Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu usahatani merupakan cabang ilmu pertanian. Mosher (1968) mengartikan
usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang ada di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan - perbaikan yang
dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan - bangunan yang didirikan di atas
tanah itu dan sebagainya.
Menurut Soekartawi (1995) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Ditinjau dari beberapa pengertian di atas tentunya ilmu usahatani sangat
penting dalam ilmu pertanian. Dan untuk memaksimalkan dalam pengelolaan
usahatani itu sendiri diperlukan unsur-unsur pokok yang merupakan faktor - faktor
utama dalam usahatani. Unsur - unsur pokok tersebut sering disebut faktor produksi
(input). Proses produksi pertanian adalah proses yang mengkombinasikan faktor -
faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian (output).
Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor produksi
(input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun
bagaiman petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat
penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor
produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat
keuntungan besar dalam usahataninnya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi
efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada
harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani mampu
meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga
jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau
melakukan efisiensi ekonomi.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui teori-teori produksi
2. Mengetahui fungsi produksi
3. Mengetahui Efisiensi produksi
Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI PRODUKSI


Definisi Produksi
Produksi adalah usaha menciptakan dan meningkatkan kegunaan suatu barang
untuk memenuhi kebutuhan. Kita ambil contoh sekarung tepung. Tepung merupakan
bahan baku yang manfaatnya baru terasa bila telah diubah menjadi roti, usaha
pembuatan tepung menjadi roti merupakan kegiatan produksi. Tapi, tidaklah mudah
mengubah bahan baku mejadi barang siap konsumsi untuk dapat melakukan kegiatan
produksi seorang produsen membutuhkan faktor-faktor produksi. Atau proses
mengubah input menjadi output dan produksi meliputi semua kegiatan untuk
menciptakan/menambah nilai/guna suatu barang/jasa.
Teori Produksi : Untuk melihat hubungan antar input (faktor produksi) dan, output
(hasil poduksi)
Teori produksi diharapkan : Menerangkan terjadinya suatu proses produksi dapat
meramalkan apa yang akan terjadi.

Dalam kegiatan usahatani selalu diperlukan faktor-faktor produksi berupa lahan,


tenaga kerja, dan modal yang dikelola seefektif dan seefisien mungkin sehingga
memberikan manfaat sebaik-baiknya.
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor
produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan
istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-
kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit,
pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang
terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya
disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship.
Terdapat tiga pola hubungan antara input dan output yang umum digunakan dalam
pendekatan pengambilan keputusan usahatani yaitu:
1. hubungan antara input-output, yang menunjukkan pola hubungan penggunaan
berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat output tertentu (dieksposisikan
dalam konsep fungsi produksi)

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 2


2. hubungan antara input-input, yaitu variasi penggunaan kombinasi dua atau lebih
input untuk menghasilkan output tertentu (direpresentasikan pada konsep isokuan
dan isocost)
3. hubungan antara output-output, yaitu variasi output yang dapat diperoleh dengan
menggunakan sejumlah input tertentu (dijelaskan dalam konsep kurva kemungkinan
produksi dan isorevenue)
Ketiga pendekatan di atas digunakan untuk mengambil berbagai keputusan usahatani
guna mencapai tujuan usahatani yaitu:
1. menjamin pendapatan keluarga jangka panjang
2. stabilisasi keamanan pangan
3. kepuasan konsumsi
4. status sosial, dsb.
Faktor produksi yang diperlukan dalam usahatani :
1. Lahan Pertanaman
Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian
yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor
produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya
balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (
Mubyarto, 1995).
Rukmana (1997), Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar
dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama dalam
tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mendorong aktivitas mikroorganisme
tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah. Penyiapan lahan untuk
tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa olah tanah (TOT) atau
disebut zero tillage, pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dan pengolahan
tanah maksimum (maximum tillage) (Rukmana, 1997).
2. Modal (sarana produksi)
Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua
macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri
yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan
mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian
modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 3


waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi,
2003).
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi
tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk,
obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.
Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
1.) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal
yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai.
2.) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga
menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
3.) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani
(Soekartawi,2003).
3. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat
dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula
diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja
adalah :
1.) Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat
tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini
memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja,
jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
2.) Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian
atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini
diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu,
dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas
tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses
produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioperasikan karena
belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoperasikan
alat tersebut.
Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 4
3.) Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam
proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang
pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerjakan
tanam.
4.) Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja
musiman dan pengangguran tenaga kerja musiman. Bila terjadi pengangguran
semacam ini, maka konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman
(Soekartawi, 2003). Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari
keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga
pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang
tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam
penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja
langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin.
Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah
tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah
tenaga kerja manusia ( Mubyarto, 1995).
Soekartawi (2003), Umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi
penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong dibawah usia dewasa akan
menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang
dewasa. Oleh karena itu penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi hari
kerja orang (HKO) atau hari kerja setara pria (HKSP). Lama waktu bekerja juga
menentukan besar kecilnya tenaga kerja makin lama jam kerja, makin tinggi upah
yang mereka terima dan begitu pula sebaliknya. Tenaga kerja bukan manusia
seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai
tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga
kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang relatif
lebih tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja ternak, nilainya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan nilai tenaga kerja traktor karena kemampuan yang lebih
tinggi daripada tenaga kerja tersebut (Soekartawi, 2003)
5. Manajemen
Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan
serta mengevalusi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan
Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 5
sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti
pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam
tahapan proses produksi (Soekartawi, 2003).
Faktor manajemen dipengaruhi oleh:
1) tingkat pendidikan
2) Pengalaman berusahatani
3) skala usaha.
4) besar kecilnya kredit dan
5) macam komoditas.
Menurut Entang dalam Tahir Marzuki (2005), perencanaan usahatani akan
menolong keluarga tani di pedesaan. Diantaranya pertama, mendidik para petani agar
mampu berpikir dalam menciptakan suatu gagasan yang dapat menguntungkan
usahataninya. Kedua, mendidik para petani agar mampu mangambil sikap atau suatu
keputusan yang tegas dan tepat serta harus didasarkan pada pertimbangan yang ada.
Ketiga, membantu petani dalam memperincikan secara jelas kebutuhan sarana
produksi yang diperlukan seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan. Keempat,
membantu petani dalam mendapatkan kredit utang yang akan dipinjamnya sekaligus
juga dengan cara-cara pengembaliannya. Kelima, membantu dalam meramalkan
jumlah produksi dan pendapatan yang diharapkan.
Pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi
lebih mengarah kepada optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga
dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya minimum. Dalam usahatani
pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian
optimalitas alokasi sumber-sumber produksi (Soekartawi, 2001).
Pengaruh penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam tiga alternatif
sebagai berikut :
1.) Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor
produksi melebihi proporsi pertambahan produksi
2.) Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan
proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh
3.) Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi
akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar (Soekartawi,2001).

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 6


Macam-Macam Teori Produksi:
a) Teori Produksi dengan Satu Input Variabel
Teori produksi sederhana yang menggambarkan tentang hubungan antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan tingkat produksi barang. (Faktor produksi lain : tetap)
Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang (The Law of Diminshing Return)
menyatakan bahwa : apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
(tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi
total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat
tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai
negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan
akhirnya mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun.
Berikut grafik dari Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang
(The Law of Diminshing Return)

Dari hubungan kurva-kurva tersebut, terbentuklah tiga daerah, yaitu :


Daerah I (daerah efisien tetapi tidak rasional)
Efisien karena tambahan input fisik dapat memberikan tambahan produksi.
Tidak rasional karena besarnya tambahan produksi fisik berada berada diatas
rata-rata produksi, dengan demikian petani atau produsen tidak akan berhenti
menambah input pada daerah I karena harapan untuk meningkatkan produksi
masih dapat dilakukan.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 7


Daerah II (efisien tetapi rasional)
Efisien : tambahan input masih dapat meningkatkan produksi, walaupun
tambahan produksi semakin berkurang)
Rasional : rata-rata produksi fisik masih lebih besar dari tambahan produksi
APP > MPP
Daerah III (tidak efisien dan tidak rasional )
Tidak efisien : karena tambahan input fisik yang diberikan akan
mengakibatkan produksi menurun (MPP < 0).
Tidak rasional : karena daerah III tersebut merupakan daerah rugi.
(Suhartini,2010)

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI RATA-RATA DAN PRODUKSI MARGINAL


Produksi Marginal
tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang
digunakan.

