i
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan Rahmat dan
Puskesmas Loce” dengan baik. Kami Tim Nusantara Sehat Puskesmas Loce
1. Bpk Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan RI yang telah memberikan
kesempatan untuk kami menimba ilmu dan sekaligus mengabdi untuk Negara melalui
2. Bpk. David Alexander Mandala, selaku Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
di Provinsi NTT
3. Bpk. Nobertus Burhanus, SKM selaku Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Manggarai dan seluruh jajaran staf Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai yang telah
4. Bpk. Ludovikus Magat, Amd. Kes selaku Kepala UPTD Puskesmas Loce dan Seluruh
jajaran staf Puskesmas Loce yang telah membimbing, mengayomi dan memberi
5. Orang tua kami yang senantiasa mendoakan kami dan memberikan dukungan kepada
iii
6. Seluruh rekan – rekan keluarga besar Nusantara Sehat Batch XIV Tim dan Individu.
Semoga teman – teman semua tetap sehat dan memberikan inovasi – inovasinya
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menjadi agen perubahan untuk Indonesia.
Dan kami meminta maaf apabila dalam penulisan Laporan Akhir ini terdapat banyak
kekurangan, dan juga kiranya Laporan Akhir ini dapat memberikan gambaran kesehatan
iv
DAFTAR ISI
Tim NS
Individu
vi
Daftar tabel
vii
Daftar Gambar
Gambar 2.2 Grafik kematian bayi, lahir mati dan neo dini........................................................24
Gambar 2.3 Penyebab Kematian terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020......25
Gambar 2.4 Angka Stunting, Gizi Kurang dan Gizi Buruk Tahun 2020...................................26
Gambar 2.7 Grafik Kasus Hepatitis di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020…….……..28
Gambar 2.8 Peta Dstribusi Hepatitis di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020…………..30
Gambar 2.9 Trend Kasus GHPR di ilayah Kerja Puskesmas Loce tahun 2020.......................32
Gambar 2.10 Grafik PTM di Wilayah Kerja Puskesmas Loce tahun 2020................................33
Gambar 2.11 Distribusi ODGJ di Wilayah Kerja Puskesmas Loce tahun 2020........................34
Gambar 2.12 10 Besar Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Loce tahun 2020......................35
viii
BAB I
ANALISA SITUASI
A. KEADAAN UMUM
1. GEOGRAFIS
Puskesmas Loce merupakan bagian dari wilayah desa loce dengan luas
wilayah 187,36 km² batas – batas wilayah dari puskesmas loce dalam posisi geografis
Secara Georafis wilaya kerja Puskesmas Loce merupakan dataran tinggi dan
Mulai Juni 2021 Wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce resmi hanya 3 Desa
meliputi Desa Loce, Desa Torongkoe dan Desa Sambi, sedangkan untuk Desa Rura
2. DEMOGRAFI
Jumlah penduduk sangat besar maka akan menjadi peluang yang sangat besar
pula dalam pembangunan. Namun jika kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang ada tidak memadai maka penduduk dapat menjadi beban bagi pembangunan.
pertumbuhan yang tinggi dan persebaran antar wilayah yang tidak merata.
2
Penduduk diwilayah kerja Puskesmas Loce Berkembang cukup pesat disetiap
Desa (5). Dimana pada tahun 2016 jumlah penduduk wilyah Puskesmas Loce
sebesar 7.969 jiwa dan terjadi peningkatan jumlah penduduk ditahun 2017
menjadi 8.206 jiwa dan pada tahun 2018 jumlah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Loce sebesar 7.849 jiwa. Tahun 2020 jumlah penduduk naik sebesar
8416 jiwa dan di tahun 2020 meningkat menjadi 8545 jiwa berikut trend
perubahan yang signifikan dalam beberapa kali sensus yang dilakukan, yang
mana masih didominasi oleh penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk
puskesmas loce Tahun 2017 adalah 99,7% yang berarti dari setiap 100 penduduk
oleh penduduk jenis kelamin laki-laki Jumlah Penduduk terbesar dimiliki oleh
Desa Loce sebesar 2.382 jiwa. Tahun 2019 jumlah penduduk laki – laki sebesar
3
4266 jiwa dan perempuan 4150 jiwa. Sedangkan di tahun 2020 jumlah penduduk
laki – laki sebesar 4326 jiwa dan jumlah penduduk peremun sebesar 4219 jiwa.
tidak merata. Dan ini Merupakan perubahan otomatis yang tidak dapat
oleh arah perkembanagan kelahiran dan kematian karena penduduk yang keluar
dan masuk ke Puskesmas Loce dapat dikatakan relatif seimbang. Jika laju
kematian turun sedangkan laju kelahiran tetap tinggi, maka proporsi penduduk
4
yang tergolong usia muda akan meningkat sehingga pada gilirannya akan
pembangunan karena dengan jumlah penduduk yang besar maka sebagian besar
Efek program Keluarga Berencana yang berhasil terhadap struktur penduduk baru
dan penduduk lanjut usia (>65 tahun) lebih sedikit dibanding penduduk usia
tahun dan umur 65 tahun keatas). Pada Gambar 1.4 dibawah ini menunjukan
5
Dari gambar di atas, kelompok umur dengan jumlah terbanyak adalah kelompok
umur 15-19 tahun, yakni sejumlah 42.766 Jiwa (laki-laki sebanyak 21.661 orang
dan perempuan sebanyak 21.105 orang) dan yang paling sedikit ada pada
kelompok umur 70-74 tahun, yakni sejumlah 4.679 Jiwa (laki-laki adalah2.288
Dari gambar 1.5 kategori penduduk di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2018
menunjukan usia produktif laki – laki dan perempuan menunjukan angka paling
tinggi sebesar 2709 untuk perempuan usia produktif, sebesar 2654 untuk usia laki –
laki produktif, pasangan usia subur sebesar 2654, wanita usia subur sebesar 2342 dan
6
3. SOSIO, EKONOMI, DAN PENDIDIKAN
Puskesmas loce masih dari sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor perdagangan.
Peranan ketiga sektor ini tidak tergeser dan komposisinya pun tidak mengalami
PDRB Desa Loce posisinya belum tergeser dalam kurun waktu 2016-2019, menyusul
yang baik bagi masyarakat maka pemerintah menyediakan fasilitas yang menunjang
7
kesehatan merupakan tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
pelayanan kesehatan yang berada dibagian terdepan dan mempunyai misi sebagai
wilayah kerja tertentu yang telah secara mandiri dalam menentukan kegiatan
perawatan. Lokasi Puskesmas perawatan ini ditempatkan di daerah yang jauh dari
rumah sakit, dijalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau
perseorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap
8
untuk puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Pada rentang waktu tahun
2013 sampai 2018, jumlah Fasilitas pelayanan masis h belum ada perubahan yaitu
b. Data Puskesmas
Tenggara Timur
Secara umum kondisi bangunan UPTD Puskesmas Loce masih bagus berguna
sesuai kegunaanya, tetapi letak Puskesmas di bukit serta struktur tanah yang
rawan longsor perlu perhatian khusus serta peningkatan sarana dan prasara
bangunan yang terus menerus agar bagunan tetap terjaga dengan baik. UPTD
Puskesmas Loce ada penambahan bangunan baru yan telah selesai di akhir tahun
2020.
10
d. Denah Puskesmas Lama
ruangan yang terdiri dari ruang kepala puskesmas, ruang administrasi, ruang
IGD, ruang observasi, ruang pertemuan, ruang gudang, dapur, gudang obat,
ruang MTBS, ruang imunisasi, poli gigi, ruang pemeriksaan lab. Ruang
persalinan, poli KIA/KB, ruang kesmas, poli umum, ruang obat dan
11
e. Denah Puskesmas Baru
12
f. Jumlah Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, UKBM
lebih kecil. Dari tahun 2016 hingga 2020 belum terjadi penambahan jumlah unit
Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa), Desa
13
Siaga, POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja) dan
sebagainya.
1) Posyandu
Posyandu madya sebanyak 0 buah dan Pada tahun 2017 terdapat 25 Posyandu
Grafik 5.3 dan rincian jumlah Posyandu pada tahun 2018 menurut Puskesmas
14
dan anak, termasuk KB yang mana tempat dan lokasinya berada di desa.
kepada Ibu dan Anak seperti pelayanan ANC, pemeriksaan ibu nifas dan bayi
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak. Jumlah Polindes dari tahun 2016-2018
sebanyak 1 unit.
Poskesdes merupakan salah satu indikator suatu desa disebut desa siaga.
dasar bagi masyarakat desa. Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan
KIA. Tenaga poskesdes minimal 1 (satu) orang bidan dan 2 (dua) orang kader.
4) Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
15
Desa Siaga Aktif adalah pembentukan bentuk pengembangan dari desa siaga
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pusat
(meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan
desa siaga akhirnya desa siaga wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce Sudah
aktif kembali dan terbentuk struktur Organisasi Desa Siaga dan kegiatan -
16
h. Jarak Pemukiman Dengan Layanan Kesehatan
dengan jarak 10 KM, akses kondisi jalan rusak berlubang dan rawan longsor akan
tetapi ada Pustu Rura untuk menjangkau masyarakat di Desa Rura, lebih lengkap
alat kontrasepsi
17
Ketersediaan sarana kesehatan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran
bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta.
sakit dan unit transfuse darah Tidak hanya sarana kesehatan, distribusi semua
Oleh karena itu, selain meningkatkan sarana kesehatan, salah satu upaya
yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah
Salah satu kebijakan dalam Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah
meningkatkan akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat
dan makanan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
18
yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau
penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan
(PKRT) Ketersediaan ini terkait dengan sumber daya yang dimiliki dan
kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah
Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses keterjangkauan masyarakat
distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlah oleh bidang
19
bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah,
meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan
Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam
akan datang. Diera otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu
Jumlah obat yang dipantau adalah 20 obat dan vaksin. Jumlah Puskesmas
20
3) Daftar ketersediaan peralatan non medis (komputer, mesin tik, LCD, dsb)
Khusus
Puskesmas, Pustu, Polindes dan Penugasan Khusus Nusantara Sehat berjumlah total
D. PEMBIAYAAN PUSKESMAS
Pembiayaan UPTD Puskesmas Loce tahun 2020 menggunakan dana BOK, JKN, dan
DIPA, terlampir.
Visi
Misi
21
a. Menyelenggarakan Pelayanan Tingkat Pertama Secara Menyeluruh, Terpadu
Dan Berkesinambungan
Terdapat beberapa indikator yang mencerminkan kondisi untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat, yaitu mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Pada
Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa penyakit
A. MORTALITAS
Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu masyarakat dari
waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status kesehatan
fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai
kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat
(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam
Puskesmas Loce terdapat 1 orang Ibu meninggal yaitu di Desa Rura dan di tahun
2020 per November terdapat 1 orang Ibu Meninggal yaitu di Desa Toe.
Gambar 2.1 Grafik Kunjungan K1-K4 persalinan Nakes, KF 3 dan Kematian Ibu
tahun 2020
Dari gambar 2.1 Grafik Kunjungan K1-K4 persalinan Nakes dan KF 3, dapat
dilihat kunjungan K1 terjadi peningkatan ditahun 2018 sebesar 87% bumil berkunjung
ke fasyankes dibandingkan tahun 2017 sebesar 79% kemudian menurun ditahun 2019
sebesar 79% dan di tahun 2020 terjadi penurunan sebesar 76 %. masih belum mencapai
24
target kunjungan K1 sebesar 95% bumil. Angka kunjungan K4 terjadi peningkatan dari
tahun 2017 K4 sebesar 51%, di tahun 2018 sebesar 53%, di tahun 2019 K4 sebesar
55,74% dan di tahun 2020 sebesar 58% akan tetapi angka kunjungan K4 masih sangat
kurang dari target yaitu K4 sebesar 90% bumil. Persalinan oleh tenaga kesehatan
mengalami penurunan, masih ada bumil yang tidak melakukan persalinan di fasyankes.
Hal ini sangat berhubungan dengan angka kunjungan K1-K4 yang memiliki jarak
prosentase kunjungan yang cukup jauh dan ibu meninggal 1 orang di desa To’e yang
meninggal pada bulan mei 2020. Upaya yang telah dilakukan seperti kemitraan dengan
dukun dan pemasangan kalender pasangan usia subur serta di tahun 2020 ini Nusantara
Sehat dan UPTD Puskesmas Loce Mencoba mengaktifkan kembali Desa Siaga agar dapat
mengurangi angka kematian dan meningkatkan angka kunjungan dan pendataan pada
bumil, mendeteksi faktor resiko dan menandai bumil yang memiliki resiko tinggi
harapanya kegiatan tersebut akan meningkatkan derajat kesehatan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Loce.
Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai
usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian.
kesehatan masyarakat.
25
Gambar 2.2 Grafik Kematian Bayi , Lahir Mati dan Neo Dini tahun 2020
Dilihat dari gambar 2.2 Grafik Kematian, Lahir Mati dan Neo Dini, kematian bayi
usia 0-11 di tahun 2020 terdapat 2 kematian bayi, Lahir mati terdapat 1 bayi dan lahir
3. Angka Kematian
26
Penyakit Hepatitis menjadi penyebab kematian terbanyak ditahun 2020 sebesar
37% atau 6 orang meninggal karena hepatitis B, diikuti Stroke sebesar 19% atau 3 orang,
hypertensi sebesar 13% atau 2 orang dan Anemia sebesar 13% atau 2 orang di wilayah
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun angka
suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
27
dalam pemberian nutrisi. Kesalahan bisa berupa kekurangan maupun
kelebihan nutrisi.
Kekurangan gizi (malnutrisi) merupakan gangguan kesehatan serius yang terjadi
ketika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi dibutuhkan
oleh tubuh untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Malnutrisi bisa terjadi
karena tubuh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Berikut angka Stunting
Gizi Buruk dan Gizi Kurang diwilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020
Gambar 2.4 Angka Stunting, Gizi Kurang dan Gizi Buruk di wilayah kerja
Puskesmas Loce tahun 2020
dengan total balita yang mengalami stunting di wilayah kerja puskesmas loce sebesar
111 jiwa, sedangkan gizi buruk paling tinggi terdapat pada Desa Rura yaitu 27, dan
untuk gizi kurang terdapat pada Desa Rura yaitu 101. Upaya yang telah dilakukan
Puskesmas Loce untuk menurunkan atau mengurangi angka stunting, gizi buruk dan
gizi kurang adalah pemberian makanan tambahan (PMT) dan sosialisasi stunting.
Berikut analisi pohon masalah dan diagram tulang ikan permasalahan gizi
28
Gambar 2.5 Pohon Masalah Stunting
Perekonomian menurun
Produktivitas rendah
Keterbatasan motorik/
kapabilitas Kecerdasan kurang Tingginya risiko penyakit Gangguan reproduksi
Anemia KEK
Kurang Rendahnya
Pengetahuan daya beli
Kualitas & kuantitas Metabolisme Bumil pengetahuan ttg
kadarzi rendah
asupan kurang Perokok aktif/ stunting
pasif
Keamanan Infeksi
Pengetahuan penyakit Kurangnya dana
pangan Kondisi rumah Tidak PHBS
alokasi daerah
lokal tidak sehat 28
MTBS
Gambar 2.6 Diagram Tulang Ikan Stunting
29
2. Penyakit Menular
a. Tuberculosis
Gambar 2.7 Kasus TB tahun 2018- 2020 wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce
Kasus Tuberculosis di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce dari tahun 2018 hingga
Oktober 2020 menunjukan penurunan kasus di tahun 2018 sebesar 4 kasus, tahun
2019 sebesar 3 kasus dan tahun 2020 sebesar 2 kasus. Kasus terbanyak didesa
Upaya yang telah dilakukan Puskesmas Loce untuk menemukan suspek TB dengan
30
b. HIV
Human Immune Virus (HIV) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi
Di Wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2019-2020 terdapat total 4 kasus yaitu di
c. Diare
minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Sebagian besar diare disebabkan
oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang berlangsung lama dapat terjadi
Kasus diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce di bulan januari – Oktober
2020 kasus diare terbanyak yaitu di desa Loce sebesar 35 kasus, Desa Sambi 5 kasus
dan Toe 3 kasus. Program yang sudah dilaksanakan untuk mencegah atau mengurangi
angka kejadian diare adalah Inspeksi sanitasi rumah, TTU, SAB, pemeriksaan sampel
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
UPTD Puskesmas Loce merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Reok Barat
dengan luas wilayah 187,36 km² dan jumlah penduduk tahun 2021 sebesar 8510 jiwa
yang terdistribisi di 5 Desa yaitu Desa Loce, Sambi, Rura, To’e dan Torongkoe. Satu
kasus terkonfirmasi positif Covid-19 ditemukan di dusun Keling Desa Torong Koe
dan sudah dinyatakan sembuh. Kasus tersebut disumbangkan oleh pelaku perjalanan
dari makasar. Sedangkankan di tahun 2021 berikut adalah peta persebaran Covid-19
>10 Kasus
< 10 Kasus Tidak Ada Kasus
Dilihat pada gambar 2.9 dan 2.10 Zonasi persebaran kasus Covid-19 mengalami
perubahan pada bulan juni hingga agustus 2021 Total Kasus Covid 19 sebesar 82
33
kasus yang tersebar di 5 desa, Desa Loce sebesar 38 kasus, Desa Sambi sebesar 25
Kasus, Desa Torongkoe sebeasar 10 kasus, Desa Toe sebesar 7 kasus, Desa Rura
sebesar 2 kasus. sedangkan pada bulan September hingga sekarang tidak ada kasus
Upaya yang telah dilakukan yaitu surveilans aktif pada Pelaku perjalanan,
Kunjungan rumah, Skrining pada Ibu Hamil, pasien yang datang dengan Suspek
Covid-19, pemeberian vit C dan pemebrian KIE, selain itu penerapan protocol
kesehatan di setiap kegiatan yang ada di masyarakat maupun instansi juga dilakukan
dengan baik sesuai arahan Gugus Tugas Covid-19 RI. Sedangkan mulai awal tahun
2021 ini telah dilaksanakan Vaksinasi Covid-19 secara berkala sasaran awal program
sedang hamil.
a. Hepatitis
yang tercatat atau yang dating kelayanan kesehatan lebih sedikit dari jumlah
menahun, dimana pada saat orang tersebut telah terinfeksi, kondisi masih sehat
dan belum menunjukan gejala dan tanda khas, tetapi penularan terus berjalan.
Berikut grafik dan pemetaan kasus Hepatitis di wilayah kerja Puskesmas Loce
Gambar 2.9 Grafik Hepatitis di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020
34
Sumber :Puskesmas Loce tahun 2020
Dari Grafik 2.9 Jumlah kasus hepatitis di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce
adalah 65 kasus tersebar di seluruh desa, Desa sambi memiliki kasus hepatitis paling
banyak yaitu 21 kasus, Desa Rura 15 kasus, Desa Toe 14 kasus, Desa Loce 9 Kasus
dan Desa Torong Koe 6 kasus, berikut alah peta distibusi kasus hepatitis di wilayah
Gambar 2.10 Peta Dstribusi Hepatitis di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020
35
Tinggi > 10
Sedang <9
ditemukan kasus Hepatitis, Desa Torong Koe dan Loce yang memiliki jumlah kasus
sedang yaitu kurang dari <9 Kasus sedangkan sisanya Tinggi yaitu lebih dari >10.
Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi maka
upaya yang sudah dilaksanakan imunisasi dasar lengkap, boster dan PIN.
Permasalahan yang biasa terjadi di wilayah kerja Puskesmas Loce adalah kurangya
strip pemeriksaan hepatitis untuk upaya screening hepatitis, diagnosis hepatitis juga
belum apakah hepatitis A, B, C, D atau E dan obat untuk penderita yang masih
kurang. Sarana air bersih yang masih kurang memadai dan kebiasaan masyarakat
meminum sopi/arak bergantian ramai-ramai dan higine personal yang masih kurang.
