SKRIPSI
Oleh :
YULIMAI TRESSIA
02 964008
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2008
ANALIS1S POTENSI W1LAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA
SAPI POTONG DI KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN
PADANG PARIAMAN
ABSTRAK
PENGANTAR
sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kesalahan ataupun
kekurangannya. Untuk itu penulis harap kepada pembaca agar dapat memberikan
Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada Bapak
Ir. Ismet Iskandar. MS selaku pembimbing I dan kepada Bapak Ir. Boyon. MP
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang juga
membantu dalam pembuatan skripsi ini. Semoga saja skripsi ini dapat menjadi
Yulimai Tressia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Perumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..................................................................................3
D. Lembaga Pendukung............................................................................10
B. Metode Penelitian..................................................................................13
D.Variabel Penelitian.................................................................................14
E. Analisis Data..........................................................................................15
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Ketersediaan Lahan........................................................................19
1. Karakteristik Peternak....................................................................27
3. Kelompok Peternak........................................................................36
A. Kesimpulan 40
B. Saran 40
iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41
LAMPIRAN..........................................................................................................44
RIWAYAT HIDUP................................................................................................48
DAFTAR TABEL
12. Total Luas Lahan Pertanian Yang Potensial Dalam Menghasilkan HMT........23
iv
15. KPPTR SL 25
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Identitas Peternak........................................................................................... 44
vi
vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus
dimana salah satu usaha peternakan yang banyak di lakukan oleh masyarakat di
pedesaan adalah beternak sapi potong, yang berbntuk usaha peternakan rakyat.
sebagai usaha sampingan, namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam
menjadi pendapatan utama rakyat peternak (paling tidak) dan dapat memberikan
ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha peternakan keluarga.
Usaha pengembangan ternak sapi potong tidak terlepas dari usaha ternak
lagi dengan laporan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan bahwa 99 % produksi
dikembangkan adalah ternak sapi potong, ini disebabkan karena ternak unggas
sedang mengalami virus flu burung, maka sebagian masyarakat takut untuk
mengkonsumsi daging unggas dan masyarakat pada saat sekarang ini lebih
cenderung untuk memilih daging ternak besar terutama sapi potong. Usaha
peternakan sapi potong sekarang ini sudah merupakan suatu usaha yang dapat
Kecamatan Lubuk Alung memiliki luas daerah 111,63 km2 dengan ketinggian
tempat 2,50 meter dari permukaan laut, dengan jumlah penduduk sebanyak
2
B. Perumusan Masalah
sapi potong.
C. Tujuan Penelitian
sapi potong.
D. Manfaat Penelitian
Alung sebagai salah satu wilayah alternatif basis pengembangan usaha sapi
potong dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil keputusan dan para
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sugeng (2004), usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang
ternak yang punya nilai kemanfaatan dan ekonominya rendah pasti mudah
terdesak mundur dengan sendirinya, hal ini dapat dilihat dari manfaat sapi yang
sebagai suatu usaha yang dilakukan secara teratur dan terus menerus pada suatu
tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersil, kegiatan dalam
usaha ini meliputi : (1) Penghasil Ternak (ternak bibit / potong), telur dan susu. (2)
produk-produk peternakan.
(Murtidjo, 1992)
peternakan adalah faktor sosial dan faktor ekonomi. Yang termasuk faktor sosial
sedangkan faktor ekonomi adalah perbaikan ekonomi dan naiknya harga daging
menyadari arti gizi. Hal ini membuat pergeseran pola makan masyarakat dari
pemotongan juga mengalami kenaikan sebesar 1.63 per tahun.hal ini tergambar
2
Tabel 2. Jumlah Pemotongan Ternak Sapi Potong menurut Kecamatan di
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2001 – 2005
No Tahun Pemotongan Kenaikan/Penurunan
(ekor) %
1 2001 2.607 _
2 2002 1.744 -33,10
3 2003 2.581 47,99
4 2004 2.659 3,02
5 2005 2.356 -11,39
Rata – rata 1,63
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman
dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi dipelihara secara intensif hampir sepanjang
hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin
yang lebih besar dibandingkan dengan ternak ruminansia yang lain. Tabel berikut
ini.
