Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL PENELITIAN

EFISIENSI PEMASARAN KERBAU RAWA


DI DESA SAPALA KECAMATAN PAMINGGIR
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

MUHAMMAD SUPIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
PROPOSAL PENELITIAN

EFISIENSI PEMASARAN KERBAU RAWA


DI DESA SAPALA KECAMATAN PAMINGGIR
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Oleh

MUHAMMAD SUPIAN
1810514210031

Usulan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
Judul : Efisiensi Pemasraan Kerbau Rawa Di Desa Sapala
Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara
Nama : Muhammad Supian

NIM : 1810514210031

Program Studi : Agribisnis

Menyetujui tim Pembimbing:

Anggota, Ketua,

Hj. Luki Anjardiani, S.P M.P. Dr. Ir. H. Yusuf Azis, M.S.
NIP. 19670624 19903 2 001 NIP. 19630524 198903 1 003

Diketahui oleh:

Ketua Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian

Mira Yulianti SP, M.Si


NIP. 19770714 200212 2 002

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
usulan penelitian yang berjudul “Efisiensi Pemasaran Kerbau di Desa Sapala
Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara” sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir. H. Yusuf Azis,


M.S. dan Ibu Hj. Luki Anjardiani, SP, M.P. sebagai dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
usulan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan
teman-teman atas do’a dan dukungannya sehingga usulan penelitian ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan usulan penelitian ini masih


banyak terdapat kekurangan. Besar harapan penulis, adanya kritik maupun saran
yang dapat diberikan oleh berbagai pihak demi terwujudnya karya yang lebih baik
untuk masa mendatang.

Banjarbaru, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii
PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
Latar Belakang....................................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................... 4
Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
Manfaat Penelitian................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
Ternak Kerbau ....................................................................................... 6
Pemasaran................................................................................................ 8
Fungsi Pemasaran.................................................................................... 9
Saluran Pemasaran.................................................................................. 10
Lembaga Pemasaran................................................................................ 12
Biaya Pemaran ....................................................................................... 13
Margin Pemasaran................................................................................... 14
Farmer’s Share....................................................................................... 15
Keuntungan............................................................................................. 15
Harga....................................................................................................... 16
Efesiensi Pemasaran................................................................................ 17
Karangka Fikir......................................................................................... 19
METODE PENELITIAN ............................................................................. 20
Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 20
Jenis dan Sumber Data............................................................................ 20
Metode Penarikan Contoh....................................................................... 20
Batasan Masalah...................................................................................... 21
Analisi Data ............................................................................................ 21
Biaya Pemasaran............................................................................ 23
Margin Pemasaran......................................................................... 23
Halaman
Keuntungan.................................................................................... 23
Farmer’s Shar................................................................................ 23
Efisiensi Pemasaran....................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah populasi ternak kerbau di Provinsi Kalintan Selatan....................... 2

2. Jumlah populasi ternak kerbau di Kabupaten Hulu Sungai Utara................ 3


DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Karangka Fikir Penelitian............................................................................ 19
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan serta


pengetahuan warga masyarakat tentang gizi mempengaruhi pola konsumsi warga
masyarakat ke arah gizi seimbang. Hal ini menjadi peluang/kesempatan
peningkatan pendapatan yang besar dari hasil-hasil peternakan. Salah satu ternak
yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia yakni ternak kerbau.
Populasi ternak kerbau di Kalimantan Selatan pada tahun 2020 sebanyak
24.709 ekor. Ternak kerbau yang tersebar disebagian daerah Kalimantan Selatan
yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten
Kotabaru, Kabupaten Hulu Sungai Selatan serta Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Kerbau bisa bertahan hidup meski dalam masa-masa kekurangan pakan sangat
berbeda dengan sapi. Kerbau memiliki pencernaan yang sangat efektif dalam
mengelola pakan mutu rendah. Pada daerah kering di mana ternak sapi keadaan
badannya telah memprihatinkan (kurus), berbeda dengan badan kerbau masih
lumayan baik (BPS Kalimantan Selatan 2021).
Kerbau adalah suatu jenis ternak yang kegunaannya sangat bermacam-
macam mulai dari ternak pembajak sawah, alat transportasi, sumber penghasil
daging serta susu, sampai kulitnya yang bisa dijadikan bahan baku industri rumah
tangga maupun industri perusahaan. Kerbau ialah fauna bertulang besar, agak
kompak dengan tubuh bergantung pada kaki yang kuat dengan kuku-kukunya
yang besar (Williamson dan Payne dalam Utami 2008),.
Usaha ternak kerbau adalah suatu komponen yang berarti dalam usaha
penduduk desa sebab dapat memberikan pendapatan bagi rakyat di Pedesaan
dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Ternak kerbau
merupakan komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani untuk
warga, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja serta
kotorannya juga bisa digunakan sebagai pupuk organik sekalian memberi sumber
keuntungan/pendapatan untuk peternak.
2