Upaya kesehatan yang sudah dilakukan UPTD Puskesmas Loce dan Nusantara Sehat
36
untuk menangai masalah tersebut adalah Penyelidikan Epidemiologi, Screening,
a. DBD
Di tahun 2019, ditemukan 2 kasus DBD yang terjadi di Desa Loce bulan Maret
b. Rabies
Rabies merupakan penyakit zoonosis yang menyerang sistem saraf pusat sehingga
dapat berakibat fatal. Rabies disebabkan oleh virus rabies, genus Lyssavirus dari
seperti anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Berikut trend kasus GHPR di wilayah
Gambar 2.11 Trend kasus GHPR di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2017-20
37
Trend Kasus GHPR di wilayah kerja Puskesmas Loce mengalami peningkatan
di tahun 2020. sebesar 15 kasus GHPR ditahun 2017, sebesar 26 kasus GHPR
ditahun 2018, sebesar 13 kasus GHPR ditahun 2019 dan hingga Oktober 2020
sebesar 16 kasus GHPR. Terdapat korban meninggal karena kasus Rabies ditahun
2020 yaitu di Desa Sambi, perlu dilakukanya pengambilan sampel otak anjing
menentukan upaya yang paling tepat untuk kasus rabies. Di wilayah kerja
Puskesmas Loce tidak memiliki vaksin VAR, Center Pos Rabies yang terpilih di
wilayah kecamatan Reok Barat berada di UPTD Puskesmas Kajong yang berjarak
kurang lebih 40 KM. jika terdapat kasus GHPR di wilayah kerja Puskesmas Loce
c. Malaria
ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh
menginfeksi sel darah merah. Kabupaten Manggarai di tahun 2021 telah mendapat
dari penyakit Malaria dan upaya pendukung untuk tidak terjadi penularan penyakit
kerja Puskesmas Loce tahun 2020 baik pemeriksaan RDT dan mikroskopis.
38
Gambar 2.12. Grafik pemeriksaan RDT dan Mikroskopis tahun 2021
sebanyak 67 orang di wilayah kerja Puskesmas Loce. Tidak ditemukan kasus malaria
di tahun 2020.
Penyakit tidak menular (PTM) adalah jenis penyakit yang tidak dapat ditularkan
dari orang ke orang melalui bentuk kontak apa pun. Meski demikian, beberapa
macam penyakit tidak menular tersebut memiliki angka kematian yang cukup tinggi.
Gambar 2.13 Grafik penyakit tidak menular di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020
39
Sumber :Puskesmas Loce tahun 2020
Dari grafik diatas, penyakit tidak menular paling tinggi di wilayah puskesmas
Loce adalah penyakit hipertensi sebesar 84%. Penyakit asma sebesar 9%, Stroke
sebesar 6% Diabetes Melitus sebesar 1%. Kegiatan Uptd Puskesmas Loce untuk
menanggulangi PTM ditahun 2020 ini adalah lansia bugar, posbindu, kunjungan
rumah PTM, pemeriksaan Iva dan Intervensi PIS-PK
Orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ, adalah sebutan yang lebih pantas dan
Gangguan kesehatan mental yang dialami ODGJ tentu saja beragam. Ada gangguan
yang terjadi karena faktor genetik, ada juga yang diderita akibat faktor lingkungan.
40
adalah gangguan mental yang sudah parah. Berikut distribusi ODGJ diwilayah kerja
Puskesmas Loce.
Gambar 2.14 Distribusi ODGJ di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020
Rura 4 orang. Jumlah ODGJ di wilayah kerja Puskesmas Loce sebesar 15 orang.
pasies ODGJ.
41
7. 10 Besar Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Loce tahun 2020
Gambar 2.15. 10 besar penyakit di wilayah kerja Puskesmas Loce tahun 2020
wilayah kerja Puskesmas Loce selama tahun 2020 adalah penyakit ISPA sebesar 1248
penderita dengan jumlah penderita ISPA berjenis kelamin perempuan sebesar 736 dan
jumlah penderita ISPA berjenis kelamin laki-laki sebesar 512. Infeksi penyakit usus
menduduki peringkat kedua dengan total kasus 1123 penderita dan Influenza sebesar
889 penderita.
42
BAB III
TAHUN 2021
A. Gambaran Pelaksanaan
regulasi-regulasi yang terus berubah menjadi salahsatu hambatan dalam kegiatan di tahun
43
Matrik Pelaksanaan Kegiatan Nusantara Sehat
44
P1 (Perencanaan)
-Perencanaan kegiatan
5 melibatkan masyarakat 5 Desa Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
-SMD 5 Desa belum Sudah Sudah belum belum
-MMD 5 Desa Sudah belum belum belum belum
Ada belum Dilaksanakan Dilaksanaka Dilaksanaka Dilaksanakan
-RUK dilaksanakan n n
-RUKUNS Semua usulan Ada Ada Ada
diterima Perubahan Perubahan Perubahan Ada Perubahan
-Musrenbang Tk Desa 5 Desa belum Sudah Sudah Sudah Sudah
-Musrenbang Tk
Kecamatan 1 Kec belum Sudah Sudah Sudah Sudah
-Keterlibatan Tim NS belum belum
dalam Perencanaan Dilibatkan dilibatkan dilibatkan Sudah Sudah Sudah
P2 (penggerakan
pelaksanaan)
- Penyusunan RPK dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
6
- Pelaksanaan Ukm Luar dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Gedung:
a. Promkes dilakukan penyuluhan
PHBS
Sekolah,
masyarakat
KIE,
dan dilakukan dilakukan dilakukan
Penyuluhan
Posyandu
tentang
Penyakit
menular,
45
b. KIA dilakukan membantu
rujukan
partus,
pendampinga
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
n ibu nifas,
Pengaktifan
Desa Siaga,
Papan Siaga
c. Kesling dilakukan IS Rumah IS IMAS
TTU, IS berdasarkan
Sekolah, hasil , IS
SAB Rumah IS dilakukan dilakukan dilakukan
TTU, IS
Sekolah,
SAB
d. Gizi dilakukan belum
PMT PMT
dilakukan
Pemantauan Pemulihan Pemulihan PMT Pemulihan
Balita dan PMT dan PMT dan PMT
Stunting Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan
e. P2P dilakukan Penyidikan Penyidikan Penyidikan Penyidikan Penyidikan
Epidemiologi Epidemiologi Epidemiolo Epidemiolo Epidemiologi
(DBD), (DBD), gi (DBD), gi (DBD), (DBD), Rabies,
Rabies, HIV Rabies, HIV Rabies, HIV Rabies, HIV HIV dan
dan HBSag, dan HBSag, dan HBSag, dan HBSag, HBSag, Covid-
Covid-19 Covid-19 Covid-19 Covid-19 19
- Lokmin bulanan dilakukan setiap sudah sudah sudah sudah sudah dilakukan
bulan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
- Lokmin LS 4x dlm setahun belum belum 1 kali di 1 kali di
(feb,mei,agt,nov) dilaksanakan dilaksanakan bulan bulan
Oktober Oktober belum
46
P3 (pengawasan
pengendalian dan
evaluasi)
- PKP (penilaian kinerja Belum
7 puskesmas) Ada dilakukan Sudah Sudah Sudah belum
- Terpadu LS Belum
Ada dilakukan Sudah Sudah Sudah belum
- Feed back hasil monev Belum ada
Ada feedback Sudah Sudah Sudah belum
SIP (Sistem Informasi
Puskesmas)
- Tenaga khusus
Belum ada Belum ada
(Menunjuk (Menunjuk Belum ada
Perawat Perawat (Menunjuk
sebagai sebagai Perawat sebagai
Penanggung Penanggung Penanggung
8 Ada ada ada Jawab) Jawab) Jawab)
- Sarana
Ada ada ada ada ada ada
- Pencatatan
Ada ada ada ada ada ada
- Pelaporan
Ada ada ada ada ada ada
- Feedback (dari Dinkes
Kabupaten) Ada ada ada ada ada ada
Pencapaian SPM (12
indikator)
1) Setiap ibu hamil 100% ibu hamil
mendapatkan pelayanan mendapatkan
antenatal sesuai standar pelayanan 94% 94% 94% 94%
antenatal sesuai
standar
9
47
2) Setiap ibu bersalin 100% ibu bersalin
mendapatkan pelayanan mendapatkan
persalinan sesuai standar pelayanan
persalinan sesuai 96% 96% 96% 96%
standar
3) Setiap bayi baru lahir 100% bayi baru
mendapatkan lahir mendapatkan
pelayanankesehatan sesuai pelayanankesehat 100% 100% 100% 100%
standar an sesuai standar
4) Setiap balita 100% balita
mendapatkan pelayanan mendapatkan
kesehatan sesuai standar pelayanan 100% 100% 100% 100%
kesehatan sesuai
standar
5) Setiap anak pada usia 100% anak pada
pendidikan dasar usia pendidikan
mendapatkan skrining dasar
kesehatan sesuai standar mendapatkan
88,46% 88,46% 88,46% 88,46%
skrining kesehatan
sesuai standar
6) Setiap warga negara 100% WNI usia
Indonesia usia 15 s.d. 59 15 s.d. 59 tahun
tahun mendapatkan mendapatkan
skrining kesehatan sesuai skrining kesehatan Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
standar sesuai standar
48
7) Setiap warga negara 100% WNI usia
Indonesia usia 60 tahun ke 60 tahun ke atas
atas mendapatkan skrining mendapatkan
kesehatan sesuai standar skrining kesehatan Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
sesuai standar
8) Setiap penderita 100% penderita
hipertensi mendapatkan hipertensi
pelayanan kesehatan sesuai mendapatkan
standar pelayanan 100% 100% 100% 100%
kesehatan sesuai
standar
9) Setiap penderita 100% penderita
Diabetes Melitus Diabetes Melitus
mendapatkan pelayanan mendapatkan
kesehatan sesuai standar pelayanan 100% 100% 100% 100%
kesehatan sesuai
standar
10) Setiap orang dengan 100% orang
gangguan jiwa (ODGJ) dengan gangguan
mendapatkan pelayanan jiwa (ODGJ)
kesehatan sesuai standar mendapatkan
100% 100% 100% 100%
pelayanan
kesehatan sesuai
standar
49
11) Setiap orang dengan 100% orang
TB mendapatkan dengan TB
pelayanan TB sesuai mendapatkan 100% 100% 100% 100%
standar pelayanan TB
sesuai standar
12) Setiap orang berisiko 100% orang
terinfeksi HIV (ibu hamil, berisiko terinfeksi
pasien TB, pasien IMS, HIV (ibu hamil,
waria/transgender, pasien TB, pasien
pengguna napza, dan IMS,
warga binaan lembaga waria/transgender,
pemasyarakatan) pengguna napza,
mendapatkan pemeriksaan dan warga binaan
100% 100% 100% 100%
HIV sesuai standar lembaga
pemasyarakatan)
mendapatkan
pemeriksaan HIV
sesuai standar
PIS-PK
- Perencanaan 5 desa sudah sudah sudah sudah
10 dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan sudah dilakukan
- Pendataan 5 desa sudah sudah sudah sudah
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan sudah dilakukan
-Intervensi program sudah sudah sudah sudah
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan sudah dilakukan
50
a) Keluarga mengikuti 100% Keluarga
program Keluarga mengikuti
Berencana (KB); program Keluarga Belum di
50,80% 50,80% 50,80% 50,80%
Berencana (KB) entry
51
g) Penderita hipertensi 100% Penderita
melakukan pengobatan hipertensi
secara teratur; melakukan Belum di
23,80% 23,80% 23,80% 23,80%
pengobatan secara entry
teratur;
h) Penderita gangguan jiwa 100% Penderita
mendapatkan pengobatan gangguan jiwa
dan tidak ditelantarkan; mendapatkan Belum di
pengobatan dan 44,80% 44,80% 44,80% 44,80%
entry
tidak
ditelantarkan;
52
- Supervisi terpadu Ada
12 Belum Ada Belum Ada Ada Ada
- Supervisi NS Ada
Belum Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada
Inovasi Tim NS tahun
13 2020
a Penilaian Desa Siaga 5 Desa Belum Sudah Sudah
b Penguatan Desa Siaga 5 Desa Belum Belum Sudah
Sosialisasi Posyandu
c
Remaja 5 Desa Belum Belum Belum
Serambi New Normal
d (Sehat,Bugar Menghadapi
New Normal) 5 Desa Belum Belum Sudah
Taman Kreasi Anak Usia
e
Sekolah 6 Sekolah Belum Sudah Sudah
f Stiker Edukasi Covid-19 5 Desa Belum Belum Sudah
Pembagian Vitamin masa
karantina pelaku
g
perjalanan dari wilayah
terpapar Covid-19 3 Desa Belum Sudah Sudah
Inspeksi Sanitasi
h Kesehatan Lingkungan
Rumah, TTU, dan SAB 2 Desa Belum Sudah Sudah
ABC KIT BERLIAN (Ayo
i Bersama Cegah Penyakit
Berbasis Lingkungan ) 5 Desa Belum Belum Sudah
Jalia Maskat linsek (Jalin
j dan ajak Lintas Sektor
Atasi masalah Kesehatan) 5 Desa Belum Belum Sudah
k Pemantauan dan 5 Desa Belum Belum Sudah
Pemasangan Kalender
53
Alarm Pansus
PAK BIMBING
(Pemberian kelas
l
bimbingan Balita
Stunting) 5 Desa Belum Belum Sudah
m Kelas Ibu dan Balita 5 Desa Belum Sudah Sudah
n CTPS Masyarakat 2 desa Belum Sudah Sudah
o Ketuk Pantau Heparku 5 Desa Belum Belum Sudah
Kekasih Maniz (Kelolah
p kebun gizi Atasi masalah
Gizi) 5 Desa Belum Belum Sudah
Kaderku Cerdas Balitaku
q
Sehat 5 Desa Belum Belum Sudah
r Lansia Bugar 5 Desa Belum Sudah Sudah
Ajang Kartini (Ajang
Kader Kesehatan Masa
s Kini) 5 Desa Belum Belum Sudah
Inovasi Tim NS tahun
14 2021
a Penguatan Desa Siaga 5 Desa Sudah Sudah
b Jalia Maskat Linsek Kecamatan Belum Belum
c Kawasan Bambu Rokok 5 Desa Sudah Sudah
ABC KIT BERLIAN
(Aksi Bersama Cegah
Penyakit Berbasis
D Lingkungan ) 5 Desa Sudah Sudah
E Kalender Alarm Pansus 5 Desa Sudah Sudah
54
DORPRISE SIGA
(Dorong dan apresiasi
F Suami Siaga) 5 Desa Belum Belum
Kumbita Permata
(Kumpulan Ibu Balita
Peduli dan Respon
L masalah Kesehatan anak) 5 Desa Sudah Sudah
LONTO LEOK (duduk
M Bersama) 5 Desa Belum Belum
55
Ludovikus Magat, Amd. Kes
NIP. 19680205 199501 1 001
56
B. Kegiatan Inovasi Tim Nusantara Sehat
1. Lansia Bugar
a. Latar Belakang
Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun
hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama di
negara-negara maju maupun berkembang umur harapan hidup telah bertambah
panjang sehingga warga-warga yang berusia lebih dari 65 tahun juga bertambah.
Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran
kemampuan kerja panca indera, gangguan fungsi alat-alat tubuh, perubahan
psikologi serta adanya berbagai penyakit. Dengan banyaknya perubahan yang
terjadi pada lansia banyak pula masalah kesehatan yang dihadapi. Untuk
mempertahankan kesehatan perlu adanya upaya-upaya baik besifat perawatan,
pengobatan, pola hidup sehat dan juga upaya lain seperti senam lansia.
Keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama di bidang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Menurut sensus tahun 2010 jumlah lansia adalah 18,1 juta jiwa.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, lansia dengan kondisi sehat di
Indonesia tidak sampai 2 persen dari total populasi lansia. Kebanyakan lansia
menderita penyakit sendi, hipertensi, katarak, stroke, jantung, gangguan mental
emosional, dan diabetes.
Dari 7 miliar penduduk dunia, 1 miliar diantaranya adalah penduduk lanjut
usia (lansia). Indonesia sendiri memiliki 24 juta jiwa lansia, yang paling banyak
tersebar di 5 provinsi yaitu Yogyakarta, Jawa timur, Jawa tengah, Bali, dan Jawa
57
barat.(Data Badan Pusat Statistik ), Data Badan Pusat Statistik penduduk
Kabupaten Manggarai kelompok umur 55-74 sebesar 20,382 jiwa. Data tersebut
menunjukan bahwa lanjut usia di wilayah Kabupaten Manggarai cukup tinggi dan
perlu diperhatikan. Pembinaan kesehatan lansia merupakan salah satu kegiatan
yang harus terus digalakkan untuk mewujudkan lansia sejahtera, bahagia dan
berdaya guna bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Hal ini
merupakan suatu upaya menghadapi peningkatan status dan derajat kesehatan
rakyat Indonesia yang memberikan dampak pada meningkatnya usia harapan
hidup bangsa.
Kondisi dimana tidak adanya waktu, tempat, dan kesempatan bagi lansia
dalam melakukan aktivitas untuk mengisi sisa hidupnya, sehingga lansia menjadi
kehilangan self efficacy. Latihan atau exercise sangat penting untuk menghindari
perubahan yang tiba-tiba dan gaya hidup aktif kegaya hidup sederhana. Menurut
Sctotch yang dikutip oleh Darmojo dan Martono (1999), lansia akan mengalami
stres karena perubahan secara drastis dan kesedihan yang sangat, serta kehinaan
dari akibat perubahan pola hidup tersebut. Senam lansia adalah olahraga ringan
dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas
olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jenis-jenis senam
lansia yang biasa diterapkan, meliputi :
58
1) Tujuan Umum
menikmati masa tua yang sejahtera, bahagia dan berdaya guna bagi diri,
2) Tujuan Khusus
anti stroke yang terdiri dari 17 langkah dengan masing-masing gerakan 2x8.
Tahap Kegiatan 1.Jalan ditempat, 2. Tepuk tangan 3. Tepuk jari 4. Jalin tangan 5.
Silang ibu jari 6.adu sisi kelingking 7. Adu sisi telunjuk 8. Ketuk Pergelangan 9.
Tekan jari-jari 10. Tangan membuka dan mengepal 11. Menepuk punggung dan
bahu 12. Menepuk Pinggang 13. Menepuk Paha 14. Menepuk samping betis 15.
hingga 90 orang datang untuk bersama-sama melakukan senam lansia bugar. Hal
ini sangat berkaitan dengan budaya masyarakat di NTT yang suka bergoyang
e. Sektor Terkait
NS
59
Promkes
Pemerintah Desa
d. Dokumentasi Kegiatan
60
2. Kumbita Permata (Kumpulan ibu dan anak peduli dan respon terhadap
permaslahan anak)
a. Latar Belakang
Kelas Ibu Balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia
digunakan Buku KIA. Tujuan kelas ibu dan balita adalah meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan Buku KIA dalam
61
pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi Balita dan mencuci tangan yang
b. Tujuan
1) Tujuan Umum:
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan
Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang Balita yang optimal.
2) Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eksklusif Meningkatkan
pengetahuan ibu akan pentingnya Imunisasi pada bayi
b) Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada Balita
c) Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melaksanakan
stimulasi perkembangan Balita
d) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi Balita dan
mencuci tangan yang benar
e) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara
pencegahan dan perawatan Balita
62
3) Memilih topik berdasarkan kebutuhan
baik melalui data maupun diskusi dengan warga belajar, materi apa yang
dianggap tepat.
(tidak lebih 25% dari total waktu). Untuk sesi yang memerlukan praktek,
memfasilitasi dapat dipahami dengan membaca Bab 2 buku ini. Rekam proses
5) Disiplin waktu
Waktu penyelenggaraan Kelas Ibu Balita harus diatur sedemikian rupa dan
ditepati. Dari uji coba di lapangan waktu yang ideal untukcsetiap sesi adalah
menghabiskan waktu lebih dari satucjam. Jika sesi memakan waktu panjang
63
fasilitator diharapkan dapatcmembuat modifikasi sesuai dengan ketersediaan
waktu belajar.
Kelas ibu balita di pertemuan pertama berjudul asi ekslusif diperoleh Hasil pre
test total peserta kelas ibu balita sebesar 506 dengan hasil 506 orang (40,1%)
salah Semua, 200 orang (39,9%) Benar Sebagian, 103 Orang (20%) Benar Semua,
menjelaskan tentang asi esklusif, tujuan dan manfaatnya serta mempraktikan cara
menyusui bayi yang benar. Setelah selesai kegiatan petugas melakukan post test
diperoleh hasil dari 506 peserta 228 orang (45%) jawab Benar sebagian, 278
Orang (55%) benar semua Hasil identifikasi evaluasi kegiatan kelas ibu balita
yaitu peserta masih banyak tidak mengetahui asi esklusif setelah kegiatan terjadi
peningkatan pengetahuan, selain itu masih banyak bayi yang tidak asi esklusif,
NS
Promkes
KIA dan KB
Kesling
P2P
Pemerintah Desa
64
3. Pemantauan dan Pemasangan Kalender Alarm Pansus (Alrm Pansus)
a. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami istri yang istri
berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50
tahun, tetapi masih haid (datang bulan). PUS yang menjadi peserta KB adalah
pasangan usia subur yang suami/istrinya sedang memakai atau menggunakan
salah satu alat atau cara kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan pendataan
keluarga. Alarm kalender pasangan usia subur (alarm pansus) adalah metode
mengingat masa kesuburan dengan menggunakan metode kalender yang ditandai
mulainya masa menstruasi pertama hingga akhir menstruasi.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kesiagaan pasangan usia subur untuk peningkatan derajat
kesehatan yang optimal, bagi calon ibu dan keluarganya.