TP
MP
L

MP : produksi marginal
TP : pertambahan produksi total
L : pertambahan tenaga kerja
Produksi Rata-rata
produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.
TP
AP
L

AP : produksi rata-rata
TP : produksi total
L : tenaga kerja

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 8


b.) Teori Produksi dengan Dua Input Variabel
Kombinasi penggunaan input variabel untuk memproduksi atau menghasilkan
suatu output (produk) disebut sebagai isokuan. Semakin tinggi isokuan
menunjukkan tingginya kuantitas output yang dihasilkan, sebaliknya isokuan yang
rendah menunjukkan tingkat output yang rendah pula.
Isokuan mempunyai karakterisasi yang sama dengan kurva indiferen. Kalau
kurva indiferen menunjukkan kombinasi dari barang-barang konsumsi yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama, maka isokuan menunjukkan kombinasi
dari faktor produksi yang memberikan produk yang sama.
Kurva Produksi Sama (Isoquant)
Kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input faktor produksi tenaga
kerja (L) dan modal (K) yang dapat menghasilkan sejumlah output yang sama
(tingkat produksi tertentu)

Gambar di atas merupakan kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi


dari faktor produksi x1 dan x2 untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu.
Dapat dilihat beberapa isokuan yang menunjukkan jumlah output yang sama.
Variasi jumlah tenaga kerja dan lahan dapat digunakan untuk menghasilkan
isokuan tertentu. Beberapa karakteristik umum isokuan pada fungsi produksi
usahatani adalah:
1. Isokuan merupakan pernyataan grafis fungsi produksi. Contoh Y=f(X1,X2) bila
Y dianggap konstan kombinasi X1 dan X2 dapat dicari
2. Slope isokuan menunjukkan jumlah input X2 yang dapat digantikan oleh
penambahan satu satuan input X1. Slope ini bernilai negatif sebab penambahan
salah satu input akan menyebabkan pengurangan input yang lain

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 9


3. Isokuan cembung terhadap titik asal. Hal ini menjelaskan marginal rate of
substitution atau slope kurva isokuan cenderung semakin kecil seiring
penambahan satu satuan factor produksi untuk menggantikan faktor produksi
lainnya
4. DMRS (Diminishing Marginal Rate of Subtitution) tersebut merupakan akibat
dari prinsip Diminishing Marginal Returns dalam proses produksi
Konsep teoritis yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan fisik
antar input pada garfik proporsi input variable-isokuan di atas adalah Returns to
Scale(RTS). RTS didefinisikan sebagai perubahan output akibat perubahan input
secara proporsional. Keberadaan diminishing marginal returns pada input tunggal
dalam diagram isokuan juga dapat ditunjukkan dengan cara lain. Perhatikan garis
titik-titik AB yang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memperoleh peningkatan output misalnya dari Y1 ke Y2, sementara jumlah lahan
dipertahankan konstan seluas 1,5 Ha. Jarak antara isokuan yang ditunjukkan oleh
a,b,dan c secara bertahap terlihat semakin besar yang berarti jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk berpindah dari satu isokuan ke isokuan berikutnya harus
semakin besar.
Garis lurus OC menunjukkan bahwa rasio input tetap sama sebanding dengan
peningkatan output Jika isokuan menunjukkan peningkatan output yang merata
sepanjang garis OC maka fungsi produksi mengalami constant return to scale. Hal
ini berarti peningkatan input dengan persentase tertentu akan mengakibatkan output
meningkat dengan persentase yang sama.

c.) Teori Biaya (Ongkos) Produksi


Biaya / ongkos produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor produksi dan bahan mentah yang akan
digunakan untuk produksi.
Biaya Produksi Jangka Pendek jangka waktu dimana sebagian faktor
produksi tidak dapat ditambah jumlahnya
Beberapa Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek
1. Biaya Total (TC)
Keseluruahan biaya produksi yang dikeluarkan
TC = TFC + TVC

