah hujan
bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada pada ketinggian yang berbeda-beda.
Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu milimeter tempat yang datar tertampung air
setinggi satu milimeter atau tertampung air setinggi 1 liter (Triatmodjo, 2008).
2.3.1 Analisis Curah Hujan
Metode yang digunakan untuk analisis curah hujan menggunakan metode
interpolasi yaitu metode Inverse Distance Weighted (IDW) dan metode Quntitative
Estimastion Precipitation (QPE). Metode IDW digunakan untuk analisis data curah
hujan dari stasiun hujan, sedangkan metode QPE digunakan untuk analisis data
curah hujan radar. Perbandingan kedua data tersebut dilakukan uji korelasi/akurasi
dengan menggunakan grafik regresi untuk memperoleh nilai korelasi (r) dan
mengetahui tingkat hubungan dari kedua data. Hasil dari penelitian menunjukkan
nilai akumulasi dari masing-masing data perekaman yaitu nilai akumulasi curah
hujan dari perekaman stasiun hujan dan data radar. Dari kedua metode tersebut,
metode yang paling tepat digunakan adalah metode QPE radar, karena perekam
data menggunakan radar jarang mengalami kerusakan data dan data kosong seperti
yang terjadi di perekaman stasiun hujan dan hasil analisis menggunakan QPE radar
memiliki sebaran curah hujan yang lebih detail dibandingkan dengan menggunakan
metode IDW.
2.3.2 Intensitas Curah Hujan
Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang
dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Analisis
intensitas hujan digunakan untuk menentukan tinggi atau kedalaman air hujan per
satuan waktu. Analisa dimulai dari data curah hujan harian maksimum yang
kemudian diubah ke dalam bentuk intensitas hujan. metode yang dapat digunakan
untuk menganalisis intensitas hujan adalah metode Mononobe.
9
2.3 Debit Banjir Rencana
Pencegahan (Prevention) merupakan langkah awal yang perlu dan akan
ditempuh dengan tujuan untuk mencegah terjadinya bencana yang merugikan
masyarakat. Kegiatan pencegahan biasanya dilakukan melalui:
Kegiatan yang bersifat struktural, seperti Dam, tanggul, floodway,
normalisasi sungai dll.
Pengaturan/legislasi seperti pengaturan tataruang dan tata guna lahan
Pengaruh curah hujan terhadap pengaliran sungai Condong dan dampaknya
terhadap aktifitas masyarakat sekitar. Dalam upaya pencegahan (prevention)
timbulnya daya rusak air, perlu didukung oleh kebijakan pemerintah konteknya
dengan aspek yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1) Rencana pembangunan nasional Manajemen bencana pada tingkat nasional
2) Peraturan perundangan mengenai bencana
3) Masterplan pengendalian banjir kawasan tertentu.
2.5 Analisis Peta Administrasi
Peta Administrasi adalah peta yang menginformasikan mengenai batas-batas
administatif terkecil suatu wilayah sampai terbesar misalnya, Dusun, Desa,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Negara.
2.6 Analisis Pola Pengaliran Sungai
Pola aliran sungai adalah pola hubungan keruangan dari lembah-lembah, baik
yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak dialiri sungai. Pola aliran
tersebut dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah diastrofisme,
sejarah geologi dan geomerfologi dari daerah alairan sungai.
10
2.7 Penggunaan Lahan
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
ke subtansi makna dari fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman penelitian
kualitatif sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan.
3.3 Alur Penelitian
Alur penelitian yang penulis lakukan pada kali ini akan dijelaskan pada gambar
3.2 dibawah ini
13
4. Dokumen shapefile DEMNAS Web Badan Studi literatur
kabupaten Cirebon Spasial
5. Data curah hujan tahunan BMKG Studi literatur
kabupaten Cirebon
6. Data sensus penduduk Badan Pusat Studi literatur
kecamatan Gunung Jati Statistik
Kabupaten
Cirebon
7. Data luas wilayah kecamatan Badan Pusat Studi literatur
Gunung Jati Statistik
Kabupaten
Cirebon
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Peta Kecamatan Gunung Jati dan Peta Kepadatan Penduduk
15
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tengahtani
16
4.2 Analisis Peta Penggunaan Lahan
17
tersebut juga dapat diketahui persebaran pemukiman masyarakat, yang mana
masyarakat sekitar mulai membangun rumah di bantaran sungai condong, ini
dikarenakan sungai condong menjadi salah satu sumber kehidupan bagi
masyarakat setempat. Hal ini juga menjadikan salah satu faktor yang
mempengaruhi penduduk, untuk tinggal di sekitar bantaran sungai, serta
permasalahan yang terjadi di sekitar bantaran sungai. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tipologi permukiman penduduk membentuk di sepanjang bantaran sungai
membentuk pola linier dengan alur sungai sebagai porosnya, rumah-rumah
dibangun dengan posisi menghadap ke sungai, Penataan pemukiman di bantaran
sungai sangat mempertahankan pola massa bangunan seperti yang ada karena
kurangnya keterbatasan lahan, Keterbatasan ketersediaan lahan yang dimiliki
membuat penduduk membangun rumah dengan membentuk konsep tipologi
permukiman tersebut. Selain itu hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya Banjir
saat curah hujan tinggi, hal ini berkaitan dengan aktivitas manusia yang
diantaranya perubahan tata guna lahan, dan pembangunan pemukiman yang
berdampak pada kepadatan penduduk, dan jaringan drainase yang buruk.
