Anda di halaman 1dari 12

USAHA AGRIBISNIS BERDASARKAN SUBSISTEM/ MATERI III

KELOMPOK 3
ULFAH FITRIYAH R. 210905500007
FARAS CHASLIA 210905501001
ELYSA NATALIA 210905501002

A. PENDAHULUAN
Agribisnis merupakan salah satu sector utama perekonomian
pemerintah yang berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Hal tersebut dibuktikan oleh sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia memungkinkan untuk hal tersebut.
Pembangunan ekonomi pada suatu negara terutama yang memiliki
warisan agraris seperti Indonesia sangat dipengaruhi oleh sektor pertanian.
Indonesia disebut sebagai negara agraris, yaitu negara yang
menggantungkan hidupnya pada sector pertanian sebagai sumber
penghidupan dan penunjang pembangunan. Dikenal sebagai negara yang
akaya akan sumber daya alam, dengan luas lahan yang sangat luas dan
agrolikmat yang potencial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian.
Manusia pada awalnya tidak bercocok tanam untuk memenuhi
kebutuhannya, mereka hanya menerima dari alam. Padahal mereka belum
membutuhkan sarana produksi pertanian. Manusia mulai
membudidayakan banyak tanaman, hewan, dan ikan secara ekstensif untuk
memenuhi kebutuhan mereka karena kebutuhan manusia meningkat dan
alam tidak dapat memenuhi semuanya. Pada tahap ini, usaha tani mulai
memanfaatkan saran produksi yang hanya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya sendiri di lahan pertanian itu sendiri (onfarm)
(konsumsi rumah).
Tahap selanjutnya ditandai dengan adanya kekhususan dalam
kegiatan pertanian serta adanya pengaruh perkembangan di luar industri
pertanian, perbedaan potensi sumber daya alam (anugerah dari alam) antar
daerah, perbedaan keterampilan (keahlian) dari penduduk setempat, dan
membuka hubungan lalu lintas antar daerah. Pada titik ini, produk
pertanian mulai dipasarkan dan disiapkan sebelum dijual, selain untuk
dikonsumsi sendiri.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat di sektor industry
(kimia dan mekanik) dan transportasi menjadi katalis bagi pertumbuhan
berkelanjutan sector pertanian. Penggunaan input produksi pertanian yang
dilakukan oleh industri (pupuk dan bahan kimia lainnya) telah
menyebabkan peningkatan kompleksivitas dan produktivitas pertanian per
hektar (pestisida). Pertanian menjadi lebih terspesialisasi sesuai dengan
aktivitas dan komoditas. Namun, petani hanya terlibat dalam operasi
pertanian, sektor industri mendominasi perolehan infrastruktur produksi
pertanian.

