ANALISIS PROYEK
Disusun oleh:
Yogi Irawan C1051171041
Budi Satrio C1051181021
Dimas Putra Denssa C1051181037
Lina C1051181076
Indonesia merupakan negara agraris. Negara yang memiliki sektor pertanian yang
sangat besar. Penduduk Indonesia pada tahun 2015, sekitar 37,75 juta jiwa mata
pencaharian utamanya adalah sebagai petani. Pembangunan pertanian merupakan salah
satu tulang punggung pembangunan nasional dan implementasinya harus sinergis dengan
pembangunan sector lainnya. Pelaku pembangunan pertanian meliputi departemen teknis
terkait, pemerintah daerah, petani, pihak swasta, masyarakat, dan pemangku kepentingan
(stekholders)lainnya.
Suatu teknologi sebelum diterapkan petani harus memenuhi kriteria layak secara
teknis, ekonomi, dan sosial. Teknologi harus dapat memberikan pendapatan yang lebih
besar dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Oleh karena itu, dalam berusahatani,
petani dihadapkan pada biaya yang perlu diperhitungkan dengan seksama untuk
memperoleh pendapatan yang optimal.
Biaya produksi pada prinsipnya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap meliputi sewa lahan, peralatan, dan bahan pembantu lainnya.
Biaya variabel meliputi benih, pupuk, pestisida, dan tenaga keria. Produktivitas jagung
yang masih rendah tersebut, menyebabkan usahatani jagung kurang menarik sehingga
banyak petani yang alih usaha ke komoditas yang lain seperti menanam cabe, kacang dan
tanaman semusim lainnya. Penyebab lain rendahnya produktivitas jagung karena harga-
faktor produksi yang dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan, terutama harga
pupuk buatan (Urea, SP-36, KCL) dan pestisida. Disamping itu, harga jagung saat panen
raya yang tidak menentu dan sering kurang menguntungkan petani. Faktor lain yang
sering dialami sebagian besar petani jagung adalah keterbatasan modal untuk membeli
sarana produksi berupa benih, pupuk dan obat-obatan (Warsana, 2007).
Sebuah usaha tani pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan keuntungan yang
maksimal. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal petani harus mengalokasikan
input secara efisien. Di lain pihak fluktuasi harga-harga input output menghendaki
penyesuaian sehingga efisiensi usahatani tercapai.
B. Tujuan
Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian disamping tanah,
tenaga kerja dan pengelolaan. Tetapi secara ekonomi dapat dikatakan bahwa modal
pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari luar.Modal umumnya
digunakan untuk biaya pupuk, pestisida dan tenaga kerja pada usahatani.Prinsip
optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan
faktor produksi tersebut digunakan seefisien mungkin.Faktor produksi yang paling penting
dalam usahatani jagung adalah bibit cabe yang dianjurkan adalah bibit cabe unggul.
Aspek finansial
Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan
untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan
suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan
usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan
suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti
finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan
resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari.
BAB II
KEGIATAN PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK
Dalam usaha jagung menggunakan beberapa bahan baku sebagai berikut, yaitu:
a. Benih
b. Pupuk
c. Pestisida
Untuk jumlah yang digunakan tersebut untuk 1 tahun saja, karena untuk tahun
selanjutnya mengalami perubahan atau meningkat sesuai dengan peningkatan pemesanan
cabe pada saat pemasaran.
Dalam usaha jagung menggunakan beberapa alat sebagai berikut, yaitu:
a. Pompa air 1 unit
b. Traktor bajak 1 unit
c. Saung sederhana 1 unit
d. Sprayer 2 unit
e. Cangkul 1 unit
f. Garpu 1 unit
g. Parang 1 unit
h. Selang air 100 meter
i. Drum air 4 unit
C. Proses Produksi
Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai batang berbentuk bulat,
beruas-ruas dan tingginya antara 60 300 cm. Tanaman cabe dapat tumbuh di dataran
rendah sampai dataran tinggi (ketinggian 0 - 1.300 m dpl). Curah hujan yang optimal
adalah antara 85-100 mm/bulan merata sepanjang tahun. Cabe dapat di tanam secara
monokultur atau tumpangsari dengan tanaman lain, misalnya ubi kayu. Jenis cabe yang
ditanam oleh petani dapat berupa cabe komposit atau cabe hibrida. Pengolahan tanah
dapat dilakukan dengan tenaga manusia, ternak atau menggunakan mesin (traktor). Tanah
dibajak dengan kedalaman 15-20 cm yang kemudian diratakan. Penggunaan mesin
mengefisienkan biaya dan waktu pengolahan tanah.
