Anda di halaman 1dari 78

1

I.  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang memiliki potensi besar dalam


keanekaragaman sumberdaya alam yang bisa memberikan keuntungan baik secara
finansial maupun dalam menjaga keharmonisan alam. Sektor Pertanian merupakan
sektor yang sangat pentingdalam pembangunan perekonomian di Indonesia.
Membangun pertanian hendaknya tidak diartikan hanya untuk meningkatkan
produksi tanaman pangan dan perkebunan saja, akan tetapi harus meliputi semua
kegiatan usaha dalam meningkatkan kesejahteraan, derajat dan martabat kaum tani
indonesia. Salah satu kegiatan usaha yang juga diperlukan mendapatkan perhatian
dalam hal ini adalah pembuatan pupuk organik. Pertimbangan untuk pembuatan pupuk
organik ini selain menguntungkan, juga memberikan dampak positif dalam hal
penyerapan tenaga kerja.
Peranan agroindistri tersebut dapat mendorong adanya strategi pemasaran usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Bagi petani, ketersediaan sarana produksi pertanian merupakan hal yang sangat
penting dalam meningkatkan produktivitas lahan. Salah satu sarana produksi pertanian
tersebut adalah pupuk. Sebagian besar petani sudah sangat tergantung pada pupuk
buatan, karena penggunaanya praktis, reaksinya cepat, jumlah yang digunakan jauh
lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relative murah karena disubsidi oleh
pemerintah dan mudah di peroleh. Ketika dicabut, maka petani mulai kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan pupuk dan mencari altenatif lain agar kebutuhannya tercukupi.
Petani mulai sadar akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan, sehingga mereka
beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.
Produksi adalah salah satu aktivitas ekonomi yang menghasilkan hasil akhir
atau output dari suatu proses yang membutuhkan beberapa masukan atau input.
Sehingga kegiatan produksi merupakan kombinasi antara beberapa masukan atau
input yang bisa disebut faktor-faktor produksi yang akan menghasilkan keluaran
atau output agar nilai guna barang atau jasa tersebut bertambah.
2

Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan ini tak
lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai
dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai
masalah ketergantungan petani terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk
organik kembali diinstruksikan untuk digunakan dalam rangka mengatasi berbagai
masalah tersebut.  Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di
lapangan. Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan
penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat.
Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang dan
pupuk kompos.
PT. Balolli Jaya Lestari merupakan salah satu industri lokal yang bergerak
dalam bidang pemasaran pupuk organik dan juga bagian dari persaingan yang terjadi di
dunia bisnis, PT. Balolli Jaya Lestari bertempat di Jl. Kapasa Raya, Kapasa. Kecamatan
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

1.2. Sasaran Belajar

Sasaran belajar yang ingin dicapai dalam praktek kerja lapang (PKL) ini yaitu:
1.2.1 Aspek Pengetahuan
Sasaran  yang  ingin  dicapai  pada  aspek  pengetahuan  adalah  sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses produksi pupuk di PT. Balolli Jaya Lestari
2. Untuk mengetaui pendapatan usaha pupuk di PT. Balolli Jaya Lestari
3. Untuk Menganalisis Masalah Yang Diadapi Dalam Proses Produksi di PT.
Balolli Jaya Lestari
4. Menganalisis problematisasi dan alternatif keputusan usaha pupuk di PT. Balolli
Jaya Lestari
1.2.2. Aspek Keterampilan
Sasaran belajar yang ingin diperoleh pada aspek keterampilan adalah sebagai
berikut:
1. Terampil dan mampu menentukan tindakan pencegahan terhadap masalah yang
dihadapi oleh suatu usaha.
3

2. Terampil dalam memberikan alternatif sasaran terhadap masalah yang


berhubungan dengan pengembangan usaha.
1.2.3. Aspek Sikap
Sasaran belajar yang ingin diperoleh pada aspek keterampilan adalah sebagai
berikut:
1. Menghargai setiap masukan yang di berikan oleh pimpinan PT. Balolli Jaya
Lestari
2. Menghormati pegawai yang lain

1.3. Kegunaan PKL

1.3.1. Bagi Mitra Belajar


Adapun kegunaan praktik lapang bagi mitra belajar adalah sebagai berikut:
1. Dapat membantu menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditargetkan.
2. Dapat menjalin hubungan yang teratur, sehat dan dinamis, serta menumbuhkan
hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat.
3. Dapat merekrut mahasiswa apabila memerlukan tenaga kerja, karena telah
melihat kinerja mahasiswa selama Pratek Kerja Lapangan (PKL) tersebut.
1.3.2. Bagi Mahasiswa
Adapun kegunaan praktik lapang bagi mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses produksi pupuk di PT. Balolli Jaya Lestari
2. Mahasiswa dapat mengetahui masalah yang dihadapi dalam proses dan
mengetahui cara pemecahan masalah tersebut dengan menerapkan berbagai teori
yang diperoleh selama perkuliahan
3. Mengetahui suasana lingkungan kerja yang akan dihadapi kelak sehingga
mampu melatih mahasiswa agar dapat bekerja secara mandiri di lapangan serta
beradaptasi dengan lingkungan kerja sesuai dengan profesi.
4. Mengetahui manajemen personalia yang meliputi ketenagakerjaan dan struktur
organisasi perusahaan.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agrosistem Kasus

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non- organik. Pupuk
berbeda dengan suplemen.
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau
nutrisi bagi tanaman atau menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman adalah ; C, H, O (ketersediaan di alam melimpah), N, P,
K, Ca, Mg, S (hara makro) dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro). Pupuk dapat
diberikan lewat tanah, daun atau diinjeksi ke batang tanaman. Jenis pupuk adalah
bentuk padat dan cair.
Jenis pupuk lain yang dihasilkan dari proses pembuatan pabrik biasa disebut
dengan pupuk buatan. Kadar, hara, jenis hara dan komposisi hara didalam pupuk buatan
sudah ditentukan oleh produsen menjadi ciri khas dari penamaan/merek pupuk.
Berdasarkan ragam hara yang dikandungnya, pupuk buatan dibedakan atas pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal merupakan jenis pupuk yang mengandung
satu macam unsur hara, misalnya pupuk N (nitrogen), pupuk P (fosfat) atau pupuk K
(kalium). Pupuk buatan yang mengandung lebih satu unsur hara disebut pupuk
majemuk, misalnya pupuk NP, NK, dan NPK.

2.2. Teori Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
melakukan pengalokasian input. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan disebut dengan fungsi produksi. Fungsi
produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output
yang dihasilkan dengan kombinasi input-input. Menurut Soekartawi (2011:204)
fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) yang
merupakan hasil produksi dan variabel yang menjelaskan (X) yang merupakan
faktor produksi. Dalam bentuk matematika sederhana faktor produksi dapat dituliskan
5

sebagai berikut:
Y = (𝑓(𝑋1, 𝑋2, . . .𝑋𝑛)
di mana : Y = hasil produksi
X1, X2, X𝑛 = faktor-faktor produksi.
Dalam teori ekonomi terdapat satu asumsi dasar mengenai sifat dari
fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi di mana semua
produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut: The Law Of
Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa apabila faktor produksi
terus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin
banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi
tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif
(Soekartawi, 2011).

2.3. Teori Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk


memproduksi suatu barang. Menurut Soekartawi (2011:56) biaya dalam
usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost).
1. Biaya Tetap
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara periodik dan
besarnya selalu konstan atau tetap, tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume usaha
atau proses bisnis yang terjadi pada periode tersebut. Biaya tetap juga biasa disebut
sebagai biaya operasional. Biaya tetap juga diartikan sebagai biaya minimal yang harus
dikeluarkan oleh suatu perusahaan agar dapat melakukan proses produksi baik berupa
barang ataupun jasa. Biaya ini jelaslah tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah
produk atau jasa yang bisa dihasilkan. Biaya tetap merupakan jenis biaya yang bersifat
statis (tidak berubah) dalam ukuran tertentu. Biaya ini akan tetap dikeluarkan meskipun
tidak melakukan aktivitas apapun atau bahkan ketika melakukan aktivitas yang sangat
banyak sekalipun. Dalam proses produksi, biaya tetap akan selalu dibayarkan atau
dikeluarkan tanpa menghitung berapa banyak produksi yang dilakukan, baik ketika
tidak berproduksi atau sebaliknya saat produksi dilakukan dalam kapasitas maksimal.
6

Jadi, dengan kata lain, secara total biaya ini akan selalu sama, tidak terpengaruh
oleh jumlah unit yang diproduksi atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Bagaimana jika
dihitung per-unit produk yang dihasilkan atau per- aktivitas yang dilakukan? Biaya tetap
dan unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan.
Memiliki hubungan yang terbalik. Hubungan terbalik ini maksudnya adalah
semakin banyak unit yang diproduksi atau semakin banyak aktivitas yang
dilakukan, maka biaya tetap per-unit atau per-aktivitas yang dilakukan akan
semakin kecil jumlahnya (Assegaf, SE., MM., 2019).
Biaya tetap (fixed cost) dapat dihitung dengan formula berikut ini:
𝐹𝐶 = Σ 𝑋𝑖𝑃𝑋𝑖 𝑛𝑖=1
Keterangan:
FC = biaya tetap
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi= harga input
n = macam input.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang berubah secara proporsional
dengan aktivitas bisnis. Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal terhadap
semua unit yang diproduksi. Hal ini juga dapat dianggap biaya normal. Biaya
tetap dan biaya variabel membentuk dua komponen dari total biaya. Biaya
langsung, bagaimanapun, adalah biaya yang dapat dengan mudah dikaitkan
dengan objek biaya tertentu. Namun, tidak semua biaya variabel adalah biaya
langsung. Sebagai contoh, biaya overhead variabel produksi adalah biaya variabel
yang merupakan biaya tidak langsung, tidak langsung menjadi suatu biaya. Biaya
variabel kadang- kadang disebut biaya tingkat-unit karena mereka bervariasi
dengan jumlah unit yang diproduksi. (Assegaf, SE., MM., 2019)