2) Tujuan Khusus
a) Peningkatan Kunjungan 1 murni dan kunjungan 4 puskesmas
b) Pansus Mengetahui dengan jelas HPHT saat pemeriksaan k1
c) Terkontrolnya waktu Menstruasi Pansus
66
d) Mempercepat pelaporan ke tenaga kesehatan/Bidan
e) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
f) Penanganan Ibu Hamil Resti
c. Kegiatan Pokok
d. Hasil Kegiatan :
kesiagaan pasangan usia subur untuk peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi calon ibu dan keluarganya. Peningkatan Kunjungan 1 murni dan kunjungan 4
NS
Pemerintah Desa
Desa Siaga
67
f. Dokumentasi
68
4. Kawasan Bambu Rokok
a. Latar Belakang
Hidup sehat sebagai hak yang paling mendasar dimiliki oleh setiap
baik perokok aktif maupun pasif bisa menghilangkan hak seseorang untuk hidup
sehat. Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Angka
disebabkan karena penyakit paru-paru kronik (PPOK) dan emfisema. Dari jumlah
5%. Di Indonesia Sebanyak 40,3 juta anak-anak pada usia 0-14 tahun terpapar
perokok (berusia lebih dari 15 tahun) di seluruh dunia sebanyak 36% pada
69
laki-laki dan 8% perempuan, dimana terdapat 32% laki-laki dan 19 % wanita
perokok di negara maju, 37% laki-laki serta 15% wanita perokok di negara
Indonesia, prevalensi jumlah perokok yang berusia lebih dari 15 tahun hampir
mencapai 2x lipat rata-rata perokok usia dewasa di dunia, yaitu 61% laki-laki
tertinggi dalam jumlah perokok usia dewasa (WHO dalam Syahputra, 2012)
tingkat konsumsi rokok paling tinggi, yakni 55,7% jauh diatas konsumsi nasional,
NTT tidak hanya ditemukan di kalangan orang dewasa, tetapi juga pada
remaja usia 15-19 tahun yang merokok di Provinsi NTT semakin meningkat.
Perokok pemula usia 10-14 tahun pada tahun 2013 sebanyak 18% dan pada tahun
tahun yang merokok di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 29,3%, sedangkan di
daerah Nusa tenggara Timur sebanyak 55,7%. Rokok bukan hanya merupakan
70
masalah bagi perokok itu sendiri, namun bisa juga memberikan dampak bagi
besar dengan perokok aktif untuk terkena penyakit jantung koroner, stroke,
emphysema, kanker paru, penyakit paru kronis yang semuanya itu merupakan
dari Macedonia pada tahun 2010 mendapatkan data bahwa wanita hamil baik
perokok aktif maupun perokok pasif mempunyai resiko lebih tinggi untuk
perempuan masih cukup rendah dibanding pada laki-laki, namun perempuan bisa
menjadi perokok pasif yang bisa turut merasakan dampak dari asap rokok tersebut
Pada wanita hamil yang merokok maupun hanya terpapar asap rokok
dapat memberikan dampak bagi diri dan janin seperti BBLR, kecacatan,
rata-rata berat lahir bayi yang dilahirkan oleh wanita yang menjadi perokok pasif
saat hamil 40-50 gram lebih ringan dari bayi yang dilahirkan wanita yang tidak
pembuluh darah, akibatnya aliran darah dari janin melalui tali pusar akan
71
berkurang. Hal ini mengurangi distribusi zat makanan yang dibutuhkan oleh
sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dan nutrisi yang diperlukan janin pun
asap rokok terhadap kehamilan juga sangat berbahaya. Asap rokok dapat
gangguan pertumbuhan janin dan gangguan saluran nafas pada bayi (Ahsan,
2006).
disebabkan karena asap rokok, dikatakan bahwa asap rokok yang berada di dalam
Toksin dari asap rokok dapat melekat pada pakaian, dan peralatan yang ada di
dalam ruangan. Pada saat ruangan terbuka dan mendapat hembusan udara maka
toksin akan kembali ke udara sekitarnya. Hal ini menyebabkan wanita yang
tinggal serumah dengan anggota keluarga yang merokok, akan terpapar oleh asap
rokok dan secara tidak langsung akan menjadi perokok pasif. Asap rokok sangat
berbahaya bagi perokok pasif dimana asap rokok dari perokok aktif yang
terhirup 5 kali lebih banyak mengandung gas karbon monoksida dan 4 kali lebih
dengan asap rokok selama kehamilan dan berlanjut pada segala efek
samping yang disebabkan oleh asap rokok tersebut. Penelitian oleh Moh.Azab
72
et.al terhadap 500 ibu hamil di Jordan memperoleh hasil 82.4% ibu hamil tersebut
asap rokok dalam rumah dengan kelahiran premature pada bayi di Denpasar
merokok di dalam rumah. Agnes Narita yang meneliti faktor resiko usia,
pekerjaan, paparan asap rokok pada ibu dengan kejadian BBLR di Kabupaten
permasalahan tentang bahaya rokok terhadap ibu hamil, anak-anak dan balita,
2020 diketahui jumlah ibu hamil perfasyankes, yaitu faskes Loce sebanyak 27
orang, Pustu Torong koe sebanyak 12 orang, Pustu To’e sebanyak 14 orang, Pustu
jumlah bayi baru lahir perfasyankes, yaitu faskes Loce sebanyak 49 bayi, Pustu
Torong koe sebanyak 27 bayi, Pustu To’e sebanyak 27 bayi, Pustu Rura sebanyak
30 bayi, Poskesdes Lada sebanyak 10 bayi, Polindes Sambi sebanyak 21 bayi, dan
73
Poskesdes Pasat sebanyak 22 bayi. Dan data per desember PISPK tahun 2019,
Kawasan bambu Rokok dengan tujuan agar perokok aktif tidak merokok dalam
ibu semakin mengetahui dan paham akan bahaya asap rokok bagi kehamilan,
75
KIA
Pemerintah Desa
h. Hasil : sebanyak 25 anak kampong/dusun kita kunjungi dan kita berikan KIE
tentang bahaya merokok dengan harapanya tidak merokok di dalam rumah baik
tamu maupun penghuni rumah, serta sebagai pengingat tentang bahaya merokok
dan merupakan salah satu penyebab stunting.
i. Dokumentasi Kegiatan Kawasan Bambu Rokok
76
5. Pendampingan Terpadu Sehat Jiwa dan Raga (Pandu Suara) ODGJ
a. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah masalah paling banyak yang dihadapi oleh
balita-sampai lansia tidak terkecuali orang yang mengalami gangguan jiwa
memerlukan penanganan atau perhatian harus lebih ekstra dibandingkan
balita dan lansia. Gangguan Jiwa atau lebih dikenal dengan Skizofrenia
merupakan jenis penyakit gangguan fungsi otak yang disebabkan karena
ketidakseimbangnya neurotransmitter. Skizofrenia bersifat kambuhan,
77
kronis, dan berkepanjangan yang disebabkan oleh faktor-faktor kekecewaan
yang mendalam, trauma psikis dalam kehidupan. Stres yang berkepanjangan
juga bisa menjadi pemicu gangguan jiwa. Pada umumnya penderita
Skizofrenia mengalami gejala halusinasi atau mendengar sesuatu yang hanya
didengar oleh dirinya. Kelebihan neurotransmitter di salah satu bagian
otaknya membuat penderita Skizofrenia mengalami penumpulan perasaan,
misalnya perasaan sedih yang tidak tampak, maupun perasaan yang tidak
terlihat. Akibat jangka panjang dari Skizofrenia adalah sikap menarik diri
dari pergaulan sosial dan kehilangan sifat percaya diri bahkan kehilangan
semangat hidup (Sirait, 2008).
Kasus gangguan jiwa di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2018 terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan ini terlihat dari kenaikan prevalensi rumah tangga yang
memiliki pasien penderita ODGJ di Indonesia. Terdapat peningkatan jumlah
7 permil rumah tangga, yang artinya dari 1000 rumah tangga terdapat 7
rumah tangga dengan pasien penderita ODGJ, sehingga jumlahnya
diperkirakan sekitar 450 ribu penderita ODGJ berat. Prevalensi rumah
tangga dengan ART (anggota rumah tangga) dengan gangguan
jiwa/skizofrenia tertinggi di Provinsi Bali dengan 11,1%, dan terendah di
Provinsi Kepulauan Riau dengan 2,8%, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) sendiri dengan 3,6 %. Sedangkan prevalensi gangguan depresi pada
penduduk umur ≥15 tahun, Provinsi NTT menduduki peringkat ke-3 di
Indonesia dengan 9,7% (Riskesdas, 2018).
Kunjungan rumah pasien jiwa adalah mengunjungi tempat tinggal pasien
jiwa dan bertemu dengan keluarga untuk mendapatkan berbagai informasi
penting yang diperlukan dalam rangka membantu pasien dalam proses
penyembuhan, serta melakukan penyuluhan/pemberian edukasi kesehatan
fisik/mental/sosial terkait dengan kebutuhan pasien selama menjalani
perawatan kesehatan. Kunjungan rumah merupakan alternatif yang baik
untuk dilakukan sebagai salah satu upaya membantu proses perubahan
78
respon maladaptif pasien menjadi respon yang lebih adaptif. Hal ini menjadi
alasan bahwa melalui kunjungan rumah akan didapatkan informasi data fisik
maupun non fisik pasien dan keluarga yang dibutuhkan untuk proses
penyembuhan di fasilitas kesehatan secara lebih lengkap dan sesuai dengan
keadaan nyata pasien (Sirait, 2008).
Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan
perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting, karena peran keluarga
sangat mendukung dalam proses pemulihan penderita gangguan jiwa.
Keluarga dapat mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, perilaku anggota
keluarga. Disamping itu keluarga juga mempunyai fungsi dasar memberikan
kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki dan menyiapkan peran dewasa
individu di masyarakat. Apabila terdapat gangguan jiwa pada salah satu
anggota keluarga maka dapat menyebabkan gangguan jiwa pada anggota
keluarga, karena keluarga merupakan suatu sistem yang saling berkaitan
Caregiver memiliki peran sebagai emotional support, merawat pasien
(memandikan, memakaikan baju, memberi makan, mmempersiapkan obat),
7 mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan
berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal (Kung, et.al, 2003).
Safarino (2014) mengungkapkan, caregiver terbanyak pada skizofrenia
adalah orang tua (68,6%), orang dengan profesi caregiver bukan keluarga
pasien (17,4%), pasangan (7,4%), anak (4,1%), dan saudara kandung (2,5%)
(Nasir & Muhih, 2011).
Adanya stigma rasa malu, penyalahan lingkungan serta persepsi negatif
keluarga menimbulkan sikap dan perilaku yang menimbulkan ekspresi emosi
pada keluarga. Emosi yang tinggi pada umumnya dimiliki oleh keluarga
yang memiliki anggota keluarga gangguan jiwa, hal ini disebabkan keluarga
memiliki persepsi negatif dan perasaan terbebani oleh keberadaan anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa. Dengan perasaan malu dan
terbebani tersebut biasanya keluarga akan meunjukkan emosi yang berlebih
terhadap pasien, sehingga timbul perlakuan dan perkataan kasar pada pasien.
79
Hal ini tentu akan menimbulkan stress yang berlebih pada pasien gangguan
jiwa, sehingga tanda dan gejala akan muncul kembali dan kemudian disebut
sebagai kekambuhan atau relaps (Nasir & Muhih, 2011).
Dengan adanya pendampingan keluarga ODGJ merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka memberikan fasilitas bagi keluarga sebagai caregiver
untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilannya dalam melakukan
pendampingan terhadap penderita ODGJ. Beberapa rangkaian kegiatan
dalam pendampingan penderita ODGJ ini diantaranya adalah pengetahuan
tentang Skizofrenia, tanda-tanda, faktor penyebab, pengawasan minum dan
komunikasi efektif dengan penderita ODGJ. Kegiatan yang lain adalah
family gathering, serta konseling kelompok. Pendampingan keluarga ODGJ
merupakan bagian yang integral, yang tidak dapat dipisahkan dan harus ada
dan dilaksanakan, dari program kesehatan jiwa (Kemenkes, 2016).
Data pasien dengan masalah kesehatan jiwa di UPTD Puskesmas Loce
sendiri berdasarkan laporan per-desember tahun 2020 dilaporkan sebanyak
pasien 15 orang, yang terdiri dari 7 pasien usia 15-44 tahun; 4 pasien usia
45-55 tahun; 1 pasien usia 56-64 tahun dan 3 pasien usia >65 tahun. Pasien
tersebut tersebar dibeberapa titik wilayah kerja puskesmas yaitu Desa Loce
(1 orang), Desa Sambi (6 orang), Desa To’e (1 orang), Desa Rura (4 orang),
dan Desa Torong Koe (3 orang).
Kasus yang paling sering dijumpai adalah gangguan psikotik dan
gangguan somatoform, sedangkan kasus-kasus lainnya seperti epilepsi,
gangguan tingkah laku dan kecemasan umum. Fakta tersebut
menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah
kesehatan yang besar dan nyata di masyarakat. Penderita ODGJ di UPTD
Puskesmas Loce perlu mendapatkan kunjungan rumah atau pendampingan
keluarga sehingga membantu pemberian informasi dan motivasi agar pasien
dapat diterima keberadaannya dan diperlakukan sewajarnya baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan masalah tersebut maka kami membuat kegiatan “PANDU
80
SEWARA ODGJ (pendampingan terpadu, sehat jiwa dan raga orang dengan
gangguan jiwa)”.
b. Tujuan
a) Umum
Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat (baik lingkungan
sekitar ataupun lintas sektor terkat) memiliki pengetahuan dalam
memperlakukan pasien dan dapat menjadi sistem pendukung yang
efektif untuk penderita ODGJ di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Loce.
b) Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga tentang
pelaksanaan upaya pendampingan keluarga penderita ODGJ.
2) Meningkatkan peran Puskesmas sebagai promotor, advokator,
motivator, pembina dan pelatih dalam perubahan perilaku keluarga
menuju perilaku yang sehat guna mendampingi ODGJ.
3) Menggalang kemitraan dengan lintas sektor dan swasta untuk
mendukung upaya penggerakan dalam perubahan perilaku keluarga
dalam upaya pendampingan ODGJ.
81
keterampilan sosial pada penderita ODGJ dan kesadaran minum obat
dan kontrol rutin bagi penderita ODGJ.
Petugas melakukan konseling kelompok serta relaksasi dalam setiap
pertemuan bagi keluarga penderita ODGJ.
82
Penanggung jawab program mengevaluasi hasil kunjungan rumah atau
pendampingan keluarga dan menyusun rencana tidak lanjut.
Membuat laporan hasil kegiatan.
e) Sektor yang terlibat
NS
Pengelola Program ODGJ
Pemerintah Desa
d. Pengisi/Instruktur
84
NS, Petugas Puskesmas Loce dan Petugas Pustu, Polindes, Poskesdes
e. Pelaksanaan Kegiatan
Petugas melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang memiliki
permasalahan kesehatan lingkungan, Hipertensi, KB, dan promkes (masalah
merokok). Anggota keluarga yang mengalami hipertensi dilakukan
pengukuran tekanan darah dan konseling pengobatan secara teratur.
Permasalahan lainnya dilakukan konseling.
f. Sasaran
Anggota keluarga dengan hipertensi, masalah kesehatan lingkungan dan
masalah merokok serta KB.
g. Dokumentasi
85
86
87
88
89
7. Temui Atasi Sasaran Masalah Penyakit Tidak Menular (Tas PTM)
a. Latar Belakang
Pada saat ini, Penyakit Tidak menular (PTM) menjadi penyebab
kematian utama sebesar 70% kasus kematian di seluruh dunia, peningkatan
kematian akibat PTM dimasa mendatang diproyeksikan akan terus
bertambah sebesar 15% (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara
2010 sampai 2025. Keadaan ini timbul akibat perubahan perilaku manusia
dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, 2013, dan 2018 yang menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular seperti
diabetes, hipertensi, stroke, obesitas dan penyakit sendi/rematik.
90
Menurut sensus tahun 2010 jumlah lansia adalah 18,1 juta jiwa.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, lansia dengan kondisi sehat
di Indonesia tidak sampai 2 persen dari total populasi lansia. Kebanyakan
lansia menderita penyakit sendi, hipertensi, katarak, stroke, jantung,
gangguan mental emosional, dan diabetes. Dari 7 miliar penduduk dunia, 1
miliar diantaranya adalah penduduk lanjut usia (lansia). Indonesia sendiri
memiliki 24 juta jiwa lansia, yang paling banyak tersebar di 5 provinsi yaitu
Yogyakarta, Jawa timur, Jawa tengah, Bali, dan Jawa barat (Data Badan
Pusat Statistik ).
Data Badan Pusat Statistik penduduk Kabupaten Manggarai kelompok
umur 55-74 sebesar 20,382 jiwa. Data tersebut menunjukan bahwa lanjut
usia di wilayah Kabupaten Manggarai cukup tinggi dan perlu diperhatikan.
Pembinaan kesehatan lansia merupakan salah satu kegiatan yang harus terus
digalakkan untuk mewujudkan lansia sejahtera, bahagia dan berdaya guna
bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Pengendalian faktor
resiko penyakit tidak menular merupakan upaya untuk mencegah penyakit
tidak menular bagi masyarakat sehat, yang mempunyai faktor resiko dan
bagi penyandang penyakit tidak menular dengan tujuan bagi yang belum
memiliki faktor resiko agar tidak timbul, kemudian bagi yang mempunyai
faktor resiko diupayakan agar kondisi faktor resiko penyakit tidak menular
menjadi normal kembali atau mencegah terjadinya penyakit tidak menular.
Untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta
meningkatkan kualitas hidup.
Pada awal perjalan penyakit tidak menular sering kali tidak
menimbulkan gejala dan tidak menunjukkan gejala klinis secara khusus
sehingga banyak yang datang berobat tergolong sudah terlambat atau pada
stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang
terjadi pada dirinya. Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,6%
dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum
terdiagnosis, keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit sehingga
91
sering terjadi komplikasi bahkan berakhir pada kematian. Secara nasional
hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa prevalensi penduduk dengan
tekanan darah tinggi secara nasional sebesar 34,11%.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
bahwa 10 besar penyebab kematian di Indonesia, enam di antaranya
tergolong penyakit tidak menular. Stroke merupakan penyebab kematian
tertinggi 15,4% di susul tuberkulosis 7,5%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%,
perinatal 6,0%, diabetes mellitus 5,7%, tumor 5,7%, penyakit hati 5,2%,
penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit saluran nafas bawah 5,1%.
Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 di Provinsi NTT diketahui kasus
penderita hipertensi dilayani dari hasil estimasi sebanyak sebanyak 183.152
kasus (26,5%). Kabupaten/Kota tertinggi kasus hipertensi ada pada
kabupaten Ende 17.609 kasus dan terendah ada pada Kabupaten Sumba
tengah sebanyak1.615 kasus. Dan Kabupaten yang tidak melapor adalah
kabupaten Sumba Timur. Hasil Riskesdas Tahun 2013 dan 2018
menunjukan bahwa prevalensi Diabetis Melitus untuk NTT sebanyak 1,2%
dan 0,86% berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk >15 tahun.
Sebagai unit pelayanan terdepan dalam pelayanan kesehatan, Puskesmas
diharapkan mampu melakukan upaya-upaya pembinaan dan pengembangan
pelayanan kesehatan usia lanjut di wilayah kerjanya. Berdasarkan data
laporan tahunan UPTD Puskemas Loce diketahui jumlah usia lanjut pada
tahun 2020 perfasyankes, yaitu faskes Loce sebanyak 394 (L:179 dan
P:215), Pustu Torong koe sebanyak 195 (L:94 dan P:101), Pustu To’e
sebanyak 233 (L:117 dan P:116), Pustu Rura sebanyak 968 (L:410 dan
P:558), Poskesdes Lada sebanyak 36 (L:17 dan P:19), Polindes Sambi
sebanyak 169 (L:78 dan P:91), dan Poskesdes Pasat sebanyak 382 (L:192
dan P:190). Serta diketahui penderita penyakit diabetes melitus sebesar 0,9
% dan penderita hipertensi sebesar 6,46 % dari jumlah lansia.