Pada jarak tanam P 35 x L 70 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga
digunakan jarak tanam 80 x 30 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini
tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu
musim penghujan atau waktu musim hujan hampirberakhir, benih jagung ini dapat
ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman cabe. Pada
saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Pembuatan
lubang tanaman dan penanaman 100m x 100m memerlukan 15 orang 6 orang membuat
lubang 9 otang melakukan pengisian biji kedalam lobang dan sekalian menutup lubang
kebanyakan apabila menggunakan bibit hibridah tumbuh dengan baik benih jagung.
Jenis pupuk yang diperlukan adalah Urea dengan dosis antara 300-450 kg/ha, TSP 100
kg/ha dan KCl antara 50-100 kg/ha. Pada waktu penanaman diberikan pupuk dasar yang
terdiri dari TSP dan KCl (dosis penuh) dan 1/3 bagian dosis Urea. Kemudian sisa urea
diberikan pada waktu tanaman berumur 3 dan 6 minggu, dengan dosis masing-masing 1/3
bagian.
Bila ada gejala serangan hama atau penyakit, segera dilakukan penyemprotan dengan
pestisida yang telah dianjurkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan setempat. Jenis
pestisida bisa disesuaikan dengan jenis serangan hama dan penyakit
D. Pemasaran
Pemasaran yang efesien merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam sistem
pemasaran, dimana sistem pemasarn memberikan kepuasan kepada setiap pihak-pihak
yang terlibat produsen, konsumen, dan lembaga-lembaga pemasaran . Menurut Sudiono
(2001) untuk mengukur efesiensi pemasaran dapat dilakukan pendekatanstruktur,
keragaan, dan tingkahlaku pasar. Upaya perbaikan efesiensi pemasaran dapat dilakukan
dengan meningkatkan output pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran.
Pemasaran yang akan kami lakuan nantinya yaitu kami akan menawarkan hasil
produksi cabe kepasaran terdekat dan melakukan pemasaran memalui media sosial dengan
membuat pamflet promosi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cabe baik untuk
masyarakat dalam kota maupun luar kota.
BAB III
ANALISIS FINANSIAL
A. Pendapatan
Berdasarkan ilmu ekonomi, pendapatan adalah hasil dari kegiatan penjualan barang
atau jasa di sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Sebenarnya tidak hanya hasil dari
penjualan, pendapatan sebuah perusahaan bisa juga berasa dari bunga dari aktiva perusahaan
yang digunakan pihak lain, dividen, dan royalti. Semuanya dijumlahkan dan dicatat dalam
pembukuan perusahaan.
Selain itu, pendapatan juga bisa didefinisikan sebagai biaya yang dibebankan kepada
pelanggan atau konsumen atas harga barang atau jasa. Pendapatan merupakan faktor penting
dalam perusahaan karena merupakan tolak ukur maju atau mundurnya sebuah perusahaan.
Semakin besar pendapatan, perusahaan tersebut dinilai semakin maju, begitu pula sebaliknya.
Jenis-jenis Pendapatan. Dalam perbankan, jenis pendapatan dibagi dua, yaitu pendapatan
operasional dan pendapatan non operasional.
Tabel pendapatan pertahun di targetkan untuk pendapatan usaha selama 5 tahun dan di
asumsikan dari target produksi cabe yang ada pada Pre-Selection yaitu dalam 1 tahun
ditergetkan 2 kali produksi dan setiap 1 kali poduksi menghasilkan 45.000kg Cabe yang
di peroleh dengan asumsi penjualan 3.500 jadi dalam 1 tahun usaha cabe akan
menghasilkan 90.000kg cabe. Perkiraan pendapatan usaha per 10 hektar untuk satu
musim tanam sebesar Rp.157.500.000 atau dalam satu tahun mencapai Rp.315.000.000.
B. Pengeluaran
Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha budidaya cbe dibedakan menjadi dua yaitu
biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah komponen biaya yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan peralatan dan mesin budidaya cabe. Adapun biaya
modal kerja merupakan gabungan dari biaya tetap (yang diperhitungkan setiap musim tanam)
dan biaya variabel. Biaya modal kerja atau biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk
memulai usaha budidaya jagung akan dipersiapkan pada awal pelaksanaan budidaya.
Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha budidaya cabe per 1 hektar berupa
biaya untuk pengadaan peralatan dan mesin budidaya. Kebutuhannya tergantung pada skala
usaha (luas lahan usaha) budidaya. Kebutuhan biaya investasi untuk usaha budidaya cabe per
1 hektar adalah sebesar Rp.118.000.000 .
