I. PENDAHULUAN
Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan ini tak
lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai
dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai
masalah ketergantungan petani terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk
organik kembali diinstruksikan untuk digunakan dalam rangka mengatasi berbagai
masalah tersebut. Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di
lapangan. Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan
penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat.
Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang dan
pupuk kompos.
PT. Balolli Jaya Lestari merupakan salah satu industri lokal yang bergerak
dalam bidang pemasaran pupuk organik dan juga bagian dari persaingan yang terjadi di
dunia bisnis, PT. Balolli Jaya Lestari bertempat di Jl. Kapasa Raya, Kapasa. Kecamatan
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Sasaran belajar yang ingin dicapai dalam praktek kerja lapang (PKL) ini yaitu:
1.2.1 Aspek Pengetahuan
Sasaran yang ingin dicapai pada aspek pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses produksi pupuk di PT. Balolli Jaya Lestari
2. Untuk mengetaui pendapatan usaha pupuk di PT. Balolli Jaya Lestari
3. Untuk Menganalisis Masalah Yang Diadapi Dalam Proses Produksi di PT.
Balolli Jaya Lestari
4. Menganalisis problematisasi dan alternatif keputusan usaha pupuk di PT. Balolli
Jaya Lestari
1.2.2. Aspek Keterampilan
Sasaran belajar yang ingin diperoleh pada aspek keterampilan adalah sebagai
berikut:
1. Terampil dan mampu menentukan tindakan pencegahan terhadap masalah yang
dihadapi oleh suatu usaha.
3
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non- organik. Pupuk
berbeda dengan suplemen.
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau
nutrisi bagi tanaman atau menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman adalah ; C, H, O (ketersediaan di alam melimpah), N, P,
K, Ca, Mg, S (hara makro) dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro). Pupuk dapat
diberikan lewat tanah, daun atau diinjeksi ke batang tanaman. Jenis pupuk adalah
bentuk padat dan cair.
Jenis pupuk lain yang dihasilkan dari proses pembuatan pabrik biasa disebut
dengan pupuk buatan. Kadar, hara, jenis hara dan komposisi hara didalam pupuk buatan
sudah ditentukan oleh produsen menjadi ciri khas dari penamaan/merek pupuk.
Berdasarkan ragam hara yang dikandungnya, pupuk buatan dibedakan atas pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal merupakan jenis pupuk yang mengandung
satu macam unsur hara, misalnya pupuk N (nitrogen), pupuk P (fosfat) atau pupuk K
(kalium). Pupuk buatan yang mengandung lebih satu unsur hara disebut pupuk
majemuk, misalnya pupuk NP, NK, dan NPK.
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
melakukan pengalokasian input. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan disebut dengan fungsi produksi. Fungsi
produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output
yang dihasilkan dengan kombinasi input-input. Menurut Soekartawi (2011:204)
fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) yang
merupakan hasil produksi dan variabel yang menjelaskan (X) yang merupakan
faktor produksi. Dalam bentuk matematika sederhana faktor produksi dapat dituliskan
5
sebagai berikut:
Y = (𝑓(𝑋1, 𝑋2, . . .𝑋𝑛)
di mana : Y = hasil produksi
X1, X2, X𝑛 = faktor-faktor produksi.
Dalam teori ekonomi terdapat satu asumsi dasar mengenai sifat dari
fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi di mana semua
produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut: The Law Of
Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa apabila faktor produksi
terus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin
banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi
tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif
(Soekartawi, 2011).
Jadi, dengan kata lain, secara total biaya ini akan selalu sama, tidak terpengaruh
oleh jumlah unit yang diproduksi atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Bagaimana jika
dihitung per-unit produk yang dihasilkan atau per- aktivitas yang dilakukan? Biaya tetap
dan unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan.
Memiliki hubungan yang terbalik. Hubungan terbalik ini maksudnya adalah
semakin banyak unit yang diproduksi atau semakin banyak aktivitas yang
dilakukan, maka biaya tetap per-unit atau per-aktivitas yang dilakukan akan
semakin kecil jumlahnya (Assegaf, SE., MM., 2019).