Agribisnis yang dulunya lebih terfokus pada bentuk primer atau


usaha pertanian dengan fokus pada produksi, kini menjadi sector ekonomi
yang modern dan signifikan. Agribisnis merupakan kumpulan kegiatan
yang berkaitan dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber
daya alam hayati. Subsistem yang membentuk satu mata rantai yaitu
agribisnis yang saling bekerja sama, mendukung, dan mempengaruhi.
Di sisi lain, sektor industri pengolahan juga mendominasi kegiatan
ini karena pengolahan hasil pertanian untuk berbagai keperluan
membutuhkan teknologi yang semakin maju dan dalam skala yang luas
agar dapat layak secara ekonomi. Produk pertanian di proses untuk
meningkatkan keragaman penggunaannya dan memudahkan proses
pemasaran (membuatnya lebih mudah disimpan dan diangkut untuk
ekspor). Pada titik ini, pembagian kerja dalam operasi pertanian menjadi
lebih jelas, dengan pertanian sebagai definisi terbatas pertanian, produksi
input pertanian (perlengkapan pertanian) sebagai usaha hulu, dan
pengolahan komoditas pertanian sebagai industri hilir. Semua operasi
bisnis yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan
pertanian termasuk dalam spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian
tersebut di atas dan secara kolektif disebut sebagai “Sistem Agribisnis”.
B. PEMBAHASAN
1. Subsistem Usaha Penyediaan Alat Dan Sarana Produksi Pertanian
Dalam subsistem ini terdapat kegiatan pengadaan serta penyaluran
hingga kegiatan perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
sumberdaya serta teknologi untuk membuat pengadaan input usahatani
ataupun proses produksi agar terpenuhi kriterianya berupa kriteria tepat
jenis, kriteria tepat jumlah, kriteria tepat waktu, kriteria tepat produk dan
kriteria tepat mutu.
Subsistem usaha penyediaan alat dan sarana produksi pertanian
meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih,
bibit, pupuk, pestisida, alat-alat/mesin, dan peralatan produksi pertanian.
Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah
perorangan, perusahaan swasta, pemerintah. Pentingnya subsistem ini
mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan
sukses agribisnis. Industri yang menyediakan sarana produksi pertanian
disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream).
Ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses sarana produksi,
seperti benih, pupuk, pestisida, serta alat dan mesin pertanian menjadi hal
penting yang harus diperhatikan untuk mendukung keberhasilan
pengelolaan usahatani. Baiknya sistem pengadaan sarana produksi dapat
dilihat dari enam aspek yang biasa disebut dengan kaidah 6 tepat yaitu
tersedia tepat waktu, tempat, jumlah, jenis, mutu dan harga.
Penggunaan sarana produksi pertanian ini agar memperhatikan
prinsip pembangunan pertanian agar dapat disediakan secara local atau
mudah diakses oleh para petani atau kelompok petani. Berkenaan dengan
penyediaan alat dan mesin pertanian ini, sangat diperlukan adanya layanan
jasa terhadap pengelolaannya (penggunaan, operasi dan perbaikan).
Layanan jasa tersebut memiliki fungsi untuk memberikan asistensi teknik
atau cara penggunaan alat dan mesin, manfaat alat dan mesin pertanian,
serta pemeliharaan dan perbaikannya. Ini berarti bahwa kesempatan
berusaha dan bekerja bagi warga masyarakat menjadi semakin terbuka
sehingga pengembangan pertanian agribisnis sekaligus dapat menyerap
tenaga kerja local. Atau dengan kata lain, tingkat pengangguran di dalam
suatu wilayah dapat dikurangi seiring dengan pengembangan agroindustri
yang memproduksi sarana produksi dan alat serta mesin pertanian.
Dampak positif berikutnya dengan pengembangan agroindustri ini juga
adalah adanya peningkatan kebutuhan sarana lainnya.
Terdapat lima faktor penting yang perlu diperhatikan dalam sistem
pengadaan bahan baku agar kegiatan pengolahan berjalan dengan lancar,
yaitu:
a. Jumlah yang tepat. Masalah yang dihadapi adalah bahwa pabrik
bekerja jauh di bawah kapasitas produksi terpasang, karena
kekurangan bahan baku. Pengkajian faktor penentu produksi bahan
baku dan penggunaan lain dari bahan baku tersebut perlu perhatian
khusus. Faktor yang menentukan produksi bahan baku adalah luas
lahan dan produktivitasnya.
b. Mutu bahan baku. Perusahaan tidak hanya memikirkan
ketersediaanbahan baku dari segi jumlah saja, tetapi juga dilihat
dari segi persyaratan mutu. Jumlah yang banyak tidak akan
berguna jika mutunya tidak sesuai dengan yang diperlukan.
c. Pemilihan waktu yang tepat. Waktu merupakan faktor yang
penting dalam sistem pengadaan bahan baku agroindustri karena
sifat biologis dari bahan baku tersebut. Karakteristik bahan baku
yang tergantung pada waktu adalah musim, daya tahan, dan
ketersediaan.
d. Biaya yang layak. Biaya bahan baku merupakan biaya terbesar dari
proses agroindustri. Faktor produksi tambahan yang utama adalah
tenaga kerja. Oleh karena biaya bahan baku merupakan penentu
utama, maka perlu dilihat alternatif mekanisme harga dan kepekaan
laba terhadap perubahan biaya.
e. Organisasi. Ketersediaan mutu bahan baku pada waktu yang tepat
dan biaya yang layak akhirnya tergantung pada organisasi sistem
pengadaan. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai penentuan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan
tugastugas, dan membagikan pekerjaan pada setiap karyawan,
penetapan departemen dan hubungan-hubungan.

