KEDAULATAN PANGAN
Disusun Oleh:
AL ATINA BALQIS
08320180102
س ِم
ْ ِمن هللاِ ب
ِ يم ال َّر ْح
ِ ال َّر ِح
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusun panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan Kedaulatan Pangan.
Adapun laporan Kedaulatan Pangan ini telah penyusun usahakan
semaksimal mungkin dan dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu penyusun tidak lupa untuk
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun dalam pembuatan laporan ini.
Namun penyusun menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan pada
laporan ini baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat penyusun butuhkan untuk motivasi penyusun
kedepannya sehingga dapat pula memperbaiki laporan praktikum ini.
Pada akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan ekonomi
produksi pertanian ini dapat memberi manfaat sehingga dapat menjadi inspirasi
dan pengetahuan yang lebih kepada pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL......................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN
tahun 1986 Indonesia telah mampu menjadi negara yang berswasembada pangan
karena telah berhasil dalam penemuan dan pemakaian bibit unggul. Namun
diantaranya banyaknya terjadi alih fungsi lahan yaitu lahan pertanian yang
pertanian yang baru dengan memanfaatkan lahan pertanian yang telah berkurang
2008).
pangan yang telah lama dilaksanakan di Indonesia sampai sekarang masih sangat
bahkan akhir-akhir ini kita cenderung semakin tergantung pada impor produk
pangan dari luar negeri. Hasil yang diperoleh dari kinerja ekspor produk-produk
sehingga semakin menyulitkan posisi Indonesia dalam era pasar global yang
bagi semua warga dan bangsa. Persoalan jati diri, kehormatan dan martabat
bangsa, bahkan kedaulatan bangsa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
semua konsep pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu kedaulatan pangan
pelanggaran hak asasi manusia, yang akan menimbulkan dampak serius baik
dalam skala individu maupun pada tatanan stabilitas sebuah negara. Kendati
merupakan kebutuhan primer, pengaturan atas pangan ternyata tidak lepas dari
masalah.Krisis pangan adalah masalah yang sulit dihadapi bangsa Indonesia saat
ini. Di atas tanah subur dan limpahan kekayaan alam ini, 13,8 juta jiwa atau
Indicator, 2007).
yang tercermin dan tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
Pangan, 2010)
Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang terus meningkat
adanya fakta bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari
sumberdaya lahan dan air untuk kegiatan pertanian dan non pertanian, serta
lebih fokus pada produk unggulan lokal yang lebih kompetitif, baik dari segi
kualitas, harga, maupun kuantitas yang mampu merespon permintaan pasar, baik
mampu meningkatkan jumlah dan kualitas produk, lebih efisien, proaktif terhadap
pasar, antisipatif terhadap perubahan cuaca global dan memperhatikan kelestarian
lingkungan.
pangan nasional sehingga paradigma dalam bidang kecukupan pangan tidak lagi
pertama Indonesia Ir. Soekarno seperti tertulis dalam prasasti peresmian gedung
karena itu perlu usaha besar – besaran, radikal, dan revolusioner”. Oleh karena
dilakukan pemerintah secara terus-menerus dan konsisten sejak negara ini berdiri.
Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP) tahun 1958 dan membentuk padi sentra.
bibit padi unggul, subsidi benih, bantuan alat dan mesin pertanian, serta perbaikan
Pangan, Akses Pangan, Penyerapan Pangan dan Status Gizi Rumahtangga (Mais
Ilsan, 2015).
Jeneponto.
Jeneponto.
Jeneponto.
6. Menganalisis konversi energi, protein dan vitamin A dalam di Desa
pangan yang dibutuhkannya, dimana selalu tersedia pangan yang cukup tanpa
tergantung dari musim, dengan kualitas dan keamanan pangan yang terjaga. Status
ketahanan pangan rumah tangga dalam tulisan ini terbagi menjadi empat. Status
pertama, adalah tahan pangan, suatu keadaan yang menunjukkan bahwa dalam
rumah tangga tidak terdapat indikasi adanya kerawanan pangan, ataupun kalau
pangan harus dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari
ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi
yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan
untuk memenuhi standart energi bagi individu agar mampu menjalankan aktivitas
1. Semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian, curah hujan
mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat
ditentukan oleh daya beli rumahtangga untuk membeli pangan, dimana daya beli
istri dan pendapatan anggota rumahtangga produktif yang telah bekerja dan
terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial.Akses ekonomi tergantung pada
besarnya alokasi bahan pangan, juga faktor selera terhadap suatu individu dan
terhadap bahan pangan dan juga meningkatkan kerentanan suatu individu atau
tempat lain.
