Anda di halaman 1dari 58

Analisis Potensi Wilayah Untuk Pengembangan Usaha

Sapi Potong Di Kecamatan Lubuk Alung


Kabupaten Padang Pariaman

SKRIPSI

Oleh :

YULIMAI TRESSIA
02 964008

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2008
ANALIS1S POTENSI W1LAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA
SAPI POTONG DI KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN
PADANG PARIAMAN

YULIMAI TRESSIA, dibawah bimbingan


Ir. Ismet Iskandar, MS dan Ir. Boyon MP Program Studi So sial Ekonomi
Peternakan Universitas Andalas Padang, 2008

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di daerah Kecamatan Lubuk Alung ini yang


bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu ; (I) Potensi sumber daya alam
(SDA) yang dimiliki kecamatan Lubuk Alung, (2) Potensi sumber daya manusia
(SDM) yang ada di kecamatan Lubuk Alung untuk pengembangan usaha ternak
sapi potong, dan (3) Untuk mengetahui lembaga pengembangan sapi potong di
Kecamatan Lubuk Alung. Waktu penelitian dari tanggal 30 Juli sampai dengan
tanggal 30 Agustus 2007. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu suatu
metode penelitian yang mengambil sampel dari salah satu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Pengambilan responden
ditetapkan secara Quota, sebanyak 45 KK RTF yang tersebar pada sepuluh
kelurahan yang ada di Kecamatan Lubuk Alung, dari 45 KKRTP di Stratakan
menjadi 3 kelompok, dari yang terbanyak, sedang, dan sedikit.
Di tinjau dari aspek sumber daya alam yang dimiliki, Kecamatan Lubuk
Alung memiliki potensi yang dapat menunjang pengembangan usaha sapi potong.
Sedangkan dilihat dari aspek sumber daya manusia yang terdiri dari ; (I) Umur
yang produktir untuk berusaha (15-64 th = 97.78%), (2) pengalaman beternak (>
10 th - 55,56%), (3) jumlah anggota keluarga (3-4 orang = 48.89%), (4) jumlah
ternak sapi yang dipelihara (1-3 ekor =84.44%) dan (5) pekerjaan utama (petani =
60 %).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kecamatan Lubuk Alung belum
memiliki potensi untuk dilakukan peningkatan populasi sapi potong ditinjau dari
sumber daya alam yang tersedia, hal ini ditunjukkan dengan didapatnya nilai
KPPTR SL sapi potong yaitu sebesar -8 380.81 ST. Kelembagaan yang tersedia
yeng dapat mendukung pengembangan usaha sapi potong di Kecamatan Lubuk
Alung diantaranya adalah Dinas Peternakan, Pertanian dan Kehutanan, Lembaga
Keuangan (Bank Nagari). Kelompok peternak. Sedangkan kelembagaan
pendukung yang tersedia lainnya seperti pos keswan, RPH tempat ini telah
tersedia tapi tidak dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya peternak. .
Kata Kunci : Potensi, Pengembangan, Sapi Potong, KPPTR SLKATA

PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan kuasa kepada penulis untuk menyelesaikan pembuatan skripsi ini

yang judulnya “ Analisis Potensi Wilayah Untuk Pengembangan Usaha Sapi

Potong di Kecamatan Lubuk Alung kabupaten Padang Pariaman “. Penulis

sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kesalahan ataupun

kekurangannya. Untuk itu penulis harap kepada pembaca agar dapat memberikan

saran, kritikan dan petunjuk yang bersifat membangundemi tercapainya suatu

kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada Bapak

Ir. Ismet Iskandar. MS selaku pembimbing I dan kepada Bapak Ir. Boyon. MP

selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan telah membimbing penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang juga

membantu dalam pembuatan skripsi ini. Semoga saja skripsi ini dapat menjadi

pedoman bagi pembaca.

Padang, Februari 2008

Yulimai Tressia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Perumusan Masalah................................................................................3

C. Tujuan Penulisan....................................................................................3

D. Manfaat Penelitian..................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Usaha Perkembangan Peternakan Sapi Potong......................................4

B. Sumber Daya Manusia...........................................................................8

C. Sumber Daya Alam................................................................................9

D. Lembaga Pendukung............................................................................10

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................13

B. Metode Penelitian..................................................................................13

C. Populasi Dan Responden Penelitian......................................................13

D.Variabel Penelitian.................................................................................14

E. Analisis Data..........................................................................................15

ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Keadaan Umum Wilayah Penelitian......................................................19

B. Potensi SDA Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong.......................19

1. Ketersediaan Lahan........................................................................19

2. Lahan Padang Rumput...................................................................20

3. Lahan Pertanian Selain Padang Rumput Untuk HMT...................22

4. Potensi Maksimum Daya Dukung Kecamatan Lubuk Alung

Berdasarkan Sumber Daya Alam (PSML).....................................24

5. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan

Sumber Daya Alam (KPPTR SL)..................................................25

C. Potensi SDM Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong......................27

1. Karakteristik Peternak....................................................................27

2. Potensi Maksimum Keluarga Petani..............................................31

3. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan

KK Petani (KPPTR KK)................................................................31

D.Kelembagaan Pendukung Pengembangan Usaha Sapi Potong..............33

1. Kantor Cabang Dinas Pertanian, Peternakan Dan Kehutanan........33

2. Lembaga Keuangan .......................................................................35

3. Kelompok Peternak........................................................................36

4. Pos Kesehatan Hewan....................................................................38

5. Rumah Potong Hewan....................................................................38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 40

B. Saran 40

iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

LAMPIRAN..........................................................................................................44

RIWAYAT HIDUP................................................................................................48

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Populasi Ternak Sapi Potong menurut Kecamatan di kabupaten Padang


Pariaman Tahun 2001-2001................................................................................5

2. Jumlah Pemotongan Ternak Sapi Potong menurut Kecamatan di Kabupaten


Padang Pariaman Tahun 2001-2002...................................................................6

3. Populasi Ternak Ruminansia di Kecamatan Lubuk Alung Tahun


2005....................................................................................................................6

4. Jumlah Pemotongan Ternak Sapi Potong dan kerbau menurut Kecamatan


di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005......................................................7

5. Populasi dan Ternak Rumah Tangga Peternak di Kecamatan Lubuk Alung


Tahun 2006.........................................................................................................7

6. Jumlah Responden masing-masing Nagari/Korong di Kecamatan Lubuk


Alung Tahun 2006............................................................................................14

7. Kemampuan lahan Untuk Menghasilkan Rumput...........................................18

8. Produksi Hijauan Makanan Ternak yang dihasilkan dari Luas


Panen................................................................................................................18

9. Distribusi Lahan Menurut Penggunaan Tanah Di Kecamatan Lubuk Alung...20

10. Lahan Padang Rumput Untuk Menghasilkan HMT.........................................21

11. Kontribusi Lahan Pertanian Selain Padang Rumput Dalam


Menghasilkan HMT.........................................................................................22

12. Total Luas Lahan Pertanian Yang Potensial Dalam Menghasilkan HMT........23

13. Produksi Limbah Pertanian Yang Berasal Dari Tanaman Pangan


Berdasarkan Luas Panen..................................................................................23

14. Daya Dukung Kecamatan Lubuk Alung Berdasarkan SDA............................24

iv
15. KPPTR SL 25

16. Perbandingan KPPTR SL.................................................................................26

17. Karakteristik Peternak......................................................................................27

18. Potensi Maksimum Keluarga Petani (PMKK).................................................31

19. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Kepala


Keluarga Petani (KPPTR KK).........................................................................32

20. Perbandingan KPPTR KK................................................................................32

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Identitas Peternak........................................................................................... 44

2. Populasi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Lubuk Alung............................ 46

3. Populasi Riil Ternak Sapi Potong di Kecamatan Lubuk Alung..................... 46

4. Populasi Ternak Kerbau di Kecamatan Lubuk Alung.................................... 46

5. Populasi Riil Ternak Kerbau di Kecamatan Lubuk Alung............................. 47

vi
vii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa

depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus

meningkat seiring dengan permintaan jumlah penduduk, pendapatan dan

kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai

pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).

Pembangunan dan pengembangan tersebut salah satunya adalah pembangunan

di bidang pertanian yang meliputi pembangunan di bidang peternakan, peternak

dimana salah satu usaha peternakan yang banyak di lakukan oleh masyarakat di

pedesaan adalah beternak sapi potong, yang berbntuk usaha peternakan rakyat.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasi alternatif pola pola

pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis

yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup

memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha peternakan rakyat harus mengarah

menopang dalam pengembangan agribisnis peternakan, sehingga tidak hanya

sebagai usaha sampingan, namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam

perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan

menjadi pendapatan utama rakyat peternak (paling tidak) dan dapat memberikan

kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kelurga peternak, seperti pada kegiatan

ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha peternakan keluarga.

Usaha pengembangan ternak sapi potong tidak terlepas dari usaha ternak

rakyat. Dirjen Peternakan (1998) melaporkan bahwa potensi besar pengembangan

peternakan Ruminansia di Indonesia hingga saat ini dan kemungkinan di masa


mendatang bersal dari peternakan rakyat (skala usaha kecil). Hal ini ditegakkan

lagi dengan laporan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan bahwa 99 % produksi

sapi bakalandalam negeri dilakukan oleh peternakan rakyat.

Sektor pertanian secara nasional, masih merupakan faktor yang signifikan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas penduduk masih

memperoleh pendapatan utamanya di sektor ini. Peternakan merupakan salah satu

sub-sektor yang terkandung didalamnya, memiliki peranan cukup penting dalam

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini.

Salah satu bentuk usaha peternakan yang cukup potensial untuk

dikembangkan adalah ternak sapi potong, ini disebabkan karena ternak unggas

sedang mengalami virus flu burung, maka sebagian masyarakat takut untuk

mengkonsumsi daging unggas dan masyarakat pada saat sekarang ini lebih

cenderung untuk memilih daging ternak besar terutama sapi potong. Usaha

peternakan sapi potong sekarang ini sudah merupakan suatu usaha yang dapat

diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup kelurga ataupun suatu usaha.