2.4. Analisis Produksi dan Pendapatan

2.4.1 Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang dapat menciptakan guna baik


waktu, bentuk maupun tempat dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia.
7

Produksi tersebut dapat berupa barang ataupun jasa tetapi produksi diartikan
juga sebagai suatu kegiatan mengubah sumber-sumber ke dalam produk atau
proses mengubah input menjadi output (Nugroho dan Setiadi, 2008).
Rumus Produksi :
Q = F (C, L, R, T)
Dengan :
Q = Jumlah Barang atau Jasa
F = Simbol Persamaan Fungsi
C = Modal
L = Tenaga Kerja
R = Sumberdaya Alam
T = Teknologi dan Kewirausahaan
2.4.2 Pendapatan
Mankiw (2011) menyebutkan bahwa pendapatan dirumuskan sebagai
hasil perkalian antara jumlah unit yang terjual dengan harga per unit. Apabila
dirumuskan secara matematis maka hasilnya adalah:
TR = P x Q
Dimana:
TR = total revenue
P = price
Q = quantity

2.5. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha agribisnis adalah upaya untuk mengetahui tingkat


kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan dari suatu jenis usaha dengan melihat
beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Dengan demikian suatu usaha
dikatakan layak kalau keuntungan yang diperoleh dapat menutup seluruh biaya
yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung maupun yang tidak langsung.
Kelayakan merupakan kata kunci yang harus dipegang oleh para pengelola
lembaga keuangan dan merupakan kriteria yang paling pokok dalam membiayai
suatu jenis usaha. Jadi, jangan sampai terjadi suatu pembiayaan diluncurkan tanpa
8

ada analisis kelayakan. Maka dari itu, jika suatu usaha tidak layak, khususnya
ditinjau dan segi ekonomi tetapi tetap dibiayai maka resiko yang akan timbul
adalah kemacetan usaha akibat dari kerugian. Bila modal usaha merupakan
pinjaman dari suatu lembaga keuangan, maka akan terjadi kemacetan atau
tunggakan pengembalian. Atas dasar itulah, maka kemampuan menilai kelayakan
suatu usaha bagi pengelola usaha dan atau pengelola Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) merupakan kemampuanyangsangatpokok dan sangat menentukan bagi
kelangsungan dan perkembangan usaha agribisnis dan bagi suatu LKM itu sendiri.
a. Analisis R/C- Ratio
Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan ukuran perbandingan antara
penerimaan dengan biaya operasional. Revenue Cost Ratio (R/C) dihitung untuk
menentukan kelayakan suatu usaha. Revenue Cost Ratio (R/C) lebih dari satu
maka usaha ini layak untuk dijalankan.
Rumus Revenue Cost Ratio (R/C) adalah
R/C-Ratio = 𝑻𝒓/𝑻𝒄
Keterangan :
Tr = Total revenue (Total Penerimaan)
Tc = Total Cost (Total Biaya)
Dengan syarat:
1) R/C Rasio > 1 usaha tersebut menguntungkan
2) R/C Rasio = 1 usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
3) R/C Rasio < 1 usaha tersebut tidak menguntungkan atau rugi (Kasmir dan
Jakfar, 2012).
b. Analisis Break Event Point (Titik Impas)
Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan
satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan
pendapatan. Dengan mengetahui break even ini diharapkan pada volume
penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi ataupun
tidak untung.Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya
variabel, dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak
bumi dan bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya
9

variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti.
Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan
dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun
kerugian dalam suatu perusahaan.BEP ini digunakan untuk menganalisis proyeksi
sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang
harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal
c. Analisis PP (Pay Back Period)
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Analisis
payback period dalam analisis kelayakan perlu ditampilkan untuk mengetahui seberapa
lama usaha atau kelompok yang dikerjakan baru dapat mengembalikan
investasi. Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang
diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar.
Berdasarkan hasil analisis ini diharapkan terdapat alternatif dengan periode yang
lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan
informasi tambahan untuk mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang
diinvestasikan.
Menurut Umar (2009), rumus untuk menghitung Payback Period (PP) sebagai
berikut:
1) Rumus Payback Period jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
ditunjukkan pada persamaan
Payback Period (PP) = n + (𝒂−𝒃) / (𝒄−𝒃) × 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
Keterangan:
n = Tahun terakhir di mana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun
ke-n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n + 1
2) Rumus Payback Period jika arus kas per tahun jumlahnya samaditunjukkan pada
Persamaan Payback Period (PP) = 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒂𝒘𝒂𝒍 / 𝑨𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒔 × 𝟏 𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏
Kriteria Pengambilan Keputusan:
10

a.Periode pengembalian lebih cepat maka Layak.


b. Periode pengembalian lebih lama maka Tidak Layak.
11

III. METODE PELAKSANAAN PKL

3.1. Pendekatan Kasus Agrosistem

3.1.1. Penentuan Mitra Belajar


Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) , yaitu cara
pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari
daerah penelitian tersebut. Penggunaan metode ini dilakukan dengan dasar
mempertimbangkan bahwa Kecamatan Tamalanrea, Jl. Kapasa Raya merupakan salah
satu penghasil pertanian di Kota Makassar.
3.1.2. Metode Pendekatan Partisipatif
Metode pelaksanaan dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan
melakukan observasi langsung pada pemilik dan karyawan PT. Balolli Jaya Lestari
dimana wawancara meliputi profil usaha, jenis peralatan, struktur organisasi, proses
investasi dan pemasaran.

3.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Praktik lapang di Jalan Kapasa Raya, Kapasa, Kecamatan Tamalanrea, Kota


Makassar, Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai pada tanggal 30
September - 30 Oktober 2021.

3.3. Penentuan Posisi Penilaian

Tindakan mempersoalkan situasi yang kurang atau tidak mendukung kelancaran


usaha selama itu bertujuan untuk memudahkan menemukan jenis persoalan yang
dihadapi serta membutuhkan menemukan jenis persoalan yang dihadapi serta
memudahkan menemukan alternatip pemecahanya. Penetapan posisi penilaian analisis
ini sagat penting artinya mengigat yang didekati dan diinterprestasi pada sudut pandang
yang berbeda, degan degan kata lain posisi penilaian memberikan kejelasan dari mana
sisi mana persoalan akan diselesaikan.
Pada posisi penulisan dalam menetapkan penilaian adalah sebagai maneger
pengusaha di mana penetapan posisi ini didasarkan pada berbagai permasalahan
terutama mengenai proses pemeliharaan guna meningkatkan produksi pengusaha. Pada
12

situasi seperti ini penulis berusaha menghimpun seluruh aspirasi yang ada kemudian
disingkronkan terhadap situasi agrosistem yang bersangkutan kemudian penulis
berupaya untuk menemukan beberapa alternatif penyelesaian.
13

IV. DESKRIPSI AGROSISTEM KASUS

4.1. Visi dan Misi Agrosistem Kasus

1. Visi Perusahaan

“ Menjadi perusahaan pupuk yang kompetitif “

2. Misi Perusahaan

a. Menginspirasi dan menumbuhkan kesadaran manusia pada lingkungan hidup

untuk masa depan yang berkelanjutan

b. Memberikan layanan sesuai pesanan dan produk yang lebih baik

c. Membentuk perusahaan yang dikenal luas dan menghasilkan keuntungan untuk

kesejahteraan semua pihak terkait

4.2. Sejarah Singkat Agrosistem Kasus

Pada awal tahun 2015 telah terjadi kelangkaan pupuk dikalangan petani dengan
terjadinya kelangkaan pupuk tersebut maka otomatis harga pupuk mengalami kenaikan.
Melihat kenaikan, melihat keadaan ini Pak Erwin mencoba mencari solusi untuk
mengatasi kelangkaan pupuk yang terjadi. Pada Juni 2015 Pak Erwin berhasil meracik
bahan-bahan material alami sehingga terciptalah sebuah pupuk. Seiring berjalannya
waktu, hasil penjualan pupuk Pak Erwin semakin meningkat dan sudah dikenal
diberbagai daerah.
Awalnya Pak Erwin menjual dan memproduksi pupuk di daerah Antang.
Kemudian pada tahun 2017 Pak Erwin membeli sebuah Gudang untuk proses
pembuatan pupuk di Jl. Kapasa Raya, Kapasa. Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan dan membeli mesin serta perlatan yang lainnya untuk proses
pembuatan pupuk.
14