4.3 Analisis Hidrologi
Tabel 4. 1
Stasiun BMKG
No Stasiun X Y Curah Hujan
1 Pos Meteorologi Penggung 108.539 -6.7553 8.648
2 Stasiun Meteorologi Kertajati 108.263 -6.7344 8.424
3 Stasiun Geofisika Bandung 107.5973 -6.88356 6.311
4 Stasiun Meteorologi Sangkapura 112.6578 -5.8511 7.239
5 Stasiun Meteorologi Tuban 111.9918 -6.8229 4.823
6 Stasiun Meteorologi Ahmad Yani 110.3778 -6.97683 6.176
7 Stasiun Meteorologi Maritim Tegal 109.121 -6.86817 6.098
8 Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok 106.8805 -6.10781 4.688
9 Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung 109.0149 -7.7189 12.364
18
2018 ( 20 tahun ) yang diperoleh dari stasiun pengukuran hujan di sembilan lokasi,
yaitu:
a. Pos Meteorologi Penggung
b. Stasiun Meteorologi Kertajati
c. Stasiun Geofisika Bandung
d. Stasiun Meteorologi Sangkapura
e. Stasiun Meteorologi Tuban
f. Stasiun Meteorologi Ahmad Yani
g. Stasiun Meteorologi Maritim Tegal
h. Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok
i. Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung
4.3 Analisis Curah Hujan Maksimum Bulanan rata-rata Daerah dan Daerah
Rawan Banjir
19
Gambar 4. 5 Peta Isohyet Kabupaten Cirebon
Banjir adalah kejadian alam di mana suatu daerah atau daratan yang biasanya
kering tiba-tiba menjadi terendam air. Secara sederhana, banjir dapat diartikan
sebagai luapan air dalam jumlah besar ke lahan yang biasanya kering, adapun salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya banjir adalah curah hujan yang tinggi,
Curah hujan yang tinggi sangat berpengaruh terhadap potensi bencana banjir di
suatu wilayah. Curah hujan yang tinggi dapat memperluas zona risiko ke daerah
yang sebelumnya aman dari banjir, terutama wilayah bantaran sungai condong
yang ditandai oleh garis merah pada peta, dapat dilihat pada peta diatas,
Wilayah tempat studi penelitian dilaksanakan yaitu daerang sungai condong
yang terletak di kecamatan gunung jati kabupaten cirebon yang ditadandai dengan
warna biru gelap adalah wilayah dengan intensitas curah hujan tinggi, hal inilah
yang menyebabkan wilayah tersebut rawan terjadinya banjir, berbanding terbalik
dengan wilayah pinggiran kabupaten cirebon, pada peta tersebut daerah pinggiran
kota cirebon ditandai dengan warna biru terang, hal tersebut berarti daerah tersebut
memiliki intensitas hujan yang rendah
20
4.4 Analisis Peta Jenis Tanah Dan daya serap tanah terhadap air
21
berbeda, salah satunya pada wilayah penelitaian yang dikaji yaitu daerah
kecamatan Gunung Jati yang ditandai dengan warna merah, warna merah
tersebut dapat diartikan jenis tanah tersebut buruk dalam menyerap air, hal ini
tidak terlepas dari berubahnya pola penggunaan lahan pada wilayah kecamatan
gunung yang mana pada wilayah tersebut padat pemukiman atau penduduk.
Saat curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan kecamatan Gunung Jati
dengan buruknya sistem drainase dan daya serap air yang rendah hal ini akan
menyebabkan air terus mengalir ke sungai condong, hal ini dapat menyebabkan
sungai condong meluap dan menyebabkan banjir.