3
Dari jumlah pemotongan ternak sapi potong di Kabupaten Padang Pariaman,
Pariaman. Hal ini dapat kita lihat dari tabel 4 berikut ini :
4
Dalam meningkatkan potensi sapi potong ke arah yang lebih baik, maju dan
yaitu 5 aspek:
1. Kegunaan dan pemilihan bibit yang berkualitas baik, terutama bibit unggul.
menguntungkan (AAK,1978).
Rahardi dan Hartono (2005), menyatakan ternak adalah sebagai subjek dalam
lainnya, keberhasilan usaha ternak sapi potong ditentukan oleh sedikit banyaknya
Sumber daya manusia merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam
faktor produksi melainkan lebih penting lagi yaitu pelaku langsung dari
5
gizidan kesehatan, latihan kerja dan lingkungan masyarakat, dimana penungkatan
kualitas masyarakat sebagai salah satu tujuan akhir pembangunan itu sendiri.
kegiatan usaha tani terdiri dari bapak, ibu, anak dan tenaga kerja yang dipunyai.
Satuan kerja yang dipunyai dihitung berdasarkan tenaga kerja pria (HKP) yaitu :
pria dewasa umur 15-64 tahun adalah 1 HKP, wanita dewasa umur 15-64 tahun
0,8 HKP, anak-anak umur 10-14 tahun 0,5 HKP (Adiwilaga, 1975) sedangkan
kemampuan 1 HKP tenaga kerja untuk memelihara sapi potong secara intensif
adalah sebesar 29 ekor dan secara extensif 67 ekor (Direktorat Bina Usaha Tabi,
1985).
Sumber daya alam ialah suatu sumber daya yang terbentuk karena kekuatan
alamiah, misalnya tanah, air, dan perairan, biotis, udara, dan ruang, mineral,
tentang alam (landscape), panas bumi dan gas bumi, angin, pasang surut/arus laut.
1. Ketersediaan Air
Air merupakan salah satu faktor utama dalam usaha pengembangan sapi
potong. Menurut Tafal (1981) bahwa air sangat penting untuk mengatur suhu
tubuh, untuk distribusi zat-zat makanan kseluruhan jaringan tubuh, penguapan air
dari kulit dan paru-paru akan mengurangi panas badan. Sedangkan menurut
6
benarpotensial. Hal ini juga membantu dalam penentuan kebijaksanaan dalam
sebagai berikut :
Secara umum bahan makanan ternak Ruminansia terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Makanan hijauan adalah makanan yang memiliki serat kasar yang
tinggi, sedangkan konsentrat adalah makanan yang memiliki serat kasar yang
rendah dan mudah dicerna (Sutardi, 1982). Pakan ternak sapi berasal dari hijauan
atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan, basanya bahan pakan hijauan
diberikan kurang lebih 10 % dari bobot badan serta bahan penguat cukup
D. Lembaga Pendukung
hubungan timbal balik atau integrasi yang berulang-ulang dan membentuk reaksi
yang persisiten, dan (2) suatu kejadian yang mempengaruhi secara nyata tindakan
dikelompokkan dalam dua pengertian, yaitu institut dan institusi. Institut merujuk
7
pada kelembagaan formal, misalnya organisasi, badan, dan yayasan mulai dari
di suatu wilayah bagi pengembangan usaha ternak sapi potong adalah dinas
RPH dan pasar ternak harus memiliki akses yang baik terhadap wilayah
Lembaga memiliki Visi. Misi, tujuan dan fungsi. Untuk mengemban misi,
dan pasar.
8
5. Tersedianya fasilitas untuk membuat percontohan dan pengembangan model-
model usaha tani dan kemitraan agribisnis dan kemitraan agribisnis dan
ketahanan pangan.
ternak untuk menghasilkan bibit unggul ternak yang sesuai dengan ketersediaan
lahan, ketersediaan jenis pakan ternak, dan pola tenaga kerja untuk usaha
peternak untuk menekan biaya pemasaran dan sarana produksi serta meningkatkan
9
III. METODOLOGI PENELITIAN
Pariaman terhitung sejak tanggal 30 Juli sampai dengan tanggal 30 Agustus 2007.