Kecamatan Lubuk Alung memiliki luas daerah 111,63 km2 dengan ketinggian

tempat 2,50 meter dari permukaan laut, dengan jumlah penduduk sebanyak

36.363 orang (BPS Kabupaten Padang Pariaman)

Berdasarkan berbagai hal diatas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “

Analisis Potensi Wilayah Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong di

Kecamatan Lubuk Alung kabupaten Padang Pariaman “

2
B. Perumusan Masalah

Dari urain diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai Berikut :

1. Bagaimana potensi SDA di Kecematan Lubuk Alung untuk pengembangan

usaha peternakan sapi potong dimasa mendatang.

2. Bagaimana potensi SDM di Kecematan Lubuk Alung dalam pemeliharaan

sapi potong.

3. Bagaimana kondisi kelembagaan yang mendukung dalam pengembangan

usaha peternakan sapi potong dimasa mendatang.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengetahui potensi SDA di Kecematan Lubuk Alung untuk pengembangan

usaha peternakan sapi potong dimasa mendatang.

2. Mengetahui potensi SDM di Kecematan Lubuk Alung dalam pemeliharaan

sapi potong.

3. Mengetahui kondisi kelembagaan yang mendukung dalam pengembangan

usaha peternakan sapi potong dimasa mendatang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Kecematan Lubuk

Alung sebagai salah satu wilayah alternatif basis pengembangan usaha sapi

potong dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil keputusan dan para

pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Usaha Perkembangan Peternakan Sapi Potong

Menurut Sugeng (2004), usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang

lebih menarik sehingga mudah merangsang pertumbuhan usaha, sebaliknya hewan

ternak yang punya nilai kemanfaatan dan ekonominya rendah pasti mudah

terdesak mundur dengan sendirinya, hal ini dapat dilihat dari manfaat sapi yang

luas dan nilai ekonomi tinggi.

- Mutu dan Harga Daging / Kulit Menduduki Peringkat Atas.

- Sapi Merupakan Salah Satu Sumber Daya Masyarakat.

- Sapi Sebagai Tabungan.

- Hasil Ikutannya Masih Berguna

- Memberikan Kesempatan Kerja

Menurut Rahardi dan Hartono (2005) Usaha Peternakan dapat dirumusakan

sebagai suatu usaha yang dilakukan secara teratur dan terus menerus pada suatu

tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersil, kegiatan dalam

usaha ini meliputi : (1) Penghasil Ternak (ternak bibit / potong), telur dan susu. (2)

Penggemukan suatu jenis ternak. (3) Pengumpulan, Pengedaran dan pemasaran

produk-produk peternakan.

Program peningkatan usaha peternakan sapi potong tradisional kearah

peternakan yang lebih maju dan menguntungkan tidak lepas dari :

1. Penggunaan bibit sapi potong yang baik dan unggul

2. Perbaikan makanan, baik kuwalitas maupun kuantitasnya

3. Menerapkan cara pengelolaan dan pemeliharaan yang baik

4. Penjagaan dan perawatan ternak sapi potong, terutama penjagaan kesehatan


5. Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan.

(Murtidjo, 1992)

Dampak dari faktor-faktor yang merupakan potensi untuk pengembangan

peternakan adalah faktor sosial dan faktor ekonomi. Yang termasuk faktor sosial

adalah meningkatnya jumlah penduduk, pendidikan, dan kesehatan (sadar gizi)

sedangkan faktor ekonomi adalah perbaikan ekonomi dan naiknya harga daging

dipasaran (Atmadilaga, 1975).

Zainal Abidin (2002) menyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk yang

diikuti oleh peningkatan penghasilan perkapita menjadikan masyarakat semakin

menyadari arti gizi. Hal ini membuat pergeseran pola makan masyarakat dari

mengkonsumsi karbohidrat ke protein (hewani), berupa daging, telur dan susu.

Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman (2005), melaporkan bahwa

populasi sapi potong di Indonesia mengalami kenaikan dalam empat tahun

terakhir, yakni dengan rata-rata kenaikannya 3,095 pertahun, sementara jumlah

pemotongan juga mengalami kenaikan sebesar 1.63 per tahun.hal ini tergambar

dari tabel berikut:

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong menurut kecamatan di kabupaten


Padang Pariaman Tahun 2001-2005

No Tahun Populasi Kenaikan/Penurunan


(ekor) %
1 2001 46.649 _
2 2002 48.926 4,88
3 2003 49.967 2,13
4 2004 51.136 2,34
5 2005 52.684 3,03
Rata – rata 3,095
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman.

2
Tabel 2. Jumlah Pemotongan Ternak Sapi Potong menurut Kecamatan di
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2001 – 2005
No Tahun Pemotongan Kenaikan/Penurunan
(ekor) %
1 2001 2.607 _
2 2002 1.744 -33,10
3 2003 2.581 47,99
4 2004 2.659 3,02
5 2005 2.356 -11,39
Rata – rata 1,63
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman

Di Indonesia, pemeliharaan ternak dilakukan secara ekstensif, semi intensif,

dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi dipelihara secara intensif hampir sepanjang

hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin

sehingga ternak tersebut cepat gemuk. Sedangkan secara ekstensif, sapi-sapi

tersebut dilepaskan dipadang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari,

mulai dari pagi hingga sore hari (Sugeng, 1999).

Kecamatan Lubuk Alung memiliki persentase populasi ternak sapi potong

yang lebih besar dibandingkan dengan ternak ruminansia yang lain. Tabel berikut

memperlihatkan perbandingan populasi ternak ruminansia yang ada di Kecamatan

ini.

Tabel 3. Populasi Ternak Ruminansia di Kecamatan Lubuk Alung Tahun


2006
Sapi Potong Kerbau Kambing
No Nagari / Korong
(ekor) (ekor) (ekor)
I Nagari Lubuk Alung
1 Sikabu 534 417 350
2 Air Tajun 957 399 473
3 Salibutan 717 412 390
4 Sungai Limau 652 550 316
5 Koto Buruk 718 803 431
6 Pasia Laweh 668 782 669
7 Punggung Kasik 678 441 340
8 Balah Hlir 618 497 354
9 Singguling 699 437 409
10 Pasar Lubuk Alung 307 305 306
Rata – rata 6.548 5.043 4.038
Sumber : Dinas Kecamatan Lubuk Alung (2006)

3
Dari jumlah pemotongan ternak sapi potong di Kabupaten Padang Pariaman,

Kecamatan Lubuk Alung merupakan daerah yang memiliki tingkat pemotongan

paling banyak dari pada Kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten Padang

Pariaman. Hal ini dapat kita lihat dari tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Pemotongan Ternak Sapi dan Kerbau menurut Kecamatan di


Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005
Jumlah Pemotongan (ekor)
No Kecamatan
Sapi Kerbau
1 Batang Anai 243 46
2 Lubuk Alung 513 353
3 Sintuk Toboh Gadang 95 28
4 Ulakan Tapakis 63 216
5 Nan Sebaris 163 84
6 2x11 Enam Lingkung 148 142
7 Enam Lingkung 25 66
8 2x11 Kayu Tanam 80 26
9 VII Koto Sungai Sarik 99 84
10 Patamuan 56 40
11 Padang Sago 108 54
12 V Koto Kampung Dalam 129 42
13 V Koto Timur 143 110
14 Sungai Limau 114 70
15 Batang Gasan 47 37
16 Sungai geringging 204 34
17 IV Koto Aur Malintang 126 11
Jumlah 2005 2356 1443
Jumlah 2004 2659 1093
Jumlah 2003 2581 895
Jumlah 2002 1744 405
Jumlah 2001 2607 1033
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman (2005)

Tabel 5. Populasi Ternak dan Rumah Tangga Peternak di Kecamatan


Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2006

No Jenis Ternak Jumlah


Populasi (ekor) RTP
1 Sapi Potong 6.548 2.367
2 Kerbau 5.043 2.158
3 Kuda 34 22
4 Kambing 306 320
5 Ayam Buras 154.546 4.502
6 Ayam Ras Pedaging 380.000 28
7 Itik 27.922 175
8 Anjing 1.326 868
Sumber: Dinas Kecamatan Lubuk Alung (2006)

4
Dalam meningkatkan potensi sapi potong ke arah yang lebih baik, maju dan

menguntungkan, pemerintah berusaha mengenalkan program usaha peternakan

yaitu 5 aspek:

1. Kegunaan dan pemilihan bibit yang berkualitas baik, terutama bibit unggul.

2. Perbaikan makanan baik kualitas maupun kuantitas.

3. Melaksanakan pola pemeliharaan yang baik

4. Perbaikan pola kesehatan

5. Pola pemasaran hasil peternakan dengan memperlihatkan peluang pasar dan

menguntungkan (AAK,1978).

B. Sumber Daya Manusia

Rahardi dan Hartono (2005), menyatakan ternak adalah sebagai subjek dalam

usaha peternakan. Peternak menjadi manejer bagi Sumber Daya Peternakan

lainnya, keberhasilan usaha ternak sapi potong ditentukan oleh sedikit banyaknya

oleh kemampuan peternakan dalam mengelola usahanya. Oleh karena itu,

pengembangan Sumber Daya Manusia menjadi sangat penting bagi usaha

peternakan untuk dapat bersaing dengan usaha lainnya.

Sumber daya manusia merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam

pembangunan peternakan, karena sumber daya manusia tidak hanya sekedar

faktor produksi melainkan lebih penting lagi yaitu pelaku langsung dari

pembangunan peternakan (Propinsi Sumatera Barat, Dinas Peternakan, 2001).

Sesuai dengan pendapat Latief (1993) yang mengatakan peningkatan kualitas

sumberdaya manusia sebagai pelaksana pembangunan atau sering dikatakan

sebagai pengembangan sumber daya manusia, pada dasarnya dapat dilakukan

mulai dari program keluarga berencana dan pembinaan keluarga, perbaikan

5
gizidan kesehatan, latihan kerja dan lingkungan masyarakat, dimana penungkatan

kualitas masyarakat sebagai salah satu tujuan akhir pembangunan itu sendiri.

Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga yang dapat dicurahkan dalam

kegiatan usaha tani terdiri dari bapak, ibu, anak dan tenaga kerja yang dipunyai.

Satuan kerja yang dipunyai dihitung berdasarkan tenaga kerja pria (HKP) yaitu :

pria dewasa umur 15-64 tahun adalah 1 HKP, wanita dewasa umur 15-64 tahun

0,8 HKP, anak-anak umur 10-14 tahun 0,5 HKP (Adiwilaga, 1975) sedangkan

kemampuan 1 HKP tenaga kerja untuk memelihara sapi potong secara intensif

adalah sebesar 29 ekor dan secara extensif 67 ekor (Direktorat Bina Usaha Tabi,

1985).

C. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam ialah suatu sumber daya yang terbentuk karena kekuatan

alamiah, misalnya tanah, air, dan perairan, biotis, udara, dan ruang, mineral,

tentang alam (landscape), panas bumi dan gas bumi, angin, pasang surut/arus laut.

1. Ketersediaan Air

Air merupakan salah satu faktor utama dalam usaha pengembangan sapi

potong. Menurut Tafal (1981) bahwa air sangat penting untuk mengatur suhu

tubuh, untuk distribusi zat-zat makanan kseluruhan jaringan tubuh, penguapan air

dari kulit dan paru-paru akan mengurangi panas badan. Sedangkan menurut

Dirjen Peternakan (1992) menyatakan bahwa air sebaiknya diberikan secara

adlibitum atau secara terus menerus.

Aspek potensi wilayah suatu komoditas pertanian sangat diperlukan dalam

program diversifikasi pertanian, sehingga lokasi yang dipilih untuk usaha

pengembangan suatu komoditas pertanian adalah wilayah yang benar-

6
benarpotensial. Hal ini juga membantu dalam penentuan kebijaksanaan dalam

penetapan harga output dan input (Soekartawi, 1996).

Menurut Siregar (2005) mengatakan kualitas hijauan dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

- Kelompok hijauan berkualitas rendah, seperti jerami padi, daun jagung,

pucuk tebu, dan lain-lain.

- Kelompok hijauan berkualitas sedang, seperti rumput lapangan, rumput

kultur dan lain-lain.

2. Potensi Lahan dan Ketersediaan Hijauan

Secara umum bahan makanan ternak Ruminansia terdiri dari hijauan dan

konsentrat. Makanan hijauan adalah makanan yang memiliki serat kasar yang

tinggi, sedangkan konsentrat adalah makanan yang memiliki serat kasar yang

rendah dan mudah dicerna (Sutardi, 1982). Pakan ternak sapi berasal dari hijauan

atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan, basanya bahan pakan hijauan

diberikan kurang lebih 10 % dari bobot badan serta bahan penguat cukup

diberikan 1 % dari bobot badan (Sugeng, 2004).

D. Lembaga Pendukung

Lumis (1994) mendefenisikan kelembagaan dalam dua pengertian, yaitu: (1)

hubungan timbal balik atau integrasi yang berulang-ulang dan membentuk reaksi

yang persisiten, dan (2) suatu kejadian yang mempengaruhi secara nyata tindakan

atau berfikir individu/ masyarakat.

Pengertian kelembagaan secara operasional dimengerti dan dijumpai

dilapangan adalah yang dikemukakan oleh Wariso (1998), bahwa kelembagaan

dikelompokkan dalam dua pengertian, yaitu institut dan institusi. Institut merujuk

7
pada kelembagaan formal, misalnya organisasi, badan, dan yayasan mulai dari

tingkat keluarga, rukun keluarga, desa sampai pusat. Sedangkan institusi

merupakan suatu kumpulan norma-norma atau nilai-nilai yang mengatur perilaku

manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut Dirjen Peternakan (2003), kelembagaan pendukung yang harus ada

di suatu wilayah bagi pengembangan usaha ternak sapi potong adalah dinas

peternakan, kelompok peternak, dan kelembagaan keuangan. Sedangkan

kelembagaan pendukung lain seperti pos keswan, penyalur sapronak, pembibitan

RPH dan pasar ternak harus memiliki akses yang baik terhadap wilayah

pengembangan usaha sapi potong.

Lembaga memiliki Visi. Misi, tujuan dan fungsi. Untuk mengemban misi,

mewujudkan visi, mencapai tujuan dan menjalalankan fungsinya suatu lembaga

memerlukan tenaga, organisasi, tata kerja, dan sumber-sumber yang

mendukungnya (financial maupun non financial).Lembaga-lembaga yang

bersinergi dengan usaha peternakan berperan dalam menjamin :

1. Tersedianya fasilitas untuk menyusun program dan rencana kerja penyuluhan

peternakan yang tertib.

2. Tersedianya fasilitas untuk menyediakan dan meyebarkan informasi teknologi

dan pasar.

3. Terselenggaranya kerjasama antara peneliti, penyuluh peternakan, petani

peternak dan pelaku agribisnis lainnya.

4. Tersedianya fasilitas untuk kegiatan belajar dan forum-forum pertemuan bagi

petani peternak dan bagi penyuluh pertanian.

8
5. Tersedianya fasilitas untuk membuat percontohan dan pengembangan model-

model usaha tani dan kemitraan agribisnis dan kemitraan agribisnis dan

ketahanan pangan.

Menurut Dirjen Peternakan (1998), pengembangan kelembagaan penopang usaha

peternakan dimasa mendatang mengarah kepada pemberdayaan balai penelitian

ternak untuk menghasilkan bibit unggul ternak yang sesuai dengan ketersediaan

lahan, ketersediaan jenis pakan ternak, dan pola tenaga kerja untuk usaha

peternakan di setiap lokasi pengembangan ternak, pemberian insentif dan

kemudahan dari pihak swasta untuk melakukan investasi dalam usaha

menghasilkan bibitsebar ternak unggul dan kewajiban penjualannya disertai

dengan jasa teknis pembinaan (teknical service) bagi pembelinya (peternak),

pemberian insentif dan kemudahan bagi pihak swasta untuk menyelenggarakan

jasa inseminasi buatan dan pelayanan kesehatan hewan dengan menggunakan

tenaga profesional, dan pemberdayaan kelompok petani peternak/ koperasi

peternak untuk menekan biaya pemasaran dan sarana produksi serta meningkatkan

posisi selling poin.

9
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang

Pariaman terhitung sejak tanggal 30 Juli sampai dengan tanggal 30 Agustus 2007.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei. Survei adalah penelitian yang

mengambil sampel dari salah satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok ( Singarimbun dan Effendi, 1995 ).

Simamora (2004), menyatakan bahwa survei adalah metode riset dalam

pengumpulan data primer melakukan tanya jawab dengan responden. Metode

survei yang dilakukan yaitu pengambilan langsung keterangan dengan

mewawacarai peternak dengan menggunakan kuisioner.

C. Populasi dan Responden Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga peternak (RTP) sapi

potong yang ada di Kecamatan Lubuk Alung. Penentuan korong ditentukan secara

Strata, pengambilan responden diambil secara Quata 45 orang, teknik

pengambilan sampel dilakukan secara Actident (kebetulan). Penelitian yang

ditemui dilapangan dengan populasi KK RTP dengan tiga Kriteria yaitu

Terbanyak, Sedang, dan Sedikit seperti pada tabel berikut :


Tabel 6. Jumlah Responden dari Masing-masing Korong dik Kecamatan
Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2006

No Korong Populasi KK RTP Responden


Sapi Potong (orang) ( orang )
1 Strata I
- Air Tajun* 957 15
- Koto Buruk 718
- Salibutan 717
2 Strata II
- Singguling** 699 15
- Punggung Kasik 678
- Pasir Laweh 668
- Sungai Abang 652
- Balah Hilir 618
3 Strata III
- Sikabu*** 534 15
- Pasar Lubuk alung 307

Sumber: Dinas Kecamatan Lubuk Alung (2006)

Keterangan:

* : Strata I dari dua korong diambil salah satu populasi KK RTP

yang terbanyak, strata II di ketegorikan yang terbanyak dengan

jumlah responden lima belas orang.

** : Strata II dari lima korong diambil salah satu populasi KK RTP

yang terbanyak, strata II di kategorikan yang sedang dengan

jumlah responden lima belas orang.

*** : Strata III dari dua korong diambil salah satu populasi KK RTP

yang terbanyak, strata III di kategorikan yang sedikit dengan

jumlah responden lima belas orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah Potensi Sumber Daya Alam

dilihat dari ketersediaan lahan, hijauan dan ketersediaan air, Potensi Sumber Daya

Manusia kita melihat karakter peternak ( umur peternak, tingkat pendidikan,

2
pengalaman peternak, jumlah anggota keluarga, jumlah dan jenis sapi yang

dipelihara serta pekerjaan utama), untuk peranan dan keberadaan kelembagaan

pendukung meliputi beberapa hal yaitu harus ada dan berperan pada wilayah

(Dinas Peternakan, Kelompok Peternak, Lembaga Keuangan). Selain itu juga

yang bisa diakses dari daerah (Pos keswan, Pasar ternak, RPH, Pembibitan).

E. Analisis Data

Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua yaitu melihat potensi SDA dan

SDM dilakukan analisa sebagai berikut :

1. Analisa Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia.

Untuk menganalisa potensi pengembangan usaha sapi potong di Kecamatan

Lubuk Alung, digunakan perhitungan kapasitas penigkatan populasi ternak

ruminansia (KPPTR). Metode ini merujuk pada Nell dan Rollinson (1974) dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Potensi Maksimum berdasarkan Sumberdaya Alam/PSML (Daya Dukung

Wilayah) dirumuskan :

PSML =Daya Dukung Lahan Pertanian + Daya Dukung Tanaman Pangan

Dimana :

- Daya Dukung Lahan Pertanian = Kontribusi Lahan Pertanian x 3,75.

Daya dukung lahan pertanian diperoleh dari kontribusi padang rumput dan

non padang rumput (sawah, perkebunan, hutan, tegalan)

- Kontribusi Lahan Pertanian = Luas Lahan x Koefisien Kontribusi

lahan.

- 3,75 adalah koefisien yang dihitung sebagai kapasitas dukung lahan

pertanian dalam satuan ternak.

3
- Daya Dukung Tanaman Pangan = Produksi Limbah Pertanian / 2,3.

Daya dukung tamanan pangan diperoleh dari kontribusi peroduksi limbah

pertanian tanaman pangan (padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar,

kedele)

- Produksi Limbah Pertanian = Luas Panen x Koefisien Kontribusi Luas

Panen

- 2,3 adalah koefisien yang dihitung sebagai kebutuhan berat kering

(ton/tahun) untuk satu satuan ternak.

b. Potensi Maksimum Berdasarkan Keluarga Petani (PMKK) dirumuskan :

PMKK = c x KK

Dimana:

c : Koefisien yang dihitung berdasarkan jumlah satuan ternak

(ST) yang dapat dipelihara oleh suatu keluarga yaitu 2,33

ST/KK

KK : Kepala keluarga petani

c. Nilai KPPTR :

KPPTR (SL) = PSML - Popril

KPPTR (KK) = PMKK – Popril


Dimana :

KPPTR (SL) : Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST)

berdasarkan sumber daya alam.