Lokasi dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan dan jenis akses
kepada suatu bahan pangan tidak selalu menyebabkan seseorang membeli bahan
pangan tersebut karena ada faktor selera dan budaya. Demokrafi dan tingkat
yang akan dibeli. USDA menambahkan akses kepada bahan pangan harus tersedia
dengan cara yang dibenarkan oleh masyarakat sehingga makanan tidak didapatkan
dengan cara memungut, mencuri, atau bahkan dengan mengambil dari cadangan
pengeluaran rumah tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan pangan dan non
Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran
untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan kata lain,
dapat dikatakan bahwa rumah tangga akan semakin sejahtera bila persentase
yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan. Efektifitas
sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan layanan kesehatan, serta penyuluhan
1. Ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh
penduduk,
(nasional dan regional) tapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan
terutama anak dan ibu hamil dari rumahtangga miskin. Meskipun secara
ketersediaan pangan. Agar aspek mikro tidak terabaikan, maka dalam dokumen
yangmerupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi ini
diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi.Sistem
yaitu:
penduduk.
gizi masyarakat yang diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG).AKG merupakan
tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara.AKG diperoleh dari
data Susenas BPS yang dikumpulkan setiap triwulan dalam tahun. Angka
kecukupan konsumsi kalori penduduk Indonesia per kapita per hari berdasarkan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal.
Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG) suatu daerah,
(nasional dan regional), tetapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan
di tingkat rumah tangga dan individu serta status gizi anggota rumah tangga,
terutama anak dan ibu hamil dari rumah tangga miskin. Meskipun secara
ketersediaan pangan.Agar aspek mikro tidak terabaikan, maka dalam dokumen ini
sempit meninjau sistem ketahanan pangan dari aspek masukan yaitu produksi dan
kematian bayi berumur dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu
tahu. Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar dari segi
tambahan dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
perbaikan gizi merupakan syarat utama dalam perbaikan kesehatan ibu hamil,
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Untuk dapat menurunkan angka
kematian bayi akan lebih mudah tercapai apabila ditunjang dengan sumberdaya
Ada tiga penyebab utama kematian pada bayi yaitu infeksi saluran
penyebab ini member andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab
kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena
(ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf. Pola penyebab
utama kematian balita juga hamper sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare,
pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal. Untuk itu pemerinta
perilaku hidup sehat. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI)
dapat menekan AKB. Telah terbukti, pemberian asi eksklusif dapat mencegah
Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak tahun 1980. Harapan
hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990,
daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial
(Prof. Dr. Ir. Ali Khamsan Ahli Gisi Institute Pertanian Bogor)
- Pola makan
harapan hidup.
- Gizi
Melewati kehidupan di dunia hingga usia 100 tahun mungkin menjadi
umur semakin banyak hal-hal yang dilakukan, terlepas itu perbuatan yang
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dengan gizi seimbang mencakupenergi, protein, vitamin dan mineral serta aman
buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan
kebutuhan. Polamakan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat
pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi seseorang akan lebih
baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Baliwati, dkk
, 2010).
kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga. Permasalahan gizi pada balita dapat
terjadi karena orang tuanya tidak menyadari masalahnya dan tidak mengetahui
kebutuhan gizi anak mereka sehingga dapat menimbulkan penyakit KKP (Kurang
merupakan kelompok rawan gizi. Kebutuhan gizi pada anak dapat tercukupi
dengan baik apabila pengetahuan ibu tentang gizi juga baik, salah satunya
pengetahuan dalam pemberian pangan yang tepat bagi balita yaitu makanan yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Selain itu, pengetahuan ibu yang baik
juga dapat memberikan asupan makanan dan vitamin yang seimbang sehingga
anak tidak mudah terjangkit penyakit. Dengan adanya pengetahuan ibu dalam
memberi pangan bagi balita di harapkan dapat mencegah timbulnya penyakit KKP
dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi ibu rumah tangga tentang pangan.