Adapun pelaku yang mengadakan sarana produksi seperti


perorangan, BUMN, swasta, koperasi dan pemerintah. Berdasarkan segi
positif dan negatifnya, kegiatan primer berupa input bahan baku dalam
praktek pertanian posisisnya selalu untung karena output produksinya
jelas. Namun apabila iklim dan hama mempengaruhi usaha taninya, maka
dilihat dari segi petani selalu rugi. Sedangkan segi pengolahan dan
pemasaran selalu untung. Apabila omset suatu industri naik, maka
keuntungannya akan lebih tinggi dan biaya produksinya akan turun.
Sedangkan petani biasanya dalam posisi terjepit. Untuk melindungi petani
maka pemerintah turun tangan dengan mengeluarkan kebijaksanaan dalam
bentuk subsidi.
Ditinjau dari pelaku utama biasanya digolongkan lagi dalam dua
golongan yaitu golongan lemah yang terdiri dari petani, perusahaan kecil
dan koperasi. Dalam golongan kuat termasuk BUMN atau pemerintah dan
konglomerat yang merupakan perusahaan terpadu.
Pihak swasta baik individu maupun perusahaan yang berbadan
hukum secara total merupakan pihak yang berperan paling besar dalam
kegiatan agribisnis. Peran BUMN dalam kegiatan agribisnis lebih kecil
dibandingkan dengan peran swasta. Peranan yang paling menonjol
diantara keempat sub sistem agribisnis adalah di subsistem usahatani
terutama dlam memproduksi komoditas perkebunan. Di subsistem
pengadaan dan penyaluran sarana produksi, peranan yang paling menojol
adalah dalam dalam memproduksi pupuk organik. Dalam hal pengadaan
sarana produksi lainnya yaitu alat pertanian, pestisida dan makanan ternak,
pihak swasta ternyata berperanan lebih besar.
Pelaku lainnya dalam kegiatan agribisnis adalah koperasi. Peranan
koperasi di setriap subsistem agribisnis sangat kecil dibandingkan swasta
dan BUMN. Untuk masa yang akan datang tugas KUD diharapkan tidak
seperti sekarang. Kini tugas KUD masih dalam penyaluran pupuk,
pestisida penyediaan fasilitas kredit, membeli hasil panen petani dan
memasarkan. Kopersi lebih mirip sebagai perpanjangan tangan
pemerintah. Kebijakan pembinaan KUD sendiri membuat dirinya menjadi
tergantung pada pemerintah, mulai dari penyediaan, pembiayaan bahkan
rekayasa kegiatannya.

2. Subsistem Usaha Tani


Subsistem agribisnis usahatani merupakan kegiatan yang selama
ini dikenal sebagai kegiatan usahatani, yaitu kegiatan di tingkat petani,
pekebun, peternak dan nelayan serta dalam arti khusus termasuk juga
kegiatan kehutanan yang berupaya mengelola input-input (lahan, tenaga
kerja, modal, teknologi dana manajemen) untuk menghasilkan produk
pertanian. Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsurunsur produksi seperti alam,
tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk
menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian
Subsistem usaha tani atau onfarm merupakan kegiatan
menggunakan barang-barang modal dan sumber daya alam untuk
menghasilkan komoditas pertanian yang dimasa lalu dikenal dengan sektor
pertanian primer. Terganggunya input pertanian dari subsistem hulu tentu
akan berpengaruh dan terganggunya subsistem onfarm. Namun ketahanan
pangan harus tetap terjaga, sehingga diperlukannya kerja sama antar
stakeholder pertanian terkait mulai dari pemerintah, penyuluh, peneliti,
akademisi swasta serta pelaku sektor pertanian lainnya guna
mempertahanan ketahanan pangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan
pokok masyarakat
Subsistem usahatani memuat komponen usahatani yang merupakan
subsistem agribisnis setelah subsistem input. Pada subsistem usahatani
akan terlihat bagaimana para petani mengolah sumberdaya pertanian yang
ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh produksi pada waktu
tertentu dan memperoleh keuntungan dari usahataninya itu sendiri.
Ilmu usahatani ini juga mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Petani
atau produsen dapat dikatakan mampu mengalokasikan sumberdaya yang
mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien apabila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang lebih tinggi dari
masukan (input). Analisis usahatani sangat penting bagi petani, karena
bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang akan terjadi, serta
mengukur apakah kegiatan usahataninya selama ini menguntungkan atau
tidak. Pendapatan atau keuntungan merupakan faktor yang memotivasi
petani dalam melakukan kegiatan berusahatani. Keuntungan yang tinggi
akan merangsang petani untuk lebih mengembangkan usahataninya agar
mendapatkan produksi yang optimal.
Penggunaan Input Produksi Input produksi dalam setiap kegiatan
usaha tani menjadi salah satu faktor penentu barjalannya kegiatan
usahatani. Ketersediaan sarana dan input produksi yang sesuai dengan
kebutuhan usahatani dapat mendukung petani dalam memperoleh
produktivitas hasil yang memuaskan baik secara kuantitas maupun
kualitas. petani menggunakan tenaga kerja yang berasal dari dalam dan
luar keluarga untuk menyelesaikan setiap tahapan kerja pada usahatani
padi sawah. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) meliputi
seluruh tahapan kerja dalam usahatani, sementara untuk tenaga kerja luar
keluarga (TKLK) curahan waktu kerjanya hanya pada tahapan kerja yang
memerlukan tenaga kerja yang cukup besar dan harus segera diselesaikan
seperti pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan dan
pemanenan.