Terdapat beberapa daerah di Kalimantan Selatan yang membudidayakan kerbau


seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah populasi ternak kerbau di Provinsi Kalintan Selatan
Jumlah (Ekor)
No Kabupaten
2019 2020
1 Tanah Laut 1.679 4.120
2 Kotabaru 1.712 3.936
3 Banjar 1.332 2.375
4 Barito Kuala 873 1.599
5 Tapin 91 392
6 Hulu Sungai Selatan 473 1.088
7 Hulu Sungai Tengah 545 1.328
8 Hulu Sungai Utara 9.035 9.037
9 Tabalong 0 0
10 Tanah Bumbu 803 826
11 Balangan 6 6
12 Kota Banjarmasin 6 0
13 Kota Banjar Baru 2 2
Jumalah 16.556 24.709
Sumber : BPS Dinas Pertanian Kalimantan Selatan Pada Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak kerbau


terbanyak berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan jumlah ternak kerbau
sebanyak 9.037 ekor kemudian disusul oleh Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru,
Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Tanah
Bumbu, Banjarmasin, Banjarbaru, Balangan, Tabalong, dengan jumlah
keseluruhan populasi ternak kerbau pada tahun 2020 sebanyak 24.709 ekor ternak
kerbau.
Terdapat beberapa daerah di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang
mengembangkan usaha ternak. Adapun data populasi ternak di Kabupaten Hulu
Sungai Utara pada tahun 2021 dijelaskan pada Tebel 2.
3

Tabel 2. Jumlah populasi ternak kerbau di Kabupaten Hulu Sungai Utara


No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba
1 Danau Panggang 19 7 37 -
2 Paminggir - 8.944 4 -
3 Babirik 8 - 27 2
4 Sungai Pandan 163 29 47 11
5 Sungai Tabukan - 4 16 4
6 Amuntai Selatan 91 16 142 13
7 Amuntai Tengah 76 11 27 2
8 Banjang 330 27 161 13
9 Amuntai Utara 10 4 38 -
10 Haur Gading 8 - 44 4
Hulu Sungai Utara 705 9.042 543 49
Sumber : BPS Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara Pada Tahun 2022

Untuk populasi kerbau di Kabupaten Hulu Sungai Utara di tingkat


kecamatan Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak
kerbau terbanyak berada di Kecamatan Paminggir dengan jumlah ternak kerbau
sebanyak 8.944 ekor kemudian disusul oleh Kecamatan Sungai Pandan, Banjang,
Amuntai Selatan, Amuntai Tengah, Danau Panggang, Sungai Tabukan dan
Amuntai Utara, dengan jumlah keseluruhan populasi ternak kerbau pada tahun
2021 sebanyak 9.042 ekor ternak kerbau, dan menurut pemerintahan desa teruntuk
Desa Sapala sendiri jumlah ternak kerbau yang di pelihara yaitu sebanyak 1.706
ekor.
Latar belakang dalam mengambil judul penelitian efisiensi pemasaran
kerbau rawa di Desa Sapala Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara
dimana menurut data tahun 2021 Kecamatan Paminggir merupakan daerah yang
memiliki populasi kerbau rawa yang lebih banyak dari kecamatan lain dan Desa
Sapala sendiri adalah desa yang memiliki populasi ternak terbanyak di Kecamatan
Paminggir. Namun di Desa tidak terdapat data spesifik yang membahas tentang
pemasaran kerbau, termasuk efisiensi pemasaran kerbau rawa sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti tentang efisiensi pemasaran kerbau rawa di lokasi ini.
4

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan masalah pada


penelitian ini yaitu :
1. Lembaga dan fungsi apa saja yang terlibat dalam pemasaran kerbau rawa di
Desa Sapala Kecamatan Pamingir Kabupaten Hulu Sungai Utara ?
2. Bagaimana bentuk saluran pemasaran kerbau rawa di Desa Sapala Kecamatan
Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara?
3. Berapa biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, marjin pemasaran, dan
bagian harga yang diteima produsen ?
4. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran kerbau rawa di Desa Sapala Kecamatan
Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui lembaga dan fungsi pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran kerbau rawa di Desa Sapala Kecamatan Pamingir Kabupaten Hulu
Sungai Utara
2. Untuk melakukan identifikasi bentuk saluran pemasaran kerbau rawa di Desa
Sapala Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara.
3. Untuk menganalisi biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, marjin
pemasaran, dan bagian harga yang diteima produsen.
4. Untuk menganalisis efisiensi pemasaran kerbau rawa di Desa Sapala
Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah :


1. Bagi peternak kerbau penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
serta bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
5

2. Bagi Pemerintah Daerah maunpun instansi terkait, hasil penelitian ini


diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam
penyusunan kebijakan terutama dalam pengembangan peternakan.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan pustaka atau referensi dalam menambah wacana
pengetahuan dan diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk bisa melakukan
penelitian yang serupa atau sejenis.
4. Bagi peneliti ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat.
TINAUAN PUSTAKA

Ternak kerbau

Kerbau (Bubalus) ialah suatu ternak humanisasi besar yang sudah lama
diketahui oleh masyarakat Indonesia. Walaupun kerbau belum banyak
mendapatkan perhatian dari segi pemeliharaanya , namun kerbau adalah salah satu
hewan ternak yang mempunyai beberapa keunggulan dan memberi banyak
manfaat khususnya bagi petani dan peternak (Erdiansyah, 2009).
Hipyan(2010) melaporkan kalau kerbau terkategori hewan ternak yang
simpel, gampang dipelihara, gampang menyesuaikan diri, serta bisa digunakan
buat membajak sawah. Kerbau bisa hidup di wilayah rawa, wilayah bercura hujan
besar, serta wilayah yang kering. Kerbau pula sanggup membiasakan diri terhadap
tekanan serta pergantian area yang ekstrem. Komentar lain mengatakan kalau
kerbau gampang menyesuaikan diri dengan area geografis keras. Dan tingkatan
efek penyakit serta parasit relatif rendah( Baliarti serta Ngadiono, 2006).
Fitrawati (2015) mengatakan kendala dalam beternak kerbau
antaralain:
1. penyempitan lahan penggunaan,
2. kualitas sumberdaya rendah,
3. produktivitas rendah,
4. akses kepemodal sulit,
5. usaha peternakan kerbau lokal tidak terpengaruh krisis.
Dalam upaya meningkatkan pemeliharaan ternak yang masih
tradisional ke arah yang lebih baik dan menguntungkan, telah dibuat suatu
program panca usaha ternak yang meliputi (Sihite, 2016)
1. Ternak yang baik dan unggul
2. Kualitas dan kuantitas makanan/pakan
3. Penataan kandang yang baik
4. Penjagaan kesehatan ternak
Beberapa Karakteristik sosial peternak yang diduga berpengaruh
terhadap pendapatan para peternak yaitu:
1. Usia Peternak
7