KPPTR (KK) : Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST)

berdasarkan kepala keluarga petani.

4
d. KPPTR Efektif : KPPTR (SL), jika KPPTR (SL) < KPPTR (KK)

KPPTR Efektif : adalah Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Riminansia

berdasarkan Sumber Daya Alam, jika Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak

Ruminansia berdasarkan Sumber Daya Alam lebih kecil dari Kapasitas

Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga petani.

e. KPPTR Efektif : KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (SL)

KPPTR Efektif : adalah Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia

berdasarkan Kepala Keluarga petani, jika Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak

Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga petani lebih kecil dari Kapasita

Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Sumber Daya Alam.

KPPTR Efektif ditetapkan sebagai kapasitas peningkataa populasi ternak

ruminasia di daerah penelitian, yaitu KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) yang

mempunyai nilai yang lebih kecil atau dengan kata lain KPPTR yang berlaku

sebagai kendala efektif (binding constrain)

Perhitungan jumlah ternak memakai satuan ternak (Direktorat Bina Usaha

Tani, 1985) yaitu :

1. 1 ekor sapi/kerbau dewasa, umur > 2 tahun = 1 ST

2. 1 ekor sapi/kerbau dara, umur 1-2 tahun = 0,5 ST

3. 1 ekor anak sapi/kerbau, umur < 1 tahun = 0,25 ST

4. 1 ekor kambing/domba dewasa, umur > 1 tahun = 0,14 ST

5. 1 ekor kambing/domba dara, umur 0,5-1 tahun = 0,07 ST

6. 1 ekor anak kambing/domba, umur < 0,5 = 0,035 ST

Untuk melakukan perhitungan KPPTR, Nell dan Rollinson memberikan

ketentuan-ketentuan seperti yang terlihat pada kedua tabel berikut :

5
Tabel 5. Kemampuan Lahan Dalam Menghasilkan Rumput

Jenis Lahan Kontribusi Lahan (Ha)

Padang Rumput 100 % dari luas lahan


Sawah 2 % dari luas lahan
Galengan sawah 2,5 % dari luas lahan
Perkebunan 5 % dari luas lahan
Hutan sejenis 5 % dari luas lahan
Hutan sekunder 3 % datiluas lahan
Tepian jalan 0,5 % Ha dari panjang jalan
Tegalan 1 % dari luas lahan
Sumber : Nell dan Rollinson (1974)

Tabel 6. Produksi Hijauan Makanan Ternak Yang Dapat Dihasilkan


Dari Luas Panen

Hasil Limbah Produksi Jerami

Jerami padi 0,23 Ton BK/ Ha/ Tahun


Jerami jagung 10,9 Ton BK/ Ha/ Tahun
Jerami ubi kayu 5,05 Ton BK/ Ha/ Tahun
Jerami ubi jalar 1,2 Ton BK/ Ha/ Tahun
Jerami kedelai 1,07 Ton BK/ Ha/ Tahun
Jerami kacang tanah 1,44 Ton BK/ Ha? Tahun
Sumber : Nell dan Rollinson (1974)

Sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga untuk melihat kondisi kelembagaan

pendukung pengembangan usaha sapi potong menggunakan analisa diskriptif.

Data yang diperoleh disederhanakan kedalam bentuk tabel, gambar, dan

grafik, kemudian dilakukan analisa diskriptif. Analisa diskriptif digunakan untuk

menganalisa karakter wilayah, karakter peternak, populasi dan jenis ternak,

lembaga-lembaga pendukung yang ada di Kecamatan ini.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Lubuk Alung merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di

kabupaten Padang Pariaman, dimana batas-batas wilayahnya sebagain berikut:

sebelah utara berbatas dengan Kecamatan 2 X 11 kayu tanam, sebelah selatan

berbatas dengan Kecamatan batang Anai, Sebelah Barat berbatasan dengan

Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, dan sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Solok.
2
Secara geografis Kecamatan lubuk Alung memiliki luas daerah 111.63 km ,

dengan ketinggian tempat lebih kurang 2.50 M dari permukaan laut. Dilihat dari

letak geografisnya sangat cocok untuk pengembangan sapi potong. Dimana


0
kondisi ideal untuk pengembnagan sapi potong adalah dengan kisaran suhu 10 -
0
27 C dan kelembaban 60%-80% (Santosa, 2005).

Penduduk di Kecamatan lubuk Alung pada umumnya bermata pencaharian

bertani dan berdagang, dimana jumlah penduduk Kecamatan lubuk Alung pada

tahun 2006 yaitu 36.363 jiwa, dengan umur produktif penduduk 15-64 tahun

(Kecamatan lubuk Alung dalam Angka).

B. Potensi SDA Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong

1. Ketersediaan Lahan

Kecamatan Lubuk Alung memiliki lahan seluas 111.63 Ha/area lahan tersebut

di gunakan untuk keperluan sebagai berikut :


Tabel 9. Distribusi lahan menurut Penggunaan Tanah di Kecamatan Lubuk
Alung

Jenis penggunaan Luas(Ha) Persentase(%)


Sawah 30.95 27.7
Ladang 12.29 11.0
Perkebunan 14.53 13.0
Perumahan 7.26 6.5
Jalan 2.12 1,9
Lainnya 44.47 39.8
Total 111.63 100
Sumber : BPS Padang Pariaman (2006)

Dari tabel diatas dapat dilihat total lahan yang telah digunakan di Kecamatan

Lubuk Alung sebesar 111.63 Ha. Tanah merupakan salah satu faktor produksi

merupakan pabrik-pabrik hasil pertanian yaitu tempat dimana hasil produksi

keluar.dalam pertanian terutama di negara kita, faktor produksi tanah mempunyai

kedudukan paling penting, hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima

oleh tanah di bandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto,1984).

Pemelihan lahan pertanian menjadi permasalahan yang sselalu muncul dan

cenderung semakin berat karena faktor produksi lahan semakin langka. Hal ini

disebabkan luas lahan untuk pertanian cenderung semakin berkurang karena

adanya peralihan fungsi ke sektor lain seperti perumahan, lokasi pabrik dan

lainnya. Sementara dilain pihak jumlah petani semakin berkurang.

2. Lahan Padang Rumput

Lahan padang rumput yang tersedia di Kecamatan lubuk Alung 9.5 Ha.

Berikut rincian kontribusi lahan padang rumput perkorong di Kecamatan lubuk

Alung, sebagai berikut :

2
Tabel 10. Kontribusi Lahan Padang Rumput Dalam Menghasilkam HMT

Padang Rumput Luas Padang Rumput untuk


No Korong
(Ha) HMT (Ha)
1. Sikabu 2 2
2. Air Tajun 4 4
3. Salibutan - -
4. Sungai Abang 2 2
5. Koto Buruk 0.5 0.5
6. Pasir Laweh 1 1
7. Punggung Kasik - -
8. Balah Hilir - -
9. Singguling - -
10. Pasar lubuk Alung - -
Total 9.5 9.5
Sumber : Hasil Pengolahan data (2007)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lahan padang rumput yang dapat

menghasilkan HMT sebesar 100% dari luas lahannya, sehingga dari hasil

pengolahan data didapat total luas lahan padang rumput yang tersedia dalam

menghasilkan HMT yaitu 9.5 Ha.

Awal sebelum tanah diperlukan untuk bercocok tanam, semua ternak sapi

dilepas mencari makanan sendiri diatas tanah yang belum ditanami oleh tanaman

pokok, setelah penduduk bertambah dan tanah diperlukan untuk bercocok tanam

semakin luas, orang akan dengan sengaja menyisihkan beberapa bidang tanah

untuk pengembalaan umum. Namun keadaan ini juga tidak memuaskan semua

pihak, karena dengan bertambahnya jumlah ternak dan metode ilmiah dalam

perbaikan mutu organik, tuntutan akan kebutuhan pakan baik kualitas maupun

kuantitas semakin besar sehingga perlu dilakukan penanaman produksi

maksimum (Moshser,1996). Luas padang rumput,luas tegalan/ladang dan luas

3
sawah ternyata ternyata luas yang mempunyai pengaruh terhadap populasi ternak

(Bachtiar, 1991).

1. Lahan Pertanian Selain Padang Rumput Dalam Menghasilkan HMT

Selain padang rumput, lahan padang rumput lainnya yaitu seperti sawah,

perkebunan,hutan dan tegalan memberikan kontribusi HMT yang jumlahnya

berbeda satu sama lain. Pada tabel berikut dapat dilihat kontribisi lahan pertanian

selain padang rumput di Kecamatan Lubuk Alung :

Tabel 11. Kontribusi lahan Pertanian Selain Padang Rumput Dalam


Menghasilkan HMT

Luas Lahan Non


Sawah Kontri Tegalan Kontri Perkebunan Kontri
Pdg Rumput
(Ha) 2% (Ha) 1% (Ha) 5%
Untuk HMT (Ha)
30.95 0.62 12.29 0.12 14.53 0.73 1.47
Total 30.95 0.62 12.29 0.12 14.53 0.73 1.47
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Dengan melihat tabel diatas dapat diketahui lahan-lahan pertanian tersebut

telah digunakan, namun masih mempunyai potensi untuk menghasilkan HMT

1.47 Ha. Lahan tersebut berasal dari sawah dengan total kontribusi lahan seluas

0.62 Ha, perkebunan dengan total kontribusi lahan seluas 0.73 Ha, dan tegalan

dengan total kontribusi lahan seluas 0.12 Ha.

Hal ini sesuai dengan pendapat Makka (2004) dikawasan pengembangan

peternakan yang berintegrasi dengan subsektor lainnya, pengembangan ternak

ruminansia baik ruminansia besar seperti sapi dapat memanfaatkan by produck

(limbah dan hasil pertanian) yang tersedia dari kegiatan di subsektor lainnya

seperti tanaman pangan, holtikultural dan perkebunan, maupun kebutuhan dan

perikanan sebagai pakan ternak.