4.5 Pola Hidup Masyarakat
Kebudayaan merupakan strategi kehidupan. Pada hakekatnya manusia tidak
hanya sekadar makhluk alami tetapi lebih‐lebih sebagai makhluk budaya. Manusia
sebenarnya membentuk kebudayaan dan dibentuk oleh kebudayaan. Dalam
realitas modern harus diakui bahwa terdapat benturan‐benturan antaran nilai‐nilai
modern dan nilai‐nilai tradisional. Warga kota yang berdiam di wilayah pinggiran
acapkali membentuk sebuah cara hidup dan pola pandang tertentu. Kecamatan
Gunung jati yang dilalui oleh Sungai Condong menyimpan persoalan pelik salah
satunya adalah banjir. Berbagai upaya dilakukan namun dari tahun ketahun banjir
akibat luapan Sungai Condong tetap terjadi di musim penghujan dan kekeruhan air
yang parah di musim kemarau. Warga masyarakat penghuni bantaran Sungai
Condong dari masa ke masa senantiasa menyesuaikan diri dengan ritme sungai ini.
Bila musim hujan maka warga penghuni bantaran bersiap untuk menghadapi
bahaya banjir, Banjir di suatu daerah dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu,
peristiwa alam dan aktivitas manusia. Banjir akibat peristiwa alam disebabkan oleh
intensitas dan durasi curah hujan yang tinggi, topografi, kondisi tanah, tutupan
lahan, dan pendangkalan alam. Banjir yang disebabkan oleh aktivitas manusia
disebabkan oleh kepadatan penduduk, jaringan drainase yang buruk, dan banjir
juga dapat disebabkan oleh perubahan tata guna lahan, pembangunan pemukiman,
dan aktivitas lainnya di dataran Banjir yang terus menerus terjadi di Indonesia
disebabkan oleh empat faktor, yaitu curah hujan yang tinggi, berkurangnya daya
22
tahan DAS terhadap banjir, perkembangan alur sungai yang salah dan
pendangkalan sungai.
Faktor hujan merupakan faktor alam yang dapat menyebabkan banjir, namun
faktor ini tidak selalu menyebabkan banjir karena tergantung pada intensitasnya,
Air sungai yang meluap dan menggenangi wilayah daratan yang dialami
masyarakat di bantaran sungai Condong, Kecamatan condong apabila saat musim
hujan tiba dengan intensitas tinggi yang membuat volume air naik maka terjadilah
banjir sehingga warga sekitar yang terkena banjir harus dievakuasi. sedangkan
pada musim kemarau mereka bersiap untuk mencium bau busuk sungai,
Kekeringan yang terjadi di daerah ini membuat sungai mengalami surut sehingga
masyarakat kesulitan saat ingin menggunakan air sungai untuk keperluan aktivitas
sehari-hari, seperti kebutuhan MCK, memasak dan kebutuhan lainnya. Selain itu,
kurangnya sumber air akibat kekeringan sungai akan berdampak langsung
terhadap kesehatan manusia dan menyebabkan dehidrasi dan sangat berbahaya
bagi tubuh manusia. Dengan modal sosial yang kecil kelompok masyarakat ini
umumnya tidak mempunyai banyak pilihan. Mereka tidak sanggup berpindah
mencari tempat agar terhindar dari banjir. Mereka melihat banjir sebagai bencana,
yang diatasi dengan berbagai cara sambil tetap bertahan di rumahnya.
4.6 Dampak Banjir Terhadap Aktifitas Masyarakat Sekitar dan Cara
Penanggulangannya
Banjir sangat berpengaruh terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan
yang meningkat seiring dengan tingginya potensi bencana alam seperti banjir dan
tanah longsor. Banyaknya penyakit-penyakit menular Water-borne disease
(penyakit yang terbawa air) seperti, Diare, demam tipus, kolera,disentri,
leptospirosis, dan hepatitis A perlu diwaspadai terutama pada daerah-daerah yang
rawan banjir. terhadap nelayan adalah berkurangnya tangkapan ikan yang
dikarenakan kurangnya kandungan klorofil-a yang merupakan makanan ikan di
lautan. Dan dampaknya bagi petani, negatif dan positif, negatifnya adalah banjir
yang mengancam persawahan dan kebun.
23
Untuk menangulangi terjadinya banjir di Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten
Cirebon diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
Menjaga lingukungan sekitar
Yang utama adalah menjaga lingkungan sungai atau selokan, sungai
sebaiknya di pelihara dengan baik. Jangan membuang sampah ke selokan.