Usia yang produktif adalah penduduk yang berusia antara 15-64


tahun (Syamsuddin 2013). Usia merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan kerja dan produktivitas seseorang, peternak
yang lebih muda dan mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dan
lebih tanggap dalam menerima proses adopsi inovasi, sedangkan peternak
yang berusia nonproduktif memiliki sifat kehati-hatian dan penuh
pertimbangan dalam penerimaan suatu inovasi baru.
2. Tingkat Pendidikan Peternak
Tingkat Pendidikan peternak merupakan salah satu indikator yang
menunjukkan peternak tersebut memiliki keterampilan dan kemampuan, semakin
tinggi tingkat Pendidikan peternak maka semakin cepat pula menerima
inovasidan menanggapi masalah yang terjadi. tingkat Pendidikan yang rendah
menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang
dibutuhkan dalam kehidupannya, keterbatasan keterampilan/Pendidikan yang
dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk ke dalam dunia
kerja (Ahmadi, 2003).
3. Pengalaman Peternak
Pengalaman sangat mempengaruhi tingkat pendapatan peternak kerbau
yang berbeda-beda, peternak yang memiliki banyak pengalaman akan lebih
menguasai cara beternak yang benar, pada umumnya peternak mendapatkan
pengalaman dari orang tua yang diwariskan secara turun temurun dan melihat
peternak lainnya secara otodidak.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah faktor produksi yang unik, Tenaga kerja berbeda
dengan faktor produksi lainnya seperti modal, tidak memiliki tenaga kerja akan
mengakibatkan rendahnya kepemilikan ternak kerbau. Biasanya tenaga kerja
yang digunakan buat usaha peternakan kerbau berasal dari anggota keluarga,
tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja laki-laki, perempuan serta tenaga kerja anak-
anak yang berasal dari keluarga dan luar keluarga. Peternak biasanya melibatkan
keluarganya seperti istri dan anaknya dalam berbagai macam usaha kegiatan
pemeliharaan ternak, peternak tidak memakai tenaga kerja upahan dalam
8

mengelola usahanya, karena akan mengakibatkan biaya yang digunakan semakin


besar (Handayani dkk, 2005).
5. Luas Lahan Untuk Pakan
Berdasarkan kepemilikan lahan, petani di Indonesia dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu: (1) petani yang tidak memiliki lahan, (2) petani
pemilik lahan, dan (3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain
menyewa lahan, juga memiliki lahan sendiri (Mubyarto, 1991).
Namun dalam peternakan di Desa Sapala lahan untuk pakan
kerbau, kerbau dilepas liarkan untuk pakannya sendiri dan untuk status
lahan tersebut menurut Surat Keputusan Kementrian Perhutanan adalah
sebagai lahan kelola masyarakat dimana diberikan hak kepada masyarakat
untuk mengelola baik dalam hal peternakan maupun perikanan.
Pemasaran

Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai


perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna
bentuk, yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dengan melaksanakan
satu atau lebih fungsi–fungsi pemasaran. Pemasaran merupakan hal-hal
yang sangat penting setelah selesainya produksi pertanian. Kondisi
pemasaran menghasilkan suatu siklus atau lingkungan pasar suatu
komoditi. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga
yang layak bagi petani, maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi
petani, akibatnya penawaran akan berkurang, kurangnya penawaran akan
menaikan harga (Andriyani, 2017).
Menurut Budianto (2015), menyatakan bahwa Konsep inti
pemasaran meliputi: kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk
(barang, jasa dan gagasan); nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran dan
transaksi; serta hubungan dan jaringan. Konsep inti pemasaran pada
dasarnya dimulai dari :
1. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Kita dapat membedakan antara
kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar. Kebutuhan manusia (Human
9

needs) adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar. Manusia mempunyai


banyak kebutuhan yang kompleks.
2. Produk (Barang, Jasa dan Gagasan) Munculnya berbagai kebutuhan, keinginan
dan permintaan pasar, mendorong produsen untuk mempelajari, melakukan
riset pasar, mengamati prilaku konsumen, menganalisis keluhan dan
ketidakpuasan yang dialami konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa
yang sedang disukai, akan disukai dan yang tidak disukai konsumen. Dengan
demikian, produsen dapat menawarkan produk (barang, jasa, dan gagasan)
kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki atau dikonsumsi sehingga kepuasan
konsumen dapat tercapai.
3. Nilai, Biaya dan Kepuasan Konsumen membuat pilihan pembeli berdasarkan
pada persepsi mereka mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan
jasa ini. Nilai adalah selisih antara nilai total yang dinikmati pelanggan karena
memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya total yang menyertai
produk tersebut. Nilai total antara lain nilai dari produk, jasa, personil pemasar,
biaya waktu, biaya energi yang dikeluarkan, dan biaya psikis. Setelah
pemberian nilai, konsumen akan mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan
mempengaruhi kepuasan dan peluang untuk membeli ulang produk tersebut.
4. Pertukaran dan Transaksi Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh
barang yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai
imbalan.
5. Hubungan dan Jaringan Pemasaran hubungan (Relationship marketing) adalah
praktik membangun hubungan jangka panjang yang saling mempercayai dan
saling menguntungkan dengan pelanggan, penyalur dan pemasok guna
mempertahankan bisnis jangka panjang mereka.
6. Pasar Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, terjadi
transaksi, serta pertukaran produk (barang/jasa) yang bernilai antara dua belah
pihak atau lebih.