4.3. Identifikasi Sumber Daya

4.3.1. Sumber Daya Lahan dan Bangunan


Sumber daya lahan dan bangunan merupakan sumber daya yang penting dalam
suatu perusahaan mengingat lahan dan bangunan merupakan tempat dilakukannya
kegiatan-kegiatan dalam perusahaan. Selain itu, sumber daya lahan dan bangunan juga
merupakan harta tetap yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan.
Berikut ini sumber daya lahan dan bangunan yang dimiliki usaha pembuatan
pupuk PT. Balolli Jaya Lestari
1) Status lahan : Milik Sendiri
2) Luas lahan : 0,5 hektar
3) Lokasi lahan : Jl. Kapasa Raya, Kapasa.
4) Jenis bangunan : Permanen
Tabel 1. Sumberdaya Lahan dan Bangunan PT. Balolli Jaya Lestari

No. Sumberdaya Ukuran Fisik Nilai


(m2)
1. Lahan 100 6.000.000

2. Bangunan 400 260.000.000

Total 266.000.000
Sumber : Data Primer Sereleah Diolah , 2021
Berdasarkan tabel 1, Sumberdaya lahan dan bangunan yang dimiliki PT. Balolli
Jaya Lestari ini terdapat lahan ukuran 100 m2 dengan nilai 6.000.000. Bangunan yang
ada di PT. Balolli Jaya Lestari memiliki ukuran 400 m2 dengan nilai 260.000.000,
sehingga total nilai keseluruhan lahan bagunan yang dimiliki oleh PT. Balolli Jaya
Lesatri adalah 266.000.000.
15

Berikut adalah gambar denah lokasi dan tata letak PT. Balolli Jaya Lestari
Gambar 1. Sketsa Bangunan PT. Balolli Jaya Lestari

B A E

D
C

Keterangan :
A : Ruangan Produksi
B : Tempat Tahu Jadi
C : Tempat Penyimpanan Alat
D : Toilet
E : Parkiran

4.3.2. Sumber Daya Peralatan

Sumber daya perlatan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk memperlancar kegiatan dalam menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh keseluruhan komponen yang
berkaitan dengan keberadaan perusahaan baik yang mempunyai kedudukan didalam
perusahaan maupun diluar perusahaan. Faktor yang berkaitan langsung dengan
keberhasilan perusahaan adalah tenaga kerja, sarana dan peralatan serta faktor
manajemen yang dapat mendorong terciptanya produktivitas usaha.
Setiap peralatan yang digunakan pasti akan mengalami penyusutan sepanjang
tahun dan nilainya akan berkurang sesuai dengan umur alat tersebut. Menghitung nilai
16

penyusutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu harga
barang dikali dengan persentase penyusutan (amortisasi), sedangkan persentase
penyusutan (amortisasi) dapat dihitung dengan membagi 100% dengan perkiraan masa
produktif suatu barang. Umur teknis dan penyusutan alat yang diamati pada praktek
kerja lapang (PKL) dapat dilihat pada tabel 1
Nilai penyusutan alat dapat dicari dengan menggunakan rumus:
NAwal ( Rp )−NAkhir (Rp)
NP=
LP(tahun)
NP = Nilai Penyusutan (Rp)
LP = Lama Pemakaian (Tahun)
Tabel 2. Sumberdaya Peralatan di PT. Balolli Jaya Lestari
No. Jenis Alat Jumlah Nilai Awal Nilai Akhir Umur Nilai Penyusutan (Rp)
(unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) Alat
(Tahun
)
1. Skop 3 Rp. 50.000 Rp. 40.000 4 tahun Rp. 2.500
2. Mesin 5 Rp. 8.000.000 Rp.6.000.000 2 tahun Rp. 1.000.000
Pencetak
3. Traktor 1 Rp. 4.000.000 Rp. 3.000.000 2 tahun Rp. 500.000
Mini
4. Saringan 3 Rp. 50.000 Rp. 35.000 3 tahun Rp. 5.000
5. Timbangan 4 Rp. 150.000 Rp. 100.000 4 tahun Rp. 12.500

Jumlah Rp.12.250.000 Rp.9.175.000 Rp. 1.520.000

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2021


Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa jumlah peralatan yang digunakan yaitu
sebanyak 5 macam dengan jumlah yang berbeda. Adapun total alat dan peralatan harga
baru yaitu Rp. 12.250.000, total harga sekarang sebesar Rp. 9.175.000 dan total nilai
penyusutan alat adalah sebesar Rp. 1.520.000. Mesin dan peralatan yang digunakan untuk
kegiatan produksi masih terbilang cukup baru.
4.3.3. Sumberdaya Manusia
17

Sumberdaya manusia adalah usaha bekerja untuk memberikan kegiatan yang


bernilai ekonomi, karena kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Secara singkat sumber daya manusia
sebagai tenaga kerja menurut Marwansyah 2010, manajemen sumber daya manusia
dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang
dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan
seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir,
pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan
hubungan industrial.
Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi di PT. Balolli Jaya

Pemilik Perusahaan
Erwin

Bendahara Wakil
Bendahara
Bahar
Sulaiman

Bagian Bagian Bagian Pemasaran Bagian


Produksi Produksi Pemasaran
Fajri
Iksan Rudi Anto

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Balolli Jaya Lestari


Gambar 2 menunjukkan struktur organisasi PT. Balolli Jaya Lestari ini
dipimpin oleh seorang Pemimpin usaha atas nama Bapak Erwin, dan selanjutnya terdiri
atas bendahara yaitu Bapak Bahar dan wakil bendahara Bapak Sulaiman. Adapun
pekerja dari PT. Balolli Jaya Lestari bagian produksi atas nama Iksan dan Rudi,
sedangkan bagian pemasaran atas nama Fajri dan Anto.
18

No Nama Umu Pendidikan Jabatan Lama Gaji Per Tabel


. r Terakhir Bekerja Bulan (Rp) 3.
(thn) (tahun)
1. Erwin 37 Strata 2 Pemimpin 6 tahun 5.000.000
2. Bahar 42 Strata 2 Bendahara 5 tahun 3.500.000
3. Sulaiman 32 Strata 1 Wakil 4 tahun 3.500.000
Bendahara
4. Iksan 29 SMA Pekerja 4 tahun 2.400.000
5. Rudi 26 SMA Pekerja 4 tahun 2.400.000
6. Fajri 25 SMA Pekerja 4 tahun 2.400.000
7. Anto 25 SMA Pekerja 4 tahun 2.400.000

Total Rp.21.600.000
Sumberdaya Manusia Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari.
19

Tabel 3 menunjukkan jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki oleh PT.
Balolli Jaya Lestari sebanyak 7 orang, 1 pemimpin usaha PT. Balolli Jaya Lestari
berumur 37 tahun atas nama bapak Erwin dengan pendidikan terakhir strata 2 dan lama
bekerja sudah 6 tahun mendapatkan gaji sebesar Rp. 5.000.000 per bulan. Bendahara
PT. Balolli Jaya Lestari atas nama Bahar, umur 42 tahun sudah 5 tahun lamanya bekerja
di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp. 3.500.000 per bulannya.
Wakil Bendahara PT. Balolli Jaya Lestari atas nama Sulaiman, umur 32 tahun sudah 4
tahun lamanya bekerja di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp.
3.500.000 per bulannya. Begitupun dengan pekerja atas nama Iksan 29 tahun sudah 4
tahun lamanya bekerja di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp.
2.400.000 per bulannya dan Pekerja atas nama Rudi , umur 26 tahun sudah 4 tahun
lamanya bekerja di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp. 2.400.000 per
bulannya. Begitupun pekerja atas nama Fajri dan Anto sudah 4 tahun lamanya bekerja
di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp. 2.400.000.

4.3.4. Sumberdaya Finansial


Sumber daya yang sangat penting dimiliki perusahaan ialah sumber daya
finansial. Hal ini menjadi sangat penting karena sumber daya finansial mencakup
masalah keuangan yang berada dalam suatu perusahaan. Dengan adanya sumber daya
finansial, suatu perusahaan dapat mengetahui dengan rinci mengenai masalah keuangan
yang terjadi pada perusahaannya tersebut, agar perusahaan dapat memperhitungkan
keuntungan dan kerugian, serta pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan untuk
menunjang pengembangan perusahaan. (Sartono, 2001)
Modal yang dibutuhkan PT. Balolli Jaya Lestari Bapak Erwin pada awal
pendiriannya yaitu sebesar Rp. 5.000.000. Modal ini bersumber dari dana pribadi
pemilik usaha.
Adapun neraca keuangan Industri Tahu Gurih dirincikan pada Tabel 4
Tabel 4. Sumber Daya Finansial PT. Balolli Jaya Lestari
Aktiva Passiva
Harta Lancar Utang Lancar
Kas Rp. 266.000.000
20

Jumlah harta
Modal
Lancer Rp. 266.000.000

Harta tetap
Lahan Rp 6.000.000 Jumlah utang

Bangunan Rp 260.000.000
Peralatan Rp. 44.900.000
Jumlah harta

Tetap Rp.310.900.000
TOTAL AKTIVA Rp. 576.900.000 TOTAL PASSIVA Rp. 576.900.000

Sumber: Data Primer Setelah diolah,2021


Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa nilai total aktiva tetap terdiri dari

lahan, bangunan, peralatan dan aktiva lancar yaitu senilai Rp. 576.900.000, sedangkan

nilai total passiva berasal dari modal sendiri usaha tersebut yaitu senilai Rp.

576.900.000.