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 10


2. Biaya Tetap Total (TFC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang
tidak dapat diubah jumlahnya
3. Biaya Variabel Total (TVC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang
dapat diubah jumlahnya
4. Biaya Tetap rata-rata
AFC = TFC/Q
5. Biaya Variabel rata-rata
AVC = TVC/Q
6. Biaya Total rata-rata
AC = TC /Q
7. Biaya Marginal
MCn = TCn TCn-1 atau TC/ Q
Berikut grafik dari biaya produksi jangka pendek :

SYARAT PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN


1. Memproduksi barang pada tingkat dimana perbedaan antara hasil penjualan total
dengan biaya total paling maksimum
TR TC = maksimum
2. Memproduksi barang pada tingkat dimana perbedaan antara hasil penjualan
marginal = biaya marginal.
MR = MC.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 11


BIAYA PRODUKSI JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang, perusahaan dapat menambah semua faktor produksi,
sehingga: biaya produksi tidak perlu dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Semua pengeluaran dianggap biaya variabel.
CARA MEMINIMUMKAN BIAYA
Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-
rata ( AC = Average Cost).

KURVA BIAYA TOTAL RATA-RATA JANGKA PANJANG ( KURVA LRAC)


Kurva yang menunjukkan biaya rata-rata minimum untuk berbagai tingkat
produksi apabila perusahaan dapat selalu mengubah kapasitas produksinya. Titik
persinggungan dalam kurva-kurva AC tersebut merupakan biaya produksi yang paling
optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai produsen dalam
jangka panjang.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 12


2.2. FUNGSI PRODUKSI
Fungsi produksi digunakan untuk :
- Sebagai alat analisis yang menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dalam proses
produksi
- Sebagai alat analisis normatif yang dapat menentukan keadaan terbaik untuk
memaksimukan kentungan
Hubungan fisik antara output dan input
Fungsi produksi disajikan dalam bentuk matematik dan seringkali tidak dapat
menggambarkan secara langsung fenomena yang ada. Pada dasarnya fungsi produksi
adalah pola hubungan yang menunjukkan respon output terhadap penggunaan input
sebagai contoh produksi padi tergantung pada penggunaan pupuk N. Secara umum
diketahui bahwa output akan meningkat seiring dengan penambahan input pupuk
hingga tingkat penggunaan pupuk tertentu. Pada tingkat penggunaan input yang lebih
banyak output akan menurun karena terjadi ketidakseimbangan unsur hara di dalam
tanah.
Hubungan antara produksi padi dengan pupuk secara grafis dan matematis
disajikan dalam gambar berikut:

Dapat dilihat bahwa produksi 2200 kg padi dapat diperoleh tanpa penggunaan
pupuk, produksi ini akan meningkat hingga mencapai maksimum (3760 kg) pada
tingkat penggunaan pupuk sebanyak 125 kg. Produksi akan turun apabila pupuk
ditambah di atas 125 kg. Secara matematis hubungan produksi ini dituliskan sebagai:
Y = f (Xt) dengan formulasi persamaan kuadratik: Y= 2200 + 25 X1 - 0,10 X2
Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 13
Pada umumnya fungsi produksi menggambarkan hubungan teknik atau fisik
antara output dengan satu atau lebih input. Dalam contoh gambar 2.1. fungsi produksi
memberikan beberapa informasi mengenai respon produksi padi terhadap penggunaan
pupuk di antaranya:
1. Terdapat sejumlah output (2200 kg) pada tingkat penggunaan input nol. Hal ini
menunjukkan bahwa output tersebut diperoleh atas penggunaan input lainnya
(bibit, irigasi, dll)
2. Terdapat penggunaan input tertentu yang memberikan produksi maksimum.
Produksi tertinggi ini seringkali dikaitkan dengan tingkat produksi teknis
maksimum
3. Bentuk kurva produksi tidak linier, memiliki titik balik. Hal ini menunjukkan
kondisi di mana meskipun output terus mengalami peningkatan akibat
bertambahnya pemakaian input, peningkatan tersebut terbatas dan semakin
menurun. Penambahan output yang diperoleh akibat penambahan satu satuan input
secara terus menerus disebut MPP=Marginal Physical Product (Kurva Produk
Marjinal). Secara matematik, MPP adalah slope dari kurva produk total pada titik
tertentu dan ditunjukkan oleh turunan pertama fungsi produksi. Pada gambar 2.1.
(b) Slope kurva MPP yang terus menurun menunjukkan tambahan output yang
semakin kecil pada penambahan input berikutnya. Kurva ini memotong sumbu
horisontal pada saat fungsi produksi mencapai titik maksimum. Kecenderungan
produk marjinal untuk semakin kecil diformulasikan dalam hukum kenaikan hasil
yang berkurang (The Law of Diminishing Returns)
4. Pada gambar yang sama juga disajikan kurva APP yang menunjukkan rata-rata
produk fisik per unit input. APP didefinisikan sebagai total produksi dibagi total
penggunaan input (Y/X1). Bentuk dari kurva MPP dan APP tidak harus linear.
Pada gambar 2.1 bentuk kedua kurva tersebut linear adalah sebagai konsekuensi
dari penurunan fungsi produksi yang kuadratik.
5. Hubungan fisik antara output dan input dapat diukur dengan elastisitas input yang
juga diistilahkan sebagai elastisitas parsial dari produksi. Elastisitas didefinisikan
sebagai persentase perubahan output sebagai akibat perubahan persentase tertentu
input.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 14