Biaya tetap (fixed cost) dapat dihitung dengan formula berikut ini:
𝐹𝐶 = Σ 𝑋𝑖𝑃𝑋𝑖 𝑛𝑖=1
Keterangan:
FC = biaya tetap
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi= harga input
n = macam input.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang berubah secara proporsional
dengan aktivitas bisnis. Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal terhadap
semua unit yang diproduksi. Hal ini juga dapat dianggap biaya normal. Biaya
tetap dan biaya variabel membentuk dua komponen dari total biaya. Biaya
langsung, bagaimanapun, adalah biaya yang dapat dengan mudah dikaitkan
dengan objek biaya tertentu. Namun, tidak semua biaya variabel adalah biaya
langsung. Sebagai contoh, biaya overhead variabel produksi adalah biaya variabel
yang merupakan biaya tidak langsung, tidak langsung menjadi suatu biaya. Biaya
variabel kadang- kadang disebut biaya tingkat-unit karena mereka bervariasi
dengan jumlah unit yang diproduksi. (Assegaf, SE., MM., 2019)
2.4.1 Produksi
Produksi tersebut dapat berupa barang ataupun jasa tetapi produksi diartikan
juga sebagai suatu kegiatan mengubah sumber-sumber ke dalam produk atau
proses mengubah input menjadi output (Nugroho dan Setiadi, 2008).
Rumus Produksi :
Q = F (C, L, R, T)
Dengan :
Q = Jumlah Barang atau Jasa
F = Simbol Persamaan Fungsi
C = Modal
L = Tenaga Kerja
R = Sumberdaya Alam
T = Teknologi dan Kewirausahaan
2.4.2 Pendapatan
Mankiw (2011) menyebutkan bahwa pendapatan dirumuskan sebagai
hasil perkalian antara jumlah unit yang terjual dengan harga per unit. Apabila
dirumuskan secara matematis maka hasilnya adalah:
TR = P x Q
Dimana:
TR = total revenue
P = price
Q = quantity
ada analisis kelayakan. Maka dari itu, jika suatu usaha tidak layak, khususnya
ditinjau dan segi ekonomi tetapi tetap dibiayai maka resiko yang akan timbul
adalah kemacetan usaha akibat dari kerugian. Bila modal usaha merupakan
pinjaman dari suatu lembaga keuangan, maka akan terjadi kemacetan atau
tunggakan pengembalian. Atas dasar itulah, maka kemampuan menilai kelayakan
suatu usaha bagi pengelola usaha dan atau pengelola Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) merupakan kemampuanyangsangatpokok dan sangat menentukan bagi
kelangsungan dan perkembangan usaha agribisnis dan bagi suatu LKM itu sendiri.
a. Analisis R/C- Ratio
Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan ukuran perbandingan antara
penerimaan dengan biaya operasional. Revenue Cost Ratio (R/C) dihitung untuk
menentukan kelayakan suatu usaha. Revenue Cost Ratio (R/C) lebih dari satu
maka usaha ini layak untuk dijalankan.
Rumus Revenue Cost Ratio (R/C) adalah
R/C-Ratio = 𝑻𝒓/𝑻𝒄
Keterangan :
Tr = Total revenue (Total Penerimaan)
Tc = Total Cost (Total Biaya)
Dengan syarat:
1) R/C Rasio > 1 usaha tersebut menguntungkan
2) R/C Rasio = 1 usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
3) R/C Rasio < 1 usaha tersebut tidak menguntungkan atau rugi (Kasmir dan
Jakfar, 2012).
b. Analisis Break Event Point (Titik Impas)
Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan
satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan
pendapatan. Dengan mengetahui break even ini diharapkan pada volume
penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi ataupun
tidak untung.Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya
variabel, dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak
bumi dan bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya
9
variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti.
Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan
dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun
kerugian dalam suatu perusahaan.BEP ini digunakan untuk menganalisis proyeksi
sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang
harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal
c. Analisis PP (Pay Back Period)
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Analisis
payback period dalam analisis kelayakan perlu ditampilkan untuk mengetahui seberapa
lama usaha atau kelompok yang dikerjakan baru dapat mengembalikan
investasi. Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang
diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar.
Berdasarkan hasil analisis ini diharapkan terdapat alternatif dengan periode yang
lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan
informasi tambahan untuk mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang
diinvestasikan.