Salah satu strategi pengendalian penyakit tidak menular yang efisien dan
efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat.
92
Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi
dalam pengendalian, dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk deteksi
dini, pemantauan faktor resiko penyakit tidak menular serta tindak lanjutnya
yang kemudian kegiatan ini yang biasa disebut POSBINDU PTM. Melihat
banyaknya keluhan kesehatan pada lansia seperti nyeri sendi, hipertensi, dan
diabetes melitus, membuat kami berencana melakukan suatu kegiatan
sehingga terciptanya lansia yang sehat, ceria, dan produktif yaitu melalui
kegiatan TAS PTM (Temui Atasi Sasaran Masalah Penyakit Tidak
Menular).
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan
dini faktor resiko penyakit tidak menular serta terciptanya lansia yang
sehat, ceria dan produktif.
2) Khusus
Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatanya.
Menurunkan prevalensi terjadinya penyakit tidak menular pada usia 15
tahun ke atas.
Meningkatkan cakupan dan kepatuhan terhadap cara hidup sehat
masyarakat agar tidak terkena penyakit tidak menular
Terlaksananya deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut terhadap
faktor resiko penyakit tidak menular (ptm).
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
d. Pelaksanaan Kegiatan
Menyusun kerangka acuan kegiatan.
Melakukan koordinasi dengan pihak desa.
Menentukan waktu dan lokasi kegiatan.
Menyebarkan pemberitahuan dan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan tas ptm dilaksanakan sebanyak 12 kali
pertemuan.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode tatap muka, yang
meliputi :
Menyiapkan instrument yang akan digunakan.
Kegiatan diawali dengan melakukan pengukuran suhu badan, ctps, dan
himbauan penggunaan masker kepada para sasaran sebelum memulai
kegiatan.
94
Melakukan pendaftaran sasaran dengan mengisi daftar isi peserta
kegiatan.
Melakukan wawancara keluhan kesehatan dan pemeriksaan tekanan
darah sebagai deteksi penyakit hipertensi.
Melakukan pengukuran tinggi dan berat badan sebagai kemungkinan
kekurangan gizi dan obesitas.
Melakukan pemeriksaan klinis (gula, asam urat, dan kolesterol)
sebagai deteksi penyakit diabetes, rematik, dan stroke.
Melakukan upaya tidak lanjut dari wawancara, pengukuran, serta
pemeriksaan kesehatan.
Membuat laporan hasil kegiatan.
e. Sektor Terkait
NS
Pengelola PTM
Farmasi
Pemerintah Desa
f. Dokumentasi
95
Masalah kesehatan anak masih menjadi masalah utama di Indonesia.
Angka kematian bayi menjadi salah satu indikator pertama dalam menentukan
derajat kesehatan anak di suatu negara. Kematian bayi dipengaruhi oleh
banyak faktor yaitu salah satunya termasuk penularan penyakit. Seorang bayi
dilahirkan memiliki kekebalan tubuh alami yang dibawa dari kekebalan
ibunya saat dikandungan, tapi kekebalan tubuhnya hanya dapat bertahan
dalam jangka pendek inilah yang menjadi masalah dalam kelangsungan hidup
bayi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit yaitu
dengan cara pemberian imunisasi dasar lengkap dengan tujuan agar anak
terhindar dari penyakit infeksi.
Berdasarkan laporan dari Jurnal Kesehatan The Lancet menyebutkan
bahwa 7.000 bayi meninggal dunia setiap harinya di Indonesia, dengan angka
kematian bayi rata-rata 34 bayi/1.000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut tidak
terlalu mengesankan karena apabila dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu
perubahannya hanya sedikit. Tahun 2003 angka kematian bayi di Indonesia
adalah 35 bayi/1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk penurunan Angka
Kematian Bayi di Indonesia adalah sebesar 23 per 1.000 KH pada tahun 2015
dari kondisi saat ini yaitu sebesar 34 per 1.000 KH (2,3) (Dian H, 2013).
Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yaitu minimal 80% bayi di
desa atau kelurahan telah mendapatkan imunisasi lengkap, yang terdiri dari
BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan Campak. Program imunisasi di
Indonesia mewajibkan setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan imunisasi
dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-
HB-Hib, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak. Kementerian Kesehatan juga
mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap
dengan pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Imunisasi dasar
lengkap pada bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B
(HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan
(DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
96
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio
suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR) (Kemenkes RI,2019).
Berdasarkan hasil statistik kesehatan dunia Indonesia merupakan
negara yang masuk kategori memiliki cakupan imunisasi campak sedang jika
dibandingkan dengan 11 (sebelas) negara di Asia Tenggara (SEARO) dengan
pencapaian imunisai campak di Indonesia sebesar 84% , sedangkan negara
Timor Leste dan India berada dalam kategori cakupan imunisasi campak
terendah. Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956 dan
dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Imunisasi dilakukan
dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Walaupun kasus PD3I sudah dapat ditekan, cakupan
imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di seluruh wilayah.
Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat
mempermudah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (Permenkes RI No. 12 tahun 2017). Kebijakan
imunisasi nasional menurut RPJM tahun 2015-2019 yaitu target dari capaian
imunisasi pada tahun 2015 (91%), tahun 2016 (91,5%), tahun 2017 (92%),
tahun 2018 (92,5%) dan tahun 2019 (93%) (Perpres No.2 tahun 2015).
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementrian Kesehatan RI tahun 2014-2016 terdapat 1.716.659 anak yang
belum terimunisasi atau yang belum lengkap status imunisasinya. Berdasarkan
profil kesehatan Ibu dan Anak provinsi yang memiliki capaian IDL anak umur
11- 24 bulan tertinggi pada tahun 2020 yaitu capaian tertinggi di Provinsi Bali
sebesar 81,43%, diikuti oleh DI Yogyakarta (76,77%), dan Jawa tengah
(73,72%), sedangkan untuk capaian terendah di Provinsi Aceh sebesar
22,33%, diikuti oleh Papua (35,04%), dan Sumatera Utara (39,38%). Untuk
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terjadi peningkatan cakupan IDL dari
tahun 2018 (52,18%), tahun 2019 (58,30%) dan pada tahun 2020 (61,88%),
serta didapatkan cakupan jenis imunisasi pada tahun 2020 pada anak usia 11-
24 bulan di Provinsi NTT yaitu imunisasi BCG 1 kali(95,47%), imunisasi
97
Polio 3 kali (84,67%), imunisasi DPT 3 kali (28,44%), imunisasi Campak 1
kali (85,12%), dan imunisasi HB 3 kali (26,55%).
Imunisasi telah mencegah 2-3 juta kematian anak di dunia setiap
tahunnya. Namun demikian masih terdapat 22,6 juta anak di dunia tidak
terjangkau imunisasi rutin. Berdasarkan data yang dilansir oleh Kementerian
Kesehatan RI, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) masih mencapai
angka 86,8% pada April 2015. Lebih dari 13 % anak di Indonesia belum
mendapatkan imunisasi secara lengkap karena berbagai sebab, padahal
imunisasi lengkap dapat melindungi anak dari wabah, kecacatan dan
kematian. Imunisasi dianggap sebagai upaya kesehatan yang paling efektif.
Selain pada anak-anak, program imunisasi juga dilakukan pada Wanita
Usia Subur (WUS) baik WUS hamil maupun WUS non hamil. Program
imunisasi pada WUS dilaksanakan dalam rangka meningkatkan komitmen
Indonesia dalam melaksanakan Maternal and Neonatal Tetanus Elimination
(MNTE) yaitu program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur
termasuk ibu hamil. Dikatakan tereliminasi jika terdapat kurang dari satu
kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap Kabupaten/Kota.
Tujuan jangka pendek dari pelayanan imunisasi adalah pencegahan
penyakit secara perorangan atau kelompok, sedangkan tujuan jangka panjang
adalah eradikasi atau eliminasi suatu penyakit. Dari penyakit menular yang
telah ditemukan, sampai saat ini di Indonesia baru tujuh macam yang
diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi yang selanjutnya kita
sebut “Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)”. Sejak
dimulainya program imunisasi di Indonesia pada tahun 1956, saat ini telah
dikembangkan tujuh jenis vaksinasi yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, DT, TT,
Hep.B.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 diketahui,
cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT didapatkan tertinggi di Kabupaten Ngada
sebanyak 148 Desa UCI dari 151 Desa/Kelurahan (98%), di ikuti oleh
98
Kabupaten Manggarai sebanyak 163 Desa UCI dari 171 Desa/kelurahan
(95,3%), dan terendah pada Kabupaten Sumba Barat Daya sebanyak 1 Desa
UCI dari 173 Desa/Kelurahan (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data BPS, didapatkan jumlah balita yang di imunisasi dari
tahun 2017 sampai 2020 menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, yakni
imunisasi DPT-HB terjadi peningkatan di Kabupaten Timur Tengah Utara dan
Kabupaten Sumba barat Daya, Sedangkan di Kabupaten Malaka terjadi
penurunan yang signifikan. Di kabupaten Manggarai sendiri pada tahun 2017
sebanyak 6.933 balita sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 4168 balita.
Untuk imunisasi Polio terjadi peningkatan di 22 Kabupaten yang ada di
Provinsi NTT, dimana Kabupaten Manggarai pada tahun 2017 sebanyak 7.009
balita dan tahun 2020 sebanyak 25.086 balita. Sedangkan untuk imunisasi
Campak terjadi peningkatan di Kabupaten TTU dan Kabupaten Sumba Barat
daya, dan terjadi penurunan di Kabupaten Malaka. Di Kabupaten Manggarai
sendiri, pada tahun 2017 sebanyak 7.316 balita dan tahun 2020 sebanyak
3.498 balita. Sedangkan untuk imuniasasi dasar lengkap, di Kabupaten
Manggarai didapatkan data pada tahun 2017 sebanyak 6956 balita, tahun 2018
sebanyak 6644 balita, dan pada tahun 2020 sebanyak 5794 balita (Dinkes
Provinsi NTT, 2020).
Berdasarkan data laporan bulan Desember Di UPTD Puskesmas Loce
pada tahun 2020 didapatkan cakupan data real imunisasi dasar lengkap
berdasarkan perfaskes yakni Desa Loce sebesar 88%, Desa To’e sebesar 80%,
Desa Sambi sebesar 87%, Desa Torong Koe sebesar 92% dan Desa Rura
sebesar 91%. Terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi rendahnya
cakupan imunisasi diantaranya rendahnya kesadaran masyarakat tentang
kesehatan terutama masalah imunisasi, mobilisasi masyarakat yang cukup
tinggi dan peran lintas sektor yang belum maksimal. Melihat dari data diatas
maka dirasa perlu diadakan kegiatan CIKITA (Aksi Cepat Tingkatkan
Imunisasi Anak) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loc
99
b. Tujuan
1) Umum
Meningkatkan Cakupan Pelayanan Imunisasi Di Seluruh Wilayah Kerja
Uptd Puskesmas Loce.
2) Khusus
a) Menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
penyakit yang dapat dicegah dengam imunisasi (PD3I).
b) Memberikan perlindungan yang optimal bagi seluruh anak umur 0-11
bulan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
c) Memutus mata rantai penyakit menular dengan upaya imunisasi.
d) Mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang berpotensi sebagai KLB.
e) Tercapainya Cakupan Desa UCI (Universal Child Immunization) di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce.
f) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal Neonatal di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Loce.
g) ERAPO ( Eradikasi Polio) diharapkan untuk tidak ada lagi virus polio
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce.
h) Tercapainya reduksi campak (RECAM) dimana angka kesakitan
campak turun sampai 95 % dibandingkan sebelum ada program
imunisasi
100
e) Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi BCG, Polio, DPT-HB-Hib, PCV
(Pneumococcal Vaccine), IPV (inactivated polio vaccine), Campak,
DPT-HB-Hib lanjutan, Campak Lanjutan dan TT/TD.
f) Sosialisasi/ penyuluhan.
g) Pencatatan dan pelaporan, serta memberikan umpan balik hasil
kegiatan.
d. Pelakaksanaan kegiatan
101
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan,
yang meliputi:
102
Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya
pada insertio musculus deltoideus) secara intrakutan (ic)/dibawah
kulit.
Imunisasi Polio
Petugas mencuci tangan.
Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik (perhatikan
nomor ,kadaluarsa dan vvm).
Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset dan pasang pipet diatas
botol vaksin.
Letakkan anak pada posisi yang senyaman mungkin.
Buka mulut anak dan teteskan vaksin volio sebanyak 2 tetes.
Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak yang
diimunisasi.
Jika di muntahkan atau di keluarkan oleh anak, ulangi lagi penetesan.
Saat meneteskan vaksin kemulut, pastikan agar vaksin tetap dalam
kondisi steril.
Imunisasi DPT-Hb-Hib
Petugas mencuci tangan.
Pastikan vaksin yang akan di gunakan.
Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (2-11 bulan), jumlah
suntikan 3x untuk imunisasi DPT-HB-Hib.
Ambil 0,5 cc vaksin DPT-HB-Hib.
Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas steril (air panas) dan
suntikan secara intra muskuler (im).
Terangkan kepada ibu anak tersebut, tentang panas akibat DPT-HB-
Hib.
Berikan obat penurun panas/antipiretik kepada ibu anak dan anjurkan
kompres dengan air hangat di lokasi penyuntikan.
Imunisasi PCV
103
Petugas mencuci tangan
Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (2-12 bulan) jumlah
suntikan
Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas steril (air panas) dan
suntikan secara intra muskuler (im).
Imunisasi IPV
Petugas mencuci tangan.
Pastikan vaksin yang akan di gunakan.
Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (4 bulan) jumlah
suntikan 1x untuk imunisasi IPV.
Ambil 0,5 cc vaksin IVP.
Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas steril (air panas) dan
suntikan secara intra muskuler (im).
Imunisasi Campak
Petugas mencuci tangan.
104
Buka tutup vaksin denggunakan Pinset.
Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada dengan spuit
(5 cc).
Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (9 bulan).
Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi.
Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas steril (air panas)
dan suntikan secara sub (sc).
Imunisasi DPT-Hb-Hib lanjutan
Petugas mencuci tangan.
Pastikan vaksin yang akan di gunakan.
Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (18-24 bulan) jumlah
suntikan 1x untuk imunisasi DPT-HB-Hib Lanjutan.
Ambil 0,5 cc vaksin DPT-HB-Hib.
Bersihkan lengan kanan dengan kapas steril.
Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya
pada
insertio musculus deltoideus) secara IM.
Imunisasi Campak lanjutan
Petugas mencuci tangan.
Buka tutup vaksin denggunakan Pinset.
Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada dengan spuit
(5 cc).
Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (24-36 bulan).
Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi.
Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas steril (air panas)
dan suntikan secara sub (sc).
Imunisasi TT
Petugas mencuci tangan.
105
Pastikan vaksin yang akan di gunakan.
Jelaskan kepada ibu ibu hamil, bahwa akan disuntikkan di lengan kiri.
Ambil 0,5 cc vaksin TT.
Bersihkan lengan kana dengan kapas steril.
Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kiri atas (tepatnya
pada insertio musculus deltoideus) secara IM.
Terangkan kepada ibu hamil, akan terasa pegal bekas suntikan dan
anjurkan kompres hangan di lokasi penyuntikan.
Setelah selesai, buang semua bekas spuit ke dalam safety box, dan
rapikan alat-alat yang telah digunakan.
Petugas mencuci tangan.
Mencatat dalam buku KMS atau buku monitoring imunisasi sasaran.
Melakukan upaya tidak lanjut dari wawancara, pengukuran, serta
pemeriksaan kesehatan.
Membuat laporan hasil kegiatan.
e. Sektor yang terlibat
NS
Pengelola Program imunisasi dan Tim
Pemerintah Desa
a. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut adalah sesuatu masalah yang kerap terjadi dan
kurang diperhatikan oleh beberapa orang. Sebagaimana kita ketahui gigi dan
mulut, dapat membuat bersarangnya bakteri maka bisa menganggu Kesehatan
bagian tubuh yang lain. Penyakit pada gigi berlubang sering dikeluhkan oleh
anak-anak dan orang dewasa jika diabaikan tentu mempengaruhi status dimana
mereka mengalami rasa sakit, nyeri, cacat, kontaminasi berat, kendala mengunyah
106
dan mendengkur juga memiliki resiko tinggi akan dirawat. Pada akhirnya
kesempatan belajar disekolah menurun (Kemenkes, 2014).
Pencegahan penyakit gigi dan mulut seperti diatas perlu dilakukan sejak
dini, dengan memberikan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman
terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, serta membentuk
perilaku/kebiasaan yang baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kesehatan yang optimal pada tubuh secara umum,
dan khususnya, bertujuan untuk mempertahankan gigi permanen sebanyak
mungkin dan selama mungkin di dalam rahang sampai dengan lanjut usia, yang
sesuai dengan standar kesehatan gigi WHO yaitu 75 % dari jumlah penduduk usia
65 tahun keatas, memiliki minimum 20 gigi yang berfungsi (Widyaningsih,
2007).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2007
menyebutkan bahwa 23,4% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan
gigi dan mulut dan hanya 29,6% penduduk diantaranya yang menerima
perawatan dan pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Hal ini mengindikasikan
bahwa masih terdapat masyarakat yang belum menyadari pentingnya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut yang ditemukan
di masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi
(karies) dengan Indeks DMF-T nasional sebesar 4,85 (Depkes RI, 2008).
Anak usia 6-12 tahun memerlukan perawatan lebih intensif karena saat
usia tersebut terjadinya pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Untuk anak
yang memasuki usia sekolah juga beresiko mengalami kerusakan atau
pembusukan pada tulang gigi yang tinggi. Karena banyaknya berbagai jenis yang
dijual di sekolah seperti makanan cepat saji dan minuman yang manis, serta
kurang terjaga kebersihannya, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Maka
dari itu peran ibu diperlukan untuk mengawasi pola jajan anaknya di sekolah
dengan begitu anak dapat tercegah dari jajan sekolah yang tidak sehat (Kemenkes,
2012).
107
Menurut hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
Departemen Kesehatan RI, 2013 mengungkapkan situasi gigi dan mulut di
Indonesia bahwa prevalensi rata-rata 25,9% dari 250 juta jiwa mempunyai
masalah pada gigi dan mulut. Sedangkan hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan
sebanyak 57,6% penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan gigi dan
mulut selama 12 bulan terakhir, tetapi hanya 10,2% yang menerima perawatan
oleh tenaga medis. Untuk indikator Decay, Missing, and Filled Teeth sebagai
penanda status kesehatan gigi, yaitu sebesar 4,6%. Ini membuktikan bahwa
meningkatnya keburukan gigi pada populasi di Indonesia ialah 460 gigi tiap 100
orang atau 4-5 buah gigi per orang. Sedangkan data Riskesdas Tahun 2018, juga
menunjukan bahwa proporsi kasus kesehatan gigi dan mulut bila ditinjau
berdasarkan usia, proporsi rentang usia 5-9 tahun mencapai 67,3%, dengan 14,6%
yang menerima perawatan dari tenaga medis dan proporsi rentang usia 10-14
tahun mencapai 55,6%, dengan 4,3% yang menerima perawatan dari tenaga
medis. Hal tersebut menunjukan bahwa proporsi kesehatan gigi dan mulut pada
anak usia sekolah masih tinggi (Kemenkes, 2018).
Dan berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 didapatkan
cakupan sekolah SD/MI yang melakukan pelayanan kesehatan di Indonesia pada
tahun 2019 adalah 86,15%. Ada dua provinsi yang seluruh sekolah SD/MI telah
melakukan pelayanan kesehatan yaitu Kalimantan Utara dan DI Yogyakarta,
sedangkan Provinsi dengan cakupan terendah sekolah SD/MI yang melakukan
pelayanan kesehatan adalah Nusa Tenggara Timur (15,09%), Papua Barat
(18,56%), dan Nusa Tenggara Barat (23,76%).
Peningkatan kualitas kesehatan gigi masyarakat dilakukan lewat penggunaan
program upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas. Departemen kesehatan
mengupayakan kesehatan gigi dan mulut dengan tujuan merendahkan persoalan,
tingkat penyakit gigi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
sangat mendorong kualitas kesehatan gigi yang maksimal. Dalam menjalankan
fungsinya, sesuai standar pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas, maka jenis
pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan Puskesmas adalah pelayanan
108
pencegahan. Pelayanan pencegahan ditujukan kepada 3 kelompok yaitu:
komunitas, kelompok, dan perorangan. Pelayanan yang ditujukan kepada
kelompok : promosi kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan komunikasi
informasi dan edukasi kepada kelompok tertentu melalui program UKGS (Depkes
RI, 2009).
Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah bertujuan untuk menjaga dan
upaya peningkatan terhadap kesehatan gigi dan mulut bagi seluruh peserta didik
di sekolah yang dilakukan dengan cara pelayanan kesehatan perorangan meliputi
pertolongan pertama dan penyembuhan ringan untuk mengurangi rasas akit gigi,
melakukan pencabutan gigi sulung bagi yang memerlukan, serta meningkatkan
kesehatan perorangan berupa upaya promotif dan preventif bagi peserta didik
(Kemenkes, 2012).
Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce terdapat 7 Sekolah Dasar yang
tersebar di 5 desa yaitu SDK Loce dengan jumlah siswa 259 siswa (L;147 dan
P;112), SDN Rabok dengan jumlah siswa (), SDK Wae Wua dengan jumlah siswa
(), SDK Pasat dengan jumlah siswa (L; dan P;), SDK Bajak Rana dengan jumlah
146 siswa (L;70 dan P;76), SDI Wontong dengan jumlah 166 siswa (L; 83 dan P;
83), SDK Waekaap dengan jumlah 179 siswa (L; 109 dan P; 88).
Salah satu strategi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di UPTD
Puskesmas Loce untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut siswa
sekolah dasar di sekolah binaan, adalah dengan melalui kegiatan SIGIMAS (Sikat
Gigi Massal Anak Sekolah) yang bertujuan sebagai upaya pemeliharaan
kesehatan anak didik sekolah.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pada siswa - siswi secara
optimal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loce.
2) Tujuan Khusus
109
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para siswa tentang
menyikat gigi yang baik dan benar, serta waktu yang tepat menyikat gigi
dan cara memilih sikat gigi yang tepat sesuai umur.
Untuk meningkatkan partisipasi dari guru atau pihak sekolah dalam
melakukan upaya pencegahan dan penangulangan masalah kesehatan gigi
dan mulut.
Untuk meningkatkan pengetahuan para siswa tentang berbagai dampak
yang dapat timbul dari kurangnya kesadaran membersihkan gigi dan mulut
secara rutin.
Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan gigi para siswa.
Tercapainya pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid secara
optimal.
c. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
1) Penyuluhan atau sosialisasi tentang kesehatan gigi dan mulut.
2) Petugas menyiapkan materi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, seperti
teknik menyikat gigi yang baik dan benar, waktu yang tepat saat menyikat
gigi, cara pemilihan sikat gigi yang tepat sesuai umur dan dampak yang
ditimbulkan apabila tidak menyikat gig secara rutin.
3) Pemeriksaan kesehatan siswa.
4) Petugas melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check-up) bagi siswa
seperti, visus mata, telinga, kuku, rambut, tanda-tanda vital dan pemeriksaan
gigi dan mulut.
5) Rujukan kasus ke puskesmas.
6) Petugas merujuk siswa ke puskesmas apabila ditemukan kasus yang
memerlukan tindakan atau perawatan lebih lanjut, dengan memberikan blanko
pemberitahuan kepada wali murid.
7) Penjaringan siswa baru.
8) Petugas melakukan penjaringan kesehatan seperti pengukuran berat badan dan
tinggi badan bagi siswa kelas 1 yang baru masuk dan hasilnya akan digunakan
dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan UKGS di kemudian
hari.
9) Kegiatan sikat gigi massal.
110
10) Kegiatan ini bertujuan sebagai pemeliharaan serta bimbingan terhadap para
siswa dalam waktu tertentu, yang pelaksanaannya dengan bantuan
pengawasan dari para guru.
d. Pelaksanaan Kegiatan
Menyusun kerangka acuan kegiatan.
Melakukan pendataan siswa dan koordinasi dengan pihak sekolah.
Menentukan waktu dan lokasi kegiatan.
Menyebarkan pemberitahuan dan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode tatap muka (Sosialisasi),
yang meliputi :
Pertemuan I:
o Menyiapkan instrument yang akan digunakan.
o Melakukan penyuluhan atau sosialisasi tentang kesehatan gigi dan
mulut.
o Melakukan penjaringan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa kelas
1 yang baru masuk.
o Melakukan kegiatan sikat gigi massal.
Pertemuan II:
o Menyiapkan instrument yang akan digunakan.
o Melakukan penyuluhan atau sosialisasi tentang Kesehatan gigi dan
mulut.
o Melakukan medical check-up seperti pemeriksaan visus mata,
telinga, kuku, rambut, tanda-tannda vital dan pemeriksaan gigi dan
mulut.
o Melakukan pelayanan pencabutan gigi susu bagi siswa yang
membutuhkan.
o Melakukan kegiatan sikat gigi massal.
o Penanggung jawab program mengevaluasi hasil kegiatan dan
membuat rencana tindak lanjut.
111
o Membuat laporan hasil kegiatan.
e. Sektor Yang Terlibat
NS
Pengelola Program Gigi
UKS dan UKGS
10. Pentas Rematri (Pencegahan Anemia Dengan Tablet Tambah Darah Bersama
Remaja Putri)
a. Latar Belakang
Anemia sering diderita pada wanita usia subur. Hal ini disebabkan karena
terjadinya siklus menstruasi pada wanita setiap bulannya. Kekurangan zat besi
menurun. Asupan zat besi dapat diperoleh melalui makanan bersumber protein
hewani seperti hati, ikan, dan daging. Namun tidak semua masyarakat dapat
yang diperoleh dari tablet tambah darah (TTD). Pemberian TTD pada remaja putri
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi para remaja putri yang akan
menjadi ibu di masa yang akan datang. Dengan cukupnya asupan zat besi sejak
dini, diharapkan angka kejadian anemia ibu hamil, pendarahan saat persalinan,
pemberian TTD pada remaja putri di Indonesia pada tahun 2018 adalah 46,56%.
Hal ini sudah memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu 30%. Provinsi dengan
112
persentase tertinggi cakupan pemberian TTD pada remaja putri adalah Bali
Masih ada empat provinsi belum memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu Aceh,
Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri telah memenuhi target Renstra yakni
Berdasarkan data dari bulan januari sampai agustus tahun 2021 diketahui
jumlah rematri di wilayah kerja UPTD Puskemas Loce sebanyak 506 remaja
putri, dengan rincian yaitu Desa Loce sebanyak 168 remaja putri, Desa Torong
koe sebanyak 68 remaja putri, Desa To’e sebanyak 124 remaja putri, Desa Rura
sebanyak 83 remaja putri, dan Desa Sambi sebanyak 63 remaja putri. Sebagai unit
Tablet Tambah Darah Bersama Remaja Putri). Dengan adanya kegiatan ini
diharapkan agar tidak ada lagi remaja putri yang mengalami penyakit anemia
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Dan Penemuan
Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Serta Terciptanya Lansia Yang
Sehat, Ceria Dan Produktif.
2) Tujuan Khusus
113
Meningkatkan Kesadaran Para Usia Lanjut Untuk Membina Sendiri
Kesehatanya.
Menurunkan Prevalensi Terjadinya Penyakit Tidak Menular Pada Usia 15
Tahun Ke Atas.
Meningkatkan Cakupan Dan Kepatuhan Terhadap Cara Hidup Sehat
Masyarakat Agar Tidak Terkena Penyakit Tidak Menular
Terlaksananya Deteksi Dini, Monitoring Dan Tindak Lanjut Terhadap
Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular (Ptm).
Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut.
c. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
Pendataan remaja putri : Petugas melakukan pendataan remaja putri di setiap
desa di wilayah kerja puskesmas.
Kordinasi lintas sector Petugas melakukan kordinasi dengan lintas sektor
seperti petugas pustu, kader desa, serta aparat desa setempat untuk
pemberitahuan sasaran tentang kegiatan yang akan dilakukan.
Penyuluhan/ sosialisasi : Petugas menyiapkan materi penyuluhan, seperti
manfaat minum obat tablet tambah darah sedari dini, dan dampak dari
kekurangan asupan zat besi.
Kegiatan PENTAS REMATRI : Petugas melaksanakan kegiataan dengan
memberikan obat tablet darah kepada remaja putri dan arahan minum di
tempat.
Rencana tindak lanjut : Penanggung jawab program melakukan evaluasi
berdasarkan hasil kegiatan dengan membuat rencana tidak lanjut untuk
kegiatan pelayanan kesehatan remaja putri dikemudian hari.
d. Pelaksanaan Kegiatan
Melakukan pendataan remaja putri.
Menyusun kerangka acuan kegiatan.
Melakukan koordinasi dengan pihak desa.
Menentukan waktu dan lokasi kegiatan.
114
Menyebarkan pemberitahuan dan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan PENTAS REMATRI dilaksanakan sebanyak 4 kali
pertemuan dalam 1 bulan.
Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi :
o Menyiapkan instrument yang akan digunakan.
o Kegiatan diawali dengan melakukan pengukuran suhu badan, CTPS,
dan himbauan penggunaan masker kepada para sasaran sebelum
memulai kegiatan.
o Melakukan pendaftaran sasaran dengan mengisi daftar isi peserta
kegiatan.
o Melakukan penyuluhan tentang manfaat obat tablet tambah darah bagi
remaja putri.
o Melakukan pemberian obat tablet tambah darah sekaligus arahan
minum obat sekaligus pemberitahuan pada remaja putri untuk minum
obat TTD setiap minggunya di hari yang sama.
Membuat laporan hasil kegiatan.
11. Aksi Bersama Cegah Penyakit Berbasis Lingkungan (ABC Kit Berlian)
a. Latar Belakang
115
Situasi di Indonesia Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi
permasalahan hingga saat ini. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis
lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di
Indonesia. Menurut Profil Ditjen PP&PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di
Indonesia akibat pneumonia. sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun
ketahun kian meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk,
lalu meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per
1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali
meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.
116
angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per hari. Prevalensi
kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar 22,6%.
Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan
angka kematian 0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun 2009 dilaporkan
sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung di tahun 2009 di
indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak 24 kasus namun
angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%.
Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman Indonesia adalah salah
satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai
15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata di
dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun.Namun demikian, Indonesia masih
saja mengalami persoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum
memiliki akses terhadap air bersih, sebagian besar yang memiliki akses
mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur
air dalam. Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi
penduduk dengan akses air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum
yang disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur
terlindung , mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak
pada anak-anak sebagai 6 kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada
tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (ratarata 4500 setiap tahun) meninggal akibat
air yang tidak aman dan kurangnya higienitas.
117
Akses sanitasi dasar yang layak Kepemilikan dan penggunaan fasilitas
tempat buang air besar merupakan salah satu isu penting dalam menentukan
kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data Susenas 2009,
menunjukkan hampir 49% rakyat Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini
berarti ada lebih dari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan
menggunakan jamban yang tak berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar
yang mengakibatkan masih tingginya kejadiandiare utamanya pada bayi dan
balita di Indonesia.
118
Perilaku masyarakat Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak
diterapkan masyarakat, menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia
tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan 7 adalah (1) setelah
buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (3)
sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum
menyiapkan makanan 6 %. Studi BHS lainnya terhadapperilaku pengelolaan air
minum rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air
minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun
2006 terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai,
sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit berbasis lingkungan,
diantaranya : (1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan
melalui Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan
kualitas air, dan Pembinaan kelompok pemakai air. (2) Penyehatan Lingkungan
Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban keluarga (Jaga), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS),
penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat penginapan
lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana
angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya. (3) Dilakukan
upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran. (4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
yang bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap
tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan
KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan. (5)
Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama
kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik.
119
b. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan edukasi dan sosialisasi penyakit berbasis lingkungan di wilayah kerja
Puskesmas Loce
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemahaman kepada masyarakat mengenai penyakit berbasis
lingkungan
b. Meningkatkan kewaspadaan masyarakat mengenai mengenai penyakit
berbasis lingkungan
c. Mengajak masyarakat peduli terhadap lingkungan
d. Mengajak masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
e. Melakukan pemeriksaan jentik
f. Melakukan identifikasi jentik dan pemetaan jentik
g. Melakukan Abatesasi
c. Kegiatan Pokok
1. Pemeriksaan Jentik Nyamuk
4. Abatesasi
6. Penyuluhan PHBS
d. Pelaksanaan kegiatan
1. Persiapan
Pembagian tim dan sasaran di setiap Dusun
2. Kegiatan
Turun rumah ke rumah melakukan pemeriksaan jentik
120
Mencatat di form pemeriksaan jentik
Melakukan penyuluhan PHBS
Memberikan ABATE disetiap rumah
Mengambil sampel rumah yang positif jentik
Membawa sampel jentik ke Laboratorium Puskesmas untuk di identifikasi
Mencatat hasil identifikasi
Melakukan pemetaan melalui Arcview Gis
Menyebarluaskan hasil kegiatan
e. Sasaran Kegiatan
Sampel Rumah di wilayah kerja Puskesmas Loce
121
f. Hasil Kegiatan
JUMLAH
JUMLAH
RUMAH JUMLAH
RUMAH
POSYANDU JUMLAH +(LARVA) KONTENER JUMLAH JENIS
NO DESA JUMLAH KONTENER +(LARVA) ABJ JENTIK
AEDES ANO-
POSYANDU AEGYPTI CULEX PHELES
LOCE 40 88 9 15 22% V
LEWO 20 56 5 25 25% V
TALANG 20 57 7 20 35% V
1 LOCE 7 TAGOL 20 39 0 0 V
CAOK 20 63 8 33 40% V
BOLOL 20 40 4 5 20% V
RABOK 20 29 8 8 40% V
TOTAL 160 372 41 106 26%
SAMBI 20 50 9 20 22% V
122
WAE WUA 20 21 5 5 25% V
CEKAS/G.KUKUNG 20 29 7 10 35% V
2 SAMBI 6 PASAT 20 21 6 15 30% V
NANU 20 24 7 7 35% V
AJO 20 30 7 13 35% V
TOTAL 120 175 41 70
KELING 20 26 7 11 35% V
KILIT 20 30 8 9 40% V
3 T.KOE 4 LANTING 20 24 7 8 35% V
REPU 40 96 5 5 25% V
TOTAL 100 176 27 33
RURA 20 46 8 20 40% V
PERING 20 50 9 23 22% V
4 RURA 5 WAE KILIT 20 46 6 9 30% V
REKUS 20 30 7 11 35% V
LADA 20 33 7 12 35% V
TOTAL 100 205 58 75
WONTONG 43 103 10 10 23% V
LENGO 43 52 11 13 26% V
5 TO'E 3 WAE HALI 40 79 14 19 35% V
TOTAL 126 234 59 42
123
PUSKESMAS
124
12. Lonto Leok
Sebelum Sesudah
125
pasien degeneratif dan bumil.
kotak saran dan inform consent pada 7. Sudah terealisasinya penggunaan
pasien yang akan melakukan tes kotak saran dan inform consent pada
laboratorium. pasien yang akan melakukan tes
8. Belum ada buku register pelayanan laboratorium.
pemeriksaan laboratorium di pustu, 8. Sudah tersedia buku register
polindes dan poskesdes. pelayanan pemeriksaan laboratorium
di pustu, polindes dan poskesdes.
12. Tidak terdapat buku PIO 12. Sudah terdapat buku PIO
13. Buku register pengambilan dan 13. Buku register pengambilan dan
pemasukan obat dari gudang ke unit pemasukan obat dari gudang ke unit
unit (KIA, UGD, Laboratorium) belum unit (KIA, UGD, Laboratorium) telah
terisi dengan baik terisi dengan baik
14. Penandaan obat yang mendekati 14. Sudah terdapat label yang digunakan
expired belum ada menandai obat yang akan expired
15. Belum ada pemetaan penyakit 15. Sudah Ada pemetaan penyakit
17. Belum ada intervensi KK Bermasalah 17. Sudah ada intervensi PIS-PK
126
di PIS-PK
18. Belum ada Format Register Covid-19 18. Sudah ada Format Register Covid-19
19. Belum ada Format Hasil Pemeriksaan 19. Sudah ada Format Hasil Pemeriksaan
Covid-19 Covid-19
20. Belum dibentuk TGC Khusus penyakit 20.Belum dibentuk TGC Khusus
potensi wabah / KLB penyakit potensi wabah / KLB
22. Belum ada Papan Informasi Kesehatan 22.Sudah ada Papan Informasi
p2p Kesehatan p2p
a. IDENTITAS
Nama : Sulpia, Amd. Anakes
NRPK : 24.6.1104323
Profesi : ATLM
TTL : Rabu, 12 Oktober 1996
Alamat email : Farhika33@gmail.com
Asal Institusi : STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
Pendidikan : D-III Analis Kesehatan
Hobby : Menonton
127
b. TUGAS INDIVIDU
Periode Tugas
Deskripsi Tugas
1. Melakukan pelayanan dan pemeriksaan
sampel darah, sputum, urine dan
nasofaring di laboratorium guna
penegakkan diagnosa.
2. Membuat laporan bulanan unit
pelayanan laboratorium.
3. Memperbaharui blanko permintaan dan
Pendamping Unit hasil pemeriksaan laboratorium.
04/2019- 31/2021
Pelayanan Laboratorium 4. Memperbaiki buku register
laboratorium di puskesmas dan pustu.
5. Membuat kartu golongan darah.
6. Memperbaharui inform consent
(persetujuan / penolakan tindakan
medik).
7. Menata ulang tata letak logistik
laboratorium (reagen, BMHP).
c. CAPAIAN KINERJA
CAKUPAN
INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN
No. SATUAN %
KINERJA SASARAN
2020 2021 2020 2021
Pelayanan pemeriksaan
1. HIV-AIDS pada ibu Spesimen 250 165 122 66 48,8
hamil
Pelayanan pemeriksaan
2. Spesimen 250 0 131 0 52,4
sifilis pada ibu hamil
Pelayanan pemeriksaan
3. Spesimen 300 248 144 82,6 48
HbSAg
Pelayanan pemeriksaan
4. Spesimen 250 0 126 77,6 42
malaria pada ibu hamil
Pelayanan pemeriksaan
pelaku perjalanan
5. Spesimen 500 19 453 3,8 90,6
dengan resiko
terinfeksi Covid-19
129
Pelayanan pemeriksaan
6. Spesimen 200 108 106 54 53
gula darah
Pelayanan pemeriksaan
7. Spesimen 200 104 75 52 37,5
asam urat
Pelayanan pemeriksaan
8. Spesimen 200 106 77 53 38,5
kolesterol
Pelayanan pemeriksaan
9. Spesimen 100 67 38 67 38
golongan darah
Pelayanan pemeriksaan
10. Spesimen 300 247 194 82,3 64,6
Hb
Pelayanan pemeriksaan
11. kesehatan orang Spesimen 100 41 5 41 5
dengan suspek TB
130
Gambar 2.41 Penampakan ruangan laboratorium sebelumnya
131
Gambar 2.42 Penampakan ruangan laboratorium sekarang
1.
Belum terealisasinya penggunaan Sudah terealisasinya penggunaan
blanko permintaan tes dan hasil blanko permintaan tes dan hasil
132
pemeriksaan saat ada pemeriksaan dan pemeriksaan saat ada pemeriksaan
di setiap unit peminta tes seperti Kia, dan di setiap unit peminta tes seperti
poli umum, poli gigi dan Ugd. Kia, poli umum, poli gigi dan Ugd.
3. Belum terdapat kotak obat tempat Sudah tersedia kotak obat tempat
penyimpanan strip-strip pemeriksaaan penyimpanan strip-strip pemeriksaaan
laboratorium. laboratorium.
8.
Belum ada buku register pelayanan Sudah tersedia buku register
pemeriksaan laboratorium di pustu, pelayanan pemeriksaan laboratorium
polindes dan poskesdes. di pustu, polindes dan poskesdes.
133
1. KIPADE
Seperti yang diketahui, penyakit degenerative merupakan jenis penyakit
tidak menular yang biasa muncul seiring dengan proses penuaan sebagai akibat dari
kemunduran fungsi sel tubuh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat,
penyakit ini merenggut nyawa hingga 38 juta jiwa setiap tahunnya. Ironisnya, 16
jiwa kematian terjadi pada mereka yang berusia dibawah usia 70 tahun. Faktor
resiko terbesar terjadi pada mereka yang melalaikan atau tidak memperhatikan
kesehatannya, seperti mereka yang memiliki tingkat stress yang tinggi dan memiliki
faktor resiko, seperti prehipertensi, prediabetes, dislipidemia, serta obesitas.