4.4. Analisis Kinerja Usaha

4.4.1. Kinerja Proses


Peta kinerja agrosistem menggambarkan tentang bagaimana kaitan antara
subsistem yag satu dengan subsistem yang lain, dengan kata lain peta kinerja proses
merupakan suatu gambaran tentang arus uang, barang dan dan jasa yang berlangsung di
dalam agrosistem yang berasal dari dalam agrosistem ataupun sebaliknya.
Suatu agrosistem akan berkembang jika memiliki kinerja yang terstruktur, oleh
karena itu agrosistem manapun akan selalu lebih memperhatikan dan mengutamakan
kinerja serta mencarikan solusi dari system kinerja yang berjalan lancar. Analisis kinerja
menunjukan kondisi kinerja seluruh aspek yang ada dalam suatu perusahaan serta hasil
produk dari perusahaan tersebut. Analisis kinerja juga merupakan suatu proses yang ada
dalam lingkup perusahaan dan yang berada di luar lingkup perusahaan serta
hubungannya antara proses yang satu dengan yang lainnya.
a. Proses Investasi
21

Proses investasi menunjukan bagaimana seharusnya seorang pengusaha


melakukan investasi, berapa banyak investasi dan kapan investasi tersebut akan
dilakukan. Berikut ini adalah proses investasi PT. Balolli Jaya Lestari:
1. Biaya Investasi
Investasi secara umum dapat diartikan sebagai segala kekayaan (berwujud atau
tidak berwujud) yang digunakan untuk memperoleh sejumlah pendapatan atau
keuntungan. Jumlah modal awal yang diamati pada Praktek Kerja Lapang (PKL) dapat
dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Biaya Investasi PT. Balolli Jaya Lestari


No Jenis Investasi Nilai Investasi (Rp)

1. Lahan dan Bangunan Rp. 266.000.000

2. Modal Kerja Rp. 576.900.000

3. Peralatan Rp. 44.900.000

Total Rp. 887.800.000

Sumber: Data Primer Setelah diolah,2021


Berdasarkan tabel 5, diperoleh data bahwa total nilai investasi untuk lahan dan
bangunan PT. Balolli Jaya Lestari adalah sebesar Rp. 887.800.000
2. Modal Kerja
Menurut konsep fungsional, modal kerja ini adalah jumlah dana yang digunakan
selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka
pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan
22

tersebut. Definisi ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan.
Modal kerja ini sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan
perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan,
misalnya dapat menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan
keadaan keuangan perusahaan. Modal kerja ini biasanya terdiri dari Biaya Tetap dan
Biaya Variabel.
a) Biaya Tetap
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya akan sama dan tetap tidak
berubah sedikitpun walaupun jumlah barang yang diproduksi dan di jual berubah-ubah
dalam kapasitas normal. Biaya Tetap yang diamati pada Praktek Kerja Lapang (PKL)
dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Investasi Biaya Tetap PT. Balolli Jaya Lestari

No Jenis Biaya Nilai (Rp)

1. Pajak Rp. 200.000

2. Penyusutan alat Rp. 1.520.000

3. Gaji Karyawan Rp. 21.600.000

4. Listrik Rp. 1.500.000

Total Rp. 24.820.000

Sumber: Data Primer Setelah diolah,2021


Berdasarkan tabel 6, diperoleh data bahwa total nilai biaya tetap PT. Balolli
Jaya Lestari adalah sebesar Rp. 24.820.000
b) Biaya Variabel
23

Biaya variabel atau variabel cost adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
yang berubah-ubah dan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah produksi. Biaya
variabel yang diamati pada Praktek Kerja Lapang (PKL) dapat dilihat pada
Tabel 7. Investasi Biaya Variabel PT. Balolli Jaya Lestari

No. Jenis Jumlah Harga Nilai


(Rp/st) (Rp/bulan)
1. Abu 5.000kg 10.000 50.000.000
Sekam
2. Serbuk 5.000kg 10.000 50.000.000
Kayu
3. Kohe Sapi 5.000kg 10.000 50.000.000
4. Karung 3.000 2.000 6.000.000
Kemasan lembar
5. Solar 150 kg 8.000 1.200.000
Total 157.200.000

Sumber: Data Primer Setelah diolah,2021

Biaya variabel PT. Balolli Jaya Lestari adalah sebesar Rp. 157.200.000

b. Proses Pengadaan Bahan Baku


Bahan baku merupakan faktor produksi yang sangat penting untuk melakukan
suatu proses produksi dalam suatu pengusaha tahu karena merupakan sumber bahan
pokok untuk diproses menjadi suatu produk yang bermutu. Mutu produk akhir sasngat
ditentukan oleh mutu bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Pengadaan
bahan baku harus dilakukan terus menurus agar bahan baku selalu tersedia pada saat
dibutuhkan. Kriteria bahan baku yaitu dilihat dari fungsinya adalah jika tanpa bahan ini,
produksi tidak akan jadi atau tidak akan berfungsi sama sekali. Pemenuhan kebutuhan
bahan baku pengusaha ternak ayam potong ini didapat dari koprasi yang berasal dari
makasar yang bekerja sama degan pengusaha.
Proses pengadaan bahan baku dilakukan setiap satu atau dua bulan setelah panen
dengan cara dikirim oleh koprasi dari makas ke pengusaha. Kondisi bahan baku yang
sampai di pengusaha dalam keadaan baik.
24

c. Proses Produksi
Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang
atau jasa. Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti
tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan
manusia. Proses produksi dapat diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
sumberdaya yang ada.
Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-
sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Proses dapat diartikan sebagai
usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi
yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen. Proses produksi merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan produk. Kegiatan
menambah daya guna sebuah benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi
jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna sebuah benda dengan mengubah sifat
dan bentuknya dinamakan produksi barang (Assauri, 2013)

4.4.2 Analisis Kinerja Hasil


a. Analisis Produksi dan Pendapatan
Analisis produksi adalah biaya yang dikeluarkan suatu usaha untuk melakukan
suatu proses produksi. Biaya ada dua macam yaitu biaya variabel adalah biaya yang
mempengaruhi banyak sedikitnya produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya tetap
adalah biaya yang tidak mempengaruhi banyak sedikitnya produk yang dihasilkan.
Sedangkan pendapatan adalah total hasil penjualan produk suatu perusahaan (Gie,
2020).
Biaya tetap adalah pengeluaran di dalam bisnis atau usaha yang tidak bergantung
pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Selain itu, biaya tetap
merupakan biaya minimal yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan agar dapat
memproduksi barang atau jasa. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
produk atau jasa yang dihasilkan, nilainya tetap dan tidak berubah. (Gie, 2020)
Adapun biaya tetap dari PT. Balolli Jaya Lestari dapat dilihat pada tabel dibawah
25

ini:
Tabel 6. Biaya Tetap Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari
26

Harga/unit Nilai
No. Jenis
(Rp) (Rp)
1. Listrik 1.500.000
2. Penyusutan alat 1.520.000
3 Upah tenaga kerja 21.600.000
Total Rp. 24.620.000
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa biaya tetap

dari PT. Balolli Jaya Lestari yaitu sebesar Rp.

24.620.000/bulan yang terdiri dari biaya listrik, biaya

penyusutan alat dan upah tenaga kerja.

Biaya variabel atau biaya operasional yaitu biaya-biaya

yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi

yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya bahan baku,

biaya bahan penolong. Selain itu, biaya operasional juga

termasuk biaya pengeluaran untuk melaksanakan kegiatan

pokok, yaitu berupa biaya penjualan dan administrasi untuk

memperoleh pendapatan, tidak termasuk


27

pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam harga

pokok penjualan dan penyusutan (Gie, 2020).

Adapun biaya variabel dari PT. Balolli Jaya Lestari

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Biaya Variabel PT. Balolli Jaya Lestari perbulan


Harga Nilai
No. Jenis-Jenis Unit
(Rp) (Rp)
1. Pisang kepok (sisir) 80 15.000 1.200.000
2. Keju Mac (kotak) 13,3 98.000 1.306.667
3. Susu Kaleng 80 9.600 768.000
4. Minyak (bks) 20 23.500 472.000
5. Gas 3 25.000 75.000
6. Kemasan (bks) 900 2000 1.800.000
Total Rp. 5.621.667
Sumber: Data PrimerSetelah Diolah 2021

Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa biaya

variabel dari PT. Balolli Jaya Lestari sebesar Rp.