Menurut Umar (2009), rumus untuk menghitung Payback Period (PP) sebagai
berikut:
1) Rumus Payback Period jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
ditunjukkan pada persamaan
Payback Period (PP) = n + (𝒂−𝒃) / (𝒄−𝒃) × 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
Keterangan:
n = Tahun terakhir di mana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun
ke-n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n + 1
2) Rumus Payback Period jika arus kas per tahun jumlahnya samaditunjukkan pada
Persamaan Payback Period (PP) = 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒂𝒘𝒂𝒍 / 𝑨𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒔 × 𝟏 𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏
Kriteria Pengambilan Keputusan:
10
situasi seperti ini penulis berusaha menghimpun seluruh aspirasi yang ada kemudian
disingkronkan terhadap situasi agrosistem yang bersangkutan kemudian penulis
berupaya untuk menemukan beberapa alternatif penyelesaian.
13
1. Visi Perusahaan
2. Misi Perusahaan
Pada awal tahun 2015 telah terjadi kelangkaan pupuk dikalangan petani dengan
terjadinya kelangkaan pupuk tersebut maka otomatis harga pupuk mengalami kenaikan.
Melihat kenaikan, melihat keadaan ini Pak Erwin mencoba mencari solusi untuk
mengatasi kelangkaan pupuk yang terjadi. Pada Juni 2015 Pak Erwin berhasil meracik
bahan-bahan material alami sehingga terciptalah sebuah pupuk. Seiring berjalannya
waktu, hasil penjualan pupuk Pak Erwin semakin meningkat dan sudah dikenal
diberbagai daerah.
Awalnya Pak Erwin menjual dan memproduksi pupuk di daerah Antang.
Kemudian pada tahun 2017 Pak Erwin membeli sebuah Gudang untuk proses
pembuatan pupuk di Jl. Kapasa Raya, Kapasa. Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan dan membeli mesin serta perlatan yang lainnya untuk proses
pembuatan pupuk.
14
Total 266.000.000
Sumber : Data Primer Sereleah Diolah , 2021
Berdasarkan tabel 1, Sumberdaya lahan dan bangunan yang dimiliki PT. Balolli
Jaya Lestari ini terdapat lahan ukuran 100 m2 dengan nilai 6.000.000. Bangunan yang
ada di PT. Balolli Jaya Lestari memiliki ukuran 400 m2 dengan nilai 260.000.000,
sehingga total nilai keseluruhan lahan bagunan yang dimiliki oleh PT. Balolli Jaya
Lesatri adalah 266.000.000.
15
Berikut adalah gambar denah lokasi dan tata letak PT. Balolli Jaya Lestari
Gambar 1. Sketsa Bangunan PT. Balolli Jaya Lestari
B A E
D
C
Keterangan :
A : Ruangan Produksi
B : Tempat Tahu Jadi
C : Tempat Penyimpanan Alat
D : Toilet
E : Parkiran
Sumber daya perlatan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk memperlancar kegiatan dalam menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh keseluruhan komponen yang
berkaitan dengan keberadaan perusahaan baik yang mempunyai kedudukan didalam
perusahaan maupun diluar perusahaan. Faktor yang berkaitan langsung dengan
keberhasilan perusahaan adalah tenaga kerja, sarana dan peralatan serta faktor
manajemen yang dapat mendorong terciptanya produktivitas usaha.