Luas lahan yang potensial menghasilkan HMT, baik yang berasal dari lahan

padang rumput maupun yang berasal dari lahan pertanian lainnya dapat diketahui

4
total potensi lahan yang ada di Kecamatan Lubuk Alung untuk manghasilkan

HMT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Total Luas Lahan Pertanian Yang Potensial Dalam


Menghasilkan HMT

Luas Lahan Padang Luas lahan non padang Total Luas Lahan
Rumput Untuk HMT Rumput Untuk HMT (Ha) Berpotensi Untuk HMT
(Ha)
9.5 1.47 10.97
Total 9.5 1.47 10.97
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Dari tabel diatas menunjukkan total luas lahan yang potensial dalam

manghasilkan HMT seluas 10.97 Ha, nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan

luas lahan padang rumput dan luas lahan non padang rumput yang potensial dalam

menghasilkan HMT di Kecamatan Lubuk Alung.

Dengan mengetahui luas panen limbah pertanian asal tanaman pangan

sebagai sumber pakan dapat ditentukan seberapa banyak limbah pertanian yang

dapat dijadikan pakan ternak yang jumlahnya sesuai dengan nilai konversinya

masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 13. Produksi Limbah Pertanian Yang Berasal Dari Tanaman Pangan
Berdasarkan Luas Panen di Kecamatan Lubuk Alung Tahun
2005

No Jenis Total Luas Panen Kontribusi Total Produksi Kontribusi


Tanaman (Ha) % (Ton) %
1 Padi 6 963 16.01 36.233 0.08
2 Jagung 193 21.04 1 343.00 146.39
3 Ubi Kayu 109 5.50 1 450.00 73.23
4 Ubi Jalar 1 0.01 11.20 0.13
5 Kacang Tanah 9.5 1.37 176.00 2.53
6 Kedele 50 0.54 90.00 0.96
Jumlah (Ton) 7 325.5 44.48 3 106.43 223.32
Sumber : Hasil pengolahan Data (2007)

Dari tabel diatas diketahui bahwa tanaman pangan yang ada dapat

menghasilkan limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak sebesar 44.48

ton/tahun. Limbah pertanian ini berasal dari padi dengan total produksi limbah

5
sebanyak 16.01 ton/tahun, jagung dengan total produksi limbah sebanyak 21.04

ton/tahun, ubi kayu dengan total produksi limbah sebanyak 5.51 ton/tahun, ubi

jalar dengan total produksi limbah sebanyak 0.01 ton/tahun, kacang tanah dengan

total produksi limbah sebanyak 1.37 ton/tahun, sedangkan kedele dengan total

produksi limbah sebanyak 0.54 ton/tahun.

Dalam pendekatan usaha tani sebagai suatu sistem, sedikitnya ada dua hal

yang perlu mendapatkan perhatian, pertama adalah struktur dan sistem itu sendiri.

Dalam fungsinya sebagai komponen usaha tani, ternak akan berinteraksi dengan

lahan komoditi lain diusahakan, dan dengan petani sebagai pengelola usahatani

(Siregar dkk, 1981).

Pakan ternak dari tanaman dapat berupa residu dan hasil sampingan

agroindustri yang dapat digunakan untuk ruminansia dan non ruminansia

meliputi: (1) jerami (padi dan jagung), (20 pucuk tebu, (3) biji-bijian (kacang

tanah dan kopi), (4) umbi-umbian (ketela dan ubi jalar), (5) bungkil biji minyak

(kelapa sawit, kapas,kopra), (6) dedak, dan (7) baggase (Makka, 2004).

2. Potensi Maksimum Daya Dukung Kecamatan Lubuk Alung Berdasarkan

Sumber Daya Alam (PSML)

PSML merupakan satu cara dalam menentukan seberapa banyak satauan

ternak ruminansia yang dapat didukung oleh satu wilayah berdasarkan potensi

yang dapat disediakan oleh wilayah tersebut. Pada tabel berikut dapat dilihat daya

dukung wilayah Kecamatan lubuk Alung :

Tabel 14. Daya Dukung Kecamatan Lubuk Alung Berdasarkan SDA

Daya Dukung Lahan Pertanian Daya Dukung Tanaman Pangan Total Daya
Ttl Luas Lhn Berpotensi Daya Dukung Produksi Limbah Daya Dukung Dukung/PSML
Utk Hmt(Ha) (ST) Pertanian (ton/th) (ST)
10.97 41.14 44.48 102.304 143.444
Jumlah 10.97 41.14 44.48 102.304 143.444

6
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Keterangan :

- Satu Ha lahan pertanian mampu mendukung 3.75 ST

- Kebutuhan berat kering HMT termasuk limbah pertanian untuk satu ST

yaitu sebesar 2.3 ton/th.

Dari tabel diatas dapat menunjukkan bahwa Kecamatan Lubuk Alung

berpotensi untuk mendukung ternak ruminansia sebanyak 143.44 ST. Nilai ini

diperoleh dari penjumlahan daya dukung lahan pertanian dengan daya dukung

tanaman pangan selama setahun.

3. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan SDA

(KPPTR SL)

Dengan mengetahui daya dukung Kecamatan Lubuk Alung, dapat didukung

kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia berdasarkan sumber daya alam.

Hal ini dapat dilihat pada tabelo berikut :

Tabel 15. Kapasitas peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan


Sumber Daya Alam (KPPTR SL)

Daya Dukung PSML Popril Ternak Ruminansia KPPTR


(ST) (ST) (ST)
143.444 8 524.25 -8 380.81
Total 143.444 8 524.25 -8 380.81
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Dari tabel diatas dapat diketahui total nilai kapasitas peningkatan populasi

ternak ruminansia berdasarkan sumber daya alam (KPPTR SL) di Kecamatan

Lubuk Alung adalah -8 380.81 ST. nilai ini menunjukkan bahwa secara teori

Kecamatan Lubuk Alung belum dapat menyediakan pakan ternak berupa rumput

7
dan limbah pertanian untuk ternak ruminansia sebesar nilai KPPTR (ST) diatas

tersebut.

Menurut bachtiar (1991), indicator yang menunjukkan bahwa suatu wilayah

mempunyai potensi pengembangan wilayah peternakan antara lain jumlah

populasi ternak yang dikaitkan dengan kepadatan ternak serta luas areal yang

mendukung pengembangan ternak tersebut, sarana dan prasarana pendukung

tingkat produktifitas atau adanya peluang pasar.

Penurunan daya dukung sumber daya alam (pakai) untuk usaha ternak serta

perobahan pola budidaya menjadi salah satu penyebab penurunan populasi ternak

ruminansia memerlukan peningkatan pakan yang cukup banyak, terutama

penyediaan pakan sumber serat yang murah dan ini bisa dilakukan dengan

memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak (Haryanto, 2004).

Dengan mengetahui perbandingan persentase populasi ternak ruminansia,

dapat diketahui kapasitas peningkatan populasi masing-masing jenis ternak

ruminansia yang ada di Kecamatan Lubuk Alung, termasuk sapi potong. Berikut

ini ditampilkan perbandingan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia

berdasarkan sumber daya alam (KPPTR SL)

Tabel 16. Perbandingan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak


Ruminansia Berdasarkan Sumber Daya Alam (KPPTR SL)

Sapi Kerbau Total


4 815.5 3 708.75 8 524.25
Total 4 815.5 3 708.75 8 524.25
Persentase(%) 56.49 43.51 100
KPPTR SL (ST) -4 734.32 -3 646.49 -8 380.81
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Dari tabel diatas dapat dipahami berdasarkan perbandingan populasi riil ternak

ruminansia yang ada di Kecamatan Lubuk Alung, maka nilai KPPTR untuk ternak

sapi potong adalah -8 380.81 ST. Hal ini berarti Kecamatan Lubuk Alung

8
berdasarkan Sumberdaya Alamnya belum memiliki potensi untuk mendukung

penambahan populasi ternak sapi potong sebesar nilai tersebut. Menurut

bacthiar(1991), indikator yang menunjukkkan bahwa suatu wilayah mempunyai

potensi pengembangan wilayah peternakan antara lain jumlah populasi ternak

yang dikaitkan dengan kepadatan ternak dan luas areal yang mendukung

pengembangan ternak tersebut, sarana dan prasarana pendukung, tingkat

produktifitas atau adanya peluang pasar.

C. Potensi Sumber Daya Manusia Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong

Dilihat dari potensi sunber daya manusia untuk pengembangan usaha ternak

sapi potong dapat kita lihat dari karakterstik peternak yakni antara lain :

1. Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak responden dapat menggambarkan keadaan peternak

serta latar belakang peternak yang berhubungan dengan keterlibatannya dalam

mengelola usaha peternakan sapi potong. Keberhasilan suatu usaha peternakan

sangat ditunjang oleh kamampuan peternak dalam dalam menjalankan usaha

tersebut. Karakteristik peternak responden dalam penelitian ini adalah umur,

tingkat pendidikan, pengalaman beternak, pekerjaan utama, jumlah ternak yang

dipelihara, jumlah anggota keluarga, berikiut deskripsi karakteristik peternak

responden di Kecamatan Lubuk Alung dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 17. Karakteristik Peternak Responden di Kecamatan Lubuk Alung

Uraian Jumlah Responden (Orang) Persentase


a. Umur Peternak
< 15 Thn 0 0.00
15 – 64 Thn 44 97.78
> 64 Thn 1 20.22

9
b. Tingkat Pendidikan
SD 13 28.89
SLTP 16 35.56
SMU/SMEA/STM 15 33.33
Perguruan Tinggi 1 2.22
Sambungan Tabel 17

Uraian Jumlah Responden (Orang) Persentase


c. Pengalaman Beternak
< 5 Thn 3 6.67
5 – 10 Thn 17 37.77
> 10 Thn 25 35.56
d. Jumlah Anggota Keluarga
1–2 8 17.78
3–4 22 48.89
5–6 12 26.66
>6 3 6.67
e. Jumlah Ternak
1–3 38 84.44
>3 7 15.56

f. Pekerjaan Utama
Petani 27 60
Pedagang 6 13.33
PNS 6 13.33
Telekom 1 2.22
Satpam 1 2.22
Wiraswasta 4 8.89
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

a. Umur

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden sebagian besar

berada pada kelompok umur produktif (97.78 %), dimana umur antara 15-64

tahun adalah usia produktif, sebagai mana yang ditetapkan oleh Biro Pusat

Statistik, bahwa umur 15-64 tahun adalah usia produktif dalam berusaha, apalagi

dikaitkan dengan pertanian pada umumnya. Hal ini sejalan dengan pendapatan

Soeharjo dan Patong (1973), bahwa petani yang berumur muda akan relatif

dinamis karena mempunyai fisik yang kuat, lebih cepat dalam pengambilan

keputusan, lebih berani menanggung resiko dan lebih cepat menerima hal baru

dibandingkan petani berumur tua.