B. Metode Penelitian
mengambil sampel dari salah satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga peternak (RTP) sapi
potong yang ada di Kecamatan Lubuk Alung. Penentuan korong ditentukan secara
Keterangan:
*** : Strata III dari dua korong diambil salah satu populasi KK RTP
D. Variabel Penelitian
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah Potensi Sumber Daya Alam
dilihat dari ketersediaan lahan, hijauan dan ketersediaan air, Potensi Sumber Daya
2
pengalaman peternak, jumlah anggota keluarga, jumlah dan jenis sapi yang
pendukung meliputi beberapa hal yaitu harus ada dan berperan pada wilayah
yang bisa diakses dari daerah (Pos keswan, Pasar ternak, RPH, Pembibitan).
E. Analisis Data
Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua yaitu melihat potensi SDA dan
ruminansia (KPPTR). Metode ini merujuk pada Nell dan Rollinson (1974) dengan
Wilayah) dirumuskan :
Dimana :
Daya dukung lahan pertanian diperoleh dari kontribusi padang rumput dan
lahan.
3
- Daya Dukung Tanaman Pangan = Produksi Limbah Pertanian / 2,3.
pertanian tanaman pangan (padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar,
kedele)
Panen
PMKK = c x KK
Dimana:
ST/KK
c. Nilai KPPTR :
4
d. KPPTR Efektif : KPPTR (SL), jika KPPTR (SL) < KPPTR (KK)
e. KPPTR Efektif : KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (SL)
ruminasia di daerah penelitian, yaitu KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) yang
mempunyai nilai yang lebih kecil atau dengan kata lain KPPTR yang berlaku
5
Tabel 5. Kemampuan Lahan Dalam Menghasilkan Rumput
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Lubuk Alung merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Solok.
2
Secara geografis Kecamatan lubuk Alung memiliki luas daerah 111.63 km ,
dengan ketinggian tempat lebih kurang 2.50 M dari permukaan laut. Dilihat dari
bertani dan berdagang, dimana jumlah penduduk Kecamatan lubuk Alung pada
tahun 2006 yaitu 36.363 jiwa, dengan umur produktif penduduk 15-64 tahun
1. Ketersediaan Lahan
Kecamatan Lubuk Alung memiliki lahan seluas 111.63 Ha/area lahan tersebut
Dari tabel diatas dapat dilihat total lahan yang telah digunakan di Kecamatan
Lubuk Alung sebesar 111.63 Ha. Tanah merupakan salah satu faktor produksi
kedudukan paling penting, hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima
cenderung semakin berat karena faktor produksi lahan semakin langka. Hal ini
adanya peralihan fungsi ke sektor lain seperti perumahan, lokasi pabrik dan
Lahan padang rumput yang tersedia di Kecamatan lubuk Alung 9.5 Ha.
2
Tabel 10. Kontribusi Lahan Padang Rumput Dalam Menghasilkam HMT
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lahan padang rumput yang dapat
menghasilkan HMT sebesar 100% dari luas lahannya, sehingga dari hasil
pengolahan data didapat total luas lahan padang rumput yang tersedia dalam
Awal sebelum tanah diperlukan untuk bercocok tanam, semua ternak sapi
dilepas mencari makanan sendiri diatas tanah yang belum ditanami oleh tanaman
pokok, setelah penduduk bertambah dan tanah diperlukan untuk bercocok tanam
semakin luas, orang akan dengan sengaja menyisihkan beberapa bidang tanah
untuk pengembalaan umum. Namun keadaan ini juga tidak memuaskan semua
pihak, karena dengan bertambahnya jumlah ternak dan metode ilmiah dalam
perbaikan mutu organik, tuntutan akan kebutuhan pakan baik kualitas maupun
3
sawah ternyata ternyata luas yang mempunyai pengaruh terhadap populasi ternak
(Bachtiar, 1991).