Sungai atau selokan jangan di jadikan tempat pembuangan sampah
Hindari membuat rumah di pinggiran sungai
Saat ini semakin banyak warga yang membangun rumah di pinggir sungai,
ada baiknya pinggiran sungai jangan di jadikan rumah penduduk karena
menyebabkan banjir dan tatanan masyarakat tidak teratur.
Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi
Pohon yang telah ditebang sebaiknya ada penggantinya. Menebang pohon
yang telah berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon yang baru. Hal
ini ditujukan untuk regenerasi hutan dengan tujuan hutan tidak menjadi
gundul.
Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi
Sering kali masyarakat indonesia membuang sampah sembarangan
terutama membuang sampah ke sungai, tentu hal ini akan memebrikan
dampak buruk di kemudian hari. Karena sampah yang menumpuk bisa
menyebabkan terjadinya banjir saat curah hujan sedang tinggi.
Pengelolahan sampah yang tepat bisa membantu mencegah banjir.
Rajin Membersihkan Saluran Air
Perbaikan dan pembersihan saluran air tentu harus ada. Di wilayah tertentu
bisa diadakan secara gotong royong. Penjagaan ini harus dilakukan secara
terus menerus dengan waktu berkala. Hal ini bertujuan agar terjadi hujan
deras, air tidak akan tersumbat dan mampu mencegah terjadinya banjir.
24
4.7 Analisis Peta DAS dan Pola Pengaliran Sungai Kecamatan Gunung Jati
25
Daerah Aliran Sungai (DAS) Condong adalah salah satu daerah aliran sungai yang
terletak di Gunung Jati Kabupaten Cirebon Jawa barat, dan melintasi 5 kecamatan yang
ada di cirebon. Sungai condong meluap dan menggenangi 5 kecamatan yang ada di
Cirebon, penyebabnya adalah karena sungai ini tidak dapat menampung debit banjir
yang ada dan banyaknya sedimentasi baik dihulu maupun di pertengahan sungai. Dari
peta diatas dapat diketahui jenis 2 jenis pola pengaliran sungai condong, yaitu dendritik
dan paralel. Pola aliran sungai dendritik menyerupai bentuk pohon beserta ranting-
rantingnya, terdapat induk sungai dengan anak-anak sungainya.
Anak-anak sungai yang mengalir bermuara ke sungai induk membentuk sudut
lancip dan ada pula yang membentuk sudut tumpul, sedangkan Pola aliran paralel. Pola
aliran yang anak sungainya saling sejajar atau hampir sejajar. Anak sungainya
bermuara ke sungai utama dengan sudut lancip, atau langsung bermuara ke laut, hal ini
berkaitan dengan wilayah kecamatan gunung jati yang terletak di daerah pesisir laut.
kedua pola tersebut akan mempengaruhi pola penggunaan lahan dan pola hidup
masyarakat yang tinggal didekat sungai condong.
26
4.8 Analisis Daerah Rawan Banjir Kecamatan Gunung Jati
27
penggunana lahan, curah hujan, lereng, dan ketinggian wilayah ditunjukkan pada
Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Sumber Data
Variabel Kerentanan Sumber data
Curah Hujan BMMKG
Lereng DEMNAS
Ketinggian DEMNAS
Penggunaan Lahan Citra landsat 8
Tabel 4. 3
Kelas Kerentanan Variabel Curah Hujan
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik secara permanen
maupun secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumber daya
buatan secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhannya baik secara kebendaan maupun spiritual ataupun dua-
duanya. Kelas kerentanan variabel penggunaan lahan ditunjukkan pada Tabel 4.4.
28
Tabel 4. 4
Kelas Kerentanan Variabel Penggunaan Lahan
Indikator Kelas Kerentanan
Lahan Terbangun Sangat Rawan
Sawah – Tanah Kosong Cukup Rawan
Hutan Aman
3. Lereng
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu
dengan bidang horisontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses
geologi atau karena dibuat oleh manusia.
Kelas Kerentanan Variabel Lereng
Tabel 4. 5
Kelas Kerentanan Variabel Lereng
Indikator Kelas Kerentanan
Lahan Terbangun Sangat Rawan
Sawah – Tanah Kosong Cukup Rawan
Hutan Aman
4. Ketinggian
Satuan dari ketinggian wilayah adalah mdpl (meter diatas permukaan laut)
singkatan ini merujuk posisi suatu daerah jika diukur dari permukaan laut, yang
diukur adalah posisi ketinggian.