5.621.667/bulan yang terdiri dari pembelian bahan baku, dan

bahan penolong

Tabel 8. Analisis Produksi dan Pendapatan PT. Balolli Jaya Lestari


No. Uraian Unit Nilai (Rp)
1 Jumlah Produksi Pcs 30.000
2 Harga Produk Rp 8.000
3 Biaya Tetap Rp 6.274.250
4 Biaya Variabel Rp 5.621.667
5 Total Biaya (3+4) Rp 11.895.917
6 Penerimaan (1x2) Rp 12.000.000
7 Pendapatan (6 – (3+4)) Rp 104.083
8 Total Biaya Pertahun Rp 142.751.004
9 Penerimaan Pertahun Rp 144.000.000
10 Pendapatan Pertahun(9-8) Rp 1.248.996
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021
28

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa total

penerimaan yang didapatkan oleh UMKM Ces Indonesia

perbulannya yaitu sebesar Rp. 12.000.000 84.240.000,-

sehingga pendapatan sebesar Rp. 104.083,-


29

b. Analisis Kelayakan Usaha

1) Analisis BEP (Break Event Point)

Analisis titik impas digunakan untuk menentukan

besarnya volume penjualan dimana semua biaya telah

tertutupi tanpa mengalami kerugian maupun keuntungan.

a. BEP dalam Unit

F
BEP = C
P

V
C
/
U
n
i
t

6.
BEP = 2
7
4.
2
5
0
1
5
.
0
0
0

7
.
0
30

2 7

6
BEP = .
2
7
4
.
2
5
0
7
.
9
7
3

BEP = 786,9

Untuk mendapatkan titik impas antara penerimaan

dan pengeluaran dalam per bulan usaha ini harus

memproduksi sebanyak 786,9 bungkus kripik pisang.

b. BEP dalam rupiah

F
BEP = C

1

V
C
S

6.274.250
BEP =
5.621.667
1− 800 x 15.000

6
BEP = .
2
7
4
31

.

2 5
.
5 6
2
0 1
.
6
6
1 7
12.000.000

6.274.250
BEP =
1 − 0,468
32

6
BEP = .
2
7
4
.
2
5
0
0
,
5
3
2

BEP =11.795.582,7

Jadi perusahaan harus mendapakan omset lebih besar dari


Rp. 11.795.582,7

2) Analisis R/C-Ratio

R/C-Ratio adalah perbandingan antarapenerimaan dengan biaya.

Total
R/C =
Pene
rima
an
Tota
l
Biay
a

12.000.000
R/C =
11.895.917

R/C = 1,0087
33

Nilai R/C = 1,0087 lebih besar dari 1 → Layak

Artinya setiap mengeluarkan biaya

sebesar Rp. 1, maka akan memperoleh

penerimaan sebesar Rp. 1,0087.

3) Analisis PBP (Pay Back Period)

Analisis PBP adalah waktu yang

diperlukan untuk dapat

mengembalikan semua investasi yang telah dikeluarkan.

Nilai
PBP =
Investasi
Keuntungan Per
Tahun

21.720.000
PBP =
1.248.996

PBP = 2,7 Tahun


34

4.5 Peta Kinerja Agrosistem Kasus


Berikut peta kinerja agrosistem usaha Keripik Pisang
UMKM Ces Indonesia

Pedagang
ngumpul 3
Pasar
Input

2 4

M
o
Proses d
Penga a
daan l
Bahan
Baku s
e
n
d
i
6 r
i

Proses
Produksi
1
5
Sumberdaya :
a. Lahan
dan
7 Banguna
n
b. Peralatan
c. Finansial
35

T
e
n
a
g
a

K
e
r
j
a

L
u
a
r

K
e
l
u
a
r
g
a

9 10

Pengemasan

Gambar 17.Peta Kinerja Agrosistem Pada UMKM Ces Indonesia


36

Adapun keterangan peta kinerja UMKM Ces

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Modal yang digunakan dalam proses produksi dan

pemasaran di UMKM. Ces Indonesia yaitu diperoleh dari

modal sendiri atau tabungan pribadi dari pemilik UMKM

Untuk pengadaan sumberdaya Lahan dan bangunan,

sumberdaya manusia, sumberdaya finansial dan sumber

daya peralatan.

2. Pengadaan bahan baku produksi berupa keripik pisang

diperoleh langsung dari pedagang pengumpul

3. Dimana pedagang pengumpul menjual dagangannya di

pasar input dan kemudian dijadikan sebagai bahan baku di

pabrik keripik pisang UMKM Ces Indonesia

4. Untuk pengadaan bahan baku, UMKM Ces Indonesia

membeli bahan baku produksi di pasar input.

5. Dalam proses pengadaan bahan baku di pembuatan

Keripik Pisang UMKM Ces Indonesia membutuhkan

sumberdaya manusia dan sumberdaya finansial.

6. Setelah bahan baku produksi siap, langkah selanjutnya

yaitu tahap produksi Keripik Pisang UMKM Ces

Indonesia.

7. Dalam proses produksi Keripik Pisang di UMKM Ces


37

Indonesia membutuhkan sumberdaya manusia dan

sumberdaya peralatan serta sumberdaya lahan dan

bangunan sebagai tempat berlangsungnya produksi.

8. Dalam proses produksi jagung marning, tenaga kerja yang

dipekerjakan di UMKM Usaha Lestari yaitu tenaga kerja

yang berasal dari luar keluarga.

9. Proses pengemasan Keripik Pisang di UMKM Ces

Indonesia membutuhkan sumberdaya pendukung seperti

sumberdaya peralatan, dan sumberdaya


38

manusia.

10. Saat proses pengemasan keripik pisang, tenaga kerja yang

digunakan yaitu tenaga kerja luar keluarga.

11. Produk yang dihasilkan kemudian dikemas siap untuk dipasarkan.


4 8

I. PROBLEMTISASI

5.1 Analisis Masalah Pengembangan Agrosistem (AMPA)

Analisis masalah pengembangan agrosistem (AMPA)

merupakan suatu rangkaian kegiatan analisis yang bertujuan

untuk mengenai, mengurangi dan menganalisis permasalahan

yang ditentukan agrosistem kasus serta mengetahui hubungan

antara sebab akibat antara masalah. Analisis masalah

dilakukan untuk meneliti sebab timbulnya masalah-masalah

tersebut. Analisis masalah ini dapat memberikan suatu

rangkaian sebab akibat yang ditujukan dalam suatu diagram.

Tujuan utama penyusunan masalah adalah untuk memudahkan

seorang manajer dalam mengidentifikasi jenis-jenis masalah

yang dihadapi oleh perusahaan, serta mengantisipasi masalah

dengan tindakan pencegahan dan penanggulangan (Aswar,

2017).

Masalah adalah situasi yang memerlukan seseorang

yang bertindak sepenuhnya atau sebagian tanggung jawab.

Persoalan merupakan masalah atau suatu aspek tertentu yang

ditemukan pada agrosistem kasus dan memerlukan suatu

tindakan perbaikan kendala yaitu suatu masalah yang tidak

dapat dilakukan suatu tindakan kegiatan perbaikan. Masalah


atau persoalan merupakan suatu penyimpangan (deviasi) dan

atau suatu ketidakseimbang antara apa yang seharusnya terjadi

dan apa yang sebenarnya terjadi. Ketidakseimbangan ini

disebabkan oleh perubahan tertentu. Proses yang mendasari

analisis masalah adalah menilai satu per satu dan komponen-

komponen (indikator) posisi dan kinerja agrosistem. Bila

indikasi tersebut ada, berarti disitu terdapat masalah (Aswar,

2017).
49

5.1.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu hal mengenai masalah

dan mampu menganalisis masalah yang ada maka kita dapat

melihat situasi dalam agrosistem kasus yang memerlukan

diambilnya suatu tindakan. Problematisasi adalah upaya untuk

mencari dan menemukan berbagai persoalan yang

menghambat kegiatan usaha yang dijalani selamaini.

Problematisasi ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah

yang terjadi dalam pengusaha yang bertujuan untuk mengenai

masalah itu yang ditemukan melalui pengumpulan data

(Guntar, 2010).

Adapun masalah-masalah yang ditemukan dalam PT.

Balolli Jaya Lestari adalah sebagai berikut :

1. Jumlah pemasok sedikit

Pengadaan bahan baku menjadi terhambat karena belum adanya

supplier tetap. Selain itu, dengan bermitra bersama perusahaan besar atau

menambah jumlah kerjasama dengan pemasok bahan baku lainnya dapat

membantu dalam penyediaan supply bahan baku di agrosistem kasus.

Yang dimana pada saat stok A kosong, masih ada supply dari mitra yang

lain. Sehingga pasokan bahan baku lancar dan proses produksi juga tidak

terhambat.

2. Tempat produksi yang masih sewa (kontrakan)


50

Tempat usaha pembuatan kripik masih sewa sehingga

tempat untuk menampung peralatan tidak memadai yang

mengakibatkan peralatan produksi selalu berpindah dari

tempat satu ketempat lainnya yang akan menambah

pengeluaran.
51

3. SOP belum dikuasai karyawan

Karyawan belum menguasai SOP Usaha sehingga

karyawan belum kompeten dalam bidangnya khususnya pada

bagian produksi.

Tabel 9. Identifikasi Masalah yang dihadapi Usaha Pupuk PT.


Balolli Jaya Lestari
SD
Pengadaan
lahan SD SD SD Proses Proses
No. Masalah Bahan
dan Finansial Peralatan manusia Produksi Pemasaran
Baku
Bagunan
Jumlah
1.
pemasok   
sedikit
Tempat
2. produksi       
masih sewa
SOP belum
3. dikuasai    
karyawan
Sumber : Analisis Data Primer Setelah diolah, 2021
Berdasarkan tabel 9, menunjukkan bahwa dalam

mengidentifikasi masalah yang dihadapi pada PT. Balolli Jaya

Lestari ini berada pada pengadaan bahan baku, tempat

produksi masih sewa dan SOP belum dikuasai karyawan.