Salah satu hal penting dalam formulasi elastisitas di atas adalah hubungan antara
MPP dan APP. Daerah diminishing marginal returns (DMRTS) terjadi pada saat
MPP<APP tetapi tidak negatif di mana 0<E<1. Jika E >1 dan E<0 maka fungsi
produksi berada pada daerah non ekonomis.
Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan fisik antara output dengan
sejumlah input sebagai berikut: Y = f (X1,X2,...,Xn). Fungsi produksi umumnya
hanya memasukkan beberapa variabel input sementara input lainnya dianggap konstan
(ceteris paribus). Y=f(X1,X2,...,Xm/Xn-m)
Fungsi produksi harus memenuhi dua kondisi agar memiliki makna ekonomi
yakni MPP positip dan menurun. Kondisi ini diperoleh pada saat turunan pertama
(dY/dX) sama dengan nol dan turunan kedua (d2Y/dX2)negatif. Artinya respon
output terhadap penambahan input harus meningkat tetapi dengan laju yang semakin
menurun.

Dampak Perubahan Harga dan Kurva Penawaran


Perubahan rasio harga input dan output akan merubah posisi optimum. Sebagai
missal jika harga output meningkat maka rasio antara input output (slope garis
singgung pada titik A) semakin besar. Garis singgung akan semakin tegak dan
menyinggung fungsi produksi pada penggunaan input yang lebih rendah. Pada contoh
di atas jika harga padi meningkat Rp.200,- /kg maka rasio input-output akan turun 5:1
dan titik optimum akan tercapai pada MPP=5 kg.

Dampak perubahan harga terhadap penawaran dapat dilihat pada Grafik


Penurunan Suplai. Amati bahwa slope kurva penawaran positip (upward) yang berarti

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 15


bahwa peningkatan harga padi akan meningkatkan output. Hal ini terjadi karena
jumlah penggunaan pupuk yang diperlukan untuk memperoleh tambahan satu satuan
output lebih besar. Jika harga satu satuan output sama dengan marginal revenue maka
peningkatan pemakaian pupuk untuk memperoleh tambahan satu satuan output
disebut dengan marginal cost. Dengan demikian maka kondisi maksimisasi profit
dapat dinyatakan dengan MR=MC. Perubahan dari MVP=MFC (marginal factor cost)
menjadi MR=MC melibatkan dua cara berbeda untuk menunjukkan kondisi
maksimisasi profit yang sama. Pernyataan tersebut difokuskan pada nilai tambahan
output yang diperoleh akibat penambahan satu satuan input.
Penurunan kurvai suplai

Perubahan dari MVP=MFC (marginal factor cost) menjadi MR=MC melibatkan


dua cara berbeda untuk menunjukkan kondisi maksimisasi profit yang sama.
Pernyataan tersebut difokuskan pada nilai tambahan output yang diperoleh akibat
penambahan satu satuan input.