10
Di bidang pertanian, umur merupakan salah satu faktor yang menentukan

produktifitas kerja seseorang. Menurut Simanjuntak (1985) produktifitas

kerjamula-mula meningkat seiring dengan pertambahan umur, kemudian akan

menurun menjelang usia tua.

b. Tingkat pendidikan

Menurut pendapatan Mosher (1986), bahwa pendidikan secara individual

adalah penting untuk menerapkan perkembangan baru, rendahnya tingkat

pendidikan juga dikarenakan tidak adanya biaya untuk pendidikan. Dari hasil

tebel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah

ini dapat kita lihat perbandingan antara persentase dari tingkat pendidikan yang

SLTP dengan perguruan tinggi persentasenya sangat berbeda jauh. Maka dari nilai

ini menunjukkan bahwa apabila tingkat pendidikan seseorang rendah maka akan

berpengaruh kepada tingkat kematangan berfikir, dalam mengambil keputusan

secara cepat.

c. Pengalaman beternak

Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang dari

peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Seiring dengan pertambahan

umur seseorang akan menumpuk berbagai pengalaman sebagai sumber daya yang

sangat berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih lanjut.

Dari hasil penelitian tabel diatas adpat disimpulkan bahwa perbandingan

persentase pada tabel tersebut bahwa pada pengalaman beternak 5-10 tahun

memiliki persenstase tertinggi, responden ini dikatakan cukup memiliki

pengalaman untuk beternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dam patong

(1976), bahwa umur dan pengalaman mempengaruhi kemampuan berusaha.

11
Peternak yang memiliki pengalaman lebih atau berhati-hati dalam bertindak dan

mengambil keputusan, dengan pengalaman yang cukup peternak dapat

mengetahui kekurangan yang timbul dalam usaha peternakan dan dapat

memprediksi apa yang akan terjadi bila tinakannya kurang tepat dalam menangani

masalah yang timbul.

d. Jumlah anggota keluarga

Anggota keluarga yang diharapakan dapat memberikan kontribusi ekonomi

pada keluarga, apalagi jika dihubungkan dengan usah ternak sapi dimana anggota

keluarga yang ada diharapkan ikut membantu dalam kegiatan usaha ternak sapi

yang dilakukan.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sebagian besar responden (48.89 %)

memiliki anggota keluarga 3-4 orang. Maka hal ini sesuai dengan pendapat Tohir

(1983), bahwa dalam usaha tani ternak didaerah pedesaan, banyaknya tenaga kerja

berasal dari anggota keluarga merupakan faktor penentu dalam usaha tani ternak

keluarga.

e. Jumlah ternak dan jenis ternak sapi yang dipelihara

Jumlah ternak yang semakin banyak akan menyebabkan seseorang peternak

menyediakan waktu lebih banyak untuk mengelola usahanya, sehingga lebih

banyak kesempatan baginya untuk memperhatikan perkembangan atau

kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam usahanya.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kepemilikan sapi

didaerah penelitian ini adalah 2.5 ekor. Sedangkan jenis sapi yang dipelihara

didaerah penelitian umumnya adalah sapi bali, sapi pesisir, sapi PO, sapi simental

dan sapi brahman.

12
f. Pekerjaan utama

Dapat dipahami bahwa umumnya peternak responden memiliki pekerjaan

utama sebagai petani. Profesi sebagai petani akan sangat mendukung bagi

pengembangan usaha sapi potong bila terintegrasi dengan usaha tani lain.

Hal ini dipertegas dengan pernyataan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan

bahwa usaha tani tetap bertahan karena ternak sapi yang dipelihara dalam suatau

sistem yang terintegrasi dengan usaha tani lainnya. Dengan adanya sistem

integrasi tanaman ternak yang telah dilakukan oleh petani dipedesaan akan

mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing, sekaligus meningkatkan

pendapatan petani.

2. Potensi Maksimum Keluarga Petani

PMKK merupakan suatu cara dalam menentukan seberapa besar potensi

satuan ternak sapi potong yang dapat dipelihara berdasarkan KK petani yang

tersedia di suatu wilayah. Pada tabel dapat dilahat potrensi maksimum yang dapat

dipelihara oleh KK petani di Kecamatan Lubuk Alung :

Tabel 18. Potensi Maksimum Bedasarkan Keluarga Petani (PMKK)

KK Petani (jiwa) Kemampuan Memelihara PMKK (ST)


Ternak (ST)
36363 2.33 84 725.79
Total 36363 2.33 84 725.79
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Pada tabel 18 dapat dipahami bahwa KK petani yang tersedia di Kecamatan

Lubuk Alung berpotensi untuk memelihara ternak sapi potong sebanyak

84 725.79 ST. Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara KK petani yang

13
tersedia dengan kemampuan memelihara ternak dalam satuan ternak selama

setahun.

3. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan KK Petani

(KPPTRKK)

Dengan mengetahui Potensi Maksimum KK yang Tersedia Untuk memelihara

Ternak Ruminansia di Kecamatan Lubuk Alung, pada tabel berikut dapat dihitung

KPPTR berdasarkan kepala keluarga Petani:

Tabel 19. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan


Kepala Keluarga (KPPTR KK)

PMKK (ST) Popril (ST) KPPTR KK (ST)


84725.79 8524.25 76 201.54
Total 84725.79 8524.25 76 201.54
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Dari tabel 19 menunjukkan nilai total kapsitas peningkatan populasi ternak

ruminansia berdasarkan KK petani (KPPTR KK) yang tersedia di Kecamatan

Lubuk Alung adalah 76 201.54 ST. Nilai ini diperoleh dari selisih antara potensi

maksimum berdasarkan KK petani (PMKK) dengan populasi riil ternak sapi

potong di Kecamaatan ini. Keadaan ini menunjukkan bahwa di Kecamatan Lubuk

Alung dapat dilakukan penambahan populasi ternak ruminansia sebesar nilai

tersebut.

Dengan mengetahui perbandingan persentase populasi riil ternak ruminansia,

dapat diketahui kapasitas masing-masing jenis ternak ruminansia yang tersedia di

Kecamatan Lubuk Alung ini, termasuk sapi potong. Berikut ditampilkan

perbandingan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia berdasarkan KK

petani yang tersedia (KPPTR KK) :

14
Tabel 20. Perbandingan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak
Ruminansia Berdasarkan Kepala Keluarga (KPPTR KK)

Sapi Potong Kerbau Total


4 815.5 3 708.75 8 524.25
Total 4 815.5 3 708.75 8 524.25
Persetase 56.49 43.51 100
KPPTR KK (ST) 43046.25 33155.29 76 201.54
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)

Dari tabel 20 menunjukkan perbandingan populasi riil ternak ruminasia yang

ada di Kecamatan Lubuk Alung, nilai KPPTR untuk ternak sapi potong adalah

43046.25 ST. Hal ini menunjukkan sumberdaya manusia untuk mendukung

pertambahan populasi ternak sapi potong sebesar nilai tersebut.

Untuk mengetahui KPPTR efektif, KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) dapat

dilihat dari nilainya yang lebih kecil. Sehingga Kecamatan Lubuk Alung memiliki

nilai KPPTR SL sebesar -8 380.81 ST dan KPPTR KK sebesar 7 6201.54 ST.

Maka KPPTR efektifnya adalah KPPTR KK secara teori Kecamatan Lubuk Alung

masih dapat mendukung 76 201.54 ST sapi potong berdasarkan Sumberdaya

Alam.

D. Kelembagaan Pendukung Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong

1. Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan merupakansemua badan yang melalui kegiatannya di

bidang keuangan, menarik uang dan menyalurkannya ke masyarakat. Di

Kecamatan Lubuk Alung terdapat dua lembaga keuangan (Bank) yang

15
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegitatan pelayanan

pembangunan dan penyuluhan pertanian.

Salah satu lembaga keuanganyang bergerak dalam pengembangan sapi potong

di Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman adalah Bank Nagari.

Dimana dana yang diberikan dinas peternakan Pariaman berupa uang yang disebut

dengan dana Revolping. Dana ini dicairkan di Bank Nagari Pariaman, dana

inidiberikan pada salah satu kelompok ternak yang memenuhi syarat, dimana

kelompok ternak tersebut mengajukan berupa proposal. Dari beberapa syarat yang

telah ditentukan maka didapat satu kelompok ternak yaitu Karya Indah yang

terdapat di Korong Air Tajun.

Dana Relvolping diturunkan pada tahun 2003, dana yang diberikan Rp.

80.000.000 pemberian dana ditinjau langsung oleh KCD peternakan dilihat

besarnya usaha dan dana diberikan berdasarkan besarnya usaha.dana

Rp.80.000.000 dicairkan ke satu kelompok ternak (Karya Indah) dana yang

diberikan ada yang Rp.12.000.000, Rp.10.000.000, dan ada juga yang

Rp.8.000.000 berdasarkan besarnya usaha peternak tersebut.

Pemulangan dana dilakukan enam bulan sekali dimana bunga dipotong awal

pencairan dana, pembayaran bulan berikutya bunga juga dibayar dan seterusnya.

Sampai sekarang pemulangan dana Relvolping belum selesai dan yang baru

selesai Cuma dua orang.

Menurut Rahardi dkk (1999), lembaga keuangan dapat didefenisikan denganj

merunjuk kepada UU No.13 Th. 1967 yaitu :

a. Lembaga keuangan merupakan semua badan yang melalui kegiatannya di

bidang keuangan, menarik uang dan menyalurkannya ke masyarakat.

16
b. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan

jasa-jasa dalam lalulintas dan peredaran uang.

c. Kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara Bank dengan

pihak lain.

2. Kantor Cabang Dinas Pertanian dan Kehutanan

Dinas Pertanian dan Kehutanan sebagai lembaga pemerintah berfungsi sebagai

sumber atau penyalur informasi dan inovasi dari pemerintah.

