KEDAULATAN PANGAN
(Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumahtangga
Petani di Desa Pongko, Kecamatan Walenrang Utara,
Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan)
OLEH :
FADILAH A
08320180075
Kelas : C2
Fakultas : Pertanian
س ِم
ْ ِمن هللاِ ب
ِ يم ال َّر ْح
ِ ال َّر ِح
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusun panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan Kedaulatan Pangan.
Adapun laporan Kedaulatan Pangan ini telah penyusun usahakan
semaksimal mungkin dan dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu penyusun tidak lupa untuk
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun dalam pembuatan laporan ini.
Namun penyusun menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan pada
laporan ini baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat penyusun butuhkan untuk motivasi penyusun
kedepannya sehingga dapat pula memperbaiki laporan praktikum ini.
Pada akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan ekonomi
produksi pertanian ini dapat memberi manfaat sehingga dapat menjadi inspirasi
dan pengetahuan yang lebih kepada pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL......................................................................................... 4
tinggi, pada dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia. Tersedianya pangan yang
cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus
dipenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan bermartabat serta
Indonesia yang terkenal dengan negara agraris sampai saat ini masih belum
bisa lepas dari masalah pangan di negaranya sendiri. Negara yang sebagian besar
yang menyebabkan krisis pangan ialah sumberdaya manusisa yang kurang bisa
dibandingkan negara-negara lain, hal ini akan mempengaruhi hasil panen petani
yang nantinya harga-harga komoditi pangan naik tajam (Dinas Ketahanan Pangan,
2017).
lahan untuk memproduksi pangan pokok akibat terjadinya alih fungsi lahan. Tak
hanya itu, tingkat produktivitas pangan juga sulit dinaikkan karena keragaman
jenis pangan pokok masyarakat yang sempit dan hanya bertumpu pada beras. Hal
atau rumahtangga. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya kasus-kasus
kurang gizi dan rawan pangan sejak terjadinya krisis ekonomi. Oleh karena itu,
individu terhadap pangan yang dibutuhkan sangat dipengaruhi oleh daya beli,
yang tidak dapat bersaing di negaranya sendiri semakin memiskinkan petani lokal.
Masalah kekurangan pangan tidak pernah bisa diatasi dengan cara bercocok tanam
sumberdaya manusia yang memadai, tapi peran serta budaya akan makan juga
harus andil dalam memenuhi ketahanan pangan. Perlu juga dilakukan langkah
mengedukasi masyarakat bahwa ada bahan pangan lain seperti jagung, ubi kayu,
sagu dan berbagai umbi-umbi lainnya yang dapat dikonsumsi. Tantangan untuk
kelaparan dan kekurangan gizi. Prinsip kesehatan dan gizi yang utama adalah
memastikan agar pangan dan makanan yang di konsumsi rakyat aman untuk
seperti kaum perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia. Sektor ini menderita
Metode pengukuran ketahanan pangan dan gizi baik yang terdapat di tingkat
global seperti GFSI (Global Food Security Index), HANCI (Hunger And
Undernutrition Index) maupun pada tingkat nasional yang telah dikeluarkan oleh
Departemen Pertanian dan World Food seperti FSVA (Food Security and
sistem dan tidak semua indikator dapat diterapkan di wilayah yang berbeda-beda,
sehingga diperlukan metode pengukuran ketahanan pangan dan gizi yang sesuai
karakteristik wilayah.