Pemeriksaan kesehatan sedari dini sebagai upaya dari preventive medicine
yang sangat perlu dilakukan baik oleh anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut
usia. Pemeriksaan laboratorium dapat mengetahui keadaan prediabetes, maupun
adanya kondisi dislipidemia sehingga dapat dilakukan tindakan atau terapi sedini
mungkin sebelum menimbulkan gejala klinis maupun komplikasi. Adapun,
pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan di UPTD Puskesmas Loce yakni
pemeriksaan hematologi, kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol. Dengan
adanya, Kartu Informasi Pemeriksaan Laboratorium Pasien Degeneratif (KIPADE)
ini, sehingga dapat dilakukan pemantauan bagi pasien penderita degeneratif yang
akan melakukan pemeriksaan laboratorium setiap bulannya. Sekaligus memberikan
informasi hasil pemeriksaan.
Gambar 2.43
Pemeriksaan gula darah dengan KIPADE
134
2. KIP LABU
Sebagai salah satu tujuan pembangunan Indonesia 2020-2024 yaitu
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu sumber
daya manusia yang sehat dan cerdas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas anak (Bappenas,
2020). Perawatan kesehatan bagi ibu khususnya ibu hamil akan berpengaruh
terhadap kondisi anak yang dikandung dan dilahirkannya kelak. Oleh karena itu,
kesehatan ibu perlu diperhatikan sehubungan dengan anak yang akan dilahirkan
sebagai investasi untuk masa depan bangsa Indonesia. Di tengah pandemi COVID-
19 yang melanda Indonesia, muncul seruan dari sejumlah perhimpunan profesi
kesehatan untuk meningkatkan akses dan layanan kesehatan ibu dan anak. Seruan
ini muncul dengan dilatarbelakangi data dari Kementerian Kesehatan yang
menunjukkan terjadinya penurunan kunjungan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi.
Masih kurangnya pemahaman para ibu untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium pada awal kehamilan, dan secara rutin setiap bulannya. Sehingga
dibuatlah Kartu Informasi Pemeriksaan Laboratorium Ibu Hamil (KIP LABU),
yang digunakan sebagai acuan semua ibu hamil mendapatkan pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan Hb setiap bulannya, protein dan glukosa urine,
malaria, golongan darah, triple eliminasi pemeriksaan gula darah saat 24 minggu
kehamilan, dan pemeriksaan Covid-19 pada saat akan bersalin. Dan digunakan juga
sebagai pemantauan hasil pemeriksaan laboratorium setiap bulannya dari awal
kehamilan sampai persalinan. Sekaligus memberikan informasi hasil pemeriksaan.
135
Gambar 2.44
Pemeriksaan Laboratorium Bumil dengan KIP LABU
3. SKRINING COVID-19
Untuk penangangan covid-19 puskesmas telah memiliki pemeriksaan
laboratorium sejak mei 2020 yakni rapid test antibody covid-19 beserta APD
lengkap sehingga petugas laboratorium bersama dengan tim TGC bisa melakukan
pemeriksaan dan skrining pada pelaku perjalanan yang masuk di wilayah kerja
puskesmas.
Gambar 2.45
Kegiatan Rapid test Antibodi Covid-19
Anggota KPPS di Kecamatan
137
perbedaan suku, ras, bahasa, dan agama, akan tetapi kami tetap bekerja sama untuk
membangun Puskesmas Loce yang bermutu.
a. Identitas
NRPK : 24.6.0604324
Deskripsi Diri : Tegas, Disiplin, Jiwa Pemimpin, Amanah, Inovatif, Ulet, Suka dengan
Hal Baru
b. Tugas Individu
138
Kesehatan Kab.
Manggarai
Januari 2020 – November Tim penyusun Profil Membantu Menyusun
Kesehatan Puskesmas Loce Profil Kesehatan UPTD
2021
Puskesmas Loce
Januari 2020 – November Promosi Kesehatan Fasilitator SMD, MMD,
Desa Siaga
2021
c. Capaian Kinerja
CAKUPAN
INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN
No. SATUAN %
KINERJA SASARAN
2020 2021 2020 2021
Intervensi Keluarga
KK 10 0 10 0 100%
PIS-PK
139
Insiden Rate (IR) /1000
pddk 100 24 25 24% 25%
Diare
/1000
IR Covid-19 0 1 82 0,1% 10%
pddk
/1000
CFR Covid-19 pddk 0 0 0 0 0
Rumah
Pemeriksaan Jentik
900 0 606 0 67%
(ABJ)
No Sebelum Sesudah
140
Belum ada Format Register Covid-
4. Sudah ada Format Register Covid-19
19
141
e. Inovasi Program
Adalah upaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit hepatitis, mengetahui pola
penularan dan mengobati pendetita hepatitis dengan obat atau melalui Tanaman Obat
Gambaran Kegoiatan
cara pembuatanya
142
Kegiatan Ketuk Pantau Heparku
Aksi bersama cegah penyakit berbasis lingkungan adalah inovasi kegiatan untuk
kesehatan lingkungan, kegiatan ini cukup banyak materinya akan tetapi pada tahun focus
kegiatan pada pemeriksaan jentik nyamuk di rumah, identifikasi jentik, pemetaan jentik
Gambaran Kegiatan
143
Mencatat di form pemeriksaan jentik
Melakukan penyuluhan PHBS
Memberikan ABATE disetiap rumah
Mengambil sampel rumah yang positif jentik
Membawa sampel jentik ke Laboratorium Puskesmas untuk di identifikasi
Mencatat hasil identifikasi
Melakukan pemetaan melalui Arcview Gis
Menyebarluaskan hasil kegiatan
Dokumentasi Kegiatan
144
3. Kawasan Bambu Rokok
Adalah upaya kegiatan untuk mengurangi penyakit ISPA stunting dan bahaya penyakit
akibat asap rokok lainya serta meningkatnya penyakit degenerative. Adapun gambaran
145
Dokumentasi Kegiatan Kawasan Bambu Rokok.
146
f. Kesan Dalam Bertugas
Alhamdulillah, kami sangat bangga bisa mengikuti penugasan Khusus Nusantara Sehat,
mendapatkan saudara, teman dan keluarga serta ilmu dan pengalaman baru di daerah,.
Mengelola managemen kegiatan tim NS dan rumah tangga tim, memahami karakteristik
anggota tim, rekan di Puskesmas, manyarakat di wilayah kerja serta berbicara mengunakan
Bahasa daerah adalah poin penting dalam penugasan ini, karena masyarakat tidak semua
Pengalaman unik seperti menjadi pembicara / trainer dalam pelatihan PIS-PK yang di
penolakan juga pernah dialami saat menjalankan tugas sebagai Satgas Covid-19. Keluarga
pasien menolak karena ada masalah saat pelayanan persalinan. Pahit manis penugasan adalah
sedikit bumbu penyedap dalam memperkuat rasa penugasan ini. Selebihnya kami menikmati
penugasan ini, mungkin belum tentu dilain waktu kami bisa mengikuti penugasan ini
a. Identitas
Nama : Milawati, S. Farm
NRPK : 24.6.0504325
Profesi : Asisten Apoteker
TTL : Sumpuo, 28 September 1994
Alamat Email : Milawatisumpuo03@gmail.com
Asal Institusi : Universitas Halu Oleo
b. Tugas Individu
Periode Tugas Deskripsi Tugas
147
a. Melakukan Analisa Resep
04 November 2020 – 30 Pendamping b. Membuat Etiket
September 2021 Farmasi c. Mengemas Obat
d. Meracik obat
e. Menggandakan format LPLPO
sub unit
f. Konsultasi dengan perawat
penulis resep apabila ada
kekeliruan dalam peresepan
g. Mendata dan memeriksa stok
obat diapotik dan gudang obat
farmasi
h. Melakukan stok opname dan
membuat LPLPO pada awal
bulan sesuai jadwal yang
ditetapkan
i. Melakukan klasifikasi
perbekalan kefarmasian (Obat
dan BMHP) dalam rangka
pemilihan perbekalan farmasi
j. Menerima obat dan perbekalan
kesehatan dari Dinkes
Kabupaten Kota
k. Memeriksa kelengkapan obat
dan BMHP di puskesmas
l. Menyimpan dan mengatur obat
dan BMHP berdasarkan FIFO
m. Mendistribusikan obat dan
BMHP untuk sub unit
pelayanan
n. Pengendalian penggunaan
persediaan
o. Melakukan pencatatan dan
pelaporan obat serta BMHP
setiap bulan untuk ke Dinkes
Kabupaten Kota
C. Capaian Kinerja
148
D. Keadaan Bagian Farmasi Sebelum Kedatangan Tim Nusantara Sehat
Pada saat kedatangan, Puskesmas Loce telah memiliki tenaga farmasi sebanyak 2
(dua) orang. Satu bertanggung jawab di ruang pelayanan dan satu bertanggung jawab di
gudang obat. Kondisi gudang obat terpisah dari ruangan pelayananan. Gudang apotik
digunakan untuk menyimpan obat dan BMHP, penataan obat kurang teratur dikarenakan
kurangnya rak tempat penyusunan obat serta kondisi ruangan kecil. Tidak ada kulkas di
ruang obat. Suhu gudang yang belum sesuai standar menjadi hal penting dalam perbaikan
pengelolaan obat di gudang. Digudang obat terdapat obat terdapat obat yang mendekati ED
dan beberapa obat yang telah ED belum dimusnahkan karena keterbatasan alat dan waktu
pemusnahan.
Penyimpanan obat masih agak berantakan, tetapi sudah sudah alfabeth dan secara
FIFO. Untuk obat Narkotik dan Psikotropika, Penyimpanannya sudah dipisahkan dengan
menggunakan lemari kayu khusus dan kuncinya dipegang oleh Kepala puskesmas dan
penanggung jawab. Kartu stok obat sudah terisi setiap hari pengeluaran, buku register
sudah terisi dengan baik. Di ruang pelayanan, Penyimpanan obat masih menggunakan dos
bekas kreasi puskesmas karena belum ada kotak obat, Kartu stok sudah terisi setiap hari,
Etiket obat sudah ada. Di ruang pelayanan ada diberikan edukasi dalam pemberian obat
namun tidak ada bukti serah terima obat.
D. Keadaan Bagian Farmasi Setelah Kedatangan Tim Nusantara Sehat
Langkah awal yang dilakukan adalah merapikan gudang apotek dengan cara
melakukan stok opname untuk mengetahui obat yang akan ekspaired dan yang telah
149
Expired. Selanjutnya obat yang sudah Expired dipisahkan untuk kemudian menunggu
jadwal pemusnahan dari dinas. Membuat pengadaan lemari obat digudang, membuat label
LASA dan Hight Alert. Merapikan format LPLPO sub unit faskes, Merapikan buku
Register apotek, Membuat register PIO serta Leaflet untuk memudahkan pemberian
Informasi Obat kepada pasien.
Pelayanan kefarmasian dengan melakukan pengkajian resep, kegiatan PIO kepada
Pasien, konseling dan advokasi penggunaan antibiotik dalam peresepan. Selain itu kegiatan
pelaporan sudah melalui pengentrian dengan laptop, seperti laporan Peresepan Obat
Rasional (POR), Pemakain obat terbanyak, Register Gudang, Register harian penggunaan
obat, Jumlah kunjungan serta PIO juga dilakukan pelaporan setiap bulan.
Berikut beberapa gambaran ruang farmasi dan kegiatan yang dilakukan selama melakukan
praktek pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Loce
Sebelum Sesudah
Kotak penyimpanan obat menggunakan Kotak Penyimpanan obat menggunakan
kotak kardus kreasi keranjang plastik
Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
pasien secara langsung pasien secara langsung dengan bantuan
media leaflet dan brosur.
Banyak obat yang mendekati Expired Memisahkan, memusnakan obat yang
mendekati dan telah Expired
Tidak terdapat buku PIO Sudah terdapat buku PIO
Buku register pengambilan dan Buku register pengambilan dan
pemasukan obat dari gudang ke unit pemasukan obat dari gudang ke unit
unit (KIA, UGD, Laboratorium) belum unit (KIA, UGD, Laboratorium) telah
terisi dengan baik terisi dengan baik
Penandaan obat yang mendekati Sudah terdapat label yang digunakan
expired belum ada menandai obat yang akan expired
Dokumentasi
152
Penandaan Obat Higt Alert Pemisahan Obat Expired Penampakan Lemari
Apotik
153
Pemberian Informasi Obat Konseling Pasien Hipertensi
154
Media PIO Pemusnahan Obat ED Pelayanan Luar Gedung
155
Kegiatan Apoteker cilik SDN Bajak Rana
156
Kegiatan Ketuk Pantau Heparku
4. Profesi Perawat
a. Identitas
Nama : HASLINDA, A.Md.Kep
NRPK : 24.6.0304326
Profesi : Perawat
TTL : Rerang, 18 Januari 1994
Alamat Email : nandhajoak94@gmail.com
Asal Instusi Pendidikan : Akademi Keperawatan Pemda Donggala
157
Deskripsi Diri : Saya adalah seorang perempuan yang tegas, komunikatif,
Bertanggung Jawab, Teliti, Konsisten dan Mampu
bekerja dalam Tim.
b. Tugas Individu
c. Capaian Kinerja
158
3. Lansia Mendapat 6494 3386 3386
pelayanan di Posyandu
5. Perawatan Kesehatan 10 10 10
Masyarakat
159
Ruangan, tidak ada alur Triase, tidak ada alur pelayanan, dan tidak ada alur tatalaksana
syok.
3. Dokumentasi
162
B. Kegiatan PISPK (Program Indonesia Sehat Deangan Pendekatan Keluarga)
1. Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan PISPK bertujuan untuk meningkatkan pencapaian Indeks Keluarga
Sehat di wilayah UPTD Puskesmas Loce, meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang penyakit hipertensi, meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perilaku
hidup bersih dan sehat diantaranya memiliki jamban sehat, meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang pentingnya mengikuti program KB, mendukung
pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi
peserta JKN, adapun kegiatan PISP diantaranya:
a) Petugas melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang memiliki
permasalahan Kesehatan lingkungan, hipertensi, KB dan promkes
(Masalah Merokok).
b) Melakukan pengukuran tekanan darah
c) Konseling pengobatan secara teratur
2. Hambatan Dan langkah Pemecahan Masalah
Hambatan pelaksanaan kegiatan yaitu masih ada keluarga yang tidak terjadi
perubahan indicator keluarga sehat.
Langkah pemecahan masalah yang dilakukan tim nusantara sehat yaitu bersama
petugas, kader dan linsek bersama melakukan intervensi keluarga terutama
masalah jamban.
3. Dokumentasi
163
164
165
166
167
168
169
C. Kegiatan Pandu Sewara ODGJ (Pendampingan Terpadu Sehat jiwa dan Raga Orang
dengan Gangguan Jiwa).
1. Gambaran Pelaksanaan
170
Kegiatan Pandu Sewara ODGJ adalah kegiatan yang bertujuan untuk melakukan
pendampingan terpadu ke penderita ODGJ maupun keluarga sehingga tidak ada
lagi tindakan pemasungan pada penderita ODGJ selain itu keluarga juga diberikan
pemahaman tentang penyakit yang diderita oleh keluarganya, memberikan obat
yang mencegah terjadinya kekambuhan. Adapun Kegiatan Pandu Sewara ODG
meliputi:
a) Pengenalan petugas
b) Penjelasan tujuan kegiatan
c) Anamnese penderita ODGJ
d) KIE Keluarga
e) Penjelasan pemberian obat kepada keluarga
f) Pendampingan minum obat
2. Hambatan dan langkah Pemecahan masalah
Hambatan yang selama ini ditemukan tim nusantara sehat yaitu kurangnya
pemahaman keluarga tentang penderita ODGJ, masih ada ODGJ yang tidak
meminum obatnya dan terdapat ODGJ yang mengamuk.
Langkah pemecahan masalah yang dilakukan tim nusantara sehat yaitu terus
melakukan KIE kepada keluarga penderita ODGJ, melakukan pendampingan
minum obat dan mengajak kader maupun keluarga dalam pendampingan
petugas.
3. Dokumentasi
3. Dokumentasi
3. Dokumentasi
E. Hambatan
4. Alat penunjang pemeriksaan kesehatan yang sering kehabisan seperti Rapid antigen,
174
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan Tim Nusantara Sehat UPTD Puskesmas Loce dari Januari hingga Oktober
2021 : Telah terlaksana >90%. Hambatan yang sering terjadi pada masa pandemic covid-
19 ini adalah perubahan-perubahan kegiatan yang sering memakan waktu sehingga
kegiatan yang sudah tersusun terjadi perubahan ditengah. Work form home juga sedikit
mengurangi efektifitas tim dan komunikasi, karena tinggal didaerah yang tidak memiliki
sinyal komunikasi kurang lancer. PPKM yang sempat di Lv-3-4 juga menghambat
kegiatan yang sifatnya mengumpulkan massa
Kegiatan Nusantara sehat tahun 2021 dari bulan januari – Oktober telah terlaksana 12
kegiatan yaitu Kumbita permata, kawasan bambu rokok, kalender alarm pansus dan
lansia bugar. Pis-PK, CIKITA, TAS PTM, SIGIMAS, ABC KIT Berlian, Penguatan Desa
Siaga Pentas Rematri ,Apocil, sedangkan kegiatan yang belum terlaksana adalah
berjumlah 3 yaitu Dorprize Siga, Jalia Maskat Linsek, Lonto leok (Duduk Bersama).
Kegiatan yang belum terlaksana akan dilanjutkan teman-teman program di akhir tahun
ini.
B. Saran
1. Puskesmas
a. Menjaga selalu kekompakan di seluruh staf pegawai atau lintas profesi. Dan
kurang efektif dalam pelaksanaan dan pelaporan program sehingga perlu dilihat
175
c. Masih ada kecemburuan dan ego antar profesi sehingga ada sedikit rasa canggung
ruangan khusus PJ Program agar bisa mensinkronasi jadwal dan Tim yang akan
turun kegiatan)
e. Lebih aktif lagi berkoordinasi dengan lintas sector, pemerintah desa, kecamatan
pertanian dll.
176
1
DAFTAR INVENTARIS BARANG PUSKESMAS LOCE
TAHUN 2021
Tahun Keadaan
No. Nama Barang/Kendaraan Merk
Pengadaan Baik Rusak Ringan Rusak Berat
1 Yamaha YT. 110 CC Yamaha 2007 V
2 Yamaha YT. 110 CC Yamaha 2007 V
3 Suzuki Shogun 110 CC Suzuki 2007 V
4 Suzuki Shogun 110 CC Suzuki 2007 V
5 Suzuki Smash 110 CC Suzuki 2007 V
6 FIT X 110 CC Honda 2007 V
7 Suzuki Shogun 110 CC Suzuki 2007 V
8 Yamaha Scorpio 225 CC Yamaha 2009 V
9 Revo Fit 110 CC Honda 2015 V
10 Yamaha Vixion 150 CC Yamaha 2016 V
11 Yamaha Vixion 150 CC Yamaha 2016 V
12 Yamaha Vixion 150 CC Yamaha 2016 V
13 Yamaha Vixion 150 CC Yamaha 2016 V
14 Yamaha Vixion 150 CC Yamaha 2016 V
15 Yamaha Mio 125 CC Yamaha 2016 V
16 Yamaha Vixion 150 CC Yamaha 2017 V
17 Yamaha Vixion 150 CC Yamaha 2017 V
18 Honda CBR 150 CC Honda 2017 V
19 Honda CBR 150 CC Honda 2017 V
20 Trail Happy 200 CC Happy 2017 V
21 Yamaha Mio 125 CC Yamaha 2017 V
22 Yamaha Mio 125 CC Yamaha 2017 V
23 Yamaha Mio 125 CC Yamaha 2017 V
24 Yamaha Mio 125 CC Yamaha 2017 V
25 Pusling Ranger 2014 V
26 Ambulan Transpor Ranger 2014 V
27 Honda Traile 150 CC Honda 2020 V
LUDOVIKUS
UBALDUS KAHA
MAGAT
2
Nip.19800517 201001 1 022 Nip.19680205 199501 1 002
3
LAPORAN PEMAKIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT DAN BMHP
(LPLPO)
KODE PUSKESMAS BULAN : SEPTEMBER
PUSKESMAS : LOCE TAHUN : 2021
KECAMATAN : REOK BARAT
KABUPATEN : MANGGARAI
PROPINSI : NTT
PER
PEMB
STOCK PENERIM PERSEDI PEMAK SISA MIN EXP
NO NAMA OBAT SATUAN ERIA KETERANGAN
AWAL AAN AAN AIAN STOCK TAA DATE
N
N
Acyclovir 200 E-Katalog DAK
1 Tablet 140 Feb-24
mg 140 20 120 - 2017
Acyclovir 400 1 E-Katalog DAK
2
mg
Tablet 100 100 20 00
Jun-23
2017
80
Activated
3 Attapulgite Tablet Jun-24
(Pularex) -
Acyclovir
3 Tube 5 gram -
Cream 5 % - 10
Albendazol tab Program APBD I
4 Tablet -
400 mg - 2013
5 Albothyl 5 ml Botol 5 ml -
-
1.0 E-Katalog DAK
6 Allopurinol Tablet 130 130 130
- 00 2017
Alprazolam 0,5
7 Tablet -
mg -
Ambroxol 30 1. 1.0 E-Katalog DAK
8 Tablet 1630 1000 2.630 1407 Apr-23
mg 223 00 2017
Ambroxol E-Katalog DAK
9 Botol 60 ml 16 20 36 20 Jun-23
15mg/5ml 16 30 2017
Aminofillin Inj.