Fungsi Pemasaran
10

Fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang


terlibat dalam menggerakkan barang dan jasa dari produsen sampai ketangan
konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran atas tiga fungsi dasar yaitu:
1. Fungsi Pertukaran dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari
produsen baik dengan menukar uang dengan produk maupun pertukaran
produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.
2. Fungsi Distribusi Fisik distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara
mengangkut serta menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen
mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara baik melalui air, darat,
udara, dsb. Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan produk
agar tidak kekurangan saat dibutuhkan.
3. Fungsi Perantara untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan
konsumen dapat dilakukan melalui perantara pemasaran yang menghubungkan
aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik. Aktivitas fungsi perantara antara
lain seperti pengurangan resiko, pembiayaan, dan pencarian informasi.
(Assauri, 2010)

Saluran Pemasaran

Saluran Pemasaran yaitu saluran distribusi untuk menggelar,


menjual, atau menyampaikan produk fisik atau jasa kepada pelanggan atau
pengguna yang mencakup pedagang grosir, pengecer dan agen (Kotler dan
Keller, 2008).
Menurut Paly (2015), Fungsi saluran pemasaran antara lain adalah
(1) fisik, hak milik, promosi membentuk aliran aktivitas ke depan dari
perusahaan pelanggan, (2) pemesanan dan pembiayaan: membentuk aliran
ke belakang dari pelanggan ke perusahaan (3), informasi, negoisasi,
keuangan dan risiko, membentuk aliran dua arah. Sedangkan tingkatan
saluran pemasaran dapat di jabarkan sebagai berikut:
1. Saluran level 0 : dari Peternak/produsen langsung ke konsumen.
2. Saluran level 1 : dari Peternak /produsen ke pengecer lalu ke konsumen.
11

3. Saluran level 2 : dari Peternak/produsen ke pedagang pengumpul, lalu ke


pedagang eceran terakhir kekonsumen.
4. Saluran level 3: dari Peternak/produsen ke pedagang pengumpul lalu pedagang
besar, kemudian ke pengecer, terakhir ke konsumen.
Menurut Kotler dan Ferry (2012), pada umumnya saluran
pemasaran yaitu menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.
Saluran-saluran pemasaran tersebut terdiri dari:
1. Produsen–konsumen
Saluran pemasaran ini adalah saluran yang paling pendek dan sedehana
karena tidak menggunakan perantara sama sekali.
2. Produsen – pengecer – konsumen
Saluran ini produsen hanya melayani penjualan produk dalam jumlah
besar ke pedagang pengecer. Pembelian oleh konsumen akan langsung dilayani
oleh pengecer saja.
3. Produsen–pedagang pengumpul–pedagang pengecer–konsumen
Saluran ini banyak digunakan oleh saluran distribusi yang sering disebut
tradisional. Produsen melakukan pelayanan penjualan barang atau jasa kepada
pedagang pengumpul, tidak kepada pedagang pengecer. Pembelian oleh
pengecer dilayani oleh pedagang pengumpul dan pembelian oleh konsumen
dilayani oleh pedagang pengecer saja.
4. Produsen- pedagang pengumpul- Pedagang Besar- Pengecer- Konsumen
Produsen sering menggunakan pedagang pengumpul sebagai perantara
untuk menyalurkan barangnya pada pedagang besar yang kemudiann
menjualnya pada pengecer kecil. Panjang pendeknya saluran tataniaga yang
dilalui tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
1. Jarak antara produsen ke konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan
konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.
2. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus
segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran yang
pendek dan cepat.
12

3. Skala produksi. Bila produksi langsung dalam ukuran-ukuran kecil maka


jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak
menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan
demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan dan demikian saluran yang
akan dilalui produk cenderung panjang.
4. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung
untuk memperpendek saluran tataniaga. Pedagang yang posisi keuangan
(modalnya) kuat akan dapat melakukan fungsi tataniaga lebih banyak
dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan kata lain,
pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran
tataniaga (Hanafiah dan Saefuddin, 2006).
Produsen tidak dapat bekerja sendiri untuk memasarkan
produksinya, maka mereka memerlukan pihak lain atau lembaga
pemasaran yang lain untuk membantu memasarkan produksi pertanian
yang dihasilkan, dengan demikian muncul istilah pedagang pengumpul,
pengecer, pemborong dan sebagainya. Karena masing-masing lembaga
pemasaran ingin mendapatkan keuntungan, maka harga yang dibayarkan
oleh masing-masing lembaga pemasaran itu berbeda. Jadi harga tingkat
petani/peternak akan rendah dari pada harga ditingkat pedagang perantara
dan harga dipedagang perantara juga akan lebih rendah dari pada tingkat
pedagang pengecer. Secara umum kegiatan pemasaran sapi dapat dipilah
menjadi dua, yaitu pemasaran lokal dan perdagangan antar pulau.
Pemasaran lokal meliputi kegiatan-kegiatan pemasaran sapi untuk
memenuhi permintaan pemotongan lokal dan pemotongan industri.
Pemotongan lokal merupakan pemotongan sapi untuk memenuhi
konsumsi masyarakat secara langsung, sedangkan pemotongan industri
merupakan pemotongan sapi untuk memenuhi kebutuhan industri seperti
industri pengalengan daging, sosis, dendeng, bakso, daging beku,
restoran/hotel, swalayan, dan lain sebagainya (Ayu, 2018).