Dalam konteks ketersediaan pangan, Provinsi Sulawesi Selatan dianggap
sebagai pusat utama produksi pangan di luar Jawa untuk padi, jagung, kedelai dan
dan memburuknya status gizi untuk anak di bawah 5 tahun pada periode 2011-
laporan Food Imecurity and Vulnerabilty Atlas, ada 100 dari 346 kabupaten/kota
di Indonesia yang tergolong daerah rawan pangan salah satunya yaitu Sulawesi
selatan sebesar 12,7% (sangat rawan pangan). Pada tahun 2011, Sulawesi Selatan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
(Mauluddin, 2018).
evaluasi ketahanan pangan dan gizi secara utuh sebagai suatu sistem dengan
menggambarkan angka indeks ketahanan pangan dan gizi. Dengan angka indeks
ini disamping tingkat pencapaian ketahanan pangan dan gizi secara total dapat
rumahtangga.
kedaulatan pangan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
setiap individu dari segi jumlah, kualitas, gizi yang seimbang dan dapat diperoleh
memiliki motif perilaku dalam memilih pangan seperti pada aspek kesehatan,
sosial, ekonomi dan budaya. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, defenisi dan
demokratis dan lebih terbuka pada ekonomi pasar yang lebih kompetitif, maka
desentralistik;
masyarakat.
4) Fokus pengembangan komoditas, dari beras menjadi komoditas pangan dalam
arti luas.
(Gintani, 2018).
aspek volume dan keragamannya untuk memenuhi kebutuhan zat mikro, yang
cemaran biologis, kima, serta benda lain yang dapat menganggu, merugikan
diperoleh oleh setiap waktu oleh rumah tangga dengan harga terjangkau.
menunjukkan bahwa pangan tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup, aman
dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari
produksi sendiri, impor, cadangan pangan mapun bantuan pangan, dimana pangan
tersebut juga harus mampu mencukupi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan
penyediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri, impor-ekspor, dan
dapat dipenuhi dari produksi pangan sendiri dan membeli pangan yang tersedia di
pasar Ketersediaan pangan juga berarti terpenuhinya pangan yang cukup bukan
hanya beras tetapi mencakup pengan yang berasal dari tanaman, ternak, ikan
untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi
volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya
serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu (Maleha dan Sutanto 2011).
selain beras, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan pangan berkaitan
dengan upaya yang dilakukan untuk menyediakan pangan secara terus menerus
yang berasal dari rumahtangga lain selain usaha pokok. Ketersediaan pangan ini
juga tersedia melalui jaringan sosial yang terbentuk dalam masyarakat. Jaringan
pangan yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari berbagai sumber seperti,
produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan
pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu daerah tetapi tidak dapat diakses oleh
rumah tangga tertentu jika mereka tidak mampu secara fisik, ekonomi atau sosial,
untuk mengakses jumlah dan keragaman makanan yang cukup (Mustofa, 2012).
tepat untuk konsumsi yang bergizi dan akses pangan ini tergantung pada
mendapatkan suatu bahan pangan. Kerawanan pangan dapat terjadi akibat sulitnya
ke dalam distribusi pangan yang mencakup aspek fisik dan ekonomi. Aksesibilitas
sehari. Apabila rumahtangga memiliki akses yang rendah terhadap pangan maka
2012).
semakin baik ketika kepercayaan semakin tinggi. Hal tersebut akan meyebabkan
sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan.
keragaman, mutu gizi atau nitrisi, dan keamanan. Konsumsi pangan menyangkut
pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola
dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan
manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif. Kualitas atau keamanan pangan
melihat jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
dilihat dari “ada” atau “tidaknya” bahan makanan. Ada atau tidaknya bahan
Status gizi merupakan keadaan yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik
terhadap energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan yang dampak
fisiknya dapat diukur. Status gizi selain dipengaruhi oleh pola konsumsi energi
dan protein, status gizi juga dapat dipengaruhi oleh faktor status kesehatan,
pengetahuan, ekonomi, lingkungan dan budaya. Dalam hal ini, ibu rumah tangga
yang memiliki peran paling penting dalam mengatur kecukupan gizi keluarga
akan tetapi jika ibu rumah tangga sendiri tidak memperhatikan kecukupan gizinya
anggota keluarganya. Sebaliknya jika ibu rumah tangga peduli dengan kecukupan
Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup
dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel agar tubuh dapat
berkembang dan berfungsi dengan normal. Berdasarkan hal tersebut, status gizi
ditentukan oleh pemenuhan semua zat gizi yang diperlukan tubuh dari makanan
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi
waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan berfungsi secara
normal. Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi. Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa
neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa paska neonatus dengan usia 29 hari-12
bulan. Masa neonatus merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan
berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada paska neonatus bayi akan mengalami
macam infeksi serta berada dalam status gizi rendah. Anak usia 12-23 bulan
merupakan anak yang masuk dalam kategori usia 6–24 bulan dimana kelompok
umur tersebut merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh
(growth failure) mulai terlihat. Gangguan bisa disebabkan karena bayi kekurangan
energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan sesuai usianya (Lestari, 2018).