10 Ampul -
24 mg/ml -
1
Aminofillin Tab
11 Tablet 500 500 450 Jul-27
(Erphafillin) 50 -
Amitriptilin 25 E-Katalog DAK
12 Tablet -
mg - 2016
E-Katalog DAK
13 Amlodipin 5 mg Tablet 1330 500 1.830 1570 Feb-25
260 - 2016
Amlodipin 10 5 Des- E-Katalog DAK
14 Tablet 680 500 1.180 970
mg 210 00 2023 2017
Amoxicilin 1. 5 E-Katalog DAK
15 Kaplet 1886 3000 4.886 3140 Feb-23
Kaplet 500 mg 746 00 2017
Amoxicilin E-Katalog DAK
16 Tablet -
Tablet 250 mg - 2016
Amoxicilin 500
+ Asam
17 Kaplet -
Klavulanat 125 -
mg
Amoxicilin S.K 6 E-Katalog DAK
18 Botol 100 ml 30 91 Feb-23
125 mg/5 ml 61 24 7 - 2016
Ampisilin S.K
19 Botol 60 ml -
125 mg/5 ml - 10
Anaconidin rs. E-Katalog DAK
20 Botol 60 ml -
Chery syr - 2017
Antasida DOEN 2.4 3.60 5 E-Katalog DAK
21 Tablet 2.000 4.470 Jul-22
Tab 70 870 0 00 2016
2
Artesunate For
27 Vial -
Inj 60 mg/ml -
Asam Ascorbat 2.2 2. 3.22 1.0 E-Katalog DAK
28 Tablet 3.000 5.250 Jul-23
(vit. C) 50 mg 50 030 0 00 2017
Asam Ascorbat 1.0 E-Katalog DAK
29 Tablet -
(vit. C) 250 mg - 00 2017
Asam Folat 1 5 E-Katalog DAK
30 Tablet -
mg - - 00 2016
Asam
1.0
31 Mefenamat 250 Kapsul -
- 00
mg
Asam
2.0
32 Mefenamat 500 Tablet -
mg - 00
Atopulgit 20
33 Tablet 200 200
(Pularex) - 0 -
Atropin Sulfat
33 Ampul -
Inj 0,25 mg/ml -
Aqua Pro Injeksi
34 Vial -
20 ml -
Aqua Pro Injeksi 2 E-Katalog DAK
35 Vial 20 Mar-22
25 ml 20 - 0 2017
Bacitracin
36 Tube 1
Polimiksin salep 1 1 - 12
Bedak Salisil E-Katalog DAK
37 3 3
Serb. 2% (KF) 1 2 10 2017
Bedak Salisil
38 Serb. 2% 5 Sep-24
5 3 2 10
( Amore)
Non E-Katalog
39 Beneuron Tablet -
- DAK 2016
3 E-Katalog DAK
40 Betahistin 6 mg Tablet 30 Feb-22
30 - 0 - 2016
Betametason Cr 1 E-Katalog DAK
41 Tube 5 g 10 45 May-23
0,5 mg/ gr 35 33 2 20 2017
Betametason Cr
0,5 mg/5 gr Non E-Katalog
42 Tablet - Sep-22
( Skizon 0,5 - DAK 2016
mg/5gr)
43 Biopradyn Tablet 8 500 1.380 59 1.0 Jun-23
3
80 790 0 00
E-Katalog DAK
44 Bisacodyl 5 mg Tablet -
- 2017
E-Katalog DAK
45 Bisoprolol 5 mg Tablet -
- 2017
Bronsolvan 150
46 Tablet - 2016
mg -
47 Buscopan Inj Ampul -
-
E-Katalog DAK
48 Ca Glukonas Ampul 2
2 - 2 - 2017
Captopril 12,5 4 36 5
49 Tablet 200 660 May-23
mg 60 292 8 00
4 28 5 E-Katalog DAK
50 Captopril 25 mg Tablet 200 620 Jun-24
20 333 7 00 2017
10 2 E-Katalog DAK
51 Captopril 50 mg Tablet 300 300 Apr-25
193 7 00 2016
71 Diazepam 2 mg Injeksi -
-
Diazepam Non E-Katalog
72 Suppo -
Rektal - DAK 2016
1 10 Program APBD I
73 Diazepam tab Tablet 100
00 - 0 - 2017
7
100mg/5ml Syr - 50 2017
Non E-Katalog
118 Ichtyol salep Pot 15 g 10 10 Jul-25
3 7 DAK 2016
8
Kloramfenikol
Tetes Telinga 3
134 Botol -
% -
( Erlamycetin)
Kotrimoksazol 1.0
135 -
120 mg - 00
Kotrimoksazol
Dewasa:
Kombinasi
Sulfametoksasol 3.3 2.47
136 Tablet 3.350 Sep-22
400 mg + 50 879 1 -
Trimetoprim 80
mg (Tablet 480
mg)
Kotrimoksasol
137 Botol 10 26 Sep-23
Susp 16 18 8 20
9
Meloksikam 5
150 Suppo -
Supp. - 00
Metampiron
151 Ampul -
Injeksi 250 mg -
Metampiron
152 Tablet -
Tablet 500 mg -
Metformin tab 5
153 Tablet 60
500 mg 60 60 - 00
Methylergometri E-Katalog DAK
154 Ampul -
n Injeksi - 10 2016
Methylergometri 1 8
155 Tablet 100
n 0,125 mg 00 20 0 -
Metil
2 E-Katalog DAK
156 Prednisolon 4 Tablet -
- 00 2017
mg
Metil
2 E-Katalog DAK
157 Prednisolon 8 Tablet -
mg - 00 2016
Metoclorpramid 2 20 E-Katalog DAK
158 Tablet 200 Jun-22
Tab 5 mg 00 - 0 - 2016
Metoclorpramid 1 9
159 Tablet 105 Mar-23
Tab 10 mg 05 15 0 -
Metoclorpramid E-Katalog DAK
160 Botol 60 ml -
Susp/Lexapram - 5 2016
Metronidazol
E-Katalog DAK
161 Ovula 500 mg Ovula -
- 2017
(Vagizol)
Metronidazol E-Katalog DAK
162 Botol 60 ml 2 Jun-23
Susp. 2 1 1 10 2016
Metronidazol 5 E-Katalog DAK
163 Tablet -
250 mg - 00 2017
Metronidazol 6 35 2 E-Katalog DAK
164 Tablet 680 Jun-25
500 mg 80 330 0 00 2016
Meropenem Inj.
165 Vial -
1 gr -
2 E-Katalog DAK
166 Miconazole Cr Tube 21 Jan-25
21 - 1 2016
10
E-Katalog DAK
168 Miniaspi Tablet -
- 2016
Moloco + Vit B
169 Tablet -
12 -
170 Momilen Tablet -
-
2 E-Katalog DAK
171 NaCl 0,9% Inf Botol 20 51 Mar-24
31 24 7 20 2017
Na Diklofenak 5 85
172 Tablet 500 1.050 Nov-23
25 mg 50 195 5
Na Diklofenak 1.5 1.06 E-Katalog DAK
173 Tablet 1.565 Mar-22
50 mg 65 505 0 2016
11
Omenueron
186
tablet
Tablet
Omeprazol 20 1.0 E-Katalog DAK
187
mg
Tablet
00
2016
Parasetamol 100 1.0
188
mg
Tablet
00
Paracetamol 500 7 3.0
189 Tablet 790
mg 90 790 - 00
Parasetamol
190 Botol -
Drops ( Itramol) - 20
Paracetamol
191 Botol 30 45 Aug-23
Syrup 15 39 6 50
Paracetamol
192 Ampul -
Drops - 50
2.0
193 Piroksicam Caps Kapsul
00
Piracetam Tablet
194
800 mg
Tablet
Povidon Lar E-Katalog DAK
195
10%
Botol 60 ml
5
2016
Prednison Tablet
196
5 mg
Tablet
Non E-Katalog
197 Probion Tablet Tablet
DAK 2016
198 Procurma Syr Botol
Propiltiourasil
199
Tablet 100 mg
Tablet E-Katalog 2013
Propanolol
200
Tablet
Tablet
Pyridoksin (Vit. 1.0 E-Katalog DAK
201
B6) Tab
Tablet
00
2017
Buffer APBD I
202 Pyrantel 125 mg Tablet
2016
1 E-Katalog DAK
203 Ranitidin Inj Ampul 30 30 Jul-23
20 0 10 2017
2.0 E-Katalog DAK
204 Tablet 50
Ranitidin 150 mg 50 50 - 00 2017
Retinol (vit. A)
205 Tablet -
100.000 IU -
Retinol (vit. A) Program APBD I
206 Tablet -
200.000 IU - 2017
12
Ringer Lactat 4 E-Katalog DAK
207 Botol 20 65 Jun-23
Inf 45 18 7 20 2016
5 30 E-Katalog DAK
208 Salbutamol 2 mg Tablet 100 680 Jan-25
80 373 7 2017
1 13 2 E-Katalog DAK
209 Salbutamol 4 mg Tablet 130
30 - 0 00 2016
Salbutamol 2
210 mg/ 5 ml syr Botol 5 Apr-23
5 2 3
(Lasal)
Salbutamol E-Katalog DAK
211
2mg/5ml syr
Botol 100 ml -
2017
-
Salep 2-4,
kombinasi:
7 E-Katalog JKN
212 Asam Salisilat Pot 30 g 78 May-23
78 7 1 2014
2% + Belerang
endap 4%
213 Santa E Tablet -
-
214 Sangobion sirup Botol 100 ml 7
7 - 7
Sangobion Baby
215 Botol 30 ml 9 Mar-22
Drops 9 - 9
Sianokobalamin E-Katalog DAK
216
(vit.B12) Inj.
Ampul
30
2016
Sianokobalamin
217
(vit.B12) Tab
Tablet
Simvastatin 10 5 E-Katalog DAK
218
mg
Tablet
00
2016
Simvastatin 20 5 E-Katalog DAK
219
mg
Tablet
00
2017
Non E-Katalog
220 Sofero Tablet
DAK 2016
1.3 1.37 E-Katalog DAK
221 Solvitron Tablet 500 1.840 Jun-23
40 470 0 2016
Tablet Tambah E-Katalog DAK
222
Darah
Tablet
2017
Tablet Tambah
223
Darah Renati
Tablet
Tetagam I.M E-Katalog DAK
224
250 UI
Unit
2016
225 Tetrasiklin 500 Tablet E-Katalog DAK
13
mg 2017
Thiamin (Vit.
226
B1) Inj
Ampul
Thiamin (Vit. 5 E-Katalog DAK
227
B1) Tablet
Tablet
00
2017
Teofilin/ 2 10 2
228 Kapsul 210
Bronsolvan 10 110 0 00
BMHP
14
Jely 5 gram 1 1 - 1 10 2017
Bracket Hand
244
Wash 5 5 - 5
Basic Dressing E-Katalog DAK
245 Set
Set 1 1 1 - 1 2017
Non E Katalog
246 Bayclin Botol 1 L
- - 5 DAK 2016
BMHP E-
247 Bisturi No. 15 Set
- - 20 Katalog 2017
17
x 4,5 m
Leucoplast
E Katalog DAK
297 Hospital 7,5 cm Roll
2
1
3 1 2
Okt-2024
2016
x 4,5 m
E Katalog DAK
Masker E- Care Pcs
298 - - 50 2016
Masker
Pcs
299 Jevamask - - 50
Masker Fresh E Katalog DAK
Pcs
300 Air - - 50 2016
Maxter exam
E-Katalog DAK
301 glove no powder Pcs 100
(M)
50 150 50 100 2017
Maxter exam
E-Katalog DAK
302 glove no powder Pcs
100
100 50 50
2017
(L)
Nierbekkenss 20 BMHP E-
303 Pcs
cm - - Katalog 2017
Maternal
304 Nurse Cap Pcs 100 Jun-24
153 253 99 154 Neonatal 2016
Maternal
Oxyflow Bayi Pcs 3 Jun-23
305 3 - 3 Neonatal 2016
18
E-Katalog DAK
Povidon 300 ml Botol 3
313 1 4 3 1 2 2017
20
Wing Needle 27 E-Katalog DAK
Pcs Mar-24
344 G 1 1 - 1 2017
Zink Phosphat
345 ( semen + Botol
cairannya )
Reagen Laboratorium
2 x 62,5 ml /
ALT / GPT
kit
346
ALT GPT
347 (IFCC) Single 8x30ml/kit Reagen Lab 2017
Vial
Program APBD I
348 Alat test Iodium Botol
2017
Albumin BCG
349
Metho
2x200 ml/kit Reagen Lab 2017
Aquadest 100
350
ml
Botol 100 ml
Aquadest 500
351
ml
Botol 500 ml
Buffer APBD I
352 Asam Asetat Botol
2016
2 x 62 ml /
353 AST / GOT
kit
AST GOT
354 (IFCC) Single 8x30ml/kit Reagen Lab 2017
Vial
Bilirubin T&D 4 2 x 125 ml /
355
+ 1 New kit
Blood lanchet 26 E-Katalog DAK
356
G
Pcs Jun-24
2017
357 Bluetip Pcs
358 Box Slide Gray
2
2 2 -
Box Slide
359
Orange
5
2 7 7 -
Calibrator Set BHP Pusk. JKN
360
Hb
6 strip/ktk
2014
Cholesterol PAP
361
+ standar
6x100 ml/kit
21
Cholesterol
362
CHOD - PAP
2x100ml/kit Reagen Lab 2017
Control Set Hb 2 BHP Pusk. JKN
363
- Level kontrol
2x75 strip/
2014
Corong 10 ml Buffer APBD I
Pcs
364 kaca 2016
365 Creatinin 2x125ml/kit Reagen Lab 2017
Deck Glass ( 20
366
x 20 cm )
Pcs 200 200 200 -
Reagen Lab 2015
Electrical Jamkesmas
367
Thermostat
Pcs -
DAK+DAU
Formadehyd 10-
368
200 mg/liter
100 test/Unit -
Formadehyd
Test Kit
369 Metode : 200 test/Unit -
Colorimetrik
Formadehyd
370 Test Kit 100 test 100 test /unit -
/unit
Gentian violet 1
371
%
Botol 10 ml -
Jamkesmas
372 Glassflue Pcs -
DAK+DAU
Gluco protein E-Katalog DAK
373
test urine
Pcs
42
42 31 -
Jul-23
2017
Glukosa GOD -
374
PAP
2x200ml/kit - Reagen Lab 2017
Glukosa PAP +
375
SL
6x10 ml/kit -
50 E-Katalog DAK
376 HBS AG
strip/kotak
-
2017
Buffer APBD I
377 HB Sahli Set
1
1 1 2
2016
378 HCl 0,1 N Botol 100 ml
1
1 1
Heatcher 220 Jamkesmas
379
V/120 W
Pcs
DAK+DAU
Kartu Golongan Buffer APBD I
380
darah
Pcs
2016
381 Kertas Label Lembar
382 Kertas saring Lembar Buffer APBD I
22
2016
Buffer APBD I
Lampu spiritus Pcs
2016
383
23
Test
Lorne
Laboratories
394 Salmonella Vial 5 mL - Reagen Lab 2016
Typhi AH Widal
Test
Lorne
Laboratories
395 Salmonella Vial 5 mL - Reagen Lab 2016
Typhi CH Widal
Test
Lorne
Laboratories
396 Salmonella Vial 5 mL - Reagen Lab 2016
Typhi AO Widal
Test
Lorne
Laboratories
397 Salmonella Vial 5 mL - Reagen Lab 2016
Typhi BO Widal
Test
Lorne
Laboratories
398 Salmonella Vial 5 mL - Reagen Lab 2016
Typhi CO Widal
Test
Mikropipet
399 adjust 2-20 Unit - Reagen Lab 2016
mmikron
Mikropipet
400 adjust 10-100 Unit - Reagen Lab 2016
mmikron
Mikropipet
401 adjust 50-200 Unit - Reagen Lab 2016
mmikron
Mikropipet
402 adjust 100-1000 Unit - Reagen Lab 2016
mmikron
403 Obyek Glass Pcs 72 72 72 -
Reagen Lab 2015
E-Katalog DAK
404 Pap smeart Kit L Set
2017
405 Pap smeart Kit Set E-Katalog DAK
24
M 2017
Buffer APBD I
Penjepit Tabung Pcs
2016
406
407 Pinset
Buffer APBD I
408 Pipet Plastik Pcs
2016
Rak Tabung
Unit
409 Reaksi
410 Rak Pengering
411 RDT Test
412 Reagen Benedict Botol
25
427 SO Broline HIV -
428 Torniquet -
Buffer APBD I
429 Tabung reaksi Pcs -
10
2016
Maternal
430 Tabung EDTA Pcs -
Neonatal 2016
431 Total Protein 1x200ml/kit - Reagen Lab 2017
Total & Direct
2x200ml/kit - Reagen Lab 2017
432 Bilirubine
Triglycerides
433
GPO Method
2x50ml/kit - Reagen Lab 2017
Trigliserida
434 Mono SL New 6 x 50 ml/kit -
6x50 ml std 5 ml
435 Urea UV 9x30ml/kit - Reagen Lab 2017
Urea UV SL +
436
Standar
2 x 62,5 ml -
437 Uric Acid 6x30ml/kit - Reagen Lab 2017
Uric Acid Mono
438
SL
6x50 ml -
439 Vikia HIV 1/2 Pcs -
BHP Yankes
440 Yelotip Pcs
21
21 21 -
Dasar 2014
26
Data Pegawai UPTD Puskesmas Loce tahun 2021
PLH.