29
a. Kelas Kerentanan Variabel Ketinggian
Tabel 4. 6
Kelas Kerentanan Variabel Ketinggian
Indikator Kelas Kerentanan
0 – 150 m Sangat Rawan
150 – 300 m Cukup Rawan
> 300 m Aman
30
Berdasarkan hasil penelitian tersebut wilayah kerentanan dapat dilihat bahwa di
Kabupaten Cirebon, wilayah yang sangat amat dari ancaman bencana banjir adalah
berada di wilayah bagian selatan yang ditandai dengan warna hijau , dan bagian
tengah cenderung cukup rawan dengan ditandai warna kuning, sementara wilayah
barat dan utara sangat rawan terjadi banjir hal ini ditandai dengan warna merah
pada peta. Persebaran wilayah tersebut didasarkan dari variabel-variabel tadi
dimana wilayahnya berada di kondisi topografi yang lebih bergelombang dan
berada di wilayah yang lebih tinggi dibandingkan di wilayah utara (pesisir laut).
Selanjutnya, variabel curah hujan dan penggunaan lahan juga cukup berpengaruh
dimana di wilayah tengah cenderung memiliki curah hujan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wilayah pinggir. Penggunaan lahan di wilayah barat laut,
tengah, dan selatan juga didominasi oleh penggunaan lahan berupa lahan
terbangun dan hutan. Berdasarkan data pada peta tersebut dapat dilihat bahwa
Kabupaten Cirebon sebagian besar wilayahnya masih berada pada kelas sangat
rawan terjadi banjir yang tersebar dibagian utara terutama pesisir laut.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Kecamatan
Gunung Jati pernah dilanda bencana Banjir diantaranya Desa yang terdapat pada
Tabel 4.8.
31
Tabel 4. 8 Daftar Desa Terdampak Bencana Banjir
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan Desa yang terkena bencana banjir ini
hampir di apit atau dikelilingi oleh sungai yanga ada di Kecamatan Gunung Jati.
Ketika debit air meluap dan intensitas hujan tinggi sehingga sungai sudah tidak
bisa menampung air lagi makan akan terjadilah bencana banjir disekitar sungai
tersebut.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat di ambil beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Penyebab utama terjadinya banjir di Cirebon adalah karena terlalu
dangkalnya saluran utama sungai. Terjadinya penyempitan di sungai akibat
dari sampah sehingga mengakibatkan limpasan air hujan ke daratan sekitar
ketika hujan sedang berlangsung cukup lama.sehingga perlu penanganan
serius dari pemerintah untuk masalah tersebut.
2. Pemerintah harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di kecamatan
gunung jati khususnya dan se-kabupaten cirebon umunya tentang kesadaran
dalam menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan
ke sungai agar sungai tidak meluap ketika terjadi hujan dengan intensitas
yang cukup tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis pengaruh curah hujan terhadap pengaliran sungai
condong dan dampaknya terhadap aktifitas masyarakat sekitar. Di Kabupaten
Cirebon dapat disarankan sebagai berikut :
1. Diperlukan analisis yang lebih mendalam mengenai kajian masalah pada
sungai condong agar ditemukan solusi pemecahan masalah banjir yang
terjadi, baik itu bersifat struktural maupun non – struktural.
2. Pemerintah harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di kecamatan
gunung jati khususnya dan se-kabupaten cirebon umunya tentang kesadaran
dalam menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan
ke sungai agar sungai tidak meluap ketika terjadi hujan dengan intensitas
yang cukup tinggi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Reni Dkk. 2017. Penanganan Banjir Dengan Kolam Retensi (Retarding
Basin) di Kelurahan Gandus Kota Palembang. Fakultas Teknik Universitas
Palembang, Palembang.
Ardiansyah, Novan. 2017. Analisis Perencanaan dan Penanggulangan Banjir Studi
Kasus Sungai Ciberes Kab. Cirebon. Fakultas Teknik Unswagati, Cirebon.
Asdak, 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Pres.
Yogyakarta.
Astuti, Andina Fuji. 2017. Analisis Penanggulangan Banjir Sungai Kanci. Fakultas
Teknik Unswagati, Cirebon.
Badan Standarisasi Nasional. 2010. Klasifikasi Penutup Lahan.
Setiawan, Didit. 2014. Analisis Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir Sungai
Pangkalan Kabupaten Indramayu. Fakultas Teknik Unswagati. Cirebon.
Siswoko. 2002. Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya. Jakarta: Himpunan
Ahli Teknik Hidraulika Indonesia (HATHI).
Rahayu, Harkunti P. 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: Promise
Indonesia.
Universitas Gajah Mada, repository. (2023, April 2). Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografi SV
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/100091#:~:text=Metode%20y
ang%20digunakan%20untuk%20analisis%20curah%20hujan%20menggunaka
n,QPE%20digunakan%20untuk%20analisis%20data%20curah%20hujan%20r
adar.
34