Kemudian sumberdaya lahan dan bangunan memiliki masalah

pada bagian proses penyimpanan bahan baku. Selanjutnya

untuk tempat yang masih sewa membuat semua mencakup

identitas masalah seperti proses produksi. Selanjutnya adalah

SOP belum dikuasai karyawan.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai masalah yang


52

dihadapi oleh PT. Balolli Jaya Lestari dapat dilihat pada table

dibawah ini:
53

Tabel 10. Fakta, Masalah dan Sasaran Usaha Pupuk PT.


Balolli Jaya Lestari
No Fakta Masalah Sasaran
1 Jumlah pemasok sedikit Pengadaan bahan Mencari petani dan menambah
baku terhambat jaringan kemitraan untuk
menambah stok bahan baku
produksi

2 Tempat produksinya masih Tempat untuk Mencari rumah khusus untuk


sewa menampung alat usaha
dan bahan baku
belum memadai

3 SOP belum dikuasai Karyawan belum Memberikan edukasi kepada


karyawan kompeten dalam karyawan dengan
bidangnya mengikutkan pelatihan SOP
khususnya bagian
produksi

Sumber :Analisis Data Primer setelah diolah, 2021.

Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa beberapa fakta dan sasaran

PT. Balolli Jaya Lestari dapat dilihat dari jumlah pemasok sedikit yang

menimbulkan pengadaan bahan baku terhambat sehingga apabila sudah

mendapat petani/supplier tetap dan menambah jaringan kemitraan untuk

penambahan stok bahan baku produksi, pengadaan bahan bakunya tidak

terhambat. Kemudian tempat produksinya yang masih sewa sehingga tempat

untuk menampung alat dan bahan baku belum memadai dan membentuk

sasaran membeli rumah khusus untuk usaha. Selanjutnya SOP belum

dikuasai karyawan yang menyebabkan karyawan tidak kompeten

dibidangnya dan membentuk sasaran menjadi Memberikan edukasi kepada

karyawan dengan mengikutkan pelatihan SOP.


54

5.1.2 Penentuan Masalah Utama

Masalah utama merupakan inti dari penentuan tindakan-

tindakan yang akan dilaksanakan. Apabila sebuah perusahaan

dapat menemukan jalan penyelesaian


55

sebuah masalah utama yang dihadapinya, maka secara tidak

langsung perusahaan tersebut dapat menyelesaikan masalah-

masalah lainnya (Abdul basir, 2017).

Masalah utama yang ditemukan di Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya

Lestari adalah SOP belum dikuasai karyawan yang mengakibatkan karyawan

tidak kompeten dalam bidangnya, khususnya pada bagian produksi. Masalah

utama ini adalah masalah yang paling berpengaruh terhadap agrosistem kasus

yang dianalisis.

5.1.3 Struktur Pohon Masalah


Pohon masalah adalah suatu tekhnik untuk mengidentifikasi semua

masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai

rangkaian hubungan sebab akibat. Pohon masalah dimulai dengan masalah

utama. Sebagai hasil analisis situasi di unit kerja, dianalisis penyebab

masalah tersebut, mulailah dengan rumusan pernyataan masalah yang

dihadapi unit kerja, pikiran apa akibat yang mungkin timbul dari masalah

tersebut, diskusikan dan tuliskan sebagai alternative penyebab masalah

tersebut secara bertahap, lukiskanlah dalam sebuah bagan pohon (Yudisyus,

2013). Karyawan tidak kompeten dalam bidangnya khususnya bagian produksi

Akibat
SOP belum dikuasai karyawan

Sebab

Jumlah Pemasok Tempat Produksi yang


sedikit masih sewa
56

Gambar 18. Struktur Pohon


Masalah
Pengembangan
UMKM Ces
Indonesia
57

Keterangan:

: Masalah akibat

: Masalah utama

: Masalah antara

5.2 Analisis Sasaran Pengembangan Agrosisitem (ASPA)

Analisis sasaran dilakukan untuk menghasilkan tindakan

yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Sasaran

dapat juga diartikan sebagai ukuran yang jelas mengenai

tujuan yang dicapai (Yudisyus, 2013).

5.2.1 Penetapan Sasaran

Sasaran ialah kriteria bagi keputusan yakni perincian

khusus yang harus dicapai oleh perusahaan. Sasaran yang

ditetapkan setelah menetapkan tujuan dari keputusan dan

menyetujui tindakan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan

sebelum membahas alternative, terkadang bahkan sebelum

mengidentifikasi alterntif. Sasaran merupakan ukuran yang

jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai sebab dengan adanya

ukuran yang jelas kita dapat mengambil pilihan beralasan

(Yudisyus, 2013).Berdasrakan analisis masalah yang telah

dipaparkan sebelumnya maka langkah selanjutnya ialah

menetapkan sasaran yang perlu dicapai sehubungan dengan


58

masalah yang dihadapi PT. Balolli Jaya Lestari yaitu:

1. Jumlah pemasok sedikit

Sebaiknya mencari petani atau supplier tetap sehingga

pengadaan bahan bakunya tidak terhambat. Selain itu, dengan

bermitra bersama perusahaan besar atau menambah jumlah

kerjasama dengan pemasok bahan baku lainnya dapat

membantu dalam penyediaan supply bahan baku di agrosistem

kasus. Yang
59

dimana pada saat stok A kosong, masih ada supply dari mitra

yang lain. Sehingga pasokan bahan baku lancar dan proses

produksi juga tidak terhambat.

2. Tempat produksi masih sewa

Usaha tersebut membutuhkan tempat khusus untuk

proses produksi sehingga sangat dibutuhkan tempat yang

memadai. Sebaiknya membeli rumah khusus usaha PT. Balolli

Jaya Lestari untuk mempermudah sehingga peralatan dan

bahan tidak selalu dipindahkan.

3. SOP belum dikuasai karyawan

Sebaiknya memberikan edukasi kepada karyawan

dengan mengikutkan pelatihan SOP Usaha.

5.2.2 Penetapan Sasaran Utama

Sasaran utama yang ingin dicapai oleh PT. Balolli Jaya

Lestari adalah “SOP Usaha dikuasai oleh karyawan”.

5.2.3 Struktur Pohon Sasaran

Strukturisasi sasaran merupakan bentuk positif dari

diagram masalah pengembangan agrosistem. Tujuannya untuk

mengetahui sasaran yang ingin dicapai bila persoalan-

persoalan yang menjadi penyebab masalah telah dapat

dipecahkan (Yudisyus, 2013). Struktur pohon sasaran

agrosistem dapatdilihat pada gambar berikut:


Akibat

Sebab
60

Karyawan kompeten dalam bidangnya khususnya bagian produksi

SOP dikuasai karyawan

Mencari petani dan menambah Membeli rumah khusus


jaringan kemitraan untuk menambah stok bahan baku untuk usaha

Gambar 19. Struktur Pohon Sasaran


Pengembangan
UMKM Ces Indonesia
61

Keterangan:

: Sasaran akibat

: : Sasaran Utama

: Sasaran antara
56

II. DESAIN TINDAKAN

6.1 Analisis Alternatif Tindakan Pengembangan Agrosistem

Analisis alternatif adalah suatu usaha untuk melihat

berbagai kemungkinan pilihan hubungan tindakan hasil

(rangkaian tujuan) dari analisis sasaran yang mengarah pada

suatu keadaan tertentu yang diinginkan.Analisis alternatif

digunakan untuk menilai masing-masing alternatif untuk

mengembangkan suatu proyek. Anlisis alternatif ini pada

akhirnya mengarah akan mengarah pada salah satu rangkaian

tujuan (Ucokeren, 2011).

6.1.1 Alternatif Tindakan

Analisis tindakan merupakan hasil yang diperoleh dari

evaluasi setiap alternatif yang tersedia terhadap kriteria-

kriteria yang telah ditetapkan. Pada saat evalusasi, setiap

alternatif yang tidak dapat memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan segera gugur dari analisis alternatif.Analisis

alternatif berguna untuk melihat beberapa kemungkinan

pilihan (alternative) hubungan tindakan (rangkaian sasaran)

dianalisis sasaran yang mengarah pada suatu keadaan tertentu

(Ucokeren, 2011). Setelah melalui evaluasi maka diperlukan

suatu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencapai kedua


sasaran antara agar sampai pada sasaran utama “SOP

dikuasai karyawan” adalah :

1. Untuk masalah jumlah pemasok sedikit maka tindakan

yang dilakukan yaitu mencari petani sehingga pengadaan

bahan baku tidak terhambat. Selain itu, dengan bermitra

bersama perusahaan besar atau menambah jumlah

kerjasama dengan pemasok bahan baku lainnya dapat

membantu dalam penyediaan supply bahan baku di

agrosistem kasus. Yang dimana pada saat stok A


57

kosong, masih ada supply dari mitra yang lain. Sehingga

pasokan bahan baku lancar dan proses produksi juga tidak

terhambat.

2. Untuk masalah Tempat produksi yang masih sewa maka

tindakan yang dilakukan yaitu membeli rumah khusus

untuk usaha

Alternative–alternatif tindakan ini diharapkan akan sampai

pada sasaran utama yakni “SOP dikuasai karyawan”.

Semua penyelesaian masalah yang akan dilakukan diharapkan

dapat berlangsung dengan baik. Untuk lebih jelasnya

mengenai analisis aternatif tindakan, dapat dilihat pada digram

pohon
Akibatanalisis alternative
Karyawantindakan sebagai
kompeten berikut:
dalam bidangnya khususnya bagian produksi

SOP dikuasai karyawan


Sebab

Jumlah Pemasok Tempat produksi yang


sedikit masih sewa

Mencari petani dan menambah jaringan kemitraan untuk menambah stok bahan Membeli
baku rumah khusus untuk usaha
58

Gambar 20. Struktur Pohon


Alternatif Tindakan Usaha
Keripik Pisang UMKM Ces
Ketera Indonesia
ngan:

: Sasaran akibat

: Sasaran utama
59

: Sasaran antara

: Alternatif tindakan

Tabel 11. Hubungan Masalah, Sasaran dan Tindakan pada


Usaha Keripik Pisang UMKM Ces Indonesia
No Masalah Sasaran Tindakan
Mencari Petani sebagai
Pengadaan bahan supplier tetap dan cadangan menambah
1 baku terhambat agar pengadaan bahan baku jaringan kemitraan
tidak terhambat

Tempat untuk
menampung alat dan Mencari Rumah untuk
2 Rumah khusus untuk usaha
bahan baku belum usaha
memadai

Sumber Data Primer Setelah Diolah,2021


6.1.2 Alternatif Keputusan
Analisis keputusan ialah suatu prosedur sistematis yang

didasarkan pada pola pikir yang digunakan dalam menentukan

pilihan. Tujuan analisis keputusan ialah mengidentifikasikan

apa yang harus dikerjakan, mengembangkan kriteria yang

harus dipenuhi oleh suatu pilihan, mengevaluasi alternatif

yang tersedia yang akan berhubungan dengan kriteria.

Alternatif terpilih merupakan alternatif terbaik dari alternatif

keputusan yang telah diseleksi pada evaluasi alternatif kriteria

keputusan (Ucokeren, 2011)

a. Analisis Keputusan Untuk Tindakan “menambah jaringan

kemitraan” Pernyataan keputusan: “Menambah


60

relasi/jaringan” dalam

UMKM Ces Indonesia.

Kriteria Keputusan: Bobot

K1 : Mencari daerah sentra pisang kepok 0,70

: Mencari petani pisang kepok


0,30 1,00
61

Alternative keputusan :

Bobot

A1 : Mensurvei lokasi baru


0,30
A2 : Mencari petani sebagai supplier tetap dan cadangan 0,70
1,00
Tabel 12. Analisis Keputusan Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari
Pernyataan Kriteria keputusan Alternatif keputusan
Tindakan
keputus K1 K2 A1 A2
Menambah Mencari Mencari Mencari Mensurvei Mencari
jaringan relasi/jaringan daerah sentra petani pisang lokasi baru petani sebagai
kemitraan pisang kepok kepok (0,30) (0,30) supplier tetap
(0,70) dan cadangan
(0,70)
Sumber : Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa tindakan yang

dilakukan adalah menambah jaringan kemitraan dengan

pernyataan keputusan adalah mencari relasi/jaringan

kemitraan. Adapun kriteria keputusan adalah mencari daerah

sentra pisang kepok (0,70) dan memisahkan mencari petani

pisang kepok (0,30), sedangkan alternative keputusan adalah

mensurvei lokasi baru (0,30) dan mencari petani sebagai

supplier tetap dan cadangan (0,70).

Tabel 13. Analisis Evaluasi Alternatif Usaha Keripik Pisang


UMKM Ces Indonesia
Keputusan K1 K2
Alternatif Jumlah
(0,70) (0,30)
A1 (0,30) 0,28 0,02 0,30
A2 (0,70) 0,42 0,28 0,70
Sumber :Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2021
62

Berdasarkn Tabel 13, menunjukan evaluasi alternatif

terhdap kriteria diatas maka dapat diketahui bahwa bahwa A1

dengan total 0,30 berbeda dengan A2 dengan total 0,70. A2

menjadi pilihan alternatif pilihan yaitu mencari petani sebagai

supplier tetap dan cadangan.


63

b. Analisis Keputusan untuk tindakan “Rumah Khusus untuk usaha”

Pernyataan keputusan “Mencari Rumah Khusus untuk Usaha” PT. Balolli


Jaya Lestari

Kriteria keputusan :
Bobot
K1 : Lokasi Strategis 0,60
K2 : Harga Murah 0,40
1,00

Alternative keputusan : Bobot

A1 : Membeli Rumah Khusus Usaha 0,60


A2 : Tetap Sewa Rumah untuk usaha 0,40
1,00
Tabel 14. Analisis Keputusan Usaha Keripik Pisang UMKM Ces Indonesia
Pernyataan Kriteria keputusan Alternatif keputusan
Tindakan
keputus K1 K2 A1 A2
Rumah Mencari Lokasi Harga Murah Membeli Tetap Sewa
khusus rumah khusus strategis (0,40) Rumah Rumah untuk
untuk untuk usaha (0,60) khusus usaha (0,40)
usaha Usaha (0,60)

Sumber : Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa tindakan yang

dilakukan adalah dengan adanya rumah khusus untuk usaha

dengan pernyataan keputusan yaitu mencari rumah khusus

usaha. Adapun kriteria keputusan adalah lokasi strategis (0,06)

dan harga murah (0,40), sedangkan alternatif keputusan adalah

membeli rumah khusus usaha (0,60) dan tetap sewa rumah

untuk usaha (0,40).


64

Tabel 15. Analisis Evaluasi Alternatif Usaha Keripik Pisang


UMKM Ces Indonesia
Keputusan K1 K2
Alternatif (0,60) (0,40) Jumlah
A1 (0,60) 0,36 0,24 0,60
A2 (0,40) 0,24 0,16 0,40
Sumber : Analisis Data Primer Setelah Diolah,
65

Berdasarkn Tabel 15, menunjukan evaluasi alternatif

terhdap kriteria diatas maka dapat diketahui bahwa bahwa A1

dengan total 0,60 berbeda dengan A2 dengan total 0,40. A1

menjadi pilihan alternatif pilihan yaitu membeli rumah khusus

untuk usaha.

6.1.3 Tindakan Terpilih

Hasil keputusan dari beberapa alternatif tindakan, telah

terpilih satu keputusan-keputusan tindakan yang terbaik yaitu

dengan nilai yang tertinggi dibandingkan dengan alternatif

lainnya pada masing-masing persoalan agrosistem. Keputusan

tindakan terpilih ini diharapkan dapat membantu agrosistem

kasus yang dikaji (Ucokeren, 2011). Alternatif tindakan yang

terpilih tersebut sebagai berikut:

1. Mencari petani sebagai supplier tetap dan cadangan

2. Membeli rumah khusus untuk usaha

6.2 Matriks Perencanaan dan Pengembangan Agrosistem

Matriks perencanaan dan pengembangan agrosistem

kasus adalah suatu usaha untuk pengembangan rancangan

proyek tersebut dalam bentuk sebuah matriks. Matriks tersebut

akan menggambarkan bagaimana tindakan yang dilakukan

untuk memenuhi sasaran utama serta sasaran dan biaya yang

diperlukan untuk mewujudkan tindakan tersebut (Kosmit


66

Barong, 2012).

Tabel 16. Matriks Perencanaan dan Pengembangan Usaha


Keripik Pisang UMKM Ces Indonesia
No. Uraian Tujuan Sesuai Ukuran Tercapainya Tujuan Sistem Informasi
Tingkatan Pengendalian

1. Dampak : Karyawan kompeten dalam Laporan Manajer


Karyawan Kompeten dalam bidangnya khususnya bagian
bidangnya produksi
67

2. Sasaran Utama : Dengan dikuasainya SOP Laporan Manajer


SOP dikuasai karyawan Usaha oleh karyawan khususn-
ya bagian produksi, sehingga
dapat mempertahankan cita
rasa produk

3. Sasaran Antara : Dengan menambah jaringan Lapioran Manajer


Mencari petani dan menam- kemitraan, proses pengadaan
bah jaringan kemitraan bahan baku untuk produksi
untuk menambah stok bahan tidak terhambat
baku

Membeli Rumah khusus Dengan membeli rumah Laporan Manajer


untuk produksi khusus untuk usaha maka
tempat untuk menampung
peralatan memadai sehingga
peralatan produksi tidak selalu
berpindah dari tempat satu
ketempat lainnya
Sumber : Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 16, menujukkan bahwa matriks

perancangan usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari memiliki

tujuan yaitu karyawan kompeten dalam bidangnya

khususnya bagian produksi, sehingga masalah yang ada

pada usaha ini dapat terselesaikan dan kemudian usaha

dapat dikembangkan dengan tujuan yang pada usaha

tersebut.

Tabel 17. Tindakan, Sarana yang Diperlukan dan Biaya


pada Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari
No. Tindakan Sarana yang diperlukan Biaya (Rp)
1. Mencari Petani dan menambah Transportasi 200.000
jaringan kemitraan untuk
menambah stok bahan baku
2. Membeli Rumah khusus untuk Uang Tunai 25.000.000
usaha
68

Sumber: Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 17, menunjukkan bahwa untuk

tindakan pertama yaitu Mencari Petani dan menambah

jaringan kemitraan untuk menambah stok bahan baku dengan

menggunakan biaya sebesar Rp 200.000. Tindakan kedua

yaitu
69

membeli rumah khusus untuk usaha dengan menggunakan

biaya sebesar Rp. 25.000.000.