2. Mortalitas Balita
bayi berumur dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahu.
Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar dari segi
perbaikan gizi merupakan syarat utama dalam perbaikan kesehatan ibu hamil,
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Untuk dapat menurunkan angka
kematian bayi akan lebih mudah tercapai apabila ditunjang dengan sumberdaya
Ada tiga penyebab utama kematian pada bayi yaitu infeksi saluran
penyebab ini member andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab
kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena
(ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf. Pola penyebab
utama kematian balita juga hamper sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare,
penyakit saraf, termasuk menginitis dan encephalitis dan tifus (Ersiyoma, 2012).
Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi lingkungan
udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. Untuk itu pemerinta tidak lelah
sehat. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat menekan
AKB. Telah terbukti, pemberian asi eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi
jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan
(Ersiyoma, 2012).
Usia harapan hidup adalah lama hidup manusia didunia. Usia harapan hidup
Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak tahun 1980. Harapan
hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990,
daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,
untuk efisiensi makan dalam mencegah pemborosan. Pola konsumsi pangan juga
mengarahkan agar pemanfaatan pangan dalam tubuh (utility food) dapat optimal,
dengan peningkatan atas kesadaran pentingnya pola konsumsi yang beragam,
dengan gizi seimbang mencaku penergi, protein, vitamin dan mineral serta aman
(Lestari, 2018).
buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan
kebutuhan. Pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat
pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi seseorang akan lebih
baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Lestari,
2018).
kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga. Permasalahan gizi pada balita dapat
terjadi karena orang tuanya tidak menyadari masalahnya dan tidak mengetahui
kebutuhan gizi anak mereka sehingga dapat menimbulkan penyakit kurang kalori
merupakan kelompok rawan gizi. Kebutuhan gizi pada anak dapat tercukupi
dengan baik apabila pengetahuan ibu tentang gizi juga baik, salah satunya
pengetahuan dalam pemberian pangan yang tepat bagi balita yaitu makanan yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Selain itu, pengetahuan ibu yang baik
juga dapat memberikan asupan makanan dan vitamin yang seimbang sehingga
anak tidak mudah terjangkit penyakit. Dengan adanya pengetahuan ibu dalam
kurang kalori protein dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi ibu rumah tangga
Praktik lapang mata kuliah Kedaulatan Pangan dilaksanakan pada hari Kamis
langsung kepada pihak terkait dan masyarakat yang berkaitan dengan praktik
lapang.
Sumber data pada Praktik lapang mata kuliah Kedaulatan Pangan dalam
1. Analisis Deskriptif
Kabupaten Luwu.
tingkat ketahanan pangan rumahtangga yaitu: (1) pangan produksi sendiri, (2)
pangan yang dibeli, (3) bantuan pangan, (4) cadangan pangan, (5) pendapatan
(8) alokasi pendapatan untuk pangan, (9) alokasi pendapatan untuk non pangan,
(10) tingkat kecukupan energi, (11) tingkat kecukupan protein, (12) tingkat
kecukupan vitamin A, (13) penganekaragaman pangan, (14) status gizi balita, (15)
mortalitas balita, (16) usia harapan hidup, (17) pola konsumsi pangan dan (18)
yaitu umur 46, jumlah tanggungan keluarga 3 dan pekerjaan sampingan pada
Responden diatas mulai dari luas lahan (ha) 2, jenis usahatani 1 dan frekuensi
rumahtangga pada Responden diatas mulai dari usia > 25 tahun yaitu laki-laki 1
orang dan wanita 1 orang , usia < 25 tahun laki-laki tidak ada sedangkan wanita 2
orang, usia 5-15 tahun yaitu wanita satu orang sedangkan usia 0-5 tahun tidak ada.
mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang
pangan adalah pangan produksi sendiri (X1), pangan dibeli (X2), bantuan pangan
(X3) dan cadangan pangan (X4). Komoditas yang dihitung adalah komoditas padi,
berikut:
Tabel 4. Ketersediaan Pangan Komoditas Padi Responden di Desa Pongko,
Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Komoditas Padi Jumlah (kg) %
Pangan produksi 20.800 91,96
sendiri
Pangan dibeli - -
Bantuan pangan - -
Cadangan pangan 1.820 8,04
Jumlah 22.620 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2021.
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan padi pada
responden sebanyak 22.600 kg yang terdiri dari pangan produksi sendiri 20.800
berikut:
diberi bobot 1.
Persentase tersebut masuk kedalam kategori sangat tahan pangan diberi bobot 6.
berikut:
ketersediaan pangan responden adalah 90. Nilai tersebut masuk kedalam kategori
antara skor dan bobot dari masing-masing komponen akses pangan rumahtangga
keluarga pada kegiatan farm, off farm maupun off farm yang dinyatakan dalam
diperoleh selama sebulan dari berbagai sumber yang dinyatakan dalam rupiah.
hanya berasal dari kepala keluarga dengan jumlah Rp. 80.000.000. Hal ini
tabel berikut :
untuk pangan sebesar 33,23 %, pengeluaran untuk non pangan sebesar 61,69 %.
komposit akses pangan untuk responden sebesar 51. Nilai tersebut termasuk
dengan tujuan untuk menganalisis tingkat kecukupan energi, protein dan vitamin
A.
kecukupan energi sebesar 1.366 bobot 6 dengan kriteria sangat rawan pangan.
Analisis tingkat kecukupan protein sebesar 106,04 bobot 6 dengan kriteria sangat
rawan pangan. Analisis tingkat kecukupan vitamin A sebesar 7,90 bobot 3 dengan
pertanyaan.
pangan responden adalah 75. Nilai tersebut masuk dalam kriteria agak tahan
Status gizi rumahtangga terbagi atas status gizi balita, mortalitas balita,
usia harapan hidup, pola konsumsi pangan dan pengetahuan ibu rumahtangga.
Tabel 17. Analisis Status Gizi Balita Responden Desa Pongko, Kecamatan
Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Pengukuran Skor
1 Apakah responden pernah melahirkan bayi dan mati saat lahir? 100
2 Apakah setiap anak yang dilahirkan berat badannya diatas 100
normal >2,5 kg?
3 Apakah responden memberi asi kepada bayi anda? 100
4 Apakah reponden memberikan makanan tambahan padi bayi 75
anda?
5. Apakah responden memberikan imunisasi secara lengkap? 100
6 Kalau bayi anda sakit, diobati dimana? 75
7 Apakah bayi anda rutin dibawa ke posyandu? 100
8 Apakah bayi anda rutin diberi vitamin A ? 100
Total 750
Rata-Rata 93,75
Kriteria TP
Sumber: Data primer setelah diolah, 2021
responden memiliki total skor 750 dengan rata-rata 93,75 Nilai rata-rata tersebut
responden memiliki total skor 375 dengan rata-rata 93,75 Nilai rata-rata tersebut
Tabel 19. Analisis Usia Harapan Hidup Responden di Desa Pongko, Kecamatan
Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan
No. Pengukuran Skor
1 Apakah ada anggota keluarga yang meninggal di usia dibawah 100
15 tahun saat sakit?