Setiap peralatan yang digunakan pasti akan mengalami penyusutan sepanjang
tahun dan nilainya akan berkurang sesuai dengan umur alat tersebut. Menghitung nilai
16
penyusutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu harga
barang dikali dengan persentase penyusutan (amortisasi), sedangkan persentase
penyusutan (amortisasi) dapat dihitung dengan membagi 100% dengan perkiraan masa
produktif suatu barang. Umur teknis dan penyusutan alat yang diamati pada praktek
kerja lapang (PKL) dapat dilihat pada tabel 1
Nilai penyusutan alat dapat dicari dengan menggunakan rumus:
NAwal ( Rp )−NAkhir (Rp)
NP=
LP(tahun)
NP = Nilai Penyusutan (Rp)
LP = Lama Pemakaian (Tahun)
Tabel 2. Sumberdaya Peralatan di PT. Balolli Jaya Lestari
No. Jenis Alat Jumlah Nilai Awal Nilai Akhir Umur Nilai Penyusutan (Rp)
(unit) (Rp/Unit) (Rp/Unit) Alat
(Tahun
)
1. Skop 3 Rp. 50.000 Rp. 40.000 4 tahun Rp. 2.500
2. Mesin 5 Rp. 8.000.000 Rp.6.000.000 2 tahun Rp. 1.000.000
Pencetak
3. Traktor 1 Rp. 4.000.000 Rp. 3.000.000 2 tahun Rp. 500.000
Mini
4. Saringan 3 Rp. 50.000 Rp. 35.000 3 tahun Rp. 5.000
5. Timbangan 4 Rp. 150.000 Rp. 100.000 4 tahun Rp. 12.500
Pemilik Perusahaan
Erwin
Bendahara Wakil
Bendahara
Bahar
Sulaiman
Total Rp.21.600.000
Sumberdaya Manusia Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari.
19
Tabel 3 menunjukkan jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki oleh PT.
Balolli Jaya Lestari sebanyak 7 orang, 1 pemimpin usaha PT. Balolli Jaya Lestari
berumur 37 tahun atas nama bapak Erwin dengan pendidikan terakhir strata 2 dan lama
bekerja sudah 6 tahun mendapatkan gaji sebesar Rp. 5.000.000 per bulan. Bendahara
PT. Balolli Jaya Lestari atas nama Bahar, umur 42 tahun sudah 5 tahun lamanya bekerja
di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp. 3.500.000 per bulannya.
Wakil Bendahara PT. Balolli Jaya Lestari atas nama Sulaiman, umur 32 tahun sudah 4
tahun lamanya bekerja di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp.
3.500.000 per bulannya. Begitupun dengan pekerja atas nama Iksan 29 tahun sudah 4
tahun lamanya bekerja di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp.
2.400.000 per bulannya dan Pekerja atas nama Rudi , umur 26 tahun sudah 4 tahun
lamanya bekerja di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp. 2.400.000 per
bulannya. Begitupun pekerja atas nama Fajri dan Anto sudah 4 tahun lamanya bekerja
di perusahaan tersebut dan mendapatkan gaji sebesar Rp. 2.400.000.
Jumlah harta
Modal
Lancer Rp. 266.000.000
Harta tetap
Lahan Rp 6.000.000 Jumlah utang
Bangunan Rp 260.000.000
Peralatan Rp. 44.900.000
Jumlah harta
Tetap Rp.310.900.000
TOTAL AKTIVA Rp. 576.900.000 TOTAL PASSIVA Rp. 576.900.000
lahan, bangunan, peralatan dan aktiva lancar yaitu senilai Rp. 576.900.000, sedangkan
nilai total passiva berasal dari modal sendiri usaha tersebut yaitu senilai Rp.
576.900.000.
tersebut. Definisi ini didasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan.
Modal kerja ini sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan
perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan,
misalnya dapat menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan
keadaan keuangan perusahaan. Modal kerja ini biasanya terdiri dari Biaya Tetap dan
Biaya Variabel.
a) Biaya Tetap
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya akan sama dan tetap tidak
berubah sedikitpun walaupun jumlah barang yang diproduksi dan di jual berubah-ubah
dalam kapasitas normal. Biaya Tetap yang diamati pada Praktek Kerja Lapang (PKL)
dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Biaya variabel atau variabel cost adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
yang berubah-ubah dan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah produksi. Biaya
variabel yang diamati pada Praktek Kerja Lapang (PKL) dapat dilihat pada
Tabel 7. Investasi Biaya Variabel PT. Balolli Jaya Lestari
Biaya variabel PT. Balolli Jaya Lestari adalah sebesar Rp. 157.200.000
c. Proses Produksi
Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang
atau jasa. Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti
tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan
manusia. Proses produksi dapat diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan
sumberdaya yang ada.
Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-
sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Proses dapat diartikan sebagai
usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi
yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen. Proses produksi merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan produk. Kegiatan
menambah daya guna sebuah benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi
jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna sebuah benda dengan mengubah sifat
dan bentuknya dinamakan produksi barang (Assauri, 2013)
ini:
Tabel 6. Biaya Tetap Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari
26
Harga/unit Nilai
No. Jenis
(Rp) (Rp)
1. Listrik 1.500.000
2. Penyusutan alat 1.520.000
3 Upah tenaga kerja 21.600.000
Total Rp. 24.620.000
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2021
bahan penolong
F
BEP = C
P
V
C
/
U
n
i
t
6.