BAB III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANG
Adapun metode praktik yaitu secara individu, namun saat pengambilan data
pada rumahtangga dan teknik penentuan responden dalam penelitian ini melalui
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu bentuk analisis untuk menjelaskan secara
naratif ketahanan pangan social ekonomi rumah tangga responden yang berada di
(8) alokasi pendapatan untuk pangan, (9) alokasi pendapatan untuk non pangan,
(10) tingkat kecukupan energi, (11) tingkat kecukupan protein, (12) tingkat
kecukupan vitamin a, (13) penganekaragaman pangan, (14) status gizi balita, (15)
mortalitas balita, (16) usia harapan hidup, (17) pola konsumsi pangan dan (18)
dari pusat ibukota Kabupaten Jeneponto dan sekitar 140 km dari pusat ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan roda
dua maupun roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam dari ibukota
keseluruhan kurang lebih 7 km2 yang terbagi atas tanah tegalan dan tanah
kepala rumah tangga sebanyak 398 kepala rumah tangga, struktur penduduk
produktif (18-60 tahun) sedangkan untuk jumlah penduduk yang tergolong yang
tidak produktif (0-05 tahun). Rumah penduduk kebanyakan rumah berlantai satu.
Tabel berikut.
laki sebanyak 1.139 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanayak 1.151
Jumlah penduduk meliputi usia dan jumlah (orang) yang ada di Desa
yaitu 2.290 orang dan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu usia 0-15,
usia 16-45 dan usia >45 tahun. Untuk usia 0-15 tahun berjumlah 550 orang,
untuk usia 16-45 tahun berjumlah 1.010 orang dan untuk usia >45 tahun
Bontomanai yaitu berumur diatas 16-45 tahun dengan jumlah 1.010 orang.
(sawah). Hasil dari sumberdaya alam subsektor pertanian meliputi padi, jagung,
cabai, tomat, ubi jalar, dan tanaman hortikultura lainnya. Sedangkan sistem
tani. Secara garis besar sektor peternakan di Desa Bontomanai memiliki ciri-ciri
terdapat lembaga BPD sebanyak 1 unit, PKK sebanyak 1 unit, dan agen
Tabel 5.
Desa Bontomanai.
non hayati yaitu air, lahan dan udara, sedangkan sumberdaya alam hayati yaitu
Bontomanai yang digunakan untuk pemukiman yaitu 15,2 Ha, untuk persawahan
392,9 Ha, untuk kebun campuran 316,2 Ha, untuk jalan 10,3 Ha dan untuk
Selatan.
Prasarana pendidikan yang ada di Desa Bontomanai dapat dilihat pada Tabel 7.
berjumlah 2 unit dan Gedung Madrasah berjumlah 1 unit. Selain itu di Desa
Bontomanai tidak terdapat Pos Kesehatan desa untuk melayani warga dalam
Selatan.
Prasarana transportasi yang ada di Desa Bontomanai dapat dilihat pada Tabel
8.
Sarana Ibadah meliputi jenis sarana dan jumlah sarana yang ada di Desa
Selatan.
Desa Bontomanai yaitu terdapat masjid yang berjumlah 4 unit dan mushollah
sebanyak 3 unit yang digunakan warga untuk kegiatan ibadah. Sarana ibadah
Selatan.
Sarana olahraga yang ada di Desa Bontomanai dapat dilihat pada Tabel 10.
Desa Bontomanai meliputi lapangan Sepak Bola sebanyak 1 unit dan lapangan
Nama : Ridwan
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SMA
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3
Pekerjaan Utama : Petani
Pekerjaan Sampingan : Petani
Pekerjaan Istri : Honorer
Luas Lahan Untuk Padi : 0,5 ha
Luas Lahan Ubi Jalar : 0,3 ha
Tabel 10. Susunan Anggota Rumahtangga di Desa Bontomanai, Kecamatan
Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan.
Usia > 25 Usia < 25 Usia 5-15 Usia 0-5
Nama
Tahun Tahun Tahun Tahun
Responden
L W L W L W L W
Samsul 1 - - 1 - 2 - -
Jumlah 1 - - 1 - 2 - -
Rata-rata 1 - - 1 - 2 - -
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021.
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa jumlah susunan anggota
rumahtangga pada Responden diatas mulai dari usia >25 tahun yaitu 1 orang laki-
laki, usia < 25 wanita 1 orang, usia 5-15 tahun yaitu wanita 2 orang.
mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang
pangan adalah pangan produksi sendiri (X1), pangan dibeli (X2), bantuan pangan
(X3) dan pangan yang disimpan (X4). Komoditas yang dihitung adalah komoditas
berikut:
responden sebanyak 550 kg setiap tahunnya yang terdiri dari pangan produksi
250 kg.