Selain padang rumput, lahan padang rumput lainnya yaitu seperti sawah,
berbeda satu sama lain. Pada tabel berikut dapat dilihat kontribisi lahan pertanian
1.47 Ha. Lahan tersebut berasal dari sawah dengan total kontribusi lahan seluas
0.62 Ha, perkebunan dengan total kontribusi lahan seluas 0.73 Ha, dan tegalan
(limbah dan hasil pertanian) yang tersedia dari kegiatan di subsektor lainnya
Luas lahan yang potensial menghasilkan HMT, baik yang berasal dari lahan
padang rumput maupun yang berasal dari lahan pertanian lainnya dapat diketahui
4
total potensi lahan yang ada di Kecamatan Lubuk Alung untuk manghasilkan
Luas Lahan Padang Luas lahan non padang Total Luas Lahan
Rumput Untuk HMT Rumput Untuk HMT (Ha) Berpotensi Untuk HMT
(Ha)
9.5 1.47 10.97
Total 9.5 1.47 10.97
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)
Dari tabel diatas menunjukkan total luas lahan yang potensial dalam
manghasilkan HMT seluas 10.97 Ha, nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan
luas lahan padang rumput dan luas lahan non padang rumput yang potensial dalam
sebagai sumber pakan dapat ditentukan seberapa banyak limbah pertanian yang
dapat dijadikan pakan ternak yang jumlahnya sesuai dengan nilai konversinya
Tabel 13. Produksi Limbah Pertanian Yang Berasal Dari Tanaman Pangan
Berdasarkan Luas Panen di Kecamatan Lubuk Alung Tahun
2005
Dari tabel diatas diketahui bahwa tanaman pangan yang ada dapat
menghasilkan limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak sebesar 44.48
ton/tahun. Limbah pertanian ini berasal dari padi dengan total produksi limbah
5
sebanyak 16.01 ton/tahun, jagung dengan total produksi limbah sebanyak 21.04
ton/tahun, ubi kayu dengan total produksi limbah sebanyak 5.51 ton/tahun, ubi
jalar dengan total produksi limbah sebanyak 0.01 ton/tahun, kacang tanah dengan
total produksi limbah sebanyak 1.37 ton/tahun, sedangkan kedele dengan total
Dalam pendekatan usaha tani sebagai suatu sistem, sedikitnya ada dua hal
yang perlu mendapatkan perhatian, pertama adalah struktur dan sistem itu sendiri.
Dalam fungsinya sebagai komponen usaha tani, ternak akan berinteraksi dengan
lahan komoditi lain diusahakan, dan dengan petani sebagai pengelola usahatani
Pakan ternak dari tanaman dapat berupa residu dan hasil sampingan
meliputi: (1) jerami (padi dan jagung), (20 pucuk tebu, (3) biji-bijian (kacang
tanah dan kopi), (4) umbi-umbian (ketela dan ubi jalar), (5) bungkil biji minyak
(kelapa sawit, kapas,kopra), (6) dedak, dan (7) baggase (Makka, 2004).
ternak ruminansia yang dapat didukung oleh satu wilayah berdasarkan potensi
yang dapat disediakan oleh wilayah tersebut. Pada tabel berikut dapat dilihat daya
Daya Dukung Lahan Pertanian Daya Dukung Tanaman Pangan Total Daya
Ttl Luas Lhn Berpotensi Daya Dukung Produksi Limbah Daya Dukung Dukung/PSML
Utk Hmt(Ha) (ST) Pertanian (ton/th) (ST)
10.97 41.14 44.48 102.304 143.444
Jumlah 10.97 41.14 44.48 102.304 143.444
6
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)
Keterangan :
berpotensi untuk mendukung ternak ruminansia sebanyak 143.44 ST. Nilai ini
diperoleh dari penjumlahan daya dukung lahan pertanian dengan daya dukung
(KPPTR SL)
Dari tabel diatas dapat diketahui total nilai kapasitas peningkatan populasi
Lubuk Alung adalah -8 380.81 ST. nilai ini menunjukkan bahwa secara teori
Kecamatan Lubuk Alung belum dapat menyediakan pakan ternak berupa rumput
7
dan limbah pertanian untuk ternak ruminansia sebesar nilai KPPTR (ST) diatas
tersebut.