No Komponen Biaya Jumlah Harga Satuan Total (Rp)
(Rp)
A Alsintan
1. Pompa Air 1 Unit 2.000.000 2.000.000
2 Traktor bajak 1 Unit 15.000.000 15.000.000
B Peralatan Produksi
1. Saung sederhana 1 Unit 1.000.000 1.000.000
2. Sprayer 2 Unit 100.000 200.000
4. Cangkul 1 Unit 20.000 20.000
5. Garpu 1 Unit 30.000 30.000
6. Parang 1 Unit 70.000 70.000
7. Selang air 100 Meter 2.000 200.000
8. Drum air 4 Unit 300.000 1.200.000
Jumlah Biaya Investasi 18.640.000
Biaya modal kerja dalam usaha budidaya cabe, seperti dijelaskan sebelumnya terdiri dari biaya
variabel (yang tergantung pada skala usaha atau luas lahan yang dikelola) dengan biaya tetap (yang
sebagian tergantung pada skala usaha). Total biaya variabel yang digunakan sebagai biaya modal
kerja usaha budidaya cabe untuk luasan lahan 1 Ha adalah sebesar Rp.56.850.000 per musim tanam
atau Rp.115.850.000 per tahun dengan asumsi 2 kali musim tanam. Komposisi biaya variabel
terbesar adalah untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp.50.000.000 per tahun.
C. Keuntngan/Laba
Laba "Kelebihan pendapatan dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut (profit)." “Selisih lebih antara harga penjualan yang lebih besar
dan harga pembelian atau biaya produksi; keuntungan (yang diperoleh dengan menjual barang
lebih tinggi daripada pembeliannya, membungakan uang, dan sebagainya).”
Istilah lain yang kerap digunakan untuk menggantikan kata laba adalah keuntungan
ataupun profit. Menilik dari sudut pandang ilmu ekonomi murni, definisi laba adalah peningkatan
kekayaan seorang investor sebagai hasil dari penanaman modal setelah dikurangi biaya-biaya
terkait penanaman modal tersebut. Namun, jika melihat dari sudut pandang akuntansi, laba
merupakan selisih harga penjualan dengan biaya produksi.
Pada umumnya, laba kerap kali menjadi ukuran yang digunakan untuk menilai berhasil
atau tidaknya manajemen suatu perusahan atau badan usaha yaitu dengan melihat laba yang telah
diperoleh dari perusahaan tersebut.
Unsur-Unsur Laba
Untuk menentukan laba bersih dari suatu badan usaha, berikut unsur-unsur dari laba yang perlu
diketahui :
1. Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikkan aktiva suatu perusahaan atau penurunan
kewajiban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi, yang berasal dari aktivitas operasi dalam
hal ini penjualan barang (kredit) yang merupakan unit usaha pokok perusahaan.
2. Beban
Beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikkan kewajiban dalam suatu
periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas operasi.
3. Biaya
Biaya adalah kas atau nilai equivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang
diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi. Biaya yang telah
kadaluarsa disebut beban, tiap periode beban dikurangkan dari pendapatan pada laporan
keuangan rugi-laba untuk menentukan laba periode.
4. Untung-rugi
Keuntungan adalah kenaikkan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi insidental yang
terjadi pada perusahaan dan semua transaksi atau kejadian yang mempengaruhi perusahaan
dalam suatu periode akuntansi selain yang berasal dari pendapatan investasi pemilik.
5. Penghasilan
Penghasilan adalah hasil akhir penghitungan dari pendapatan dan keuntungan dikurangi beban
dan kerugian dalam periode tersebut.
Keuntungan atau laba mempunyai dua data, yaitu data laba kotor dan laba bersih yang
berdasarkan data yang kami analisis seperti yang ada pada table dibawah.
1 Rp 133.300.000 Rp 19.995.000
Masa pengembalian atau payback yang kami analisis berdasarkan data waktu yang dibutuhkan
usaha ini mengembalikan biaya adalah 1 Tahun 5 bulan atau 17 bulan dan itu sangat baik
untuk usaha ini.
IRR 67%
NPV (DF 13%) Rp 594.183.935,74
A. Kelayakan Teknis
Aspek Teknis yang bisa dikaji untuk kelayakan teknis berkaitan dengan segi aspek lokasi
usaha yang didalamnya terdapat lokasi penggilingan padi, akses menuju lokasi,
1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pupuk di Pengolahan Pupuk Organik di Desa Pal Ix Kec. Sungai Kakap
Kab. Kuburaya yang akan dibuat ini berada dipertengahan rumah penduduk di kab.