Program-program dan pelayanan-pelayanan yang diberikan KCD tersebut

kepada peternak yang berada di daerah Kecamatan Lubuk Alung khususnya

mengenai ternak sapi potong adalah bagaimana cara memelihara ternak sapi

potong melalui penerapan aspek teknis sapi potong yang meliputi;

a. Bibit / Reproduksi

Peternak diajarkan bagaimana memilih bibit yang baik yaitu berdasarkan

umur dan berat badan, berdasarkan keturunan, bentuk luar tubuh. Sehingga

peternak tahu mana bibit yang unggul, karena bibit yang unggul memiliki

pertumbuhan yang cepat.

b. Pakan

1). Jumlah hijauan yang diberikan

2). Kualitas hijauan yang baik

3). Frekuensi pemberian hijauan

4). Pemberian konsentrat

5). Pengawetan dan pengolahan hijauan

c. Tatalaksana Pemeliharaan

17
1). Membersihkan kandang

2). Pemanfaatan kotoran

3). Memandikan sapi

4). Pencatatan

d. Kesehatan

1). Pengetahuan tentang berbagai penyakit yang menyerang ternak

2). Vaksinasi

e. Perkandangan

- Kontruksi kandang, letak kandang, tempat kotoran dan peralatan kandang.

Sesuai dengan visi dinas peternakan, pertanian dan kehutanan Kabupaten

Padang Pariaman adalah terwujudnya masyarakat tani perkotaan dan perdesaan

berbasis agroindustri dan agribisnis yang mandiri untuk manghasilkan produk-

produk unggulan yang kompetitif dan berwawasan lingkungan dengan

memanfaatkan sumbedaya rmanusia dan sumberdaya alam sebagai sub sistem

lingkungan hidup.

Pembangunan pertanian dan peternakan dan kehutanan di Kecamatan Lubuk

Alung pada tahun 2005 merupakan upaya untuk mengembangkan kapasitas

masyarakat atau petani khususnya ekonomi produktif secara mandiri dalam arti

berbagi sektor dan mampu memperbaiki kehidupannya serta dapat memberikan

manfaat baik peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya.

Dinas Peternakan memiliki kegitan terjadwal (aktif) dimana satu bulan sekali

melakukan kunjungan kepada kelompok peternak untuk malukukan penyuluhan

serta melihat perkembangan usaha peternak. Dinas Peternakan juga memberikan

pelayanan-pelayanan kepada peternak yang menhadapi masalah ternak, peternak

18
bisa menghubungi penyuluh lapangan (PPL) baik melalui telepon maupun datang

langsung kepada kantor dinas kecematan. Selain itu pemerintah melalui Dinas

Peternakan memberikan bantuan penguatan modaaal kepada kelompok peternak,

salah satunya kelompok peternak, salah satunya kelompok peternak Karya Indah

pada tahun 2007. selain dana bantuan pemerintah juga mengutus penyuluh

lapangan (PPL) untuk melakukan pembiaan dan bimbingan kepada peternak

sertamelakukan pemantauan apakah dana yang diberikan tersebut betul-betul

digunakan untuk usaha sapi potong.

3. Kelompok Peternak

Kelompok ternak di Kecamatan Lubuk Alung berjumlah sembilan kelompok

ternak dalam kegiatannya satu kelompok bergerak dalam bentuk kerja atau

kegiatan ;

a. Kegiatan atau usaha yang bersifat gotong royong

b. Memperbaiki saluran pengairan

c. Menyelenggarakan demonstrasi bersama penyuluh

d. Mengusahakan perbaikan pemberantasan hama penyakit

e. Mengusahakan pengolahan dan pemasaran hasil secara bersama

f. Mengadakan acara diskusi atau pertemuan

g. Mengusahakan pembelian sarana produksi secara bersama.

Ini sesuai dengan pendapat Samsudin (1982) Kelompok tani adalah kumpulan

petani yang memiliki kepentingan yang sama dalam usaha tani, terhimpun atas

dasar kesadaran dan kekeluargaan. Peranan kelompok tani yaitu sebagai media

penyuluhan yang hidup dan wajar (dinamis), alat untuk mencapai perubahan

19
sesuai dengan tujuan penyuluhan pertanian dan tempat penyatuan inspirasi yang

murni dan sehat sesuai dengan keinginan pertanian sendiri.

Kelompok peternak di kecamatan Lubuk Alung sering mendapatkan

penyuluhan dan bimbingan dari Dinas Peternakan melalui petugas lapangan

(PPL), dimana setiap bulan sekali PPL tersebut meninjau perkembangan usaha

penggemukan sapi mereka dan memberikan penyuluhan kepada peternak tentang

cara penerapan aspek teknis sapi potong seperti bibit, pakan,

tatalaksanapemeliharaan, perkandangan, kesehatan, supaya peternak tersebut lebih

memahami lagi tentang cara-cara pemeliharaan sapi potong sehingga nantinya

bisa meningkatkan populasi ternak dan akhirnya pendapatan peternak juga

meningkat.

4. Pos Kesehatan Hewan (Keswan)

Lembaga ini mambantu dan memberikan kontribusi seputar permasalahan

teknis pemeliharaan ternak sapi potong dilapangan kepada para peternak.

Poskeswan merupakan bagian dari dinas peternakan, bisa diakses oleh masyarakat

Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.

5. Rumah Potong Hewan (RPH)

Rumah potong hewan mamiliki peranan yang sangat penting didalam proses

pemotongan ternak. Rumah potong berfungsi sebagai tempat dilaksanakannya

pemotongan hewan, tempat dilaksanakannya pemeriksaan hewan sebelum

dipotong (ante mortem), tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit hewan

yang ditemukan pada pemeriksaan ante mortem dan tempat melaksanakan seleksi

dan pengendalian pemotongan hewan besar betina bertanduk yang masih

produktif.

20
Hal ini sesuai dengan pemotongan hewan yang dituntut oeh surat keputusan

Mentri Pertanian Nomor : 413/Kpts/TN.310/1992, tentang Pemotongan hewan

Potong dan Penanganan Daging serta hasil ikutanya. Menyatakan setiap hewan

potong yang akan dipotong memenuhi syarat :

a. Disertai surat pemilikan

b. Disertai bukti pembayaran retribusi

c. Memiliki surat izin potong

d. Dilakukan pemeriksaan ante-mortem oleh petugas 24 jam sebelum di

potong

e. Diistirahatkan paling lama 24 jam sebelum disembelih

f. Penyembelihan dilakukan di rumah potong hewan

g. Pelaksanaan pemotongan dibawa pengawasan petugas

h. Tidak dalam keadaan bunting dan bibit ( Intruksi Bersama Mentri Dalam

Negri Pertanian No 18 Tahun 1979 No 05/Ins/Um/3/1979, tentang

pencegahan dan larangan pemotongan ternak sapi/kerbau betina bunting

dan sapi kerbau bibit)

i. Penyembelihan dilakukan menurut tata cara agama islam

21
Tapi Rumah Potong Hewan yang ada di Kecamatan Lubuk Alung tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat terutama masyarakat peternak sapi potongV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan SDA untuk ketersedian hijauan pakan ternak Sapi Potong di

Kecamatan lubuk Alung memiliki ketersedian pakan sebesar -8 380.81 ST.

Khususnya untuk sapi potong kekurangan ketersediaan pakan sebanyak

-4 734.32 ST.

2. Potensi sumber daya manusia yang tersedia untuk Kapasitas Peningkatan

Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga Petani (KPPTR

KK) sebesar 43 046.25 ST.

3. Lembaga pendukung untuk pengembangan usaha sapi potong di

Kecamatan Lubuk Alung sudah sesuai dengan yang ditetapkan. oleh

Dirjen Peternakan yaitu : Dinas Peternakan, Lembaga Keuangan dan

Kelompok Peternak dan sudah memiliki Peran masing-masing dalam

pengembangan usaha peternakan.

B. Saran

1. Perlu adanya peraturan pemerintah untuk melindungi lahan produktif

untuk lahan hijauan disebabkan karena terjadinya penyusutan lahan

produktif dengan beralih fungsi menjadi pemukiman dan industri.


2. Diharapkan pada KCD Dinas Peternakan khususnya untuk memperhatikan

apa-apa saja yang dibutuhkan masyarakat peternak yang ada di Kecamatan

Lubuk Alung, guna untuk mengetahui dalam dunia peternakan yang lebih

baik dan lebih maju tentunya.

2
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z . 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Aksi Agraris Kanisius. 1978. Petunjuk Berternak Sapi Potong. Agro Media
Pustaka, Jakarta.

Atmadilaga, D. 1976. Kedudukan usaha ternak tradisional dan perusahaan ternak


dalam sistem pembanguna peternakan, Biro Research dan Afiliansi
Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran, Bandung.

Bachtiar, N. 1991. Peranan pubsektor peternakan dalam perekonomian Indonesia.


Makalah Pada Diskusi Staf Fakultas Ekonomi Universitas Andalas,
Padang.

BPS Kabupaten Padang Pariaman. 2005. Kecamatan Lubuk Alung dalam Angka.
BPS, Kabupaten Padang Pariaman.

Daniel, M. 2003. Metodologi Penelitian Survei. Bumi Aksara, Jakarta.

Dinas Perternakan, 2001. Rencana Strategi Pembangunan Peternakan Pemerintah


Provinsi Sumatera Barat. Dinas Peternakan, Padang.

Direktorat Bina Usaha Tani. 1985. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha, Analisa
dan Pengolahan. Dirjen Peternakan. Depertemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 1992. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Panca Usaha


Ternak potong Direktorat Jendral Peternakan. Proyek Usaha Sapi potong,
Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 1998. Kajian Pola Pengembangan Peternakan


Rakyat Berwawasan Agribisnis. Lembaga Penelitian Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2003. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Bina


Penyebaran Peternakan, Jakarta.

Dwiyanto, K. 2002. Pemanfaatan sumber daya lokal dan inovasi teknologi dalam
Mendukung usaha agribisnis yang berdaya saing, Berkelanjutan, dan
berkarakyatan. Wartozoa 12 (1) : 1-8.

Haryanto, B. 2004. Sistem Integrasi padi ternak dan ternak sapi (SIPT) dalam
Program P3T. Makalah disampaikan Pada Seminar Pekan Nasional di
Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamadi 15-19-2004.