Lembaga Pemasaran
13

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang


menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari
produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan
usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul karena adanya
keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan
waktu (Time utility), tempat (Place utility), dan bentuk (Form utility).
Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsifungsi pemasaran
serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang
diterima lembaga pemasaran dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran
adalah margin pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan
keuntungan). Bagian balas jasa bagi lembaga pemasaran adalah
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran (Kamaludddin, 2008).
Terciptanya sistem pemasaran yang efisien serta menguntungkan
baik peternak maupun konsumen, maka dapat diukur melalui besarnya
rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap
biaya tataniaga didefinisikan 24 sebagai besarnya keuntungan yang
diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya
penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional
system tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 2006).
Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses


pemasaran berlangsung mulai dari peternak sampai konsumen akhir.
Pedagang perantara mengeluarkan biaya dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan pemasaran ternak sapi hingga konsumen. Besarnya biaya yang
dikeluarkan bagi tiap saluran pemasaran selalu berbeda-beda. Dengan
demikian semakin panjang saluran pemasaran maka jumlah biaya yang
dikeluarkan akan semakin bertambah (Yusuf dan Nulik, 2008).
Menurut Ayu (2018), menyatakan bahwa biaya pemasaran
merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung,
mulai dari produk lepas dari tangan peternak hingga diterima konsumen
akhir. Biaya dapat besar atau kecil tergantung panjang pendeknya jalur
14

pemasaran dan peran fungsi pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya


yang dikeluarkan untuk keperluan perusahaan. Biaya pemasaran meliputi
biaya angkut, biaya pengeringan, pungutan retribusi dan lain-lain.
Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan oleh :
a. Macam komoditas
b. Lokasi pemasaran
c. Macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran dilakukan.
Menurut Alma (2000), menyatakan bahwa komponen biaya
pemasaran berdasrakan berbagai kegiatan pemasaran yang umumnya
dilakukan meliputi biaya persiapan dan pengepakan, biaya handling, biaya
processing, biaya modal, pungutan pungutan, komisi, dan pembayaran
tidak resmi.
Siregar (2008), menyatakan bahwa Biaya dapat dibedakan menjadi
biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan
untuk sarana produksi dan berkali- kali dapat dipergunakan.. Biaya
variabel adalah biaya langsung yang dapat berubah sesuai dengan
perubahan yang terjadi dalam jumlah kesatuan barang yang diproduksi
atau dijual.

Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang


dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin
pemasaran merupakan biaya dari jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai
akibat permintaan dan penawaran dari jasa pemasaran. Kelompok margin
pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga lembaga
pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran atau disebut biaya
pemasaran atau biaya fungsional, dan keuntungan (profit) lembaga
pemasaran (Irawan, 2017).
Untuk menghitung marjin pemasaran menggunakan rumus
berikut : Rumus :
15

MP = Pr – Pf
Keterangan :
MP : Margin Pemasaran
Ps : Harga kerbau di tingkat konsumen (Rp/Ekor)
Pf : Harga di tingkat produsen (Rp/Ekor) (Soekartawi, 2002).
Margin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat
dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing masing lembaga
tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum
tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. (Gusti, 2012). Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi besarnya margin pemasaran yaitu:
1. Perubahan margin penasaran, keuntungan dari pedagang perantara, harga yang
dibayar oleh konsumen dan harga yang diterima produsen.
2. Sifat barang yang diperdagangkan.
3. Tingkat pengolahan barang

Farmer’s Share

Farmer’s Share adalah persentase perbandingan antara bagian


harga yang diterima oleh petani dengan bagian harga dikonsumen akhir.
Farmer’s Share antara komoditas yang satu dengan komoditas yang lain
berbeda, hal ini tergantung dari jumlah kegunaan bentuk, tempat dan
waktu yang ditambahkan oleh petani dan pedagang perantara yang
terhubung dalam suau saluran pemasaran. Secara sistematis farmers’share
dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Pf
Fs= x 100 %
Pr

Keterangan :
Fs : Bagian harga yang diterima Petani
Pf : harga ditingkat peternak
Pr : harga ditingkat konsumen (Anto, 2015).
Keuntungan Pemasaran
16

Soekartawi (2001), menyatakan bahwa keuntungan adalah selisih


antara penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya ini dalam banyak
kenyataan, dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (seperti
sewa tanah, pembelian alat) dan biaya tidak tetap (seperti biaya
transportasi, upah tenaga kerja). Keuntungan margin adalah keuntungan
yang bersifat kotor. Dari segi bisnis, keuntungan ini bersifat semu karena
ada unsur-unsur biaya yang tidak diperhitungkan yaitu biaya tetap,
sehingga besarnya keuntungan margin sama dengan selisih total output
dengan biaya operasional.
Rasyaf (2010), menyatakan untuk memperoleh keuntungan atau
pendapatan yang lebih baik, peternakan mempunyai dua jalan yaitu : 1.
Melakukan efisiensi dari segi teknis : dari segala skala usaha dan
meningkatkan produksi daging perekor 2 . Melakukan efisiensi dari segi
non-teknis : dengan jalan memperkecil biaya produksi atau menekan biaya
sewajarnya.
Harga

Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan


sejumlah kombinasi dari barang serta pelayanannya. Harga merupakan variable
yang dapat berubah dengan cepat karena adanya perubahan faktor faktor
penyusunannya. Pendekatan yang standar untuk menetapkan harga adalah dengan
menentukan biaya pokok produk dan ditambah dengan sejumlah Mark-up. Namun
biaya pokok produk sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pandangan
pelanggan tentang nilai pokok tersebut. Tujuan dari penetapan harga ialah
memaksimalkan laba perusahaan, memperoleh pangsa pasar, dan memperoleh
keuntungan dari investasi (Bloom dan Boone, 2006).
Harga kadang kadang mengacu pada kuantitas pembayaran yang diminta
oleh penjual barang atau jasa, bukan jumlah pembayaran akhirnya. Ini jumlah
yang diminta sering disebut harga meminta harga atau menjual, sedangkan
pembayaran yang sebenarnya dapat disebut harga transaksi atau harga
diperdagangkan. Demikian juga, harga tawaran atau harga beli adalah jumlah
pembayaran yang ditawarkan oleh pembeli barang atau jasa, walaupun berarti ini
17

lebih umum di pasar aset atau keuangan daripada di pasar konsumen (Mariza,
2013)
Dalam Price (harga) terkandung value, yang dikatakan bahwa mayoritas
konsumen yang mencari value letika mereka membeli sebuah produk, yaitu nilai
yang diperoleh didapat dari kualitas produk dan harga itu sendiri, sehingga dapat
menambah nilai dari image atau Brand produk maupun nama perusahaan tersebut
Jika seseorang konsumen percaya bahwa citra dan kualitas dari sebuah produk itu
baik, mereka akan berkeinginan untuk membuat pengorbanan yang besar untuk
membeli produk tersebut (Gilbert, 2003.)
Untuk mendapatkan citra (Image) yang di`bentuk dengan baik
dibenak konsumen, dan menarik minat konsumen, terkadang perusahaan
melakukan beberapa metode dimana tujuan dari pihak perusahaan tersebut
untuk mendapatkan kesetiaan dari konsumen, salah satu metode tersebut
adalah discount and allowence (diskon dan potongan harga). Perusahaan
dalam menetapkan diskon dan potongan harga akan menyesuaikan daftar
harga mereka dan memberikan diskon serta potongan untuk setiap
pembayaraan yang lebih cepat, pembelian dalm jumlah besar dan
pembelian di luar musim (Tjiptono, 2004).
Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran berarti memaksimisasi penggunaan input dan output,
berupa perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan
konsumen dengan output barang dan jasa. Para pelaku pemasaran suatu komoditas
harus mengetahui sistem pemasaran yang dilakukan sudah efisien atau tidak.
Efisiensi pemasaran dibagi menjadi dua kategori yaitu efisiensi teknologi dan
efisiensi ekonomi. Efisiensi teknologi atau operasional meliputi pengolahan,
pengemasan, pengangkutan dan fungsi lain dari sistem pemasaran. Biaya akan
lebih rendah dan output dari barang dan jasa tidak berubah atau bahkan meningkat
kualitasnya dengan adanya efisiensi operasional tersebut. Efisiensi harga meliputi
kegiatan pembelian pemasaran dan aspek harga. (Rosdiana, 2009).
Istilah efisiensi pemasaran sering digunakan dalam menilai prestasi kerja
(performance) proses pemasaran. Hal ini mencerminkan konsensus bahwa
18

pelaksanan proses pemasaran harus berlangsung secara efisien. Teknologi atau


prosedur baru hanya boleh diterapkan bila dapat meningkatkan efisiensi proses
pemasaran. Untuk mendapatkan pemasaran yang lebih efisien dua persyaratan
yang harus dipenuhi yaitu: (a) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani
produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, dan (b)
mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi
dan pemasaran barang itu.
Faktor-faktor yang dapat sebagai ukuran efisiensi pemasaran
adalah sebagai berikut:
a). Keuntungan pemasaran
b). Harga yang diterima konsumen
c). Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk malancarkan
transaksi jual beli barang, penyimpanan, transportasi.
d). Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran (Jumiati, 2017).
Tingkat efisiensi pemasaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Biaya Pemasaran
Ep= x 100 %
Nilai Produk Yang Dipasarkan

Jika nilai Ep ≤ 50%, maka semakin efisien penggunaan saluran


pemasaran di daerah penelitian dan jika nilai Ep > 50%, maka pemasaran
di daerah penelitian belum mencapai tingkat efisien (Soekartawi, 2002).
Menurut Paly (2015), Efisiensi pemasaran bertujuan untuk menilai kinerja
atau prestasi proses pemasaran. Pasar yang tidak efisien, disebabkan antara lain
biaya pemasaran yang semakin besar. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya
tidak terlalu besar dan tidak kontinu, kompetisi pasar tidak sehat, kurang tersedia
fasilitas fisik pemasaran, dan persentase perbedaan harga yang dibayarkan
konsumen dari produsen tidak terlalu tinggi. Efisiensi pemasaran dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu:
1. Efisiensi operasional (rasio keluaran pema saran terhadap pemasukan
pemasaran) dan berkaitan dengan kegiatan fisik, misalnya berapa produk
19

yang terjual dalam perjam kerja karyawan. Hal ini memerlukan fasilitas
alat/mesin untuk mengurangi biaya dan perbaikan kualitas produk.
2. Efisiensi penetapan harga (hubungan keluaran masukan dalam bentuk fisik
tetap konstan) untuk menggambarkan harga yang dibayarkan konsumen
secara tepat, biaya pemasaran dan biaya produksi. Jika penetapan harga tidak
efisien maka terjadi asymetris information dan dominasi perusahaan terhadap
pasar.
Selajutnya karangka fikir penelitian ini dijelaskan pada Gambar 1.