populasi ternak yang dikaitkan dengan kepadatan ternak serta luas areal yang
Penurunan daya dukung sumber daya alam (pakai) untuk usaha ternak serta
perobahan pola budidaya menjadi salah satu penyebab penurunan populasi ternak
penyediaan pakan sumber serat yang murah dan ini bisa dilakukan dengan
ruminansia yang ada di Kecamatan Lubuk Alung, termasuk sapi potong. Berikut
Dari tabel diatas dapat dipahami berdasarkan perbandingan populasi riil ternak
ruminansia yang ada di Kecamatan Lubuk Alung, maka nilai KPPTR untuk ternak
sapi potong adalah -8 380.81 ST. Hal ini berarti Kecamatan Lubuk Alung
8
berdasarkan Sumberdaya Alamnya belum memiliki potensi untuk mendukung
yang dikaitkan dengan kepadatan ternak dan luas areal yang mendukung
Dilihat dari potensi sunber daya manusia untuk pengembangan usaha ternak
sapi potong dapat kita lihat dari karakterstik peternak yakni antara lain :
1. Karakteristik Peternak
9
b. Tingkat Pendidikan
SD 13 28.89
SLTP 16 35.56
SMU/SMEA/STM 15 33.33
Perguruan Tinggi 1 2.22
Sambungan Tabel 17
f. Pekerjaan Utama
Petani 27 60
Pedagang 6 13.33
PNS 6 13.33
Telekom 1 2.22
Satpam 1 2.22
Wiraswasta 4 8.89
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2007)
a. Umur
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden sebagian besar
berada pada kelompok umur produktif (97.78 %), dimana umur antara 15-64
tahun adalah usia produktif, sebagai mana yang ditetapkan oleh Biro Pusat
Statistik, bahwa umur 15-64 tahun adalah usia produktif dalam berusaha, apalagi
dikaitkan dengan pertanian pada umumnya. Hal ini sejalan dengan pendapatan
Soeharjo dan Patong (1973), bahwa petani yang berumur muda akan relatif
dinamis karena mempunyai fisik yang kuat, lebih cepat dalam pengambilan
keputusan, lebih berani menanggung resiko dan lebih cepat menerima hal baru
10
Di bidang pertanian, umur merupakan salah satu faktor yang menentukan
b. Tingkat pendidikan
pendidikan juga dikarenakan tidak adanya biaya untuk pendidikan. Dari hasil
tebel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah
ini dapat kita lihat perbandingan antara persentase dari tingkat pendidikan yang
SLTP dengan perguruan tinggi persentasenya sangat berbeda jauh. Maka dari nilai
ini menunjukkan bahwa apabila tingkat pendidikan seseorang rendah maka akan
secara cepat.
c. Pengalaman beternak
umur seseorang akan menumpuk berbagai pengalaman sebagai sumber daya yang
persentase pada tabel tersebut bahwa pada pengalaman beternak 5-10 tahun
pengalaman untuk beternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dam patong
11
Peternak yang memiliki pengalaman lebih atau berhati-hati dalam bertindak dan
memprediksi apa yang akan terjadi bila tinakannya kurang tepat dalam menangani
pada keluarga, apalagi jika dihubungkan dengan usah ternak sapi dimana anggota
keluarga yang ada diharapkan ikut membantu dalam kegiatan usaha ternak sapi
yang dilakukan.
memiliki anggota keluarga 3-4 orang. Maka hal ini sesuai dengan pendapat Tohir
(1983), bahwa dalam usaha tani ternak didaerah pedesaan, banyaknya tenaga kerja
berasal dari anggota keluarga merupakan faktor penentu dalam usaha tani ternak
keluarga.
didaerah penelitian ini adalah 2.5 ekor. Sedangkan jenis sapi yang dipelihara
didaerah penelitian umumnya adalah sapi bali, sapi pesisir, sapi PO, sapi simental
12
f. Pekerjaan utama
utama sebagai petani. Profesi sebagai petani akan sangat mendukung bagi
pengembangan usaha sapi potong bila terintegrasi dengan usaha tani lain.