2 Apakah ada anggota keluarga yang usianya diatas 60? 0
3 Apakah ada yang menderita penyakit menahun? 100
4 Apakah ada anggota keluarga yang sering menderita penyakir 100
menular?
5 Bagaimana akses anggota rumahtangga terhadap fasilitas 75
kesehatan?
6 Bagaimana akses anggota rumahtangga terhadap MCK? 100
7 Bagaimana perilaku rumhatangga memnfaatkan air bersih untuk 100
keperluan rumahtangga?
Total 575
Rata-Rata 82,14
Kriteria ATP
Sumber: Data primer setelah diolah, 2021
rumahtangga responden memiliki total skor 575 dengan rata-rata 82,14 Nilai rata-
rumahtangga responden memiliki total skor 400 dengan rata-rata 57,14. Nilai rata-
responden memiliki total skor 550 dengan rata-rata 78,57. Nilai rata-rata tersebut
6.1 Kesimpulan
pangan.
tingkat kecukupan energi sebesar 1.366 bobot 6 dengan kriteria sangat rawan
Selatan terbagi atas status gizi balita, mortalitas balita, usia harapan hidup, pola
konsumsi pangan dan pengetahuan ibu rumahtangga. Rumahtangga tergolong
6.2. Saran
1. Sebelum melakukan praktek lapang lebih baiknya diberikan arahan jauh hari
akhir.
Gambar 1: Responden
LAMPIRAN 2. KONVERSI ENERGI
Konversi Energi
Beras Jagung
No Res per/100 per/100
Jml Jml org Jml Hari gr Nilai/kpt Jml Jml org Jml Hari gr Nilai/kpt
1 1600.00 6 30 360 28800 20.00 6 30 307 307.00 1170.00
Daging Ikan
Jml Jml per/ Jml Jml per/
Jml org Hari 100 gr Nilai/kpt Jml org Hari 100 gr Nilai/kpt
4 11.11 6 30 207 115.00 40 5000.00 6 30 113 28250.00 2
Kol/Kubis Wortel
J J
m Jm m Jm
l l per/ l l per/
jm Gra or Ha 100 Nilai/ jm or Ha 100 Nilai/
l m hr Jml g ri gr kpt l gram Hr Jml g ri gr kpt
2. 500. 4. 133. 160.0 2. 1000. 1. 66. 139.9
00 00 00 33 6 30 24 0 00 00 00 66 6 30 42 9
Bayam Kentang
jml Jml Jml per/ Jml Jml per/
ikat Gram hr Jml org Hari 100 gr Nilai/kpt jml gram Hr Jml org Hari 100 gr Nilai/kpt
66.6
0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0 0.00 0.50 1000.00 4.00 7 6 30 83 276.67
Terong Tahu
Jml Jml per/100 Jml Jml per/100
Jml org Hari gr Nilai/kpt jml gram Hr Jml org Hari gr Nilai/kpt
10.0
0 6.00 30.00 300.00 150.00 5.00 100.00 4.00 66.67 6 30 68 226.67
Tempe Tomat
Jml Jml per/100 Jml Jml per/100
jml Gram hr Jml org Hari gr Nilai/kpt jml gram Hr Jml org Hari gr Nil
Nenas
Jm
jml Gram hr Jml Jml org Jml Hari per/100 gr Nilai/kpt jml gram Hr Jml or
0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0 0.00 2.00 1000.00 6.00 266.67
Gula Pasir
Jml Jml
jml Gram Jml org Hari per/100 gr Nilai/kpt jml Gram
Tingkat Kecukupan
Mie Instant Energi (X10)
Jml Jml Nilai/ Total
hr Jml org Hari per/100 gr kpt Kalori Kalori/kpt/hari
15.00 186.62 6 30 50 466.55 76522.22 2551
LAMPIRAN 3. KONVERSI PROTEIN
Konversi
Protein