Komoditas Kerbau Rawa

Saluran Pemasaran Kerbau

Lembaga Pemasaran

Peternak Konsumen

Harga
Biaya

Marjin Pemasaran
Farmer Share

Efisiensi Pemasaran Kerbau

Gambar 1. Karangka Fikir Pemasaran


METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sapala Kecamatan Paminggir


Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan Desa Sapala merupakan daerah yang memiliki populasi ternak
kerbau tertinggi di Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2022 hingga Desember 2022.

Jenis dan Sumber Data

Metode yang dilakukan dalam penelitianii adalah metode survey dan


pengamatan langsung dilapangan serta mengadakan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada masing-masing responden. Data primer yang
dikumpulkan dari responden peternak meliputi identitas peternak, system
penjualan dan harga jual ternak, untuk responden pedagang perantara meliputi
identitas pedagang perantara, jumlah pembelian, harga pembelian dan penjualan
ternak,biaya pemasaran dan carapembayaran, sedangkan responden akhir atau
pedagang pengecer(daginng) meliputi identitas pedagang pengecer(daging) harga
pembelian ternak dan harga penjualan daging kerbau.
Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu
Sungai Utara serta literartur yang kaitannya dengan penelitian ini. Batasan
definisi didalam penelitian ini adalah sebagai berikut: kerbau yang dijual adalah
seluruh kerbau jantan yang siap dipasarkan, peternak adaalah seorang yang
memiliki kerbau untuk dijual kepada pelaku usaha lainnya, pedagang
pengumpul/blantik adalah pedagang perantara, pedagang pengecer(daging) adalah
pelaku usha yang membeli kerbau dari peternak atau pedagang perantara untuk
kemudian di potong dan dijual dalam bentuk daging kepada konsumen.

Metode Penarikan Sampel

Populasi penelitian ini adalah peternak kerbau di Desa Sapala dengan


jumlah 120 peternak kerbau.
21

Menurut Arikunto (2008) Jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100
dapat di ambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih tergantung sedikit
banyaknya kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut
banyak sedikitnya dana, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti yang
resikonya besar. Jumlah sampel yang diambil untuk diteliti adalah 15%, dari
jumlah populasi 120. Metode pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara
Simple Random Sampling yaitu sampel diambil secara acak dengan jumlah
pengambilan sampel 18 peternak kerbau yang berada di Desa Sapala dan
pedagang yang terkait (Lembaga Pemasaran) dalam peyaluran Ternak Kerbau di
daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Adapun pengambilan sampel peternak di Desa Sapala dilakukan secara
acak terproporsi sebagai berikut :
1. Populasi 120 X 15% = 18 Peternak
Metode pengambilan sampel pada lembaga pemasaran ini dilakukan
dengan cara sensus yaitu mengambil semua populasi yang ada kemudian
dijadikan sampel. Jumlah lembaga pemasaran yang terkait adalah 3 pedagang
pengumpul, 1 pedagang pemotong+pengecer.

Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang ada maka penulis mematasi penulisan agar


sesuai dengan tujuan yang ada maka penulis hanya melakukan penelitian saluran
pemasaran kerbau dari Desa Sapala sampai Pedagang konsumen akhir yang ada di
Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong selama Periode Bulan Oktober sampai
Bulan Desember 2022.

Analisis Data

Untuk mengetahui tujuan pertama yaitu mengetahui lembaga dan fungsi


pemasaran ternak kerbau rawa dilakukan dengan cara menelusuri lembaga
22

pemasaran yang dilalui dan fungsi pemasaran yang dilakukan ditingkat peternak
sampai dengan konsumen akhir.
Untuk mengidentifikasi tujuan kedua yaitu mengetahui saluran pemasaran
ternak kerbau rawa dilakukan dengan cara menelusuri mata rantai saluran
pemasaran yang dilalui ditingkat peternak sampai dengan konsumen akhir.
Untuk mengidentifikasi tujuan ketiga yaitu menganalisis berapa biaya
pemasaran, margin pemasaran, keuntungan pemasaran, dan bagian harga yang di
terima produsen peternak kerbau rawa di Desa Sapala Kecamatan Pamimggir
Kabupaten Hulu Sungai Utara.

1. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BP =BP1+Bp2+Bp3+…..+Bpn
Keterangan :
Bp : Biaya Pemasaran
Bp1, Bp2, Bp3, Bpn : Biaya pemasaran dengan tiap tiap lembaga
pemasaran.

