Anda di halaman 1dari 24

PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN RAWA SEKUNDER DI HUTAN

DESA BATU AMPAR KECAMATAN BATU AMPAR


KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2017-2023

PROPOSAL

RICKY GUNAWAN
NIM G1011201071

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
"Perubahan Tutupan Hutan Rawa Sekunder di Hutan Desa Batu Ampar Kecamatan Batu
Ampar Kabupaten Kubu Raya Tahun 2017-2023" dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
semua pihak yang telah memberi dukungan sehingga proposal penelitian ini dapat selesai.
Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Dr. Ir. Ganjar Oki Widhanarto, S.Hut, M.Sc, IPU selaku dosen pembimbing pertama dan
Ibu Dr. Ir. Farah Diba, S.Hut, M.Si, IPU selaku Dekan Fakultas Kehutanan Universitas
Tanjungpura dan dosen pembimbing kedua, Bapak Dr. Slamet Rifanjani, S.Hut. M.P
selaku Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, orangtua yang telah
memberi doa, dorongan dan semangat selama penyusunan proposal penelitian ini, teman-
teman seperjuangan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga proposal ini bermanfaat.

Pontianak, 28 November 2023

Ricky Gunawan

i
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. iii
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
Latar Belakang ...................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 8
Perhutanan Sosial .................................................................................................. 8
Hutan Desa ............................................................................................................ 9
Tutupan Hutan ...................................................................................................... 9
Perubahan Tutupan Hutan .................................................................................... 11
Analisis Perubahan Tutupan Hutan ...................................................................... 12
Klasifikasi Citra .................................................................................................... 12
Landsat 8 OLI/TIRS ............................................................................................. 12
METODE PENELITIAN .......................................................................................... 15
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 15
Alat dan Bahan Penelitian..................................................................................... 15
Objek Penelitian .................................................................................................... 15
Jenis dan Sumber Data .......................................................................................... 15
Teknik Pengumpulan Data.................................................................................... 16
Prosedur Penelitian ............................................................................................... 16
Analisis Data ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21
LAMPIRAN .............................................................................................................. 23

ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Speksifikasi Sensor Landsat 8 OLI dan TIRS ............................................ 13
Tabel 2. Penggunaan Kombinasi Band Untuk Studi Citra Landsat 8 ....................... 17
Tabel 3. Klasifikasi Tutupan Lahan Juknis 1/PSDH/PLA.1/7/2020 ......................... 18
Tabel 4. Matriks Kesalahan (Confusion Matrix) ...................................................... 19

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Alir ............................................................................................ 14

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian . ......................................................................... 23

iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya
yang satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Fungsi hutan sangat penting untuk
kehidupan yang berkelanjutan, sehingga hutan perlu dijaga oleh semua masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan pasal 6 (2) bahwa
pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok, dua diantaranya yaitu hutan
lindung, dan hutan produksi. Hutan Lindung didefinisikan sebagai kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah. Hutan produksi adalah kawasan hidup yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Desa Batu Ampar merupakan desa dengan luas terbesar kedua setelah Desa
Tanjung Beringin yaitu seluas 674,27 Ha atau 27,7 % dari total luasan Kecamatan Batu
Ampar. Pada tahun 2022 jumlah penduduk di Desa Batu Ampar tercatat sebanyak 8.905
jiwa (24,67%) menjadikannya desa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan
Batu Ampar. Berbeda dengan tahun 2017, jumlah penduduk Desa Batu Ampar tercatat
sebanyak 8.079 jiwa (Kecamatan Batu Ampar Dalam Angka 2018). Rata-rata kenaikan
penduduk sebanyak 165 jiwa per tahun dari tahun 2017-2022. Meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan pembangunan wilayah terutama di Desa Batu Ampar,
mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk keperluan permukiman dan aktifitas
perekonomian masyarakat semakin meningkat.
Perubahan tutupan lahan, baik yang disebabkan oleh aktivitas manusia maupun
perubahaan alam, dianggap salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan,
keanekaragaaman hayati dalam menunjang kehidupan di suatu daerah (Darkono, 2006
dalam Edwin et al., 2022). Proses pengkajian perubahan penggunaan lahan dan
mengetahui sejauh mana tingkat perubahan tersebut, perlu adanya sebuah pemetaan. Kini
dengan berkembangnya teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis
dapat dimanfaatkan untuk membantu memudahkan dan lebih cepat menganalisis daerah
yang luas bahkan kurun waktu yang cukup lama (Syarah, S. 2017). Klasifikasi dan
pemetaan lahan yang meliputi tutupan dan penggunaannya dapat dihasilkan dengan