BEP = 2
7
4.
2
5
0
1
5
.
0
0
0
−
7
.
0
30
2 7
6
BEP = .
2
7
4
.
2
5
0
7
.
9
7
3
BEP = 786,9
F
BEP = C
1
−
V
C
S
6.274.250
BEP =
5.621.667
1− 800 x 15.000
6
BEP = .
2
7
4
31
.
−
2 5
.
5 6
2
0 1
.
6
6
1 7
12.000.000
6.274.250
BEP =
1 − 0,468
32
6
BEP = .
2
7
4
.
2
5
0
0
,
5
3
2
BEP =11.795.582,7
2) Analisis R/C-Ratio
Total
R/C =
Pene
rima
an
Tota
l
Biay
a
12.000.000
R/C =
11.895.917
R/C = 1,0087
33
Nilai
PBP =
Investasi
Keuntungan Per
Tahun
21.720.000
PBP =
1.248.996
Pedagang
ngumpul 3
Pasar
Input
2 4
M
o
Proses d
Penga a
daan l
Bahan
Baku s
e
n
d
i
6 r
i
Proses
Produksi
1
5
Sumberdaya :
a. Lahan
dan
7 Banguna
n
b. Peralatan
c. Finansial
35
T
e
n
a
g
a
K
e
r
j
a
L
u
a
r
K
e
l
u
a
r
g
a
9 10
Pengemasan
daya peralatan.
Indonesia.
manusia.
I. PROBLEMTISASI
2017).
2017).
49
(Guntar, 2010).
supplier tetap. Selain itu, dengan bermitra bersama perusahaan besar atau
Yang dimana pada saat stok A kosong, masih ada supply dari mitra yang
lain. Sehingga pasokan bahan baku lancar dan proses produksi juga tidak
terhambat.
pengeluaran.
51
bagian produksi.
dihadapi oleh PT. Balolli Jaya Lestari dapat dilihat pada table
dibawah ini:
53
PT. Balolli Jaya Lestari dapat dilihat dari jumlah pemasok sedikit yang
untuk menampung alat dan bahan baku belum memadai dan membentuk
utama ini adalah masalah yang paling berpengaruh terhadap agrosistem kasus
yang dianalisis.
masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai
dihadapi unit kerja, pikiran apa akibat yang mungkin timbul dari masalah
Akibat
SOP belum dikuasai karyawan
Sebab
Keterangan:
: Masalah akibat
: Masalah utama
: Masalah antara
kasus. Yang
59
dimana pada saat stok A kosong, masih ada supply dari mitra
Sebab
60
Keterangan:
: Sasaran akibat
: : Sasaran Utama
: Sasaran antara
56
terhambat.
untuk usaha
pohon
Akibatanalisis alternative
Karyawantindakan sebagai
kompeten berikut:
dalam bidangnya khususnya bagian produksi
Mencari petani dan menambah jaringan kemitraan untuk menambah stok bahan Membeli
baku rumah khusus untuk usaha
58
: Sasaran akibat
: Sasaran utama
59
: Sasaran antara
: Alternatif tindakan
Tempat untuk
menampung alat dan Mencari Rumah untuk
2 Rumah khusus untuk usaha
bahan baku belum usaha
memadai
relasi/jaringan” dalam
Alternative keputusan :
Bobot
Kriteria keputusan :
Bobot
K1 : Lokasi Strategis 0,60
K2 : Harga Murah 0,40
1,00
untuk usaha.
Barong, 2012).
tersebut.
yaitu
69
Tempat
penyimpanan
Membeli peralatan dan bahan
Rumah Pemilik usaha baku memadai
khusus untuk sehingga tidak
usaha selalu berpindah
70
tempat
Sumber : Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2021
III. REFLEKSI
timbul pada Usaha Pupuk PT. Balolli Jaya Lestari maka kami
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Umar, 2009. Rumus Payback Periode. Diakses pada tanggal 4 oktober 2021.