Hal ini dipertegas dengan pernyataan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan
bahwa usaha tani tetap bertahan karena ternak sapi yang dipelihara dalam suatau
sistem yang terintegrasi dengan usaha tani lainnya. Dengan adanya sistem
integrasi tanaman ternak yang telah dilakukan oleh petani dipedesaan akan
pendapatan petani.
satuan ternak sapi potong yang dapat dipelihara berdasarkan KK petani yang
tersedia di suatu wilayah. Pada tabel dapat dilahat potrensi maksimum yang dapat
84 725.79 ST. Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara KK petani yang
13
tersedia dengan kemampuan memelihara ternak dalam satuan ternak selama
setahun.
(KPPTRKK)
Ternak Ruminansia di Kecamatan Lubuk Alung, pada tabel berikut dapat dihitung
Lubuk Alung adalah 76 201.54 ST. Nilai ini diperoleh dari selisih antara potensi
tersebut.
14
Tabel 20. Perbandingan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak
Ruminansia Berdasarkan Kepala Keluarga (KPPTR KK)
ada di Kecamatan Lubuk Alung, nilai KPPTR untuk ternak sapi potong adalah
Untuk mengetahui KPPTR efektif, KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) dapat
dilihat dari nilainya yang lebih kecil. Sehingga Kecamatan Lubuk Alung memiliki
Maka KPPTR efektifnya adalah KPPTR KK secara teori Kecamatan Lubuk Alung
Alam.
1. Lembaga Keuangan
15
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegitatan pelayanan
Dimana dana yang diberikan dinas peternakan Pariaman berupa uang yang disebut
dengan dana Revolping. Dana ini dicairkan di Bank Nagari Pariaman, dana
inidiberikan pada salah satu kelompok ternak yang memenuhi syarat, dimana
kelompok ternak tersebut mengajukan berupa proposal. Dari beberapa syarat yang
telah ditentukan maka didapat satu kelompok ternak yaitu Karya Indah yang
Dana Relvolping diturunkan pada tahun 2003, dana yang diberikan Rp.
Pemulangan dana dilakukan enam bulan sekali dimana bunga dipotong awal
pencairan dana, pembayaran bulan berikutya bunga juga dibayar dan seterusnya.
Sampai sekarang pemulangan dana Relvolping belum selesai dan yang baru
16
b. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
pihak lain.
mengenai ternak sapi potong adalah bagaimana cara memelihara ternak sapi
a. Bibit / Reproduksi
umur dan berat badan, berdasarkan keturunan, bentuk luar tubuh. Sehingga
peternak tahu mana bibit yang unggul, karena bibit yang unggul memiliki
b. Pakan
c. Tatalaksana Pemeliharaan
17
1). Membersihkan kandang
4). Pencatatan
d. Kesehatan
2). Vaksinasi
e. Perkandangan
lingkungan hidup.
masyarakat atau petani khususnya ekonomi produktif secara mandiri dalam arti
Dinas Peternakan memiliki kegitan terjadwal (aktif) dimana satu bulan sekali
18
bisa menghubungi penyuluh lapangan (PPL) baik melalui telepon maupun datang
langsung kepada kantor dinas kecematan. Selain itu pemerintah melalui Dinas
salah satunya kelompok peternak, salah satunya kelompok peternak Karya Indah
pada tahun 2007. selain dana bantuan pemerintah juga mengutus penyuluh
3. Kelompok Peternak
ternak dalam kegiatannya satu kelompok bergerak dalam bentuk kerja atau
kegiatan ;
Ini sesuai dengan pendapat Samsudin (1982) Kelompok tani adalah kumpulan
petani yang memiliki kepentingan yang sama dalam usaha tani, terhimpun atas
dasar kesadaran dan kekeluargaan. Peranan kelompok tani yaitu sebagai media
penyuluhan yang hidup dan wajar (dinamis), alat untuk mencapai perubahan
19
sesuai dengan tujuan penyuluhan pertanian dan tempat penyatuan inspirasi yang
(PPL), dimana setiap bulan sekali PPL tersebut meninjau perkembangan usaha
meningkat.