Lumis. 1994. Social System Essay Or Their Persistence and Change. Vannostrand
Company, London.
Makka, .J. 2004. Prospek kumpulan karya ilmiah pengembangan sistem integrasi
peternakan yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Sistem
Integrasi Tanaman Ternak. Denpasar, Bali 20-22 juli 2004.

Mosher, A.T. 1996. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV.Yasaguna,


Jakarta.

Mubyarto. 1984. Pengantar Ilmu Pertanian, Penerbit Kanisius, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 1992. Beternak Sapi Potong, Penerbit Kanisius, Jakarta.

Nell, A.J dan D.H.I. Rollinson. 1974. The requirent and availability of live Stock
Feed In Indonesia. UNDP Projed INS/72/009.

Rahardi, F dan Rudi Hartono. 2005. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Rahardi, F, Imam, S dan R.N. Styowati.1999. Agribisnis Peternakan. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Pengembangan Pedet. Penebar swadaya,


Jakarta.

Santosa, U. 2005. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Saragih, B. 2001. Kumpulan Pemikiran : Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE


Foundation dan PSP Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simanjuntak, P.J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga


Penerbit. Fakultas Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

Siregar, S.B. 2005. Penggemukan Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S.B., Soediman dan T. Manurung.1981. Budi Daya Ternak dalam


Usahatani Ternak dalam Usahatani Terpadu di Daerah Penelitian
Peternakan 23-26 Maret 1981, Ilmu Usaha Tani Terpadu dan Penelitian
untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia Press,
Jakarta.

Soekartawi. 1996. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers, Jakarta.

Sugeng. 2004. Sapi Potong, Penebar Swadaya, Jakarta.

2
Suhardjo dan Patong, D. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Departemen
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi. Brhatara Karya Aksara, Jakarta.

Tohir, K. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina Aksara,
Jakarta.

3
Lampiran 1. Identitas Peternak

Pengalaman Jumlah Lahan Status


No Nama Umur Kelurahan/ Pendidikan Pekerjaan Jumlah ST
Beternak Anggota Rumput Lahan
Desa Terakhir Utama Ternak
(Th) Keluarga (ha)
1 Taher 70 Sikabuh SD Tani 40 5 3 2.5 0.25 MS
2 Amril 45 Sikabuh SMA Tani 15 3 2 1.5 0.5 MS
3 Syukri 50 Sikabuh SMA Tani 25 4 4 3 0.5 MS
4 Sudirman 55 Sikabuh SMA Wiraswasta 15 4 5 4 1 MS
5 Umar 57 Sikabuh S1 PNS 25 4 5 3.25 1 MS
6 Nurjanah 51 Sikabuh SD Tani 24 4 2 1.5 0.25 Pinjam
7 Nurin 60 Sikabuh SD Tani 20 8 2 1.5 1 MS
8 Zinudin. K 48 Sikabuh SMA PNS 2 6 3 2.5 1 MS
9 Eka Nurzamrizal 38 Sikabuh SMA Wiraswasta 10 3 9 6 2 MS
10 Syafrizal 54 Sikabuh SLTP Tani 20 4 2 2 0.25 MS
11 Mansyur 60 Sikabuh SLTP Pedagang 15 2 1 1 - -
12 Marzuki 45 Sikabuh SMA PNS 9 2 1 1 - -
13 Huzein 48 Sikabuh SMA PNS 10 4 1 1 - -
14 Syafrison 52 Sikabuh SLTP Tani 20 4 2 1.5 0.25 MS
15 Endrinal 36 Sikabuh SMA Tani 4 2 1 1 - -
16 Sapri 50 Air Tajun SLTP Tani 20 5 2 1.25 - -
17 Oyong 49 Air Tajun SMA Pedagang 6 3 2 2 - -
18 Taswin 50 Air Tajun SMEA PNS 10 4 3 1.75 0.25 -
19 Tarmizal 45 Air Tajun SMP Satpam 5 4 1 0.5 - -
20 Maman 38 Air Tajun STM Tani 5 2 1 0.5 - -
21 Buyung 39 Air Tajun SLTP Pedagang 8 2 2 1.5 - -
22 Marwan 43 Air Tajun SD Tani 10 2 3 2.5 0.25 MS
23 M. Ronen 35 Air Tajun SLTP Pedagang 15 5 13 8.25 2.5 MS
24 Abdul Muis 45 Air Tajun SD Petani 20 7 4 2.75 1 MS
25 Suhatris 55 Air Tajun SMA PNS 10 4 2 1.25 - -
26 Jamaris 55 Air Tajun SMA TELKOM 15 7 3 2.5 0.5 MS

1
27 Alirbu 60 Air Tajun SD Tani 20 5 2 1.25 0.25 MS
28 Siswandi 57 Air Tajun SD Tani 20 3 2 1.5 - -
29 Mahludin 50 Air Tajun SD Tani 18 6 3 2 0.25 MS
30 Marjohan 45 Air Tajun SLTP Pedagang 12 3 2 1.5 - -
31 Usman 55 Singguling SD Tani 5 8 2 1 0.25 MS
32 Alius 50 Singguling SD Tani 20 4 2 2 0.25 MS
33 Sahril 60 Singguling SD Tani 40 5 3 3.5 0.5 MS
34 Sutan Taher 56 Singguling SLTP Tani 30 5 1 0.5 - -
35 Syawaludin 51 Singguling SD Tani 10 4 3 1.75 - -
36 Hartono 42 Singguling SLTP Dagang 9 5 3 2.25 0.25 MS
37 Barlis 48 Singguling SLTP Tani 10 2 1 1 - -
38 Karim 50 Singguling SD Tani 20 6 4 2.75 0.25 MS
39 Haslinda 46 Singguling SLTP Tani 12 4 2 1.25 - -
40 Ali Umar 49 Singguling SLTP Tani 13 5 3 2.25 0.25 MS
41 Herman 45 Singguling SLTP Wiraswasta 10 4 2 1.5 - -
42 Alius 26 Singguling SMA Wiraswasta 5 2 1 1 0.25 MS
43 Joni 30 Singguling SMA Tani 7 3 1 1 0.25 MS
44 Sukirman 62 Singguling SLTP Tani 11 4 1 1 - -
45 Samsul 43 Singguling SLTP Tani 4 3 2 1.5 - -

1
ampiran 2. Populasi Termasuk Sapi Potong Di Kecamatan Lubuk Alung Tahun
2006

Umur Sapi
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 71,556 175,152 287,292 534
Air Tajun 128,238 313,896 514,866 957
Saributan 96,078 235,176 385,748 717
Sungai Abang 87,368 213,856 350,778 652
Koto Buruk 95,212 235,504 386,284 718
Pasir Laweh 89,512 219,104 359,384 668
Punggung Kasik 90,852 222,384 364,764 678
Balah hilir 82,812 202,704 332,484 618
Singguling 93,666 229,272 376,062 699
Pasar Lubuk Alung 41,138 100,696 165,166 307
TOTAL 877,432 2147,744 3522,824 6548

Lampiran 3. Populasi Riil Ternak Sapi Potong di Kecamatan Lubuk Alung Tahun
2006

Umur Sapi
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 18 87,5 287 392,5
Air Tajun 32 157 515 704
Saributan 24 117,5 386 527,5
Sungai Abang 21,75 107 351 479,75
Koto Buruk 24 118 386 528
Pasir Laweh 22,5 109,5 359 491
Punggung Kasik 22,75 111 365 498,75
Balah hilir 20,75 101,5 332 454,25
Singguling 23,5 114,5 376 514
Pasar Lubuk Alung 10,25 50,5 165 225,75
TOTAL 219,5 1074 3522 4815,5
Sumber :Hasil Pengolahan Data (2007)

Lampiran 4. Populasi Ternak Kerbau di Kecamatan Lubuk Alung Tahun 2006

Umur Sapi
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 55.878 136.776 224.346 417
Air Tajun 53.466 130.872 214.662 399
Saributan 55.208 135.136 221.656 412
Sungai Abang 73.7 180.4 295.9 550
Koto Buruk 107.602 263.384 432.014 803
Pasir Laweh 104.788 256.496 420.716 782
Punggung Kasik 59.094 144.648 237.258 441
Balah hilir 66.598 163.016 267.386 497
Singguling 58.558 143.336 235.106 437
Pasar Lubuk Alung 40.87 100.04 164.09 305
TOTAL 675,762 1654,104 2713,134 5.043
Sumber :Hasil Pengolahan Data (2007)

1
Lampiran 5. Populasi Riil Ternak Kerbau di Kecamatan Lubuk Alung Tahun 2006

Umur kerbau
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 14 68.5 224 306,5
Air Tajun 13,25 65.5 215 293,75
Saributan 13,75 67.5 222 303,25
Sungai Abang 18,5 90 296 404,5
Koto Buruk 27 131.5 432 590,5
Pasir Laweh 26,25 128 421 575,25
Punggung Kasik 14,75 72.5 237 324,25
Balah hilir 16,75 81.5 267 365,25
Singguling 14,75 71.5 235 321,25
Pasar Lubuk Alung 10,25 50 164 224,25
TOTAL 169,25 826.5 2713 3708,75
Sumber :Hasil Pengolahan Data (2007)

2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara, dilahirkan di Inderapura

08 Juli 1984 dari Pasangan Bapak Jamaris dan Ibu Indrawati.

Tahun 1996 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar negeri 29

Lubuk Alung dan pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah

lanjutan tingkat pertama pada SMPN 3 Lubuk Alung, dan pada tahun 2002

penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah lanjutan tingkat atas di SMU 1

Pancung Soal. Kemudian pada tahun 2002 penulis di terima sebagai mahasiswa di

Universitas Andalas Fakultas Peternakan.

Selama melaksanakan studi di Fakultas Peternakan Universitas Andalas,

penulis mengikuti kegiatan magang di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi

Potong Padang Mengatas – Payakumbuh pada tanggal 06 Juli sampai dengan 16

Agustus 2005. Pada tanggal 08 September 2006 sampai dengan 02 Februari 2007

penulis mengikuti Farm Exsperiens di UPT Fakultas Peternakan Universitas

Andalas Padang. Pada tanggal 27 Juli 2007 sampai dengan 30 Agustus 2007

penulis melakukan penelitian di Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang

Pariaman.

Padang, Februari 2008

Penulis

Anda mungkin juga menyukai