13,63 %. Persentase tersebut masuk kedalam kategori sangat rawan pangan diberi
bobot 1.
Tabel 15. Bantuan pangan (X3) Responden di Responden di Desa Bontomanai,
Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Bantuan Pangan (X3) Persentase (%)
Padi -
Jagung -
Ubi kayu -
Ubi Jalar -
Rata-Rata 0
Sangat Tahan Pangan (Bobot 6)
Sumber: Data primer setelah diolah, 2021.
Berdasarkan Tabel 15, menunjukkan bahwa rata-rata bantuan pangan
responden adalah 0%. Persentase tersebut masuk kedalam kategori sanagat tahan
responden adalah 0%. Persentase tersebut masuk kedalam kategori sangat rawan
berikut:
ketersediaan pangan responden adalah 80. Nilai tersebut masuk kedalam kategori
antara skor dan bobot dari masing-masing komponen akses pangan rumahtangga
keluarga pada kegiatan farm, off farm maupun off farm yang dinyatakan dalam
diperoleh selama sebulan dari berbagai sumber yang dinyatakan dalam satuan
rupiah.
responden dalam setiap bulannya yaitu Rp. 2.550.000. yang berasal dari kepala
keluarga Rp. 2.000.000,istri Rp. .550.000 dan anggota keluarga lainnya belum
memiliki pendapatan.
tabel berikut :
Tabel 20. Alokasi Pendapatan untuk pengeluaran non pangan Responden di Desa
Bontomanai, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi
Selatan
Pengeluaran Non Jumlah
No Satuan Nilai
Pangan (Rupiah)
1. Bahan Bakar Bensin 8 Liter 7.500 60.000
2. Rokok - - -
3. Biaya Pendidikan 30 Hari 10.000 300.000
4. Biaya Kesehatan 4x 25.000 100.000
5. Biaya Pesta
6. Transportasi - - -
7. Listrik 30 Hari 100.000 100.000
8. Air -
9. Pakaian 150.000
10. Peralatan Mandi - - 50.000
Total Pengeluaran Non Pangan 760.000
Sumber: Data primer setelah diolah, 2021.
Berdasarkan Tabel 20, menunjukkan bahwa jumlah pengeluaran non pangan
untuk pangan sebesar 39,82 %, pengeluaran untuk non pangan sebesar 29,80 %
komposit akses pangan untuk responden sebesar 48. Nilai tersebut termasuk
dengan tujuan untuk menganalisis tingkat kecukupan energi, protein dan vitamin
A.
kecukupan energi sebesar 1.112 bobot 1 dengan kriteria sangat rawan pangan.
Analisis tingkat kecukupan protein sebesar 24,22 bobot 1 dengan kriteria sangat
rawan pangan. Analisis tingkat kecukupan vitamin A sebesar 0,80 bobot 1 dengan
Status gizi rumahtangga terbagi atas status gizi balita, mortalitas balita,
usia harapan hidup, pola konsumsi pangan dan pengetahuan ibu rumahtangga.
Tabel 24. Analisis Status Gizi Balita Pangan Responden di Desa Bontomanai,
Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
No. Pengukuran Skor
1 Apakah responden pernah melahirkan bayi dan mati saat lahir? 100
2 Apakah setiap anak yang dilahirkan berat badannya diatas normal 100
>2,5 kg?
3 Apakah responden memberi asi kepada bayi anda? 100
4 Apakah reponden memberikan makanan tambahan padi bayi anda? 75
5. Apakah responden memberikan imunisasi secara lengkap? 75
6 Kalau bayi anda sakit, diobati dimana? 75
7 Apakah bayi anda rutin dibawa ke posyandu? 75
8 Apakah bayi anda rutin diberi vitamin A ? 75
Total 675
Rata-Rata 84,37
Kriteria TP
Sumber: Data primer setelah diolah, 2021.
responden memiliki total skor 675 dengan rata-rata 84,37 Nilai rata-rata tersebut
responden memiliki total skor 350 dengan rata-rata 87,5 kategori tahan pangan.
rumahtangga responden memiliki total skor 375 dengan rata-rata 53,51 Nilai rata-
rumahtangga responden memiliki total skor 400 dengan rata-rata 57,14. Nilai rata-
responden memiliki total skor 375 dengan rata-rata 53,57. Nilai rata-rata tersebut
6.1 Kesimpulan
sangat rawan pangan. Analisis tingkat kecukupan protein sebesar 24,22 bobot 1
6.2. Saran
vitamin.