4
menggunakan teknik dan perangkat bantu SIG dan data citra penginderaan jauh
(Ramanamurthy & Victorbabu, 2021). Penggunaan teknologi penginderaan jauh
merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penutupan
lahan.
Menurut Aklile (2014), perubahan penggunaan lahan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pemenuhan kebutuhan manusia, faktor lingkungan dan bencana
alam. Perubahan penggunaan lahan memiliki dampak yang menguntungkan dan
merugikan. Untuk menganalisis perubahan tutupan lahan, informasi berupa peta dapat
diperoleh melalui teknik penginderaan jauh yang telah lama menjadi sarana yang penting
dan efektif dalam pemantauan tutupan lahan dengan kemampuannya menyediakan
informasi mengenai keragaman spasial di permukaan bumi dengan cepat, luas, tepat, serta
mudah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat melakukan tekanan terhadap
kawasan hutan untuk dijadikan sebagai kawasan produksi masyarakat dan aktifitas sosial
ekonomi. Kegiatan pembangunan seperti infrastruktur jalan, pemukiman, gedung
perkantoran dan berbagai prasarana lainnya membutuhkan lahan sebagai wadah
terbangun (Prasetyo et al., 2020). Salah satu upaya pemerintah agar kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan meningkat dan pemanfaatan hutan dapat berjalan dengan
efektif yaitu perhutanan sosial. Dalam naskah PERMEN-LHK Nomor 9 Tahun 2021
Tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa Perhutanan
Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan
negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh Masyarakat Setempat atau
Masyarakat Hukum Adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya,
keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan
Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan kemitraan kehutanan.
Salah satu bentuk skema perhutanan sosial adalah hutan desa. Pemberian
persetujuan untuk mengelola hutan desa diberikan oleh pemerintah kepada lembaga desa
untuk mengelola dan memanfaatkan hutan desa dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hak Pengelolaan Hutan Desa Batu Ampar ditetapkan pada
SK.515/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/2/2017 tanggal 14 Februari 2017 dan diberikan
kepada Lembaga Pengelola Hutan Desa Batu Ampar seluas ± 33.140 ha pada kawasan
Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas. Areal Kerja Hutan Desa Batu Ampar juga

5
telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor SK.562/Menhut/Setjen/PSL.0/7/2016 tanggal 20 Juli 2016 seluas
±33.140 Ha terdiri dari ± 31.550 Ha pada kawasan Hutan Lindung dan seluas ± 1.590 Ha
pada kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya
Kalimantan Barat.
Hutan Desa Batu Ampar dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD)
Batu Ampar. LPHD Batu Ampar dibentuk pada tahun 2014 dan diperbaharui kembali
kepengurusannya pada bulan Januari 2017, sebelum terbitnya SK.515/MENLHK-
PSKL/PKPS/PSL.0/2/2017 tentang pemberian Hak Pengelolaan Hutan Desa Batu
Ampar. Hutan Desa Batu Ampar memiliki tiga jenis tutupan vegetasi yaitu hutan lahan
mangrove sekunder dengan luas ± 25.009 ha, hutan rawa sekunder ± 4.849 ha, dan hutan
lahan kering sekunder ± 537 ha.
Hutan Rawa Sekunder di Hutan Desa Batu Ampar berdasarkan tujuan
pengelolaannya terdiri dari Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas. Seperti yang
kita tahu, hutan lindung berperan sangat penting sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan dengan berbagai macam fungsinya. Hutan Produksi merupakan kawasan hidup
yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (UU. No. 41 Tahun 1999).
Hutan produksi terbatas juga diambil kayunya tanpa mengganggu ekosistem hutan
tersebut. Salah satu manfaat dari hutan produksi yaitu lahan pembangunan kawasan serta
pemanfaatan hasil hutan, berupa kayu dan non kayu yang dapat diperjual belikan akan
meningkatkan kualitas pasar. Selain itu juga akan menjadi potensi lapangan kerja yang
tepat untuk masyarakat. Berdasarkan beberapa manfaat yang dihasilkan oleh Hutan Desa
Batu Ampar khususnya Hutan Rawa Sekunder, serta belum adanya kajian khusus yang
membahas perubahan tutupan hutan pra dan pasca terbentuknya LPHD dan SK Hutan
Desa yang berlaku membuat penelitian ini penting untuk dilakukan.
Rumusan Masalah
Lembaga Pengelola Hutan Desa Batu Ampar (LPHD) dibentuk pada tahun 2014
dan diperbarui kembali kepengurusannya pada bulan Januari 2017dan diterbitkannya SK
515 tentang pemberian hak pengelolaan Hutan Desa Batu Ampar yang ditetapkan pada
tanggal 14 Februari 2017. Dengan fungsi kawasan sebagai hutan lindung dan hutan
produksi terbatas membuat hutan rawa sekunder desa Batu Ampar rentan akan kerusakan
dan pemanfaatan yang diluar pantauan sehingga peran LPHD sangat dibutuhkan karena

6
salah satu tugasnya adalah untuk melakukan perlindungan dan pengamanan areal kerja
hutan desa. Maka dari itu, masalah yang akan di teliti adalah seberapa besar perubahan
tutupan hutan rawa sekunder di Hutan Desa Batu Ampar tahun 2017-2023.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini yaitu mengkaji perubahan tutupan Hutan Rawa Sekunder di Hutan Desa
Batu Ampar tahun 2017-2023. Sedangkan manfaat dari penelitian ini ialah memberi
informasi berupa peta mengenai perubahan tutupan Hutan Rawa Sekunder di Hutan Desa
Batu Ampar kepada pihak–pihak yang membutuhkan sehingga dapat digunakan sebagai
informasi atau masukan dalam kegiatan pengelolaan Hutan Desa Batu Ampar, khususnya
kawasan hutan rawa sekunder di Desa Batu Ampar Kecamatan Batu Ampar Kabupaten
Kubu Raya.

7
TINJAUAN PUSTAKA
Perhutanan Sosial
Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan
dalam kawasan hutan negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh
Masyarakat Setempat atau Masyarakat Hukum Adat sebagai pelaku utama untuk
meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya
dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat
dan kemitraan kehutanan (Permen LHK No. 9 tahun 2021). Agar kesejahteraan
masyarakat dan kelestarian lingkungan meningkat, pemerintah memberikan persetujuan
kepada lembaga desa untuk mengelola dan/atau memanfaatkan hutan desa. Pemanfaatan
hutan melalui pengelolaan perhutanan sosial di dalam kawasan hutan negara atau hutan
hak/hutan adat dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat dan dinamika sosial budaya, serta mempertahankan keseimbangan lingkungan,
salah satunya dalam bentuk Hutan Desa (HD).
Toha M. et al., (2023) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat
sekitar kawasan hutan di Kota Tarakan yang masuk ke dalam program perhutanan sosial.
Sebesar 70,97% masuk kategori belum sejahtera dan 29,03% masuk kategori sejahtera.
Strategi prioritas yang dapat dilakukan salah satunya yaitu menyusun program
pengembangan usaha berdasarkan kelestarian. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi
lembaga desa dalam menyusun dan melaksanakan program ketika diberi hak untuk
mengelola hutan. Program perhutanan sosial yang berguna pada kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat untuk dapat
hidup dengan baik melalui pemanfaatan potensi sumberdaya hutan berbasis lokal yang
dimiliki oleh masyarakat. (Kamaluddin, A. K., & Tamrin, M. 2019). Masyarakat desa
yang berada di sekitar/dalam kawasan hutan mempunyai ketergantungan terhadap
keberadaan kawasan hutan dan memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian hutan.
Dengan mengelola hutan desa, masyarakat akan mendapatkan manfaat salah satunya
menciptakan lapangan usaha baru. Pengelolaan hutan desa harus dilakukan dengan baik
dan harus banyak strategi yang dibuat agar masyarakat di sekitar hutan dapat merasakan
manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

8
Hutan Desa
Hutan Desa yang selanjutnya disingkat HD adalah kawasan hutan pada kawasan
hutan lindung dan/atau hutan produksi yang belum dibebani izin, yang diberikan kepada
lembaga desa untuk dikelola dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, demi
terwujudnya masyarakat sejahtera dan hutan lestari. Persetujuan pengelolaan hutan desa
diberikan kepada lembaga desa yang harus memenuhi ketentuan yaitu adanya
kepengurusan lembaga desa dan penerima manfaat hutan desa. Lembaga desa yang
dimaksud adalah warga desa yang memiliki ketergantungan terhadap kawasan hutan dan
perseorangan yang memiliki kompetensi di bidang kehutanan serta pelopor lokal yang
memiliki kepedulian terhadap kelestarian hutan. Sedangkan penerima manfaat hutan desa
terdiri atas penerima manfaat langusng dan penerima manfaat tidak langsung. Penerima
manfaat langsung merupakan penggarap atau pengelola areal kerja. Penerima manfaat
tidak langsung adalah masyarakat desa setempat yang bukan penggarap atau pengelola
hutan desa, namun secara tidak langsung mendaptkjan manfaat dari hasil kegiatan
pengeloaan hutan desa (Permen LHK No. 9 tahun 2021).
Areal yang dapat diberikan persetujuan pengelolaan Hutan Desa berupa kawasan
Hutan Lindung dan Hutan Produksi yang belum dibebani perizinan berusaha pemanfaatan
hutan, persetujuan penggunaan kawasan hutan, atau persetujuan pengelolaan perhutanan
sosial. Tidak hanya itu, kawasan tersebut harus berada di dalam PIAPS (Peta Indikatif
Areal Perhutanan Sosial) dengan luas ≤ 5.000 Ha. Persetujuan pengelolaan hutan desa
diberikan dalam bentuk Surat Keputusan Menteri LHK untuk jangka waktu 35 (tiga puluh
lima) tahun dan dapat diperpanjang.
Tutupan Hutan
Tutupan Hutan adalah penutupan lahan oleh vegetasi dengan komposisi dan
kerapatan tertentu, sehingga dapat tercipta fungsi hutan antara lain iklim mikro, tata air,
dan tempat hidup satwa sebagai satu ekosistem Hutan. Kondisi hutan dilihat dari
penutupan lahan ataupun vegetasi yang mengalami perubahan yang cepat dan dinamis
sesuai perkembangan pembangunan dan perjalanan waktu. Tutupan Lahan kawasan hutan
terdiri atas Hutan dan Non Hutan. Pada pasa 6 ayat 2 UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan
menyebutkan bahwa hutan berdasarkan fungsi pokoknya terdiri dari hutan konservasi,
hutan produksi, dan hutan lindung. Berdasarkan jenis tutupan nya, kawasan hutan terbagi
menjadi hutan Lahan kering, hutan mangrove, hutan rawa, savana dan lainnya. Pada
bagian non hutan terdapat Area penggunaan lain yang merupakan areal hutan yang

9
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan
Hutan dan Perairan Provinsi, atau berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
menjadi bukan kawasan hutan. Definisi tutupan lahan (land cover) ini sangat penting
karena penggunaannya yang kerap disamakan dengan istilah penggunaan lahan (land
use). Tutupan lahan dan penggunaan lahan memiliki beberapa perbedaan mendasar.
Menurut penjelasan, penggunaan lahan mengacu pada tujuan dari fungsi lahan, misalnya
tempat rekreasi, habitat satwa liar atau pertanian sedangkan tutupan lahan mengacu pada
kenampakan fisik permukaan bumi seperti badan air, bebatuan, lahan terbangun, dan lain-
lain (Syahbana, 2013).
Pengkelasan penutupan lahan juga memperhatikan standar yang telah disusun
oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia tentang klasifikasi penutupan lahan skala
kecil dan menengah. Standar ini disusun untuk memuat beberapa aspek penutupan
lahan yang bersifat berjenjang. Pendekatan konsep semacam ini guna memperinci kelas-
kelas yang selanjutnya dikelompokkan pada kelas utama. Terdapat dua kelas utama yakni
Area Dominan Vegetasi dan Area Dominan Non Vegetasi. Kelas Penutupan lahan pada
kategori Area Dominan Vegetasi diturunkan dari pendekatan konseptual struktur
fisiognomi yang konsisten dari bentuk tumbuhan, bentuk tutupan, tinggi tumbuhan dan
distribusi spasialnya. Area vegetasi sangat berguna dalam menjaga keseimbangan
lingkungan seperti menjaga struktur tanah, kesubuan lingkungan, daerah resapan air dan
lain-lain (Budiastuti, 2013).
Area Dominan Vegetasi memiliki dua sub kelas yakni Area vegetasi alami/semi
alami yang terdiri dari kelas penutupan Hutan dan vegetasi alami semi alami seperti Hutan
lahan Tinggi, Hutan lahan Rendah, Hutan Mangrove, Semak belukar dan lain-lain. Sub
kelas Area vegetasi dibudidayakan seperti Hutan Tanaman, Perkebunan/Pertanian,
Sawah, Padang Rumput, dan lain-lain. Sedangkan dalam kategori Area Dominan Non
Vegetasi pendekatan kelas adalah mengacu pada aspek permukaan tutupan, distribusi
atau kepadatan dan ketinggian atau kedalaman objek. Perlu dilakukan manajemen lahan
dengan baik untuk mengatur jenis penutupan lahan Non Vegetasi agar dapat menekan
terjadinya penurunan kualitas lahan (Asra et al., 2020).
Area Dominan Non Vegetasi memiliki dua sub kelas Area non vegetasi
alami/semi alami yang terdiri dari kelas penutup tubuh air alami/semi alami seperti
sungai, laut, rawa dan lain-lain. Kelas penutup lahan terbuka alami/semi alami seperti

10
hamparan lumpur, pasir pantai dan lain-lain. Selanjutnya ada sub kelas Area non vegetasi
diusahakan yang terdiri dari kelas penutup tubuh air buatan seperti waduk, tambak, kolam
air dan lain-lain. Lahan terbuka diusahakan keras seperti penggalian pasir, penimbunan
sampah, penambangan terbuka, jaringan rel dan lain-lain. Kelas bangunan seperti
pemukiman kota, pemukiman asosiasi pertanian, pelabuhan dan lain-lain (BSNI, 2014).
Perubahan Tutupan Hutan
Perubahan penutupan lahan adalah perubahan yang terjadi terhadap gambaran
obyek di permukaan bumi yang diperoleh dari sumber data terpilih dan dikelompokkan
ke dalam kelas-kelas penutupan yang sesuai dengan kebutuhannya. Peningkatan jumlah
penduduk selalu dikuti oleh peningkatan kebutuhan lahan. Ada dua perubahan tutupan
lahan di kawasan hutan yaitu Deforestasi dan Degradasi Hutan. Deforestasi merupakan
semua bentuk perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan yang
diakibatkan oleh kondisi alam dan atau pelaku deforestasi, baik secara legal atau ilegal
dalam kurun waktu tertentu yang bersifat sementara ataupun permanen. Dalam definisi
ini, deforestasi ditekankan sebagai kehilangan permanen tutupan hutan dalam jangka
panjang akibat pengaruh manusia yang berlanjut dan atau gangguan alam. Degradasi
Hutan merupakan penurunan kerapatan pohon dan/atau meningkatnya kerusakan
terhadap hutan yang menyebabkan hilangnya hasil-hasil hutan dan berbagai layanan
ekologi yang berasal dari hutan. Degradasi hutan juga bisa disebut juga proses perubahan
tutupan hutan primer menjad hutan sekunder. Perubahan penggunaan lahan dari lahan
terbuka (huhan, kebun atau tegalan) menjadi lahan untuk pemukiman menyebabkan
infiltrasi air permukaan berkurang, meningkatkan aliran permukaan, dan pengisian
kembali air tanah menjadi berkurang. Semakin banyak area terbangun di Daerah Aliran
Sungai (DAS) maka proses peresapan air permukaan menjadi air tanah akan terganggu,
tingginya debit sungai pada saat musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Perubahan lahan menjadi permasalahan kritis yang dapat dibahas dikarenakan
berbagai efek yang terjadi setelah perubahan penggunaan lahan tersebut. Perubahan
tersebut dirasa lebih banyak sisi negatif atau kerugian dan tidak memungkiri bahwa
keuntungan dari perubahan lahan tersebut mendatangkan keuntungan yang besar pula.
Penggunaan sistem informasi geografis (GIS) dapat membantu dalam menangani untuk
kemudian di analisis dampak-dampak dari perubahan lahan tersebut, serta dapat pula di
petakan dan dikelompokan berdasarkan keperluanya masing-masing. Perubahan atau
perkembangan penggunaan lahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam seperti

11
iklim, topografi tanah dan bencana alam, serta faktor manusia yang berupa aktivitas
manusia pada sebidang lahan (Fauzi et al., 2016).
Analisis Perubahan Tutupan Hutan
Citra hasil klasifikasi ditampilkan berdasarkan waktu perekaman citra untuk
menghasilkan tampilan areal perubahan Tutupan Hutan selama periode tahun 2017
sampai 2023. Analisis perubahan penutupan Hutan dilakukan dengan membandingkan
peta penutupan hutan tahun 2017 sampai 2023 dengan cara menumpangtindhkan ke peta
tersebut sehingga akan terlihat penutupan apa saja yang berubah selama kurun waktu
tersebut. Perubahan yang terjadi selama kurun waktu tersebut selanjutnya dibuat dalam
bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan dalam melihat perubahan penutupan lahan
yang terjadi (Nurry A, dan Anjasmara, I M. 2014).
Klasifikasi Citra
Klasifikasi citra adalah teknik yang digunakan untuk menampilkan pola penting
atau distribusi spasial untuk mempermudah interpretasi dan analisis citra sehingga dari
citra tersebut diperoleh dari proses klasifikasi multispektral citra satelit. Teknik
klasifikasi untuk citra penginderaan jauh secara umum dibedakan menjadi dua yaitu
klasifikasi visual dan klasifikasi digital. Klasifikasi visual dilakukan dengan interpretasi
dan delineasi citra secara langsung, sedangkan klasifikasi digital dilakukan dengan
metode supervised ataupun unsupervised (didasarkan pada nilai digital citra)
menggunakan perangkat lunak tertentu. Klasifikasi digital pada siatu citra adalah suatu
proses dimana piksel-piksel dengan karakteristik spektral yang sama diasumsikan sebagai
kelas yang sama, diidentifikasi dan ditetapkan dalam suatu warna (Gibson dan Power,
2000)
Landsat 8 OLI/TIRS
Landsat merupakan suatu hasil program sumberdaya bumi yang dikembangkan
oleh NASA (the National Aeronautical and Space Administration) Amerika Serikat pada
awal tahun 1970-an. Seri satelit landsat hingga saat ini sudah ada 8 (delapan) generasi,
dan yang terakhir adalah LDCM (Landsat Data Continuity Mission) yang orbit pada
Februari 2013. Pada tanggal 11 Februari 2013 PST di Atlas V401, Vandenberg air force
Base California NASA meluncurkan satelit baru generasi ke-8 dengan nama Landsat
Data Continuity Mission (LDCM). Satelit LDCM atau Landsat 8 ini dibekali dengan dua
sensor, yaitu OLI (Operational Land Imager) dengan 9 band (visible, NIR, SWIR)
beresolusi spasial masing-masing 30 meter kecuali band 8 pankromatik dengan resolusi

12
15 meter. Sensor yang kedua TIRS (Thermal Infrared Sensor) dengan dua band (TIR)
beresolusi spasial 100 m. Lebar liputan Landsat 8 mencapai 185 x 180 km dengan
ketinggian orbit 705 km. Citra Landsat 8 terpilih untuk rancangan ini karena memiliki
spasial dan resolusi spektral yang bagus disajikan oleh sensor ini.
Data landsat 8 yang dilepas untuk publik telah melalui proses penyesuaian dengan
menggunakan data sensor dan empiris untuk mengkoreksi kesalahan internalnya
sekaligus menggunakan data titik kontrol tanah (GCP) dan digital elevation model
(DEM). Jaelani (2016) menjelaskan bahwa dari data landsat 8 yang dimiliki, terdapat
informasi seputar GCP yang digunakan untuk koreksi geometric beserta RMSE nya, data
landsat 8 yang dilepas ke pubilk berupa L1 T (level-one terrain-corrected) yang telah
terbebas dari kesalahan akibat sensor, satelit dan bumi. Sehingga Landsat 8 tidak perlu
koreksi Geometrik lagi.
Tabel 1. speksifikasi sensor Lansat 8 OLI dan TIRS
Sensor Kanal Panjang Gelombang Resolusi
1 0.43-0.45 (Coastal Blue) 30 × 30
2 0.45-0.51 (Blue) 30 × 30
3 0.53-0.59 (Green) 30 × 30
4 0.64-0.67 (Red) 30 × 30
OLI 5 0.85 -0.88 (Near Infrared) 30 × 30
6 1.57-1.65 (SWIR-1) 30 × 30
7 2.11-2.29 (SWIR-2) 30 × 30
8 0.50-0.68 (Panchromatic) 15 × 15
9 1.36-1.38 (Cirrus) 30 × 30
10 10.60-11.19 (TIR-1) 100 × 100
TIRS
11 11.50-12.51 (TIR-2) 100 × 100
Sumber : Lillesand et. al 2015.

13
Kerangka Pikir
Tutupan Lahan Kawasan Lindung Desa Batu
Ampar

Citra satelit Landsat 8 Citra satelit Landsat 8 Citra satelit Landsat 8


OLI dan TIRS tahun 2017 OLI dan TIRS tahun 2020 OLI dan TIRS tahun 2023

Pre – Image Processing :


- Clip Area
- Komposit Band dan
Peta Fungsi Penajaman Citra - Peta Administrasi Desa Batu
Kawasan Ampar 2022
- Peta SK 733 Kalbar
- Peta Konsesi Hutan Desa
Batu Ampar
Interpretasi : klasifikasi tutupan lahan - Peta Rupa Bumi Indonesia
berdasarkan Petunjuk Teknis Penafsiran (RBI)
Citra Satelit Resolusi Sedang Nomor: - Peta Tipe Vegetasi Hutan
Juknis 1/PSDH/PLA.1/7/2020 Desa Batu Ampar

Peta tentatif tutupan lahan Hutan Peta tentatif tutupan lahan Hutan Peta tentatif tutupan lahan Hutan
Rawa Sekunder Desa Batu Ampar Rawa Sekunder Desa Batu Ampar Rawa Sekunder Desa Batu Ampar
tahun 2017 tahun 2020 tahun 2023

Ground Check

Uji Akurasi (>85% berhasil, dan <85% Reinterpretasi)

Peta Tutupan Lahan Hutan Rawa Peta Tutupan Lahan Hutan Rawa Peta Tutupan Lahan Hutan Rawa
Sekunder Desa Batu Ampar 2011 Sekunder Desa Batu Ampar 2017 Sekunder Desa Batu Ampar 2023

Overlay

- Analisis deskriptif kuantitatif


Peta Perubahan Tutupan Lahan Hutan Rawa - Analisis luas dan perubahan tutupan
Sekunder Desa Batu Ampar tahun 2017-2023 lahan tahun 2017-2023

Keterangan : Kesimpulan

Data Hasil

Proses
Gambar 1. Diagram Alir
14
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Hutan Rawa Sekunder yang terletak di
kawasan Hutan Desa Batu Ampar Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Waktu untuk kegiatan analisis data dilakukan selama kurang lebih 4
minggu dan waktu efektif di lapangan pada kegiatan Ground Check selama ± 2 Minggu.

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi laptop digunakan sebagai
media pengolahan data, ArcMap 10.8 digunakan sebagai aplikasi perangkat untuk
mengolah data spasial yang digunakan dalam penelitian, Microsoft Excel 2016 digunakan
sebagai aplikasi perangkat untuk mengolah data yang akan dihitung, GPS (global
positioning sistem) digunakan untuk menentukan titik lokasi Ground Check, kamera
digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, Petunjuk teknis Penafsiran
Citra Satelit Resolusi Sedang Nomor: Juknis 1/PSDH/PLA.1/7/2020.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Peta Shapefile (SHP) Batas
Desa Batu Ampar, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Desa Batu Ampar skala 1:50.000,
Peta Administrasi kecamatan Batu Ampar skala 1:50.000, Peta Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Kalimantan Barat SK. 733 Menhut Tahun 2014, dan Citra Satelit
Landsat 8 OLI/TIRS Desa Batu Ampar Path 121 Row 61 tahun 2017,
2020, dan tahun 2023.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perubahan tutupan hutan rawa sekunder dan kelas
tutupan hutan secara visual berdasarkan Petunjuk teknis Penafsiran Citra Satelit Resolusi
Sedang. Nomor: Juknis 1/PSDH/PLA.1/7/2020 pada kawasan Hutan Lindung Desa Batu
Ampar Kecamatan Batu Ampar.
Jenis dan Sumber Data
Data Utama
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tutupan hutan yang
diperoleh dari hasil interpretasi Citra Satelit Landsat 8 OLI/TIRS Hutan Desa Batu Ampar
Path 121 Row 61 tahun 2017, 2020 dan tahun 2023 yang diperoleh dari website U.S.
Geological Survey (USGS) yaitu http://www.usgs.govw/.
Data Pendukung

15
Data pendukung digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Shapefile (SHP)
Batas Desa Batu Ampar, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Desa Batu Ampar skala
1:50.000, Peta Administrasi Kecamatan Batu Ampar skala 1:50.000, dan Peta Kawasan
Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Barat SK. 733 Menhut Tahun 2014.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data utama dan data pendukung.
Pengumpulan data utama dimulai dengan mengunduh citra Landsat 8 OLI/TIRS tahun
2017, 2020, dan tahun 2023 yang diperoleh dari website U.S. Geological Survey (USGS)
yaitu http://www.sgs.gov/. Interpretasi peta secara visual diolah dengan menggunakan
metode penginderaan jauh, untuk melihat klasifikasi tutupan hutan berdasarkan Petunjuk
teknis Penafsiran Citra Satelit Resolusi Sedang Nomor: Juknis 1/PSDH/PLA.1/7/2020.
Validasi data dilakukan dengan Ground Check/survei lapangan. Pengambilan data
dilapangan menggunakan metode Purposive Sampling untuk menyesuaikan hasil
klasifikasi tutupan lahan dengan keadaan langsung di lapangan, serta informasi
perubahan penutupan lahan dengan teknik pengambilan data berupa dokumentasi dan
wawancara.
Pengumpulan data pendukung dapat diperoleh melalui studi literatur dari buku-
buku, penelitian-penelitian, wawancara, dan browsing internet untuk mendapatkan
informasi yang bersangkutan dengan penelitian ini.
Prosedur Penelitian
Tahapan yang dilakukan, dimulai dengan mengunduh citra Landsat 8 OLI/TIRS
Desa Batu Ampar tahun 2017, 2020, dan tahun 2023 yang diperoleh dari website U.S.
Geological Survey (USGS). Proses interpretasi citra tutupan hutan rawa sekunder di
Hutan Desa Batu Ampar tahun 2017, 2020 dan tahun 2023, dilakukan dengan pre image
processing (mempertajam tampilan citra) dengan menentukan kombinasi band yang tepat
dan image processing classification. Pre image processing, yaitu dimulai dengan
pemotong citra (cropping) sesuai dengan batas wilayah penelitian menggunakan acuan
peta fungsi kawasan Desa Batu Ampar dan peta batas administrasi, dan peta tipe vegetasi
sehingga pengolahan data citra lebih efisien pada lokasi penelitian. Kemudian dilakukan
penggabungan band (kombinasi band) pada citra Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2017, 2020
dan tahun 2023 untuk memudahkan mengidentifikasi warna dan penutupan
penggunaan lahan pada wilayah penelitian. Kombinasi band yang digunakan pada