Puskesmas
L PNS (D-3 Keperawatan) 12/01/2001 Lemarang
2. Peterus Hardi
L PNS D-3 Keperawatan) 02/01/2008
3. Wihelmus Samin
P PNS (D-3 Kebidanan) 04/01/2006
4. Maria Imakulata Intan
Yuliana Maria Goreti
P PNS (D-3 Kebidanan) 04/01/2008
5. Babel, A.Md Keb
P PNS (D-3 Kebidanan) 01/01/2011
6. Inriyana, A.Md Keb
L PNS (D-3 Keperawatan) 04/01/2010
7. Ubaldus Kaha
Berta Junardi, A.Md
P PNS (D-3 Kebidanan) 03/01/2009
8. Keb
P PNS D-3 Kebidanan)
9. Edita S.Mirna
(Profesi Profesi
Kresensius Yomandry
L PNS Ners) 01/03/2019
10. Caar, S.Kep.Ners
P PNS (D-3 Kebidanan) 01/01/2019
11. Alberty Maryana Aryati
27
Paulina Mechtilde
P PNS (D-3 Keperawatan) 01/01/2011
12. Ewe,Amd.Kep
Lainnya
(Yang
Belum
L Tercantum) (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
13. Yulius Lon
Lainnya
(Yang
Belum
P Tercantum) (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
14. Firmina Mun
Kontrak
L Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
15. Wilhelmus Empriadi
(D-3 Kesehatan
Gigi Dan Mulut
Kontrak (Keperawatan
L Sukarela Gigi)) 01/01/2019 31/12/2019
16. Alfonsius Dahal
Kontrak
P Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
17. Genoveva Jetia
Kontrak
P Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
18. Ursula Elviana Sanem
Kontrak (D-3 Kesehatan
L Sukarela Lingkungan) 01/01/2019 31/12/2019
19. Tarsisius Geong
Kontrak
L Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
20. Adrianus Iwan Cakang
28
Kontrak
P Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
21. Mira Sakti
Kontrak VALID (D-3
P Sukarela Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
22. Yohana Rosni Adas
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
23. Yuliana Erlin
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
24. Yuliana Dewi
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
25. Dorotea Nerdis Adi
Lainnya
(Yang
Belum (Profesi Profesi
L Tercantum) Ners) 01/01/2019 31/12/2019
26. Ferdinandus Norsi
Lainnya
(Yang
Belum
P Tercantum) (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
27. Maria Susanti Odil
(SMA / Setara
Kontrak Sekolah Menengah
Adrianus Supardi
L Sukarela Atas) 01/01/2019 31/12/2019
28. Ardianto
Kontrak
Domintila Hanima
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
29. Nangkung
29
Kontrak
Maria Vianney Patriosi
P Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
30. Bo
Kontrak (D-3 Analis
P Sukarela Kesehatan) 01/01/2019 31/12/2019
31. Priskasiana Nurti Nono
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
32. Madelta Dini Ano
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
33. Florida Novita Mon
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
34. Karolina Rin
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
35. Vinansia Isabela Anos
Kontrak
P Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
36. Avila Aida Yorna
Kontrak
P Sukarela (D-3 Farmasi) 01/01/2019 31/12/2019
37. Paulina D R. Baeng
Kontrak
L Sukarela (D-3 Keperawatan) 01/01/2019 31/12/2019
38. Marselinus Horas
Kontrak
P Sukarela (D-3 Farmasi) 01/01/2019 31/12/2019
39. Seraviana Mundu
Kontrak
L Sukarela VALID (D-3 Gizi) 01/01/2019 31/12/2019
40. Kanisisus Santosa
30
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
41. Avalia Aida Yorna
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
42. Varlina Madu
Kontrak
Yuliana Helimurniaty 01/01/2020
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 31/12/2020
43. Dina
Kontrak
01/01/2020
P Sukarela (S-1 Akuntansi) 31/12/2020
44. Rosalia Mistika Mutnai
Lainnya
(Yang
01/01/2020
Belum
P Tercantum) (D-3 Keperawatan) 31/12/2020
45. Angelina Mardihasti
Kontrak
01/01/2020
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 31/12/2020
46. Finansia I. Onos
Kontrak
01/01/2020
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 31/12/2020
47. Novina Juneri
(D-3 Kesehatan
Gigi Dan Mulut
01/01/2020
Kontrak (Keperawatan
P Sukarela Gigi)) 31/12/2020
48. Katarina Alinja Sendang
Nusantara (D-3 Analis
01/11/2019
P Sehat Kesehatan) 01/11/2021
49. Sulpia
50. Milawati P Nusantara (S-1 Farmasi) 01/11/2019 01/11/2021
31
Sehat
Nusantara
01/11/2019
L Sehat (S-2 Epidemiologi) 01/11/2021
51. Lubabul Aniq
Nusantara
01/11/2019
P Sehat (D-3 Keperawatan) 01/11/2021
52. Haslinda
Nusantara
08/01/2020
P Sehat (D-3 Gizi) 08/01/2022
53. Florensiana Sio
(S-1 Kesehatan
Yuliana Purnama Sari 01/01/2021
P PNS Masyarakat)
54. Min, SKM
Maria Selviana Mega, 01/01/2021
P PNS (D-3 Farmasi)
55. A.Md.Farm
(D-3 Analis
Maria Gema Kurnia, 01/01/2021
P PNS Kesehatan)
56. A.Md.AK
(D-4 Analis
Hyeronima Y.P.H. 01/01/2021
P PNS Kesehatan)
57. Holesstar, S.Si
Gratiana Nurti 01/01/2021
P PNS (D-3 Keperawatan)
58. A.Md.Kep
(D-4 Bidan
Yunita Paulinda 01/01/2021
P PNS Pendidik)
59. Puspiitasari Sue, S.ST
Albertus Junaidi Harum, 01/01/2021
L PNS (D-3 Gizi)
60. A.Md.Gz
Antonia Martina Dheno, 01/01/2021
P PNS (D-3 Kebidanan)
61. A.Md.Keb
62. 'Eduardus Oktomy L PNS (D-3 Kesehatan 01/01/2021
32
Lingkungan)
Barus, A.Md.KL
(Profesi Profesi
01/01/2021
P PNS Ners)
63. Pirdiani, S.Kep.,Ns
(D-3 Rekam Medik
Dan Informasi 01/01/2021
Maria Lidvina Teti,
P PNS Kesehatan)
64. A.Md.RMIK
Kontrak
P Sukarela (D-3 Kebidanan) 01/01/2019 31/12/2019
65. Imeldawati S. A. Jun
Penugasan
Ernestin Kurniawati
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
66. Jelu, A.Md.Keb
Penugasan (S-1 Kesehatan
P Lainnya Masyarakat)
67. Ira Ana Memo, SKM
Penugasan (Profesi Profesi
Florencho Juliandro
L Lainnya Ners)
68. Selus, S.Kep.Ns
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
69. Agata Nesti
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
70. Lisnawati R Hasmini
Penugasan (Profesi Profesi
P Lainnya Ners)
71. Mariana Safrina Gon
Penugasan
Lusiana Triyustasi
P Lainnya (S-1 Farmasi)
72. Nuham
33
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
73. Yuliana Pedo
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
74. Matilda Karmelina Edis
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
75. Maria Angela Suryati
Penugasan (Profesi Profesi
L Lainnya Ners)
76. Gregorius Min
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
77. Maria Aveli Yani
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
78. Natalia Eldis Voni
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
79. Anastasia Ursula
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
80. Klaudia Herci Giur
Penugasan
Contasia Kanonika
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
81. Angela
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
82. Yuliana Mis
Penugasan
Emerensiana Elfrida
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
83. Oda
34
Penugasan
P Lainnya (D-3 Kebidanan)
84. Natalia Voni Lelin Dam
Penugasan Profesi Profesi
L Lainnya Ners)
85. Ironsius Ahor
LUDOVIKUS MAGAT
Nip.19680205 199501 1 002
35
REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG (KIB) A
TANAH
Provinsi : NUSA TENGGARA TIMUR
Kab./ Kota : MANGGARAI
Bidang : Bidang Kesehatan
Unit Organisasi : DINAS KESEHATAN
Puskesmas :LOCE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Puskesmas Loce _ _ _ 1990 Loce,DesaLoce _ _ _ _
2 Pustu Torong Koe 0 0 60x80m2 2007 Kilit, Desa T. Koe 0 0 0 0 Hibah
3 Polindes Sambi 0 0 37x43m2 2007 Sambi,Desa Sambi 0 0 0 0 Hibah
4 Poskesdes Pasat 0 0 30x40m2 2007 Nanu Desa Sambi 0 0 0 0 Hibah
5 Pustu Toe 0 0 50x100m2 2007 wontong,Desa Toe 0 0 0 0 Hibah
6 Pustu Rura 0 0 80x80m2 1990 Rengkus Desa Rura 0 0 0 0 Hibah
7 Posksdes Lada 0 0 30x40m2 2012 Lada Desa Rura 0 0 0 0 Hibah
36
Loce, 19 April 2021
Mengetahui Mengetahui
PENCAPIAN CAKUPAN
TARGET SUB
NO upaya kesehatan JENIS KEGIATAN SATUAN VARIABEL
SASARAN (H) VARIABEL
( SV ) (V)
PROMOSI
I KESEHATAN x x x x …..
Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih Dan
A Sehat Pada : x x x x ….
1.Institusi Pendidikan Sekolah 7 7 100,00% 1
2.Institusi sarana Kesehatan Pustu,Polindes,BP,RS
7
7 100,00% x
3.Institusi Rumah Tangga RT 630 200 31,75% x
4.Institusi TTU TTU 7 7 100,00% x
5.Institusi Tempat kerja Kantor 5 5 100,00% x
6.PHBS Puskesmas dan Rumah Staf
Puskesmas Rumah 12 12 100,00% x
37
B Bayi Mendapat Asi Eksklusif Bayi 99 85 85,86% …..
C Tingkat Kemandirian Posyandu ………
1.Posyandu Pratama (Beberapa posyandu
baru yg di bentuk) Posyandu 0 0 0,00% x
2.Posyandu Madya (Data Pratama) Posyandu 25 25 100,00% x
3.Posyandu Purnama (Data dasar Madya) Posyandu 0 0 0,00% x
4. Posyandu Mandiri (Data Purnama) Posyandu 0 0 0,00% x
5.Keaktifan Kader Kader 125 125 100,00% x
Penyuluhan Kelompok Rentan sesuai
D permasalahan yang ada Kelompok 0 0 0,00% …….
KESEHATAN
II LINGKUNGAN x x x ………
Pelayanan Klinik Sanitasi( konseling
A berbasis lingkungan ) Orang 600 600 100,00%
B. PENYEHATAN AIR x x …….
1.Pembinaan Pokmair SAB 21 0 100,00% x
2.Pengambilan Sampel Air SAB 25 20 80,00%
3. IS SAB SAB 21 21 100,00% x
4. Kaporisasi SAB 0 0 #DIV/0! x
5. Perbaikan Kualitas SAB dan
Lingkungannya SAB 0 0 #DIV/0! x
#DIV/0!
HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN
C. DAN MINUMAN x x #VALUE! …….
4.Pemeriksaan Sanitasi Tempat
Pengolahan Makanan TPM 0 0 #DIV/0! x
5.Pembinaan Tempat Pengolahan
Makanan TPM 0 0 #DIV/0! x
#DIV/0!
Penyehatan Tempat Pembuangan
D. Sampah x x #VALUE! ……….
6.Pemeriksaan Sanitasi Tempat
Pembuangan Akhir/TSK TPA 232 232 100,00% x
7.Kepemilikan tempat sampah Rumah 232 232 100,00% x
pengelolaan dan pemanfaatan sesuai
standar
38
#DIV/0!
Penyehatan Lingkungan Pemukiman
E. Dan Jamban Keluarga x x #VALUE! ………
Perum.Pdd 1459 1104 75,67% x
8.Pendekatan CLTS utk meningkatkan
PHBS dlm pemakaian jamban klg. Rumah 1459 1136 77,86% x
#DIV/0!
Pemeriksaaan Sanitasi Tempat-Tempat
F Umum x x #VALUE! ……..
9.Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat
Umum TTU 64 33 51,56% x
10. Perbaikan Kualitas Sanitasi TTU TTU 22 21 95,45% x
#DIV/0!
G Pengendalian Vektor …….
10.Pengawasan Tempat Potensial
perindukan vektor di pemukiman Rt.Sehat 0 0 0,00% x
11.Pemberdayaan sarana/kelompok
potensial dalam upaya pemberantasan
tempat perindukan penyakit/abatesasi Desa 5 5 100,00% x
12.Desa/Lokasi potensial yang diinterfensi
pemberantasan vektor penyakit Desa 1 1 100,00% x
KESEHATAN IBU
DAN ANAK
TERMASUK
KELUARGA
III BERENCANA x x x x ……..
A KESEHATAN IBU x x x x …..
1.Pelayanan Kesehatan Bagi Bumil sesuai
Standar Untuk Kunjungan
Lengkap ( 7 T ) Ibu/bayi 269 269 100,00% x
2. Pelayanan Kesehatan Bagi Bumil ( K1 ) Ibu hamil 162 127 78,40%
3. Pelayanan Kesehatan Bagi Bumil ( K4 ) Ibu hamil 162 141 87,04%
4.Pelayanan Persalinan Oleh Tenaga
Kesehatan Termasuk Ibu 189 174 92,06%
5.Pelayanan Nifas Lengkap (KF) ( Ibu &
Neonatal ) Sesuai Satandar ( KN ) Ibu/bayi 187 187 100,00%
6.Pelayanan dan Atau rujukan ibu Hamil
resiko tinggi/komplikasi Ibu hamil 55 55 100,00% x
7.Deteksi Resti Nakes Ibu Hamil 87 87 100,00% x
8.Deteksi Resti Masyarakat Orang 48 48 100,00% x
39
#DIV/0!
B. Kesehatan Bayi x x #VALUE! ……..
1.Penanganan dan atau rujukan neonatal
resiko tinggi Bayi 23 23 100,00% x
2.Cakupan Kunjungan Bayi Bayi 187 187 100,00% x
3.Cakupan BBLR di tangani Bayi 9 9 100,00% x
4.Cakupan IMD Bayi 168 148 88,10% x
5.Desa UCI Desa 5 5 100,00% x
#DIV/0!
Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra
C. Sekolah x x x #VALUE! …..
1. Pelayanan Deteksi dan Stimulasi dini
tumbuh kembang Balita Balita 753 672 89,24% x
2. Balita Gizi buruk mendapat perawatan Anak 17 17 100,00% x
#DIV/0!
D. Upaya Kesehatan Anak Sekolah x x #VALUE! ……
1.Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah
Dasar Oleh Nakes atau tenaga #DIV/0!
Terlatih/Guru UKS/Dokter Kecil Anak 1206 926 76,78% x
E. Pelayanan Keluarga Berencana x x x #VALUE! ……..
1.Akseptor KB aktif di Puskesmas Pus 1205 828 68,71% …….
IV UPAYA x x x #VALUE! ……..
PERBAIKAN GIZI 1.Pemberian Kapsul Vitamin A(Dosis
MASYARAKAT 200.000 SI ) pada balita #DIV/0!
2 kali/Tahun Anak 753 672 89,24% x
2.Pemberian tablet Besi ( 90 tablet ) Pada
Ibu Hamil Ibu Hamil 224 224 100,00% x
3.Balita Naik Berat Badannya (N/D) Anak 753 612 81,27% x
4.Balita dibawah Garis Merah yang di
validasi (Triwulan) Anak 0 0 #DIV/0! x
5.Jumlah Balita Gizi Buruk yang dijaring Anak 753 17 2,26% x
6.Jumlah Balita Gizi Buruk yang di tangani Anak 753 17 2,26% x
7.Jumlah Balita Gizi Kurang yang diberi
PMT/MPASI Anak 753 79 10,49% x
8.Jumlah partisipasi masyarakat yang
membawah anaknya ke Posy (D/S) Anak 753 753 100,00% x
9. Stunting Anak 753 217 28,82%
10.Kampanye garam ber Yodium bagi Kelompok 0 0 #DIV/0! x
40
masyarakat
#DIV/0!
UPAYA
PENGENDALIAN
V PENYAKIT x x x #VALUE! ……
A TB- Paru x x x #VALUE! …….
1.Pengobatan Penderita TB-Paru
( DOTS ) BTA Positif Orang 1 1 100,00% 100%
2.Pengobatan Penderita TB-Paru
( DOTS ) Negatif Rontgen Positif Orang 3 3 100,00% 100%
3.Penderita BTA Positif yang diobati
sembuh Orang 1 1 100,00% 100%
4.Penemuan penderita BTA Positif Orang 1 1 100,00% 100%
#DIV/0!
B Malaria*) x x x #VALUE! ……
1.Pemeriksaan sedian Darah ( SD ) pada
penderita Malaria Klinis % #DIV/0! x
2.Penderita Malaria Klinis Yang dobati Orang #DIV/0! x
3.Penderita "+" (Positif ) Malaria Yang
diobati Orang #DIV/0! x
#DIV/0!
C Covid-19 x x x #VALUE! ……
1. Penemuan Kasus Covid-19 Orang 8416 82 0,97% x
2.Pengobatan dan Penanganan Covid-19 Orang 82 82 100,00% x
D Pelayanan Imunisasi *)
1.DPT 1 pada bayi / Hb.1 Bayi 157 155 98,73% x
2.DPT 2 / Hb.2 Bayi 157 189 120,38% x
3.DPT 3 / Hb.3 Bayi 157 191 121,66% x
4.BCG Bayi 160 136 85,00% x
5.Campak Bayi 157 147 93,63% x
6.Polio 1 Bayi 160 136 85,00% x
7.Polio 2 Bayi 160 114 71,25% x
8.Polio 3 Bayi 160 147 91,88% x
9.Polio 4 Bayi 160 139 86,88% x
10.DT SD Kelas 1 Anak 199 186 93,47% x
11.TD SD Kelas 2 dan 3 Anak 392 376 95,92% x
12.DPT - 3 dan Campak Bayi 157 147 93,63% x
13.HB < 7 hari Bayi 160 130 81,25% x
41
#DIV/0!
#DIV/0!
E Diare x x x …….
1.Penemuan Kasus Diare di Puskesmas
Dan Kader Orang 0 0 #DIV/0!
2.Kasus Diare ditangani oleh Puskesmas
dan Kader dengan Oral dehidrasi Orang 73 73 100,00%
F ISPA …….
1.Penemuan Kasus Pnemonia dan
pnemonia Berat oleh Puskesmas Orang 8416 955 11,35%
2.Jumlah Kasus Pnemonia Berat ditangani Orang 0 0 0,00% x
G Demam Berdarah Dengue ( DBD * ) …………..
1.Angka Penemuan Kasus DBD % 0 0 #DIV/0! x
2. Cakupan Kasus DBD yang Ditangani % 0 0 0,00% x
Pencegahan dan Penanggulangan PMS
H dan HIV/AIDS x x x #VALUE! …….
1.Kasus PMS yang diobati Orang 3 3 100,00% x
2.Klien yang mendapat penanganan
HIV/AIDS Orang 3 2 66,67% x
3.Penyuluhan pada pasien HIV/AIDS Orang 3 3 100,00% x
4.Konseling HIV/AIDS Orang 3 3 100,00% x
I FRAMBUSIA …….
Orang 0 0 0,00% X
2.Pengobatan Penderita Frambusia Orang 0 0 0,00% X
J FILARIASIS …………
1.Penemuan Pasien Filariasis Orang 0 0 0,00% x
2.Pengobatan Pasien Filariasis Orang 0 0 0,00% x
Pencegahan dan Penanggulangan
K Rabies * ) ….
1.Cuci Luka terhadap kasus gigitan HPR % 17 17 100,00% x
2.Vaksinasi terhadap kasusu gigitan HPR
yang berindikasi % 17 17 100,00% x
42
L Kusta x x x #VALUE! ……
1.Penemuan Tersangka Penderita Kusta Orang 0 0 0,00% x
2.PengobatanPenderita Kusta Orang 0 0 0,00% x
#DIV/0!
UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN
I Upaya kesehatan x x x #VALUE! …………
Usia Lanjut
1.Posyandu Lansia Posyandu 7 7 100,00% x
2. Lansia Mendapat pelayanan di
Posyandu Lansia 6494 3386 52,14% x
#DIV/0!
II Upaya Kesehatan x x x #VALUE! ………..
Mata / 1.Penemuan Kasus Penyakit Mata di
Pencegahan Masyarakat dan Puskesmas Orang 0 0 #DIV/0! x
Kebutaan 2.Penemuan Kasus Buta Katarak pada
Usia > 45 Tahun Orang 0 0 #DIV/0! x
#DIV/0!
III Pencegahan dan x x x #VALUE! ….
Penanggulangan
Penyakit Gigi 1.Pembinaan Kesehatan Gigi pada TK TK 0 #DIV/0! x
2.Penjaringan Anak SD SD 7 7 100,00% x
3.Pembinaan dan Bimbingan sikat Gigi
pada SD SD 7 7 100,00% x
4.Murid SD yang mendapat perawatan
kesehatan gigi Orang 1206 926 76,78% x
5.Gigi tetap yang di cabut Gigi 72 72 100,00% x
6.Gigi tetap yang di tambal Gigi #DIV/0! x
7.Gigi sulung yang di cabut Gigi 2 2 100,00% x
8.Gigi Sulung yang di tambal Gigi 0 0 0,00% x
9.Kasus penyakit gigi yang di rujuk Kasus 0 0 0,00% x
#DIV/0!
IV Upaya Kesehatan x x x #VALUE! ….
Remaja
1.Posyandu Remaja Remaja 5 0 0,00%
UPAYA KESEHATAN PERORANGAN ….
A Pengobatan x x x #VALUE! …
1.Kunjungan Rawat jalan Umum Orang 1114 1114 100,00% x
2.Kunjungan Rawat jalan Gigi Orang 50 50 100,00% x
#DIV/0!
B Pemeriksaan x x #VALUE! ….
43
Laboratorium 1.Pemerikssaaan Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Spesimen 244 160 65,57% x
2.Pemeriksaan Darah Trombosit
tersangka DBD Spesimen 0 0 #DIV/0! x
3.Pemeriksaan Darah Malaria Spesimen 244 179 73,36% x
4.Pemeriksaaan Test Kehamilan Spesimen 250 182 72,80% x
5.Pemeriksaaan Sputum TB Spesimen 411 18 4,38% x
6.Pemeriksaan Urine Protein pada Ibu
Hamil Spesimen 100 53 53,00% x
7.Pemeriksaan golongan darah pada Ibu
Hamil Spesimen 244 56 22,95% x
C Pelayanan Kefarmasian #DIV/0!
1.Jumlah Peresepan 10352 10352 100,00% x
2.Informasi Obat 24162 24162 100,00% x
D Pelayanan Rawat Inap #DIV/0!
#DIV/0!
E Pelayanan Unit Gawat Darurat 51 51 100,00%
F. Perawatan Kesehatan Masyarakat 10 10
LUDOVIKUS MAGAT
Nip.19680205 199501 1 002
44