3. Subsistem Usaha Pengolahan Hasil Pertanian


Sistem agribisnis terutama subsistem agroindustri bertujuan untuk
menambah nilai suatu komoditas melalui perlakuan-perlakuan yang dapat
menambah kegunaan komoditas tersebut, baik kegunaan bentuk (form
utility), kegunaan tempat (place utility), maupun kegunaan waktu (time
utility). Nilai tambah adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat
perlakuan-perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai korbanan
yang digunakan selama proses produksi, yang dipengaruhi oleh faktor
teknis dan faktor pasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan
adalah faktor teknis yang meliputi kualitas produk, penerapan teknologi,
kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja.
Faktor non-teknis yang mempengaruhi nilai tambah meliputi harga output,
upah kerja, harga bahan baku, dan nilai input selain bahan baku dan tenaga
kerja. Faktor teknis akan berpengaruh terhadap penentuan harga jual
produk, sementara faktor nonteknis akan berpengaruh terhadap faktor
konversi dan biaya produksi.
Secara umum konsep nilai tambah yang digunakan adalah nilai
tambah bruto, dimana komponen biaya antara yang diperhitungkan
meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong serta biaya transportasi.
Besarnya nilai tambah ini tidak seluruhnya menyatakan keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan, karena masih mengandung imbalan terhadap
pemilik faktor produksi lain dalam proses pengolahan yaitu sumbangan
input lain. Besarnya nilai output produk dipengaruhi oleh besarnya bahan
baku, sumbangan input lain, dan keuntungan. Maka nilai tambah dapat
dihitung sebagai berikut : Nilai tambah = Nilai Output – Sumbangan Input
Lain – Bahan Baku
Subsistem pengolahan hasil adalah suatu aktivitas industri yang
mengolah produk hasil pertanian ( produk pertanian primer ) dari satu
bentuk menjadi berbagai variasi bentuk produk olahan, sehingga
pengolahan sangat diperlukan untuk menambah penghasilan petani.
Subsistem pengolahan merupakan kegiatan ekonomi mulai dari
pasca panen hingga pengolahan tingkat lanut selama bentuk, susunan, cita
rasa komoditi tersebut tidak berubah kegiatan termasuk pengupasan,
pembersihan, pengekstrasian, pengalengan, pembekuan, peningkatan mutu
hingga pengemasan. Subsistem ini termasuk subsistem off farm karena
tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pertanian lapangan sawah
atau ladang. Tujuan dari pengolahan hasil adalah:
a. Meningkatkan nilai tambah ( value added).
b. Meningkatkan kualitas hasil.
c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
d. Meningkatkan ketrampilan produsen.
e. Meningkatkian pendapatan produsen.
Dalam subsistem ini terdapat industri yang mengolah komoditi
pertanian primer menjadi berbagai olahan seperti industri pakan, industri
minuman atau makanan, barang serat alam, farmasi serta bio energi.
4. Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani
dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor, dengan
demikian penerapan subsistem pemasaran harus dilakukan dengan baik.
Hal ini dikarenakan transportasi ditanggung oleh pedagang sehingga
petani tidak mengeluarkan biaya transportasi. Informasi harga diperoleh
dengan petani menghubungi pedagang secara personal untuk
menegosiasikan harga..
Margin pemasaran adalah merupakan selisih antara harga di tingkat
pembeli dan harga di tingkat peternak . Untuk mengetahui besarnya suatu
keuntungan dari setiap pelaku rantai pasokan, Distribusi margin digunakan
untuk mengetahui tingkat kemerataan pembagian keuntungan yang
diterima masing-masing lembaga pemasaran. Pembagian keuntungan bagi
masingmasing lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran
tergolong tidak merata karena selisih dari distribusi margin keuntungan
terlampau jauh yaitu melebihi dari 5%. Pembagian keuntungan yang tidak
merata pada saluran pemasaran disebabkan karena jumlah biaya yang
dikeluarkan serta harga jual yang ditentukan masing-masing lembaga
berbeda-beda.
Perkembangan dunia persaingan sekarang sekarang lebih terbuka
dengan dimulainya era perdagangan bebas sehingga persaingan yang
terjadi bukan hanya persaingan di dalam negeri saja tetapi juga persaingan
dengan negara lain. Persaingan tersebut juga menimpa usaha pertanian di
Indonesia, Persaingan bukan suatu hal yang harus ditakutkan tetapi patut
diwaspadai, persaingan bisa dijadikan suatu bentuk motivasi tersendiri
untuk terus bersaing dan memenangkan pasar. Jika produsen mengetahui
tingkat harga yang berlaku di pasar (quoted price) maka petani akan
mempunyai kemampuan bernegosiasi dengan dealer dan atau membawa
langsung produk pertanian langsung ke pasar di mana harga jual lebih
tinggi daripada petani menjual produknya ke dealer lokal.