Poskeswan merupakan bagian dari dinas peternakan, bisa diakses oleh masyarakat
Rumah potong hewan mamiliki peranan yang sangat penting didalam proses
dipotong (ante mortem), tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit hewan
yang ditemukan pada pemeriksaan ante mortem dan tempat melaksanakan seleksi
produktif.
20
Hal ini sesuai dengan pemotongan hewan yang dituntut oeh surat keputusan
Potong dan Penanganan Daging serta hasil ikutanya. Menyatakan setiap hewan
potong
h. Tidak dalam keadaan bunting dan bibit ( Intruksi Bersama Mentri Dalam
21
Tapi Rumah Potong Hewan yang ada di Kecamatan Lubuk Alung tidak
A. Kesimpulan
-4 734.32 ST.
B. Saran
Lubuk Alung, guna untuk mengetahui dalam dunia peternakan yang lebih
2
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius. 1978. Petunjuk Berternak Sapi Potong. Agro Media
Pustaka, Jakarta.
BPS Kabupaten Padang Pariaman. 2005. Kecamatan Lubuk Alung dalam Angka.
BPS, Kabupaten Padang Pariaman.
Direktorat Bina Usaha Tani. 1985. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha, Analisa
dan Pengolahan. Dirjen Peternakan. Depertemen Pertanian, Jakarta.
Dwiyanto, K. 2002. Pemanfaatan sumber daya lokal dan inovasi teknologi dalam
Mendukung usaha agribisnis yang berdaya saing, Berkelanjutan, dan
berkarakyatan. Wartozoa 12 (1) : 1-8.
Haryanto, B. 2004. Sistem Integrasi padi ternak dan ternak sapi (SIPT) dalam
Program P3T. Makalah disampaikan Pada Seminar Pekan Nasional di
Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamadi 15-19-2004.
Lumis. 1994. Social System Essay Or Their Persistence and Change. Vannostrand
Company, London.
Makka, .J. 2004. Prospek kumpulan karya ilmiah pengembangan sistem integrasi
peternakan yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Sistem
Integrasi Tanaman Ternak. Denpasar, Bali 20-22 juli 2004.
Nell, A.J dan D.H.I. Rollinson. 1974. The requirent and availability of live Stock
Feed In Indonesia. UNDP Projed INS/72/009.
2
Suhardjo dan Patong, D. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Departemen
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tohir, K. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina Aksara,
Jakarta.