2. Margin Pemasaran
Margin pemasaran adalah selisih harga diperoleh dari tingkat produsen ke
tingkat konsumen. Secara sistematis margin pemasaran di rumuskan sebagai
berikut:
Mp = Pr-Pf
Keterangan :
Mp : Margin pemasaran kerbau (Rp/ekor)
Pr : Harga kerbau ditingkat konsumen (Rp/ekor)
Pf : Harga kerbau di tingkat produsen (Rp/ekor)
Margin yang diperoleh pedagang perantara dari sejumlah biaya pemasaran
yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara yang
dirumuskan:
Mp = Bp + Kp
Keterangan :
23

Mp : margin pemasaran kerbau (Rp/ekor)


Bp : Biaya pemasaran kerbau (Rp/ekor)
Kp : Keuntungan pemasaran kerbau (Rp/ekor)

3. Keuntungan Pemasaran
keuntungan pemasaran sapi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 + …. + Kpn
Keterangan :
Kp : keuntungan pemasaran kerbau (Rp)
Kp1,Kpn : keuntungan pemasaran tiap lembaga pemasaran kerbau (Rp)

4. Farmer’s Share
Bagian yang di terima produsen (farmer’s share) Produsen share
merupakan perbandingan harga yang diterima produsen dengan harga yang
dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase :
Pf
Fs = x100%
Pr
Keterangan :
Fs : Bagian harga yang diterima peternak kerbau
Pf : Harga di tingkat produsen
Pr : Harga ditingkat konsumen

5. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Biaya Pem asaran
Ep= x 100 %
Nilai Produk Yang Dipasarkan

Keterangan :
Ep : Efisensi pemasaran (%)
C : Total biaya pemasaran (Rp)
H : Harga produk yang dipasarkan (Rp)
24

Jika nilai Ep ≤ 50%, maka semakin efisien penggunaan saluran pemasaran


di daerah penelitian dan jika nilai Ep > 50%, maka pemasaran di daerah penelitian
belum mencapai tingkat efisien (Soekartawi, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A.H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Alma, B. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta, Bandung

Andriyani, 2017. Pemasaran Jeruk Kasturi (Citrus Madurensis Lour)(Studi Kasus:


Desa Sukaraya Kecamatan Pancur BatuKabupaten Deli Serdang)
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Anto, 2015. Saluran Pemasaran Kacang Tanah di Desa Poncosari Kecamatan


Srandakan Kabupaten Bantul.

Assauri, S. 2018. Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia. Jakarta.

Astuti P. 2021. Analisis Pendapatan Dan Pengeluaran Rumahtangga Peternak


Lebah Madu Kelulut Di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Pekanbaru

Ayu G.R.A. 2018. Sapi Bali dan Pemasarannya. Warmadewa university press,
Bali.

Badan Pusat Statistik, 2021. Provinsi Kalimantan Selatan dalam angka 2021.
Badan Pusat Statistika Provonsi Kalimantan Selatan

Badan Pusat Statistik, 2022. Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam angka 2022.
Badan Pusat Statistika Kabupaten Hulu Sungai Utara

Bloom, Paul N, Louise, N. Boone. 2006. Strategi Pemasaran Produk, 18 Langkah


Membangun Jaringan Pemasaran Produk yang Kokoh Ed-1. Jakprestasi
Pustaka Raya, Jakarta.

Erdiansyah. E. 2009. Keragaman Fenotipe dan penggunaan jarak Genetik Antara


Subpopulasi Kerbau Rawa Lokal di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara
Barat. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau
Peningkatan Peran Kerbau Dalam Mendukung Kebutuhan Daging
Nasional Tana Toraja, 24-26 Oktober 2008. Putlitbang Peternakan
Bekerja Sama dengan Direktorat Perbibitan Ditjen Peternakan, Dinas
Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemda Kabupaten Tanah
Toraja. Bogor.

Gilbert, David. 2003. Retail Marketing Management. Prentice, England.


22

Hanafiah, M. A. Saefuddin.2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Indonesia


Universitas Press, Jakarta.

Handayani, Dkk., 2005. Ilmu Usahatani. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Irawan, 2017. Analisis Efisiensi Pemasaran Nilam(Progestemon Cablin Bent)


(Studi Kasus : Desa PantaiTinjau Kec. Sekerak Kab. Aceh Tamiang)
Fakultas PertanianUniversitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Jumiati, E.,dkk. 2017 . Analisis saluran pemasaran dan marjin pemasaran kelapa
dalam di daerah perbatasan kalimantan timur.

Kamaluddin. 2008. Lembaga dan Saluran Pemasaran. Eirlangga, Jakarta.

Kotler, P., Keller, K.L., 2008. Mnajemen Pemasaran. Edisi. Erlangga. ISBN 978-
0-13-600998-6. Jakarta.

Kotler, P., Ferry. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran . Erlangga, Jakarta

Mariza, S. 2013. Pengaruh Strategi Harga dan Strategi Penduduk Terhadap Brand
Loyality di Tator Café Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran. Jurusan
Manajemen, Universitas Surabaya.

Mubyarto., 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Paly, B. 2015. Pengantar Ilmu Ekonomi Peternakan. Universitas Islam Negeri


Alauddin Makassar, Makassar.

Rasyaf. 2010. Manajemen Peternakan Ayam Kampung. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Rosdiana S. 2009. Analisis Pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari Ciawi


Bogor. Skripsi. IPB, Bogor.

Sahriani. 2020. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Sapi Potong Di Kecamatan


Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Alauddin. Pekanbaru

Siregar. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sihite, E. A., 2016. Aspek Teknisi Pemeliharaan Ternak Kerbau Di Kecamatan


Pakkat Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang
23

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja
Grafindo. Jakarta.

Syamsuddin, H. 2013. Analisis pengaruh faktor kependudukan terhadap


pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. J Paradigma Ekonomika.

Tjiptono, F. 2004. Strategi Pemasaran. Edisi III. Andi Yogyakarta, Universitas


Indonesia Press, Jakarta.

Yusuf dan Nulik, J. 2008. Kelembagaan Pemasaran Ternak Sapi Potong di Timur
Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur,
NTT.

Anda mungkin juga menyukai