2.3 EFISIENSI PRODUKSI


Tingkat Optimum Penggunaan Sumberdaya secara Ekonomi

Tingkat penggunaan input yang paling efisien tergantung pada hubungan antara
harga input dan harga output. Gambar 2.2. menyajikan contoh hipotetik sesuai dengan
informasi terdahulu di mana harga padi diasumsikan Rp. 1000/kg pada tingkat petani
dan input Rp 10000/kg. Bentuk fungsi produksi tetap sama sebagaimana gambar.
Karena satuan yang digunakan dalam nilai moneter maka TPP digantikan dengan
konsep TVP (Total Value of Product), APP menjadi AVP (Average Value of Product)

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 16


dan MPP menjadi MVP (Marginal Value of Product). Informasi tambahan yang
diperoleh dari gamba. adalah garis TFC (Total Factor Cost) dan MFC (Marginal
Factor Cost). TFC menunjukkan akumulasi biaya akibat peningkatan penggunaan
pupuk misalnya setiap penambahan 25 kg pupuk akan menyebabkan peningkatan
biaya sebesar Rp. 250.000,- .
Tingkat optimum penggunaan input secara ekonomis terjadi pada saat MVP
sama dengan harga input (titik E). Pada daerah di sebelah kiri titik E, MVP>MFC,
artinya tambahan nilai produksi yang diperoleh lebih besar dari penambahan biaya
produksi. Dalam hal ini penambahan satu satuan input masih memberikan
keuntungan. Pada daerah sebelah kanan titik E, tambahan penerimaan akibat
penambahan satu satuan input lebih kecil daripada penambahan biaya yang harus
dikeluarkan (MVP<MFC). MVP=MFC akan tercapai pada saat kurva TFC sejajar
dengan garis singgung (tangen) fungsi produksi. Dengan kata lain MVP adalah slope
dari fungsi produksi dan MFC adalah slope kurva TFC. Pada titik ini profit yang
merupakan selisih antara MVP dan MFC (AB) mencapai maksimum. Dengan bantuan
matematika sederhana tingkat optimum penggunaan input tunggal dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Px = harga per unit input X
Py= harga per unit output Y
Penggunaan input tunggal optimum

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 17


Oleh karena MVP x = MPP x . Py maka terdapat tiga cara untuk mencari titik
optimal:
a. Pada titik optimal tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya: MVPx=Px
Jika MVPx>Px berarti petani menggunakan terlalu sedikit input. Jika MVP x<Px
maka penggunaan input terlalu banyak
b. Dengan menyusun persamaan tersebut kondisi optimum juga dapat dinyatakan
sebagai MVPx/Px=1. Dengan kata lain rasio antara nilai produk marjinal terhadap
harga input harus sama dengan satu.
c. Karena MVPx = MPPx. Py kondisi optimum dapat dinyatakan sebagai MPPx =
Px/Py di mana MPP sama dengan rasio harga input-output.

Alokasi penggunaan sarana produksi dikatakan efisien apabila nilai marginal


produk (NPMxi) sama dengan harga inputnya (Pxi), artinya alokasi sarana produksi
telah mencapai titik optimal atau telah efisien. Ini juga berarti bahwa perbandingan
antara nilai produk marginal dengan harga input pada titik kombinasi tersebut sama
dengan satu (Widodo, 1989). Secara matematis efisiensi alokatif dituliskan sebagai
berikut :
NPMxi = Pxi atau NPMxi/Pxi = 1 = ki
Apabila ki = 1 berarti penggunaan input efisien, ki > 1 penggunaan input belum
efisien dan masih perlu ditambah, sedangkan bila ki < 1 penggunaan input sudah tidak
efisien dan perlu dikurangi. Konsep ini bisa diterapkan untuk mencari tingkat
penggunaan input usahatani yang optimal yang dapat menghasilkan hasil panen yang
maksimal.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 18


BAB III
STUDI KASUS

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KOMODITAS LADA


Keragaan Pengembangan Lada
Kebijakan Nasional Pengembangan Komoditas Lada
Sebagaimana telah diketahui bahwa tanaman lada yang paling banyak diusahakan
oleh rakyat adalah merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang peranannya
cukup penting, karena selain sebagai penghasil devisa Negara juga menjadi sumber
pendapatan utama dengan melibatkan banyak petani di pedesaan. Berdasar pada kondisi
tersebut dan peran Indonesia sebagai produsen utama di pasaran dunia dalam hal ini
termasuk ke dalam kelompok produsen tradisional (Indonesia, Malaysia, India dan
Brazil), pada akhir-akhir ini juga sudah mulai adanya negara penghasil lada yang baru
seperti Thailand, Srilangka, Madagaskar dan Vietnam. Oleh sebab itu dalam upaya
mengantisipasi perkembangan lada internasional yang semakin ketat persaingannya,
maka keberadaan sistem produksi lada Indonesia perlu ditingkatkan sehingga dapat
lebih kuat daya saing di pasaran internasional. Dan salah satu upaya tersebut adalah
meningkatkan efisiensi produktivitas usahatani lada rakyat dengan mutu hasil yang
meningkat serta upaya memperpanjang umur produktif pertanaman lada, terutama di
daerah sentra lada Indonesia (lada hitam di Lampung dan lada putih di Bangka
Belitung). Mengenai perkembangan luas pertanaman lada, produksi dan
produktivitasnya selama satu dasa warsa terakhir adalah sebagai berikut pada Tabel 1.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 19


Dengan melihat Tabel 1, tampak bahwa peran perkebunan rakyat sangat dominan
dan sejalan dengan posisi Indonesia sebagai pemasok utama produksi lada putih
(khususnya dari Propinsi Bangka-Belitung) di pasar internasional dan berdasar sumber
dari IPC (International Pepper Community) bahwa untuk tahun 2002 telah
diproyeksikan produksi lada putih dunia sebesar 65.000 ton dan volume ekspor dunia
sekitar 41.000 ton. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan
agribisnis mulai dari sub-sistem hulu sampai ke sub-sistem penunjangnya model
pengembangannya seperti pada Gambar Lampiran 1. Lebih lanjut perlu diketahui bahwa
dalam pelaksanaan selama ini masih dihadapkan pada permasalahan, antara lain seperti:
(a) Pengelolaan usahatani di tingkat petani belum optimal sehingga penerapan teknologi
budidya lada masih kurang mendukung bagi peningkatan hasil yang memadai.
(b) Tingkat harga hasil yang relatif rendah dan di lain pihak harga sarana produksi
(pupuk dan pestisida) relatif tinggi/mahal.
(c) Gangguan organisme tanaman lada yang bersifat epidemik sehingga kelayakan umur
lada menjadi terbatas dan sejalan itu penerapan PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
masih terbatas.
(d) Mutu hasil belum memenuhi standar karena sarana dan prasarana pengolahan yang
memadai keberadaannya masih terbatas sedangkan di tingkat petani dilakukan secara
konvesional.
(e) Informasi pemasaran hasil terbatas serta rantai pemasaran/tataniaga lda relative
panjang dan kelembagaan petani masih lemah.
(f) Sumberdaya petani baik pengetahuan maupun permodalan masih lemah/terbatas
ketersediaannya.
Berdasar pada permasalahan tersebut di atas maka sebagai upaya dari pemerintah
sejalan dengan program tersebut, meliputi upaya:
1. Peningkatan produktivitas, mutu hasil dan efisiensi usaha melalui penerapan
teknologi tepat guna dan hasil guna.
2. Pengembangan sarana prasarana pengolahan hasil lada serta pengembangan produk.
3. Pengembangan informai pasar serta didukung dengan pemberdayaan kelembagaan
tani dan pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan lada.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 20


ANALISA STUDI KASUS

Menurut kelompok kami permasalahan - permasalahan yang ada lebih dapat


ditinjau lebih awal oleh pihak - pihak yang terkait, baik bagi dinas pertanian maupun dari
pemerintah. Efisiensi produksi dapat dioptimalkan secara baik dengan meningkatkan
kesejahteraan petani juga, ketika kesejahteraan petani dapat diangkat secara berkelanjutan
tingkat petani yang ingin mengelola lada lebih nbanyak. Sehingga dapat menyeimbangkan
efisiensi produksi.
Efisiensi produksi lada di Indonesia dapat ditekan sedemikian rupa dengan
menganalisis masalah-masalah yang ada di lapangan, dengan memperhatikan seluruh
aspek yang terkait.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 21