3
Lampiran 1. Identitas Peternak
1
27 Alirbu 60 Air Tajun SD Tani 20 5 2 1.25 0.25 MS
28 Siswandi 57 Air Tajun SD Tani 20 3 2 1.5 - -
29 Mahludin 50 Air Tajun SD Tani 18 6 3 2 0.25 MS
30 Marjohan 45 Air Tajun SLTP Pedagang 12 3 2 1.5 - -
31 Usman 55 Singguling SD Tani 5 8 2 1 0.25 MS
32 Alius 50 Singguling SD Tani 20 4 2 2 0.25 MS
33 Sahril 60 Singguling SD Tani 40 5 3 3.5 0.5 MS
34 Sutan Taher 56 Singguling SLTP Tani 30 5 1 0.5 - -
35 Syawaludin 51 Singguling SD Tani 10 4 3 1.75 - -
36 Hartono 42 Singguling SLTP Dagang 9 5 3 2.25 0.25 MS
37 Barlis 48 Singguling SLTP Tani 10 2 1 1 - -
38 Karim 50 Singguling SD Tani 20 6 4 2.75 0.25 MS
39 Haslinda 46 Singguling SLTP Tani 12 4 2 1.25 - -
40 Ali Umar 49 Singguling SLTP Tani 13 5 3 2.25 0.25 MS
41 Herman 45 Singguling SLTP Wiraswasta 10 4 2 1.5 - -
42 Alius 26 Singguling SMA Wiraswasta 5 2 1 1 0.25 MS
43 Joni 30 Singguling SMA Tani 7 3 1 1 0.25 MS
44 Sukirman 62 Singguling SLTP Tani 11 4 1 1 - -
45 Samsul 43 Singguling SLTP Tani 4 3 2 1.5 - -
1
ampiran 2. Populasi Termasuk Sapi Potong Di Kecamatan Lubuk Alung Tahun
2006
Umur Sapi
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 71,556 175,152 287,292 534
Air Tajun 128,238 313,896 514,866 957
Saributan 96,078 235,176 385,748 717
Sungai Abang 87,368 213,856 350,778 652
Koto Buruk 95,212 235,504 386,284 718
Pasir Laweh 89,512 219,104 359,384 668
Punggung Kasik 90,852 222,384 364,764 678
Balah hilir 82,812 202,704 332,484 618
Singguling 93,666 229,272 376,062 699
Pasar Lubuk Alung 41,138 100,696 165,166 307
TOTAL 877,432 2147,744 3522,824 6548
Lampiran 3. Populasi Riil Ternak Sapi Potong di Kecamatan Lubuk Alung Tahun
2006
Umur Sapi
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 18 87,5 287 392,5
Air Tajun 32 157 515 704
Saributan 24 117,5 386 527,5
Sungai Abang 21,75 107 351 479,75
Koto Buruk 24 118 386 528
Pasir Laweh 22,5 109,5 359 491
Punggung Kasik 22,75 111 365 498,75
Balah hilir 20,75 101,5 332 454,25
Singguling 23,5 114,5 376 514
Pasar Lubuk Alung 10,25 50,5 165 225,75
TOTAL 219,5 1074 3522 4815,5
Sumber :Hasil Pengolahan Data (2007)
Umur Sapi
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 55.878 136.776 224.346 417
Air Tajun 53.466 130.872 214.662 399
Saributan 55.208 135.136 221.656 412
Sungai Abang 73.7 180.4 295.9 550
Koto Buruk 107.602 263.384 432.014 803
Pasir Laweh 104.788 256.496 420.716 782
Punggung Kasik 59.094 144.648 237.258 441
Balah hilir 66.598 163.016 267.386 497
Singguling 58.558 143.336 235.106 437
Pasar Lubuk Alung 40.87 100.04 164.09 305
TOTAL 675,762 1654,104 2713,134 5.043
Sumber :Hasil Pengolahan Data (2007)
1
Lampiran 5. Populasi Riil Ternak Kerbau di Kecamatan Lubuk Alung Tahun 2006
Umur kerbau
Korong Total
< 1 TH 1 – 2 TH >2 TH
Sikabu 14 68.5 224 306,5
Air Tajun 13,25 65.5 215 293,75
Saributan 13,75 67.5 222 303,25
Sungai Abang 18,5 90 296 404,5
Koto Buruk 27 131.5 432 590,5
Pasir Laweh 26,25 128 421 575,25
Punggung Kasik 14,75 72.5 237 324,25
Balah hilir 16,75 81.5 267 365,25
Singguling 14,75 71.5 235 321,25
Pasar Lubuk Alung 10,25 50 164 224,25
TOTAL 169,25 826.5 2713 3708,75
Sumber :Hasil Pengolahan Data (2007)
2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Lubuk Alung dan pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah
lanjutan tingkat pertama pada SMPN 3 Lubuk Alung, dan pada tahun 2002
Pancung Soal. Kemudian pada tahun 2002 penulis di terima sebagai mahasiswa di
Agustus 2005. Pada tanggal 08 September 2006 sampai dengan 02 Februari 2007
Andalas Padang. Pada tanggal 27 Juli 2007 sampai dengan 30 Agustus 2007
Pariaman.
Penulis