Kuburay. Banyak faktor yang mempengaruhinya yakni :
Lokasi usaha pupuk
Lokasi usaha pupuk akan mempengaruhi produksi beras yang dihasilkan, dilihat dari
faktor iklim, jikalau lokasi penggilingan sesuai maka diharapkan produksi cebe dan hasil
lainnya akan sesuai dan bisa lebih maksimal, dan juga apabila dibangun penggilingan cae
di sekitar area lokasi pascapanen yang cukup besar membuka peluang usaha penggilingan
untuk meningkatkan produksi dan produktifitasnya.. Sehingga dengan kemudahan input
tersebut lokasi penggilingan padi dapat berkembang dengan baik.
Akses Menuju Lokasi
Jikalau Akses menuju lokasi dapat diakses dengan baik dan cepat, maka perputaran
pendapatan dari produksi diharapkan seimbang hingga maksimal, karna akses dibuat
dengan kondisi yang memudahkan para petani dan dapat dijangkau oleh transportasi, dan
biaya transportasi juga tidak keluar banyak untuk para petani membawa hasil gabah ke
lokasi penggilingan karena aksesnya yang tidak terlalu jauh Lokasi usaha pupuk yang
dekat dengan jalan raya juga memudahkan para pengumpul dan masyrakat untuk
pengangkutan hasil giling mereka ke tempat mereka memasarkan hasil gilingan mereka.
Letak tempat yang dituju
Pasar sebagai tempat yang dituju untuk dari beras hasil penarikan biaya sewa yang
diberikan kepada pengumpul atau masyrakat yang menggunakan jasa usaha pembuatan
pupuk adalah masyarakat sekitar usaha pengelolaan pupuk. Usaha pupuk hanya menjual
produk pupuk mereka kepada masyrakat sekitar. Dimana masyarakat lansung datang ke
tempat usaha pengelolaan untuk membeli pupuk dengan menggunakan alat transportasi
mereka sendiri.
B. Kelayakan Lingkungan
Usaha pengelolaan pupuk akan memberikan dampak yang positif pada lingkungan
sekitarnya. Dampak positif yang diberikan bisa membantu masyarkat dalam pengurangan
sampah disekitas laingkungannya, khusunya sampah organik. Petani dan masyarakat
sekitarnya terbantu dalam proses pembenahan tanah dan harga lebih murah. Aktifitas
usaha pengelolaan pupuk juga tidak menimbulkan dampak negatif ke lingkungan
sekitar.Untuk bunyi dari mesin pengolahan pupuk tidak mengganggu masyarakat sekitar
karena sudah diberi peredam suara dibagian pembuangannya sehingga tidak terdengar
keluar, hanya di ruang mesin penggilingan saja. Ruangan mesin penggilingan juga
dibatasi oleh area pembusukan pupuk yang luas disekitarnya sehingga membuat suara
bising mesin penggilingan tidak terdengar oleh masyarakat. Untuk mesin pengelolaan
pupuk sendiri dipilih oleh pemilik yang tidak memiliki suara yang keras sehingga tidak
menimbulkan suara bising ketika proses penggilingan dilakukan
C. Kelayakan Finansial
1. NPV
Nilai NPV yang kami dapatkan sebesar 594.183.935,74 dan nilai menunjukan bahwa
Usaha cabe menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
594.183.935,74
2. IRR
Nilai IRR yang kami dapatkan sebesar 67% dengan nilai yang segini maka lebih
tinggi dari bunga yang kami gunakan yaitu 15%dan nilai menunjukan bahwa Usaha
cabe menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
IRR 67%
3. B/C RASIO
Nilai B/C Rasio sebesar 2,54. Nilai B/C ratio > 0 menunjukkan usaha ini
menguntungkan.
Berdasarkan analisis yang kami lakukan bahwa usahatani cabe dapat di simpulkan
sebagai berikut: Nilai NPV yang kami dapatkan sebesar Rp.594.183.935,74/ tahun dan nilai
menunjukan bahwa Usaha cabe menguntungkan dan layak untuk dikembangkan sedangkan Nilai
IRR yang kami dapatkan sebesar 67% dengan nilai yang segini maka lebih tinggi dari bunga
yang kami gunakan yaitu 15%dan nilai menunjukan bahwa Usaha cabe menguntungkan dan
layak untuk dikembangkan dan Nilai B/C Rasio sebesar 2,54. Nilai B/C ratio > 0 menunjukkan
usaha ini menguntungkan. Pemasaran memalui media sosial dengan membuat pamflet promosi
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan permintaan jagung baik untuk masyarakat dalam kota
maupun luar kota.