5. Subsistem Usaha Penunjang Agribisnis


Dalam subsistem ini terdapat berbagai jenis kegiatan yang
berfungsi sebagai subsistem pendukung dari subsistem yang lainnya dan
mengembangkan kegiatan yang ada mulai dari subsistem hulu hingga
subsistem hilir. Agar subsistem tersebut diatas dapat berjalan dengan baik
dan lancar, maka diperlukan keterlibatan lembaga baik secara langsung
maupun tidak langsung yang berperan sebagai lembaga penunjang.
Komponen pengamatan pada subsistem jasa penunjang agribisnis
didasarkan pada eksistensinya terhadap pemanfaatan lembaga keuangan,
lembaga pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan organisasi
ekonomi, dan fungsi penelitian.
Dalam subsistem ini terdapat kegiatan penunjang pada masa
sebelum panen dan masa setelah panen seperti sarana perbankan, sarana
perkreditan, sarana tataniaga, penyuluhan agribisnis, kelompok tani,
infrastruktur agribisnis, koperasi agribisnis, BUMN, swasta, penelitian dan
pengembangan, Pendidikan dan pelatihan, transportasi, serta kebijakan
pemerintah.
Untuk lembaga konsultan dan penyuluhan akan menyuguhkan
informasi yang dibutuhkan oleh petani serta melakukan pembinaan teknik
produksi, pertanian, budidaya serta manajemen pertanian. Selanjutnya
untuk lembaga keuangan seperti perbankan dan permodalan memberikan
layanan pinjaman dan tanggungan resiko usaha khusus untuk asuransi.
Kelembagaan pendukung sangatlah penting untuk menciptakan
agribisnis yang Tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga tersebut
sangat berperan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis
dalam mewujudkan perkembangan agribisnis. Contohnya yaitu, Distribusi,
Konsumsi, Promosi, dan Informasi pasar.
C. RANGKUMAN
Subsistem usaha penyediaan alat dan sarana produksi pertanian
meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih,
bibit, pupuk, pestisida, alat-alat/mesin, dan peralatan produksi pertanian.
Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah
perorangan, perusahaan swasta, pemerintah. Pentingnya subsistem ini
mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan
sukses agribisnis. Industri yang menyediakan sarana produksi pertanian
disebut juga sebagai agroindustri hulu (upstream).
Subsistem agribisnis usahatani yaitu kegiatan di tingkat petani,
pekebun, peternak dan nelayan serta dalam arti khusus termasuk juga
kegiatan kehutanan yang berupaya mengelola input-input (lahan, tenaga
kerja, modal, teknologi dana manajemen) untuk menghasilkan produk
pertanian. Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsurunsur produksi seperti alam,
tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk
menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
Subsistem pengolahan merupakan kegiatan ekonomi mulai dari
pasca panen hingga pengolahan tingkat lanut selama bentuk, susunan, cita
rasa komoditi tersebut tidak berubah kegiatan termasuk pengupasan,
pembersihan, pengekstrasian, pengalengan, pembekuan, peningkatan mutu
hingga pengemasan.
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani
dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor, dengan
demikian penerapan subsistem pemasaran harus dilakukan dengan baik.
Hal ini dikarenakan transportasi ditanggung oleh pedagang sehingga
petani tidak mengeluarkan biaya transportasi. Informasi harga diperoleh
dengan petani menghubungi pedagang secara personal untuk
menegosiasikan harga..
Kelembagaan pendukung sangatlah penting untuk menciptakan
agribisnis yang Tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga tersebut
sangat berperan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis
dalam mewujudkan perkembangan agribisnis. Contohnya yaitu, Distribusi,
Konsumsi, Promosi, dan Informasi pasar.
D. Soal Latihan
1) Jika agribisnis dipandang sebagai suatu sistem apakah subsistem
dalam agribisnis tersebut dapat berdiri sendiri atau saling
berkaitan?
2) Apa saja peranan pemasaran pada setiap subsistem yang ada di
dalam sistema agribisnis?
3) Tantangan apa saja yang mengganggu sistema agribisnis untuk
mengembangkan sector pertanian?
4) Subsistem apakah yang menjadi inti kegiatan agribisnis?
5) Jelaskan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi sistema
agribisnis!
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai