Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PJBL REKOGNISI

MBKM-DLT DESA JUJUN

AGROFORESTRI

“DEMPLOT AGROFOESTRI BERBASIS KEBUN JERUK DI


DESA JUJUN KABUPATEN KERINCI”

Dosen Pengampu :
Ir. Rike Puspitasari Tamin, S.Hut., M.Si,. I,PM
Dr. Ir. Hamzah.,M.Si., IPM

Penyusun :
Rifki Septian Abdul Aziz
NIM.D1D021035

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
karunia dan nikmat untuk dapat menikmati kehidupan yang fana ini. Shalawat dan
salam kita ucapkan pada Rasul yang menuntun kita ke jalan lurus sehingga kita
dapat menuai syafaat di dunia akhirat kelak.
Terlebih dahulu kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah rekognisi Agrofrestri Bapak Dr. Ir. Hamzah, M.si., I.PM dan Ibu Ir. Rike
Puspitasari Tamin, S.Hut., M.Si,. I,PM yang telah memberikan penugasan,
bimbingan serta ilmu kepada kami sehingga kami dapat terus belajar dan
mengembangkan ilmu kami. Melalui tugas PJBL rekognisi mata kuliah Silvikultur
Hutan Tanaman ini, kami berharap dapat menambah softskill dan pengetahuan
mahasiswa. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
rekognisi mata kuliah Agroforestri, untuk kemajuan kami berharap dapat diberikan
keritik dan saran yang membangun. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada para peneliti dan akademisi yang telah membagikan hasil penelitiannya
sehingga kami mendapatkan informasi untuk menulis makalah PJBL ini. Tidak
lupa kepada media berita yang memberikan akses informasi kepada publik sebagai
salah satu bahan materi pada makalah ini.

Kerinci, 26 Oktober 2023

PENULIS

Rifki Septian Abdul Aziz

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 3

2.1 Agroforestri ................................................................................................... 3

2.2 Pola Agroforestri ........................................................................................... 4

2.3 Sistem Agroforestri ....................................................................................... 5

BAB III ................................................................................................................... 7

METODE ................................................................................................................ 7

3.1 Lokasi dan Waktu .......................................................................................... 7

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7

3.3 Rencana Kerja .............................................................................................. 7

BAB III ................................................................................................................. 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 13

3.1 Hasil............................................................................................................. 13

3.2 Pembahasan ................................................................................................ 16

BAB IV ................................................................................................................. 18

ii
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 18

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18

4.2 Saran ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

LAMPIRAN 1 ....................................................................................................... 22

LAMPIRAN 2 ....................................................................................................... 23

LAMPIRAN 3 ....................................................................................................... 24

LAMPIRAN 4 ....................................................................................................... 25

LAMPIRAN 5 ....................................................................................................... 26

LAMPIRAN 6 ....................................................................................................... 27

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 1 Rencana Kerja ...................................................................................... 7

Tabel 3,1 1 Data Penanaman Jahe Merah ............................................................. 13


Tabel 3,1 2 Data Penanaman Kayu Manis ............................................................ 13
Tabel 3,1 3 Pengukuran Pertambahan Tinggi Bibit Kayu Manis ......................... 13
Tabel 3,1 4 Pengukuran Pertambahan Jumlah Daun kayu Manis ......................... 14
Tabel 3,1 5 Tabel Sebelum dan Sesudah Tanam .................................................. 14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 1 Sketsa Lahan Demplot Agroforestri 1 Jahe Merah ...................................15


Gambar 3.1 2 Sketsa Lahan Demplot Agroforestri 2 Kayu Manis ...................................15

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di banyak kepulauan Indonesia, hutan alam tak lagi memiliki peran penting
dalam perekonomian masyarakat pedesaan. Tetapi, peran sumber daya hutan dalam
kehidupan penduduk desa masih sangat dirasakan. Peran besar hutan di seluruh
kepulauan adalah sebagai pemasok spesies-spesies terutama tumbuhan yang
didomestikasi dan dimanfaatkan dalam pertanian. Spesies-spesies yang berasal dari
hutan melandasi perkembangan sistem usahatani agroforestri, yang selain
memberikan keuntungan komersil ternyata juga mampu menggantikan bentangan
hutan alam dan peranannya terhadap ekonomi pedesaan. Sumberdaya alam
memiliki peranan vital karena merupakan aset kunci dari kemajuan suatu negara
kondisi kualitas dan kuantitas sumberdaya tersebut akan menentukan
kelangsungkan hidup generasi yang akan datang. Salah satu permasalahan
kelestarian sumberdaya lahan di Indonesia adalah alih fungsi hutan menjadi lahan
pertanian atau perkebunan serta laju erosi dan laju degradasi lahan yang dapat
menurunkan produktifitas. Kebijakan pengendalian laju degradasi lahan
diupayakan melalui program agroforestri
Desa Jujun merupakan desa dengan luasan wilayah terbesar dari 32 desa
yang ada di Kecamatan Keliling Danau. Jumlah penduduk Desa Jujun per tahun
2019 sebanyak 789 jiwa dengan jumlah laki-laki 361 jiwa dan perempuan 428 jiwa.
Mayoritas masyarakat Desa Jujun sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani. Adapun beberapa potensi tanaman buah-buahan yang ada di Kecamatan
Keliling Danau yaitu: durian, jeruk, manggis, alpokat, pisang, mangga, rambutan,
belimbing dan duku. Dari beberapa potensi buah-buahan yang ada tersebut, jeruk
dan manggis merupakan potensi buah-buahan terbesar dengan luasan lahan
pengembangan sekitar 1.178-1.910 hektar. Sedangkan potensi tanaman perkebunan
di Kecamatan Keliling Danau didominasi olen kulit manis yang kemudian
dilanjutkan dengan jenis kapi robusta, karet, cengkeh, kelapa, dan kemiri (BPS,
2020). Namun yang paling mencolok di Desa Jujun banyak terdapat kebun jeruk,
hampir semua masyarakat memiliki kebun jeruk walaupun tidak begitu luas, untuk
itu kami Tim Mahasiwa Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

1
Jambi, Melakukan pelatihan dan pembuatan demplot agrofrestri berbasis lahan
jeruk melalui Program Pengabdian MBKM-DLT tahun 2023.

Agroforestri merupakan pemanfaatan lahan secara optimal dengan cara


mengkombinasikan aktifitas kehutanan dan pertanian ada suatu unit pengelolaan
lahan yang sama dengan memperhatikan aspek kondisi lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat (Mayrowani Henny & Ashari, 2011).
Pelaksanaan sitem agroforestry perlu mempertimbangkan beberapa hal salah
satunya adalah pengolahan lahan untuk memperluas dan menjaga kualitas tanah.
Menurut Suryani Erna (2012) sistem agroforestri berperan sebagai tindakan
konservasi tanah untuk menghindari dan mengatasi degradasi lahan dan
penggunaan lahan yang berkelanjutan melalui pembuatan penutupan tanah oleh
vegetasi agroforestry yang meindungi tanah dan erosi. Pengelolaan lahan dengan
sistem agroforestri tidak terlepas dari teknik budidaya yang dilakukan oleh petani
dalam memilih jenis tanaman, pegatur ruang tumbuh, dan pola tanam yeng
diterapkan sehingga tidak terjadi persaingan antar jenis tanaman kayu-kayuan dan
tanaman semusim (Tiusmasari et al, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari kegiatan ini adalah :

a) Apaitu Agroforestri?
b) Bagaimana pola Agroforestri?
c) Bagaimana sistim pada Agroforestri?
d) Bagaimana pertumbuhan tanaman yang ditanam?

1.3Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
a) memenuhi penugasan rekognisi mata kuliah Agroforestri
b) Mahasiswa mengetahui pola Agroforestri.
c) Mahasiswa memahami pola Agroforestri
d) Mahasiswa mengetahui sistim Agroforestri
e) Mahasiswa mengetahui perkembangan pertumbuhan tanaman yang
ditanam

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroforestri
Agroforestri adalah sistem usaha tani yang mengombinasikan antara berbagai
jenis tanaman, baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim (Winarni et al.,
2016). Menurut Hairiah et al (2003) agroforestri adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan
unsur tanaman dan pepohonan, sedangkan menurut pendapat Senoaji (2012)
mendefinisikan agroforestri sebagai suatu sistem pengelolaan lahan yang
merupakan kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan
dan atau peternakan dengan tanaman kehutanan.

Sistem agroforestri digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan


spesies pohon multiguna yang memberikan manfaat secara ekonomi, ekologi dan
sosial (Mardiana et al., 2017). Agroforestri memiliki dampak positif pada aspek
konservasi tanah diantaranya untuk mempertahankan produktivitas dan kesuburan
tanah (Fahruni, 2017). Menurut Kassa et al. (2017) tanah pada lahan agroforestri
memiliki kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah pada lahan
pertanian. Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa agroforestri secara
ekologi mampu memperbaiki kualitas lahan, karena dapat meningkatkan
kandungan komponen yang mudah terurai secara alami dalam bahan organik (Fitri
et al., 2018).

Menurut University of Missouri Center for Agroforestry (2015), agroforestri


merupakan peluang baru yang memberikan pertanian yang memperhatikan
kelestarian iklim secara cerdas, penataan lahan, habitat bagi satwa liar,
meningkatkan kualitas udara dan air, diversifikasi pendapatan dan meningkatkan
kesejahteraan petani. Klasifikasi agroforestri berdasarkan kombinasi komponen
pohon, tanaman, padang rumput/makanan ternak dan komponen lain yang
ditemukan dalam agroforestri (Sa’ad 2002), Agrosilvikultur: Campuran tanaman
dan pohon, dimana penggunaan lahan secara sadar untuk memproduksi hasil-hasil
pertanian dan kehutanan. Silvopastoral : Padang rumput/makanan ternak dan
pohon, pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil kayu dan sekaligus
memelihara ternak. Agrosilvopastoral: tanaman, padang rumput/makanan ternak

3
dan pohon, pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan
kehutanan secara bersamaan dan sekaligus memelihara hewan ternak. Sistem lain
yang meliputi, Silvofishery : pohon dan ikan, Apiculture : pohon dan lebah,
Sericulture: pohon dan ulat sutera.

2.2 Pola Agroforestri


Sistem yang digunakan agroforestri memiliki pola-pola tertentu dalam
mengombinasikan komponen tanaman penyusunnya satu ruang dan waktu. Pola ini
dibentuk agar tidak terjadi interaksi negatif antara komponen penyusun.

Interaksi negatif yang terjadi bisa berupa kompetisi yang tidak sehat dalam
memperebutkan unsur hara, cahaya matahari, air serta ruang tumbuh. Akibat dari
kompetisi tersebut adalah salah satu tanaman bisa tertekan bahkan mati karena
pengaruh tanaman lainnya. Tajuk pohon yang terlalu lebat menyebabkan cahaya
matahari tidak sampai ke strata dibawahnya yang merupakan tempat tumbuh
tanaman pertanian sehingga terjadi perebutan unsur hara (nutrisi) yang akhirnya
merugikan tanaman lainnya (Junaidi dan yonky, 2018).

Pola agroforestri dapat terbagi ke beberapa kategori yaitu sebagai berikut


(Naharuddin, 2018):

a. Pola agroforestri alternaterows yaitu model penanaman model agroforestri


yang menempatkan pohon dan tanaman pertanian secara berselang-seling.
Pola agroforestri ini mungkin dilakukan pada tanah yang relatif datar. Pola
baris 7 merupakan bentuk penyusunan pola tanam setiap satu baris tanaman
berkayu diselingi dengan tanaman pertanian secara bergantian. Model
penyusunan tanaman pada pola baris terlihat sistematis. Tanaman pertanian
yang ditanam adalah jagung dan ketela, beberapa ada yang menanam pisang
sebaris dengan tanaman berkayu. Tanaman berkayu yang ditanam adalah jenis-
jenis tanaman perkebunan, yaitu kakao ( Theobroma cacao L.) dan kemiri (
Aleurites moluccana L.).
b. Pola agroforestri alley cropping yaitu pola tanaman agroforestri yang
menempatkan pohon di pinggir kanan dan kiri tanaman pertanian. Larikan
pohon membujur ke timur/barat. Hal ini dimaksudkan agar tanaman
mendapatkan cahaya matahari penuh di pagi maupun sore hari. Pola alley

4
cropping sering disebut dengan bentuk lorong karena apabila dilihat dari ujung
lahan menyerupai lorong goa.
c. Pola agroforestri random mixture yaitu pola penanam acak, artinya antara
tanaman pertanian dan pohon ditanam tidak teratur. Pola acak ini terbentuk
karena tidak adanya perencanaan awal dalam menata letak tanaman.
Penempatan tanaman berkayu pada suatu lahan terlihat tidak sistematis.
Variasi pola campur adalah pada jenis penyusun, baik penyusun tanaman
kehutanan, maupun tanaman pertanian. Tanaman pertanian pada pola campur
ditanam pada sela-sela tanaman berkayu yaitu tanaman pisang (Musa
paradisiaca L.). Tanaman berkayu yang mendominasi penyusunan pola
campur adalah jenis-jenis tanaman kehutanan dan perkebunan, yaitu kemiri (
Aleurites moluccana (L.) Willd.), nyatoh ( Palaquium sp) dan aren ( Arenga
pinnata Merr.).
Pola agroforestri alternate rows , alley cropping , trees along border, random
mixture tersebut tidak terlepas dari pemikiran pemilik lahan dan tingkat
pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, desakan kebutuhan akan bahan pangan
menjadi pertimbangan mendasar terbentuknya sistem ini. Bagi masyarakat
subsistem, kebutuhan pangan didapat dari lahan pertanian yang dimilikinya.
Desakan kebutuhan ini mendorong terbentuknya ruang yang dibutuhkan untuk
tanaman pertanian lebih dominan daripada ruang yang dibutuhkan untuk
kehutanan.

2.3 Sistem Agroforestri


Pola tanam merupakan hal yang penting didalam pengelolaan hutan
agroforestri. Pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan dalam suatu areal
atau lahan hutan sangat penting karena kesalahan dalam memilih jenis dari segi
ekologi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan jenis terpilih di lapangan.
Selain itu persyaratan utama dalam pemilihan jenis adalah kecocokan antara
persyaratan ekologis jenis tanaman dengan sifat tempat tumbuhnya seperti
ketinggian tempat, iklim (suhu, curah hujan, toleransi jenis pohon terhadap sinar
matahari) dan sifat - sifat tanah.

Hairiah et al. (2003) berpendapat bahwa sistem usaha tani agroforestri


secara garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu :

5
a. Sistem agroforestri sederhana

Sistem agroforestri sederhana merupakan perpaduan satu jenis tanaman


tahunan dan satu atau beberapa jenis tanaman semusim. Jenis pohon yang ditanam
bisa bernilai ekonomi tinggi seperti kelapa, karet, cengkeh, jati dan atau pohon
yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra. Tanaman
semusim biasanya padi, jagung, palawija, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis
tanaman lain seperti pisang, kopi, coklat. Contoh pola tanamnya adalah budidaya
pagar (alley cropping) lamtoro dengan padi atau jagung, pohon kelapa ditanam
pada pematang mengelilingi sawah dan lain-lain.

b. Sistem agroforestri kompleks

Sistem agroforestri kompleks merupakan suatu sistem pertanian menetap yang


berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan dirawat oleh
penduduk setempat, dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai dengan yang
dijumpai di hutan. Sistem ini mencakup sejumlah besar komponen pepohonan,
perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di
dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam baik primer maupun sekunder.

Silvikultur merupakan rangkaian kegiatan berencana mengenai pengelolaan


hutan yang meliputi penebangan, peremajaan, dan pemeliharaan tegakan hutan
untuk menjamin kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainya.Teknik
silvikultur diterapkan untuk memperbaiki kuantitas (misal produksi m3 kayu) dan
kualitas (mendapatkan kayu yang lurus, bulat, panjang bebas cabang, bebas hama
penyakit dan lain lain) dari hutan yang ada. Teknik silvikultur juga mencakup
pengumpulan benih, persemaian, dan penanaman.

Menurut Indriyanto (2008), di dalam teknik sistem silvikultur ada dua aspek
penting yang perlu diperhatikan, pertama yaitu teknik penerapan sistem silvikultur
itu sendiri termasuk cara penebangan, cara regenerasi tegakan hutan dan
pemeliharaan tegakan hutan, kedua yaitu kerangka umum dari bagian pengelolaan
hutan, termasuk pembagian area dan daur penebangan.

6
BAB III

METODE

3.1 Lokasi dan Waktu


Kegiatan ini dilaksanakan di Kebun Pak Boddi dan Pak Ampera Yadi
yang terletak di Desa Jujun yang di laksanakan mulai 22 Agustus 2023 hingga 20
November 2023

3.2 Alat dan Bahan


a. 4 Cangkul.
b. 50 kg Bibit jahe merah.
c. 50 batang bibit Kayu manis.
d. 8 karung pupuk organik.
e. 5 kg Pupuk NPK 161616
f. Terpal
g. 250 ml Atonik
h. 4 gembor
i. 2 girigen besar.
j. Meteran ukur.

3.3 Rencana Kerja

Tabel 3.3 1 Rencana Kerja

N0 Nama Tujuan Sasaran Target Waktu PJ


Kegiatan Pelaksanaan
1 Pertemuan Silaturahmi, Kepala desa Mendapatkan 22 Agustus Anggota tim
kepala desa Berdiskusi, dan dan perangkat informasi 2023 demplot
dan perangkat menyampaikan desa tentang kondisi agroforestri
desa program kerja sosial
pengabdian tim masyarakat
demplot dan
agroforestri mendapatkan
informasi
lahan
masyarakat
2 Observasi Melihat kondisi Kebun Pak Mengetahui 23 Agustus Anggota tim
lahan milik lahan Boddi lokasi, kondisi 2023 demplot
Pak. Boddi geografis, agroforestri
(Kades Jujun) faktor fisik,
sumber air,

7
dan
mengetahui isi
vegetasi kebun
3 Diskusi lokasi Untuk 2 lahan milik Mendapatkan 12 September Anggota tim
lahan mendapatkan Pak Boddi lahan yang 2023 demplot
masyarakat lahan yang cocok sesuai untuk agroforestri
dan observasi untuk dijadikan lahan demplot
lahan lahan demplot agroforestri
masyarakat agroforestri
4 Observasi Untuk Lahan milik Mendapatkan 13 September Anggota tim
lahan mendapatkan Pak Zaskia lahan yang 2023 demplot
lahan yang cocok sesuai untuk agroforestri
untuk dijadikan lahan demplot
lahan demplot agroforestri
agroforestri
5 Survei Untuk melihat Pembibitan Mendapatkan 23 September Anggota tim
penbibitan kondisi bibit kayu Pak Idham bibit kayu 2023 demplot
kayu manis manis Kholidman manis yang agroforestri
baik
6 Sosialisasi Mengedukasi 10 warga Jujun Warga yang 30 September TIM Dosen
dan pelatihan masyarakat yang memiliki memiliki 2023 Pembimbing
demplot pemilik kebun kebun jeruk kebun Jeruk demplot
agroforestry jeruk mencari memahami dan agroforestri
berbasis warga yang mau
kebun jeruk bersedia lahannya menerapkan
dan dijadikan demplot konsep
kunjungan agroforestri agroforestri
lahan
7. Pengerjaan Pemancangan ajir, Lahan demplot Menyelesaikan 02 Oktober Anggota tim
lahan membuat lubang agroforestri pembuatan 2023 demplot
tanam, dan Pak Ampera lubang tanam agroforestri
pemberian pupuk Yadi kayu manis
dasar
8. Mencari Membeli pupuk Toko pupuk Mendapatkan 03 Oktober Anggota tim
Pupuk organik organic di pupuk organik 2023 demplot
Organik Desa Lolo agroforestri
Gedang
9. Pengerjaan Membuat bedeng Lahan demplot Membuat 5 03 Oktober Anggota tim
lahan jahe dan agroforestri bedeng jahe 2023 demplot
pemupukan lubang Pak Boddi dan dan pemberian agroforestri
tanam Pak Ampera pupuk organik
Yadi pada lubang
tanam
10. Pengerjaan Memberi pupuk Lahan demplot Menyelesaikan 04 Oktober Anggota tim
lahan organik pada agroforestri pemberian 2023 demplot
bedebg jahe, Pak Boddi dan pupuk 5 agroforestri
penanaman kayu Pak Ampera bedeng dan
manis. Yadi penanaman 25
bibit kayu

8
manis sisi
kanan lahan
11. Pengerjaan Melanjutkan Lahan demplot Menyelesaikan 05 Oktober Anggota tim
lahan penanaman bibit agroforestri penanaman 25 2023 demplot
kayu manis Pak Ampera bibit kayu agroforestri
Yadi manis sisi atas
lahan
12. Pengerjaan Angkut air, Lahan demplot Langsir air 08 Oktober Anggota tim
lahan penyiraman bibit agroforestri untuk 2023 demplot
kayu manis yang Pak Ampera menyiram 50 agroforestri
baru tanam Yadi batang bibit
kayu manis
13. Survei penjual Membeli bibit Penjual bibit Mendapatkan 10 Oktober Anggota tim
bibit buah durian buah Desa 12 batang bibit 2023 demplot
Pidung durian agroforestri
14. Survei bibit Membeli bibit jahe Petani Jahe di Mendapatkan 11-12 Perwakilan
jahe merah merah Desa Tamiai informasi Oktober 2023 anggota tim
penjual bibit demplot
jahe merah agroforestri
15. Pembelian Membeli bibit jahe Petani jahe di Mendapat bibit 13 Oktober Perwakilan
bibit jahe merah Desa Tamiai jahe kg ( stok 2023 anggota tim
merah tidak cukup) demplot
agroforestri
16 Pengerjaan Penanaman jahe Lahan demplot Menanam 5 kg 14 Oktiber Anggota tim
lahan merah (tahap 1), agroforestri jahe merah, 2023 demplot
pengangkutan air Pak Boddi, mengangkut 2 agroforestri
dan menyiram Pak Ampera girigen 30
bibit kayu manis Yadi, dan liter, menyiram
yang ditanam sungai jahe dan 50
karena tanah batang bibit
kering akibat kayu manis
kemarau
17. Pengerjaan Angkut air, Lahan demplot Langsir air 15 Oktober Anggota tim
lahan penyiraman jahe agroforestri untuk 2023 demplot
merah dan kayu Pak Boddi, dan menyiram 5 agroforestri
manis Pak Ampera bedeng jahe
Yadi yang di tanam
dan 50 batang
bibit kayu
manis
18. Evaluasi Mengevaluasi Tim Menyampaika 16 Oktober Kepala Desa
proker kegiatan proker agroforestri n 2023
perkembangan
proker
19. Pengerjaan Membuat plang Lahan demplot Membuat 5 16 Oktober Anggota tim
lahan nama bedeng jahe agroforestri plang nama 2023 demplot
merah Pak Boddi bedeng jahe agroforestri
merah

9
20. Pengerjaan Angkut air, Lahan demplot Langsir air 17 Oktober Anggota tim
lahan enyiraman jahe agroforestri untuk 2023 demplot
merah dan kayu Pak Boddi, dan menyiram 5 agroforestri
manis Pak Ampera bedeng jahe
Yadi dan 50 batang
bibit kayu
manis
21. Pengambilan Membeli bibit jahe Desa Sangaran Mengambil 45 20 Oktober Perwakilan
bibit jahe merah Agung kg bibit jah 2023 Anggota tim
merah merah demplot
agroforestri
22. Pengerjaan Angkut air, Lahan demplot Langsir air 22 Oktober Anggota tim
lahan menyiram jahe, agroforestri untuk 2023 demplot
penyemprotan Pak Boddi menyiram 5 agroforestri
atonik pada bibit bedeng jahe
jahe dan
penyemprotan
45 kg bibit
jahe merah
dengan atonik
sebelum tanam
23. Evaluasi Mengevaluasi Tim Menyampaika 23 Oktober Kepala Desa
proker kegiatan proker agroforestri n 2023
perkembangan
proker
24 Pengerjaan Pengambilan Lahan demplot Membeli 3 23 Oktober Anggota tim
lahan pupuk organik, agroforestri karung pupuk 2023 demplot
membuatan Pak Boddi organik, agroforestri
bedeng jahe membuat 10
susulan, bedeng,
pencampuran mencamprkan
pupuk organik, pupuk 10
dan penanaman bedeng, dan
jahe merah (tahap menanam 22,5
2) kg jahe merah
di 5 bedeng
25. Pengerjaan Penamnaman jahe Lahan demplot Menanam 22,5 25 Oktober Anggota tim
lahan merah lanjutan ( agroforestri kg bibit jahe 2023 demplot
tahap 3) Pak Boddi merah di 5 agroforestri
bedeng
26 Pengkuran melihat Lahan demplot Mengukur 5 26 Oktober Anggota tim
pertumbuhan pertumbuhan kayu agroforestri sampel kayu 2023 demplot
kayu manis manis Pak Ampera manis setiap agroforestri
Yadi anggota tim
agroforestri
27. Pengambilan Membeli bibit jahe Penjual bibit Membelli 12 26 Oktober Perwakilan
bibit durian buah Desa batang bibit 2023 Anggota tim
Pidung Pak durian umur 8 demplot
Nanang bulan agroforestri

10
28. Pengerjaan Angkut air dan, Lahan demplot Langsir 27 Oktober Anggota tim
lahan menyiram Jahe agroforestri air,untuk 2023 demplot
merah Pak Boddi menyiram 15 agroforestri
bedeng jahe
merah
29. Pengerjaan Mengangkut air Lahan demplot Langsir angkut 28 Oktober Anggota tim
lahan dan menyiram agroforestri air untuk 2023 demplot
Jahe merah Pak Boddi meyiram 15 agroforestri
beeng jahe
30. Pemberian Memberi bibit Warga yang Memberikan 28 Oktober Anggota tim
kenang duriaan memiliki bibit durian 2023 demplot
kenangan kebun jeruk kepada 6 agroforestri
bibit durian dan yang hadir warga, setiap
saat warga
penyuluhan mendapat 2
batang durian
31. Pengerjaan Pembuatan plang Lahan demplot Membuat dan 30 Oktober Anggota tim
lahan nama bedeng jahe agroforestri memasang 10 2023 demplot
susulan, Pak Boddi plang nama agroforestri
mengangkut air bedeng jahe
menyiram jahe merah, langsir
merah air untuk
menyiram 15
bedeng jahe
32. Pengerjaan Mengangkut air Lahan demplot langsir air 31 Oktober Anggota tim
lahan dan menyiram jahe agroforestri untuk 2023 demplot
merah Pak Boddi menyiram 15 agroforestri
bedeng jahe
33. Evaluasi Mengevaluasi Tim Menyampaika 01 November Kepala Desa
proker kegiatan proker agroforestri n 2023
perkembangan
proker
34. Pengerjaan Mengangkut air Lahan demplot langsir air 02 Noember Anggota tim
lahan dan menyiram jahe agroforestri untuk 2023 demplot
merah Pak Boddi menyiram 15 agroforestri
bedeng jahe
35. Pengkuran melihat Lahan demplot Mengukur 5 2 November Anggota tim
pertumbuhan pertumbuhan kayu agroforestri sampel kayu 2023 demplot
kayu manis manis Pak Ampera manis setiap agroforestri
Yadi anggota tim
agroforestri
36. Pengerjaan Mengangkut air Lahan demplot langsir air 03 November Anggota tim
lahan dan menyiram jahe agroforestri untuk 2023 demplot
merah Pak Boddi menyiram 15 agroforestri
bedeng jahe
37. Pengerjaan Mengangkut air Lahan demplot langsir air 04 November Anggota tim
lahan dan menyiram jahe agroforestri untuk 2023 demplot
merah Pak Boddi menyiram 15 agroforestri
bedeng jahe

11
38 Pengkuran melihat Lahan demplot Mengukur 5 09 November Anggota tim
pertumbuhan pertumbuhan kayu agroforestri sampel kayu 2023 demplot
kayu manis manis Pak Ampera manis setiap agroforestri
Yadi anggota tim
agroforestri
39. Pengerjaan Penyiangan dan Lahan demplot Pembersihan 10 Anggota tim
lahan pruning daun kayu agroforestri guma disekitar November demplot
manis Pak Ampera kayu manis, 2023 agroforestri
Yadi dan pruning
daun kayu
manis.
40. Peninjauan Melihat hasil Lahan demplot Melihat 15 11 Dosen
proker proker agroforestri bedeng jahe November Pembimbing
Pak Boddi dan merah dan 50 2023
Pak Ampera batang kayu
Yadi manis yang di
tanam
41. Pengerjaan Mengangkut air Lahan demplot langsir air 13 Anggota tim
lahan dan menyiram jahe agroforestri untuk November demplot
merah Pak Boddi menyiram 15 2023 agroforestri
bedeng jahe
42. Evaluasi Mengevaluasi Tim Menyampaika 20 November Kepala Desa
proker kegiatan proker agroforestri n 2023
terakhir perkembangan
proker

12
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 3,1 1 Data Penanaman Jahe Merah

No. Penanaman Tanggal Umur Perlakuan Pupuk Mulai


Bibit Dasar Tumbuh
1 1 14 Oktber Tua Tanpa Organik 37 hari
2023 baru perlakuan
2 2 23 Oktober Tua Atonik Organik 28 hari
2023 lama
3 3 24 Oktober Tua Atonik Organik 27 hari
2023 lama

Tabel 3,1 2 Data Penanaman Kayu Manis

Umur Tinggi Rata-Rata Waktu Tanam Pupuk Pupuk Susulan


Bibit Bibit Dasar
3 Bulan 50-60 cm 4-5 Oktber Organik NPK 16-16-16
2023

Tabel 3,1 3 Pengukuran Pertambahan Tinggi Bibit Kayu Manis

No SAMPEL P.Minggu 1 P.Minggu 2 P.Minggu 3


1 A 56,2 cm 57,3 cm 57,8 cm
2 B 57,5 cm 57,8 cm 68,4 cm
3 C 60,1 cm 61,2 cm 61,7 cm
4 D 59,6 cm 60,2 cm 60,6 cm
5 E 60,7 cm 61,3 cm 61,9 cm

13
Tabel 3,1 4 Pengukuran Pertambahan Jumlah Daun kayu Manis

No SAMPEL P.Minggu 1 P.Minggu 2 P.Minggu 3


1 A 31 37 41
2 B 35 41 45
3 C 40 46 51
4 D 38 41 45
5 E 45 52 56

Tabel 3,1 5 Tabel Sebelum dan Sesudah Tanam

NO DEMPLOT SEBELUM SESUDAH


1

14
Gambar 3.1 1 Sketsa Lahan Demplot Agroforestri 1 Jahe Merah

Gambar 3.1 2 Sketsa Lahan Demplot Agroforestri 2 Kayu Manis

15
3.2 Pembahasan
Setelah lokasi dan jenis ditentukan tim pembuatan demplot agroforestri
mulai menjalankan program yaitu dengan melakukan survei bibit jahe merah (
Zingiber officinale var rubrum rhizome), kayu manis (Cinamomum sp) dan pupuk
organik. Bibit jahe merah ( Zingiber officinale var rubrum rhizome) di peroleh
dari petani yang berasal dari Desa Tamiai dan Desa Sangaran Agung, untuk bibit
kayu manis (Cinamomum sp) sendiri di peroleh dari pembibitan salah satu warga
Desa Jujun, pupuk organik diperoleh dari pejual pupuk di Desa Lolo Gedang.
Selama Penyurveian bibit dan pupuk, telah dilakukan pengolahan tanah untuk
penanaman jahe merah ( Zingiber officinale var rubrum rhizome) dan kayu manis
(Cinamomum sp) dengan membuat bedeng, lubang tanam, dan pembersihan dari
gulma. Total bedeng dan lubang tanam yang dibuat adalah 15 bedeng dan 50
lubang tanam. Tanah dan lubang tanam yang telah diolah kemudian dilakukan
pencampuran pupuk organik menggunakan cangkul.
Kegiatan penanaman yang kami laksanakan terlebih dahulu adalah
penanaman kayu manis (Cinamomum sp) di lahan Bapak Ampera Yadi karena
bibit telah tersedia dengan jarak tanam 2 m X 2 m. Untuk penanaman bibit jahe
merah ( Zingiber officinale var rubrum rhizome) kami lakukan penanaman 3 tahap
karena terkendala pemerolehan bibit yang lumayan langka. Penanaman tahap 1
merupakan bibit yang berasal dari Tamiai sebanyak 5 kg, jarak hari penanaman
tahap 1 ke tahap 2 lumayan memakan waktu yang cukup lama karena sulitnya
mencari bibit jahe merah ( Zingiber officinale var rubrum rhizome). Setelah
beberapa hari berselang kami mendapatkan bibit jahe sebanyak 45 kg dari
pengepul jahe di Desa Sangaran Agung. Penanaman tahap 2 bibit jahe diberikan
perlakuan dengan penyemprotan Atonik untuk perangsangan tumbuh yang
didiamkan selama satu malam, kemudian dolakukan penanaman. Dengan jumlah
bibit yang sangat banyak dan waktu yang terbatas maka penanaman di lanjutkan
pada 1 hari berikutnya sebagai penanaman tahap 3 (tiga).
Proses penanaman telah dilaksanakan di 2 lahan demplot agroforestri,
selanjutnya adalah tahap perawatan dan monitoring penanaman, kegiatan tersebut
meliputi pembersihan gulma, penyiraman, dan peruning daun. Dengan kondisi
musim kemarau kami bekerja ekstra untuk melakukan penyiraman. Penyiraman
kami lakukan pagi dan sore pada 7 hari awal penanam setiap jenis yang ditanam

16
baik jahe merah ( Zingiber officinale var rubrum rhizomeI) dan kayu manis
(Cinamomum sp), selanjutnya penyiraman dilakukan 1 kali dalam satu hari pagi
ataupun sore tergantung pada situasi dan kondisi. Kendala yang dialami adalah
sulitnya sumber air di lahan demplot agroforetri karena mengandalkan air tadah
hujan, untuk penyiraman dapat dilakukan, kami melakukan pengangkutan air
sungai dengan 2 girigen 30 liter yang terletak 300 m di bawah lahan demplot.
Dalam pengukuran pertumbuhan bibit kayu manis (Cinamomum sp) yang
menjadi tolak ukur adalah pertambahan tinggi bibit dan pertambahan jumlah daun.
Untuk pertambahan tinggi pada minggu 1 ke minggu 2, sampel A bertambah
tinggi 1,1 cm ; B 0,3 cm; C 1,1 cm; D 0,6 cm; E 0,6 cm. Untuk minggu 2 ke
minggu 3 sampel A bertambah tinggi 0,5 cm; B 0,6 cm; C 0,5 cm; D 0,4 cm ; E
0,6 cm. Pada pertambahan jumlah daun minggu 1 ke minggu 2 sampel A
bertambah 6 daun, B 6 daun, C 6 daun, D 3 daun, E 7 daun. Untuk minggu 2 ke
minggu 3 sampel A bertambah 4 daun, B 4 daun, C 5 daun, D 4 daun, E 4 daun.
Pertumbuhan Tinggi Bibit Secara umum, pertumbuhan tinggi bibit kayu
manis dari minggu ke minggu relatif stabil untuk setiap sampel. Namun, perlu
dicatat bahwa pertumbuhan tinggi bibit Cenderung lebih besar daripada yang
lainnya. Pertambahan Tinggi dari Minggu 1 ke Minggu 2 Sampel A, C, dan E
memiliki pertambahan tinggi yang relatif serupa, sementara sampel B dan D
menunjukkan pertumbuhan yang sedikit lebih rendah. Pertambahan Tinggi dari
Minggu 2 ke Minggu 3 Umumnya, pertumbuhan tinggi bibit cenderung berkurang
sedikit pada minggu ketiga. Sampel B menunjukkan peningkatan yang lebih besar
daripada minggu sebelumnya, sementara sampel D menunjukkan pertumbuhan
yang sedikit lebih rendah.
Pertambahan Jumlah Daun Pertambahan jumlah daun cenderung konsisten
di antara sampel-sampel dalam periode waktu yang diberikan. Pertambahan
Jumlah Daun dari Minggu 1 ke Minggu 2 mayoritas sampel menunjukkan
peningkatan yang relatif serupa dalam jumlah daun, dengan sampel E
menunjukkan pertambahan yang lebih tinggi. Pertambahan Jumlah Daun dari
Minggu 2 ke Minggu 3. Sekali lagi, pertambahan jumlah daun cenderung stabil
dan tidak menunjukkan variasi yang signifikan di antara sampel-sampel. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam rentang waktu yang diamati,
pertumbuhan tinggi bibit kayu manis cenderung stabil dari minggu ke minggu.

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari serangkaian kegiatan pembuatan demplot agroforestri berbasis kebun
jeruk dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan Produktivitas Lahan


Agroforestri pada lahan jeruk dapat meningkatkan produktivitas
lahan secara keseluruhan. Kombinasi tanaman jeruk dengan spesies pohon
lainnya dapat memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi tanah, dan
meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk tanaman.

2. Diversifikasi dan Kestabilan Ekosistem


Kombinasi antara tanaman jeruk dan pohon-pohon lain dalam
agroforestri membantu dalam menciptakan ekosistem yang lebih stabil.
Keanekaragaman tanaman juga dapat memberikan manfaat ekologis seperti
peningkatan keanekaragaman hayati dan kestabilan ekosistem.

3. Manfaat Ekonomi
Agroforestri pada lahan jeruk juga dapat memberikan manfaat
ekonomi. Penggunaan ruang yang lebih efisien dan hasil dari spesies pohon
tambahan dapat menambah sumber pendapatan petani.

4. Perlindungan Lingkungan
Sistem agroforestri cenderung lebih ramah lingkungan karena dapat
mengurangi penggunaan bahan kimia dan pupuk sintetis. Selain itu,
agroforestri juga dapat membantu dalam pelestarian lingkungan, termasuk
pemulihan ekosistem dan konservasi lahan.

5. Peningkatan Ketahanan Pangan


Dengan pengelolaan yang tepat, agroforestri pada lahan jeruk dapat
meningkatkan ketahanan pangan. Diversifikasi tanaman juga dapat

18
membantu mengurangi risiko kegagalan panen karena adanya variasi
spesies.

6. Pengelolaan Risiko Bencana Alam


Agroforestri dapat membantu dalam pengurangan risiko bencana
alam seperti longsor, erosi tanah, dan banjir dengan memperkuat struktur
tanah dan mengurangi tekanan air.

Dari serangkaian pengukuran tinggi dan jumlah daun dapat dapat


disimpulkan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sebagai berikut :

1. Kondisi Cuaca dan Iklim: Faktor lingkungan seperti cahaya matahari, suhu
udara, kelembaban, dan curah hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Bibit kayu manis cenderung tumbuh lebih baik di iklim tropis
dengan suhu yang hangat dan kelembaban yang cukup.
2. Kualitas Tanah: Kesuburan tanah, ketersediaan nutrisi, tingkat drainase, dan
pH tanah merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Bibit kayu manis membutuhkan tanah yang subur dan drainase
yang baik.
3. Pemeliharaan dan Perawatan: Cara merawat tanaman, seperti penyiraman
yang tepat, pemupukan yang sesuai, dan perlindungan terhadap hama dan
penyakit, juga memengaruhi pertumbuhan bibit kayu manis.
4. Varietas Tanaman: Varietas atau jenis tertentu dari kayu manis mungkin
memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda.
5. Usia dan Kesehatan Bibit: Kondisi awal bibit kayu manis, usianya, serta
kesehatan dan kualitas bibit juga akan memengaruhi pertumbuhan
selanjutnya.
6. Genetika Tanaman: Faktor genetika dan keturunan dari bibit kayu manis
juga dapat berperan dalam pertumbuhan tanaman.
7. Pemangkasan dan Perawatan Tambahan: Tindakan seperti pemangkasan
untuk merangsang pertumbuhan, penanaman kembali, atau pemindahan
bibit ke tempat yang lebih sesuai dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit
kayu manis.

19
8. Penting untuk memperhatikan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh kombinasi faktor-faktor tersebut, dan interaksi antara faktor-faktor
tersebut dapat bervariasi di setiap kondisi lingkungan dan lokasi
pertumbuhan. Menjaga keseimbangan yang tepat dari faktor-faktor tersebut
dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan dan kesehatan bibit kayu
manis.

4.2 Saran
Setelah dilakukan pembuatan lahan Agroforestri berbasis lahan jeruk
diharpkan masyarakat dapat memahami dan mau menerapkan sistem agroforestri.
Dan demplot yang telah dibuat agar tetap dirawat dan dijadikan sebagai prototype
atau kebun percontohan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T. W. (2023). ANALISIS TEKNIK BUDIDAYA DENGAN SISTEM


AGROFORESTRI PADA KELOMPOK TANI HUTAN DI DESA TAMIAI
WILAYAH KPHP KERINCI UNIT I (Doctoral dissertation, Universitas
Jambi).
Ajar, B. SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA.
De Foresta, H., & Michon, G. (2000). Agroforestri Indonesia: Beda sistem beda
pendekatan. Dalam Ketika kebun berupa hutan-Agroforest khas Indonesia-
Sebuah sumbangan masyarakat.
Hasiholan, s. (2021). Identifikasi daerah rawan longsor berdasarkan sifat
kelistrikanbumi dengan metode geolistrik tahan jenis konfigurasi wenner-
schlumberger di desa jujun kecematan keliling danau (doctoral dissertation,
universitas jambi).

Mayrowani Henny & Ashari. 2011. Pengembangan Agroforestry Untuk


Mendukung Ketahanan Pangan Dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 29 (2)

Suryani Erna & Ai Dariah. 2012. Peningkatan Produktivitas Tanah Melalui Sistem
Agroforestri. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol.6 (2) : 101-109

Tiusmasari, S., Hilmanto, R., dan Hermawati., S. 2016. Analisis Vegetasi dan
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pengelola Agroforestri di Desa Sumber
Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Jurnal Sylva Lestari.
4(03) : 71-82

21
LAMPIRAN 1

1. Pertemuaan Silaturahmi Dengan Perangkat Desa

2. Observasi Lahan

22
LAMPIRAN 2
3. Survei Bibit

4. Sosialisasi

23
LAMPIRAN 3
5. Pemancangan Ajir

6. Pembuatan Lubang Tanam dan

24
LAMPIRAN 4
7. Pembuatan Bedeng

8. Pemberian Pupuk Dasar Organik

25
LAMPIRAN 5
9. Penanaman Kayu Manis

10. Penyemprotan Atonik Pada Bibit Jahe

11. Penanaman Jahe Merah

26
LAMPIRAN 6
12. Langsir Air

13. Penyiraman

27

Anda mungkin juga menyukai