BAB IV
KESIMPULAN

Produksi adalah usaha menciptakan dan meningkatkan kegunaan suatu barang untuk
memenuhi kebutuhan.
Teori Produksi : Untuk melihat hubungan antar input (faktor produksi) dan, output
(hasil poduksi)
Terdapat tiga pola hubungan antara input dan output yang umum digunakan dalam
pendekatan pengambilan keputusan usahatani yaitu:
1. hubungan antara input-output, yang menunjukkan pola hubungan penggunaan
berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat output tertentu (dieksposisikan
dalam konsep fungsi produksi)
2. hubungan antara input-input, yaitu variasi penggunaan kombinasi dua atau lebih
input untuk menghasilkan output tertentu (direpresentasikan pada konsep isokuan dan
isocost)
3. hubungan antara output-output, yaitu variasi output yang dapat diperoleh dengan
menggunakan sejumlah input tertentu (dijelaskan dalam konsep kurva kemungkinan
produksi dan isorevenue)
Faktor produksi yang diperlukan dalam usahatani :
1. Lahan Pertanaman
2. Modal (sarana produksi)
3. Tenaga Kerja
4. Manajemen
Pengaruh penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam tiga alternatif
sebagai berikut :
1. Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor
produksi melebihi proporsi pertambahan produksi
2. Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan
proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh
3. Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi
akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar (Soekartawi,2001).

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 22


Macam-Macam Teori Produksi:
a) Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah
b) Teori produksi dengan Dua Faktor Berubah
c) Teori Biaya (Ongkos) Produksi

Fungsi Produksi digunakan untuk :


- Sebagai alat analisis yang menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dalam proses
produksi
- Sebagai alat analisis normatif yang dapat menentukan keadaan terbaik untuk
memaksimukan kentungan
Alokasi penggunaan sarana produksi dikatakan efisien apabila nilai marginal produk
(NPMxi) sama dengan harga inputnya (Pxi), artinya alokasi sarana produksi telah
mencapai titik optimal atau telah efisien. Ini juga berarti bahwa perbandingan antara
nilai produk marginal dengan harga input pada titik kombinasi tersebut sama dengan
satu.
Efisiensi produksi komoditas lada di Indonesia dapat dioptimalkan secara baik dengan
meningkatkan kesejahteraan petani juga, ketika kesejahteraan petani dapat diangkat
secara berkelanjutan tingkat petani yang ingin mengelola lada lebih nbanyak. Sehingga
dapat menyeimbangkan efisiensi produksi.

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 23


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2010.http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/2004/104.PDF.diakses tanggal 20
Maret 2010
Anonymous.2010.http://qeyty.blogspot.com/2008/10/bab-viii-fungsi produksi.html.diakses
tanggal 20 Maret 2010
Anonymous.2010. http://lecture.ub.ac.id/tatiek/files/2009/11/bab2.pdf.diakses tanggal 20
Maret 2010
Anonymous.2010.http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_ekonomi/Bab_3.p
df.diakses tanggal 20 Maret 2010
Anonymous.2010. http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/2004/104.PDF.diakses tanggal 20
Maret 2010
Anonymous.2010. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/(8)%20soca-agung%20dkk-analisis
%20usahatani%20cabai%20merah(1).pdf. diakses tanggal 20 Maret 2010
Anonymous.2010. http://etd.eprints.ums.ac.id/3157/1/B300010040.pdf.diakses tanggal 20
Maret 2010
Anonymous.2010.http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=
445 .diakses tanggal 20 Maret 2010
Anonymous.2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Production_theory_basics.diakses
tanggal 20 Maret 2010
Anonymous.2010.http://lecture.ub.ac.id/tatiek/files/2009/07/b-max-profit-satu input.pdf.
diakses tanggal 20 Maret 2010
Anonymous.2010. http://lecture.ub.ac.id/tatiek/files/2009/11/bab2.pdf diakses tanggal 20
Maret 2010
Soekartawi. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi.
Raja Grafindo Persada. Jakarta
Suhartini. 2010. Modul Perkuliahan III Produksi (Teori, Fungsi, dan Efisiensi). Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Produksi ( Teori, Fungsi, dan Efisiensi ) Page 24

Anda mungkin juga menyukai