16
penelitian ini menggunakan kombinasi band kombinasi komposit band 6,5,4 (Vegetation
Analysis), yaitu red 6, green 5, dan blue 4 untuk mendapatkan hasil citra multispektral.
Proses ini dilakukan menggunakan Software ArcGIS (Kusumaningtyas, 2019). Hasil citra
tersebut kemudian dilakukan penajaman Citra Landsat 8 saluran band 8 (pankromatik)
untuk memperoleh citra yang lebih fokus dan lebih mudah di olah.
Tabel 2. Penggunaan Kombinasi Band Untuk Studi Citra Landsat 8
Aplycation Study Combination Band
Natural Color 432
False Color (Urban) 764
Color Infrared (Vegetation) 543
Agriculture 652
Atmospheric Penetration 765
Healty Vegetation 562
Land/Water 564
Natural With Atmospheric Removal 753
Shortwave Infrared 754
Vegetation Analysis 654
Sumber : United States Geological Survey (USGS)
Image processing classification, yaitu mengklasifikasikan kelas tutupan lahan
secara visual berdasarkan Petunjuk teknis Penafsiran Citra Satelit Resolusi Sedang.
Nomor: Juknis 1/PSDH/PLA.1/7/2020, seperti hutan primer, hutan sekunder, kebun karet
campuran, tanah terbuka, pemukiman, dan lain sebagainya. Klasifikasi citra dapat dilihat
pada tabel 2. Setelah itu didapatlah peta tentatif tutupan hutan rawa sekunder di Hutan
Desa Batu Ampar Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya tahun 2017, 2020,
dan tahun 2023.

17
Tabel 3. Klasifikasi Tutupan Lahan Juknis 1/PSDH/PLA.1/7/2020
No Kode Toponimi Keterangan
1 2001 Hp Hutan Lahan Kering Primer
2 2002 Hs Hutan Lahan Kering Sekunder
3 2004 Hmp Hutan Mangrove Primer
4 2005 Hrp Hutan Rawa Primer
5 20041 Hms Hutan Mangrove Sekunder
6 20051 Hrs Hutan Rawa Sekunder
7 2006 Ht Hutan Tanaman
8 2007 B Belukar
9 2010 Pk Perkebunan
10 2012 Pm Permukiman
11 2014 T Lahan Terbuka
12 2500 Aw Awan
13 3000 S Savana
14 5001 A Badan Air
15 20071 Br Belukar Rawa
16 20091 Pt Pertanian Lahan Kering
17 20092 Pe Pertanian Lahan Kering Campuran
18 20093 Sw Sawah
19 20094 Tm Tambak
20 20121 Bdr Bandara/Pelabuhan
21 20122 Tr Transmigrasi
22 20141 Pb Pertambangan
23 50011 Rw Rawa
Sumber : Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK (2020)
Pengambilan data dilapangan/Ground Check menggunakan metode Purposive
Sampling, yaitu dengan sengaja memilih area sampling berdasarkan interpretasi tempat
yang dirasa kurang yakin dan yang mengalami perubahan tutupan lahan, sesuai
pertimbangan aksesibilitas dengan masing-masing perwakilan kelas tutupan lahan yang
didapatkan. Data yang diambil berupa dokumentasi dan titik GPS, serta wawancara

18
dengan beberapa informan di lokasi penelitian untuk mengetahui informasi perubahan
penutupan lahan, apakah pernah terjadi perubahan dan apa penyebabnya.
Uji akurasi klasifikasi citra dapat dilakukan dengan membandingkan citra hasil
klasifikasi dengan data di lapangan. Perhitungan akurasi merupakan tahap yang
menentukan apakah hasil klasifikasi citra sesuai dengan kondisi di lapangan atau tidak.
Apabila tingkat akurasi 85% atau lebih maka akurasi berhasil, tetapi bila tingkat akurasi
< 85% maka akan dilakukan reinterpretasi. Keakuratan hasil dinyatakan dengan nilai
presentase keakuratan dimana jumlah benar dibagi jumlah total dikalikan seratus persen
atau menggunakan matriks kesalahan (confusion matrix), sebagai berikut:
Tabel 4. Matriks Kesalahan (confusion matrix)

Procedur’s
Data Disklasifikasi ke Kelas (Data Kelas di Peta) Total
Accuracy
Acuan Baris Xk+
A B C D Xkk/Xk+

A Xii - - -
B - - - -
C - - - -
D - - Xkk - -
Total
- - - - N -
Kolom
User’
- - - - - -
Accuracy
Sumber : Sutanto (1986)
Setelah uji akurasi maka didapatlah peta tutupan Hutan Rawa Sekunder di Hutan
Desa Batu Ampar Kecamatan Batu Ampar tahun 2017, 2020 dan 2023. ketiga peta
tutupan lahan tersebut di overlay, dan jadilah peta Perubahan Tutupan Hutan Rawa
Sekunder di Hutan Desa Batu Ampar Kecamatan Batu Ampar tahun 2017-2023.
Analisis Data
Analisis perubahan tutupan lahan dilakukan dengan membandingkan luas tutupan
hutan tahun tahun 2017 dengan 2020 dan tahun 2020 dengan tahun 2023. Untuk
membandingkan luas perubahan tutupan lahan, maka akan dilakukan dengan cara
menumpangtindihkan (overlay) citra hasil klasifikasi pada tiap waktu. Data perubahan
tutupan lahan diperoleh dari overlay pada citra satelit landsat kawasan Hutan Rawa

19
Sekunder di Hutan Desa Batu Ampar tahun 2017 sampai dengan 2023. Hasil klasifikasi,
digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada tutupan hutan
yang ada di kawasan Hutan Rawa Sekunder di Hutan Desa Batu Ampar tahun 2017
sampai dengan 2023. Bentuk dan perubahan luasan setiap tutupan hutan disajikan dalam
bentuk tabel sehingga mudah dibaca. Analisis perubahan tutupan hutan dilakukan secara
deskriptif kuantitatif berdasarkan angka luasan perubahannya dari hasil overlay.

20
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Nugratama, S., (2020). Estimasi Besaran Emisi Karbon Di Kabupaten Banyumas
(Studi Kasus Tahun 2005-2016). GEOGRAPHIA Jurnal Ilmiah Pendidikan
Geografi. 1(1), 32-45
Aklile, Y., & Beyene, F. (2014). Examining drivers of land use change among pastoralists
in Eastern Ethiopia. Journal of land use science, 9(4), 402-413.
Asra, R., Mappiasse, M. F., & Nurnawati, A. A. 2020, Penerapan Model CA-Markov
Untuk Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan Di Sub-DAS Bila Tahun 2036.
Jurnal Ilmu Pertanian. Sulawasi Selatan. 5(1). 1-10.
BSNI. 2014. Klasifikasi Penutupan Lahan Bagian 1: Skala kecil dan menengah (SNI
7645-1).
Budiastuti, S. (2013). Hidrologi Tapak Lahan: Perubahan Tutupan Lahan dan Tingkat
Resapan Air. Jurnal Fp Uns. 6. 15-26
Edwin, M., Latifah, S., Riyono, J. N., & Lestariningsih, S. P. Perubahan Tutupan Lahan
Di Kawasan Hutan Lindung Timahobe Di Desa Bumbun Kecamata Sadaniang
Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat Tahun 2014-2021. Jurnal hutan
lestari, 10(3), 729-741.
Fauzi, R. M., Nugroho J., & Herawatiningsih, R. 2016. Analisa Perubahan Penutupan
Lahan Pada Kawasan Hutan Lindung Gunung Naning Kabupaten Sekadau
Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari. Sekadau 4(4). 520-526.
Kamaluddin, A. K., & Tamrin, M. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi
Lokal Melalui Skema Perhutanan Sosial di Area KPH Ternate–Tidore. Techno:
Jurnal Penelitian, 8(2), 308-317.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2020. Petunjuk Teknis Penafsiran Citra
Satelit Resolusi Sedang Untuk Update Data Penutupan Lahan Nasional Nomor :
juknis 1/psdh/pla.1/7/2020
Lillesand, T., Kiefer, R. W., & Chipman, J. (2015). Remote sensing and image
interpretation. John Wiley & Sons
Nurry, A., & Anjasmara, I. M. (2014). Kajian Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran
Sungai Brantas Bagian Hilir Menggunakan Citra Satelit Multi Temporal (Studi
Kasus: Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo). Geoid, 10(1), 70-74.
Pemerintah Republik Indonesia, 1999. Undang Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun
1999 Tentang Kehutanan, Jakarta : Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999, No. 167
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
SK.515/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/2/2017 Jakarta : Sekretaris Negara
Republik Indonesia
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2021 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial
Prasetyo, W., Suripin, & Sangkawati, S. (2020). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Beringin. Orbith, 16(1), 10–15.
Ramanamurthy, B. V., & Victorbabu, N. (2021). Land Use Land Cover (LULC)
classification with wasteland demarcation using remote sensing and GIS
techniques. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 1025(1).
https://doi.org/10.1088/1757- 899X/1025/1/01203
Susanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

21
Syahbana, M. I., 2013. Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Dengan Metode Object
Based Image Analysis. Jurnal Teknik Geodesi dan Geomatika. Institut Teknologi
Bandung: Bandunguh 10(1). 29-24.
Syarah, S. (2017). Pemanfaatan sistem informasi geografis dalam mengkaji perubahan
penggunaan lahan di kecamatan Sawangan Depok tahun 2000-2015 (Bachelor's
thesis, Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan).
Toha, M., Wihadanto, A., & Nurhasanah, N. (2023). Dampak perhutanan sosial terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dalam mendukung kelestarian hutan di
kota Tarakan. ULIN: Jurnal Hutan Tropis, 7(2), 17-25.
USGS. 2019. Landsat 8 (L8) Data Users Handbook. United States of America (USA):
Department Of The Interior United States Geological Survey.

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

23

Anda mungkin juga menyukai