6.3 Rencana Tindakan

Rencana kerja tindakan merupakan suatu rincian lebih

lanjut dari informasi yang didapatkan dalam matriks rencana

kerja tindakan. Rencana kerja adalah suatu usaha untuk

menyusun kegiatan tindakan yang dapat memberikan suatu

ringakasan mengenai pelaksanaan rencana kegiatan agar usaha

dapat berkembang dengan pesat, yang di dalamnya meliputi

penanggung jawab dari masing-masing tindakan yang akan

dilakukan (Kosmit barong, 2012).

Tabel 18. Rencana Tindakan Pengembangan Usaha Pupuk


PT. Balolli Jaya Lestari
Bulan
Tindakan Hasil kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penaggung 10 11 12
jawab
Mencari
Petani dan
menambah
jaringan
Pengadaan bahan
kemitraan
pemilik usaha baku tidak
untuk
terhambat
menambah
stok bahan
baku

Tempat
penyimpanan
Membeli peralatan dan bahan
Rumah Pemilik usaha baku memadai
khusus untuk sehingga tidak
usaha selalu berpindah
70

tempat
Sumber : Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 20 diatas, menunjukkan bahwa

secara keseluruhan rencana kerja proyek dijadwalkan pada

bulan 1. kegiatan ini diharapkan dapat memberikan suatu

kemajuan untuk perkembangan perusahaan. tindakan mencari


71

Petani dan menambah jaringan kemitraan untuk menambah

stok bahan baku, sementara hasil yang diharapkan adalah

proses pengadaan bahan baku tidak terhambat. untuk tindakan

membeli rumah khusus untuk usaha, diharapkan tempat

penyimpanan peralatan dan bahan baku memadai sehingga

tidak selalu berpindah tempat.


65

III. REFLEKSI

7.1 Aspek Pengetahuan

Setelah menganalisa dan mempelajari persoalan yang

timbul pada Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari maka kami

menemukan beberapa pengalaman yang dapat dijadikan

pelajaran dalam mengelola suatu usaha. Beberapa pelajaran

penting dalam aspek pengetahuan yaitu:

1. Jika usaha yang dimiliki ingin mengalami peningkatan

dan usaha berkembang harus siap modal karena selain

modal tekad menjadi wirausaha juga harus siap modal

uang karena input yang besar pasti menghasilkan output

yang juga besar.

2. Membangun mitra bisnis atau jaringan kemitraan sangat

penting agar usaha dapat mengalami peningkatan

khususnya bagian pengadaan bahan baku untuk produksi

sehingga pengadaan bahan baku tidak terhambat.

7.2 Aspek Keterampilan

Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan

(PKL), maka saya sebagai peneliti dapat mengidentifikasi

serta menganalisa berbagai aspek-aspek dalam perusahaan

secara struktural yang dimulai dari tahap pengadaan bahan


baku, proses produksi sampai proses pemasaran. Kemudian

dapat menganalisis serta memecahkan terhadap masalah

yang ada.

7.3 Aspek Sikap

Dalam kegiatan Praktik kerja lapang (PKL) yang telah

saya lakukan, segala usaha saya lakukan agar dapat diterima

oleh pihak pemilik usaha. Seperti mengadakan pendekatan

dengan pimpinan usaha dan karyawan lainnya sehingga

dengan demikian akan terjalin komunikasi dan kerja sama

yang baik antara


66

masing-masing pihak. Dengan terjalinnya komunikasi yang

baik dengan pemilik usaha, maka memudahkan saya menggali

informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas ini,

disamping itu setelah melakukan PKL saya dapat mengetahui

bagaimana sikap dalam melayani pembeli yaitu dengan selalu

tersenyum menyambut pembeli dan ramah dalam

berkomunikasi dengan pembeli.


67

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, A. (2010). Definisi visi dan misi perusahaan. Diakses


pada tanggal 5 oktober 2021.

Arifki, Hisban Hamid dan Melisa Intan Barliana (2018).


Karakteristik dan Manfaat Tumbuhan Pisang di
Indonesia. 16 (3) : 196.

Aswar, 2017. Agribisnis pertanian, laporan magang analisis


perancangan dan pengembangan agrosistem. diakses
melalui aswar064.blogspot.com pada 2 oktober 2021.

Assegaf, SE., MM., A. R. (2019) ‘Pengaruh Biaya Tetap Dan


Biaya Variabel Terhadap Profitabilitas Pada Pt. Pecel
Lele Lela Internasional, Cabang 17, Tanjung Barat,
Jakarta Selatan’, Jurnal Ekonomi dan Industri, 20(1), pp.
1– 5. doi: 10.35137/jei.v20i1.237.

Basir, Abdul. (2017). Artikel serba-serbi, Laporan Appas.


diakses melalui abdbasir24.blogspot.com.

Dosen Pendidikan, 2007. Analisis Kelayakan suatu usaha.


Diakses pada tanggal 4 oktober 2021.

Faizah, Fita Nurotul. 2018. “Teori Produksi Dalam Studi


Ekonomi Islam Modern (Analisis Komparatif Pemikiran
Muhammad Baqir AlSadr dan Muhammad Abdul
Mannan)”. Tesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Ekonomi Syariah, Universitas Negeri Islam Walisongo.
Semarang

Gie, 2020. Biaya Produksi. diakses melalui


accurate.id/akuntansi pada tanggal 4 oktober 2021.

Guntar, 2010. Identifikasi Masalah dalam pengembangan


agrosistem. Diakses pada tanggal 5 oktober 2021.

Harahap, 2019. Definisi Sumberdaya Finansial. Diakses pada


tanggal 5 oktober 2021
Hartono, A. (2013). Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kulit
Pisang Sebagaibahan Dasar Pembuatan Kerupuk. Asian
Journal of Innovation and Entrepreneurship, 2(03),
198–203.
https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/7878

Hasibuan, 2005. Sumberdaya manusia. Diakses pada

tanggal 5 oktober 2021. Iyandri, 2019. Analisis kinerja

usaha. diakses pada tanggal 6 oktober 2021.


68

Karim, 2010. Analisis Masalah Pengembangan Agrosistem


(AMPA). Diakses pada tanggal 5 oktober 2021.

Kasmir dan Jakfar, 2012. Analaisis Kelayakan Usaha. Diakses


pada tanggal 5 oktober 2021.

Kosmit, barong. (2012). Analisis Perencanaan dan Pengembangan


Agrosistem.
Diakses melalui agusslaimnolsembilan.blogspot.com

Krisnaindra, 2016. Klasfikasi dan Morfologi Pisang. Diakses


melalui
https://www.teorieno.com/2016/10/klasifikasi-dan-
morfologi-pisangmusa. html

Mankiw, 2011. Analisis Pendapatan. Diakses pada tanggal 4

oktober 2021. Mekar, R. U. S. and Pkk, S. (2021)

‘ANALISIS PENDAPATAN USAHA


KERIPIK PISANG ( STUDI KASUS DI’, 1(02), pp. 102–111.

Nuraini, Fitri. Maharani, R. A. (2016). Strategi Peningkatan


Daya Saing UMKM Dan Koperasi Dalam Menghadapi
Aec ( Asean Economic Community ) : Suatu Telaah
Kepustakaan. Umsida, 480–496.

Nugroho dan Setiadi, 2008. Definisi Produksi. Diakses pada


tanggal 3 oktober 2021.

Paino, P., Azhar, S., & Susilawati, W. (2017). Analisis


Pendapatan Agroindustri Keripik Pisang (Studi pada
Usaha Agroindustri Kripik Pissang di Kecamatan
Bangko Kabupaten Merangin). JAS (Jurnal Agri Sains),
1(1). https://doi.org/10.36355/jas.v1i1.108

Prabawati dkk, 2008. Morfologi Tanaman Pisang Kepok.


Diakses pada tanggal 25 Oktober 2021.

Ruslan, 2015. Identifikasi Sumberdaya. Diakses pada tanggal

4 oktober 2021. Sigit, N. 2008. Strategi Pengembangan Bisnis


Baglog Jamur Kuping di UD Tani
Mulya Sukoharjo. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Sihaloho, 2014. Sumberdaya lahan dan bangunan. diakses


pada tanggal 5 oktober 2021.

Soekartawi, 2006. Biaya-biaya Produksi. Diakses pada tanggal 3 oktober


2021.
2006 : 56.

Subagyo, Asri and Handoko. (2015). Pembangunan


pertanian. diakses pada tanggal 3 oktober 2021.
69

Sukirno, 2008. Teori Produksi. Diakses pada tanggal 3

oktober 2021. 2008 : 196 Suparmoko, 2015. Sumberdaya

perlatan suatu usaha. diakses pada tanggal 5


oktober 2021.

Tjitrosoepomo, 2016. Klasifikasi dan Morfologi Pisang


Kepok. Diakses pada Tanggal 26 Oktober 2021

Ucokeren, 2011. Analisis Alternatif Tindakan dan keputusan,


Pengembangan Agrosistem. diakses melalui
sayangpetani.wordpress.com pada tanggal 6 oktober
2021.

Umar, 2009. Rumus Payback Periode. Diakses pada tanggal 4 oktober 2021.

Yudisyus, 2013. Pohon Analisis Valid, Economy and Finance.


Diakses melalui slideshare.net pada tanggal 6 oktober
2021.

Anda mungkin juga menyukai