Anda di halaman 1dari 29

KEBIJAKAN PERTANIAN

DR. IR. INDRA TJAHAJA AMIR, MP


PERTANIAN DAN
PRODUKSI
PERTANIAN DAN PRODUKSI
PENGERTIAN
 Menurut Hadisapoetro (1975), pertanian diartikan sebagai
setiap campur tangan tenaga manusia dalam perkembangan
tanam-tanaman maupun hewan agar diperoleh manfaat yang
lebih baik daripada tanpa campur tangan tenaga manusia.
Secara alami, tanaman dan hewan telah berkembang biak
dengan sendirinya di hutan.
 Manusia tinggal mengambil sesuatu yang dihasilkan tanaman,
misalnya buah-buahan, daun-daunan (sayuran), batang, dan
umbi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai bahan
makan utama (primer).
 Demikian juga perkembangan hewan di hutan, manusia tinggal
mengambilnya dengan cara berburu untuk dimanfaatkan
sebagai bahan makan sekundair.
 Dalam tahap ini belum dikenal “pertanian”.
 Kemudian manusia mulai mencoba menanam tanaman dan
menangkap hewan untuk dipelihara di rumahnya.
 Adanya campur tangan manusia ini akan meningkatkan manfaat
kepada manusia. Perkembangan inilah yang kemudian disebut
dengan pertanian.
 Mosher (1966) memberi definisi pertanian sebagai sejenis
proses produksi yang khas yang didasarkan proses pertumbuhan
tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani dalam suatu
usahatani sebagai suatu perusahaan. Dengan demikian unsur
pertanian terdiri dari proses produksi, petani, usahatani, dan
usahatani sebagai perusahaan.
 Proses Produksi : tumbuhan mengambil zat hara yang ada di
dalam tanah melalui akar-akarnya. Zat ini dibawa ke daun dan
dengan bantuan sinar matahari, zat tersebut diubah menjadi
buah-buahan, biji-bijia dan hasil lain dalam proses yang disebut
photosinthesa. Hasil tumbuhan ini kemudian dimakan oleh hewan
dan manusia.
 Bahan makan dari tanaman ini disebut bahan makan primer,
karena itu tanaman juga disebut pabrik makanan primer.
Hewan dan ternak dengan makan tumbuh-tumbuhan dapat
menghasilkan daging, telor, susu dan hasil ternak lain yang
dikonsumsi oleh manusia. Karena itu hewan disebut bahan
makan sekunder.
 Petani: Proses produksi tersebut bisa berlangsung tanpa campur
tangan manusia seperti dapat kita lihat pada tumbuhan liar yang
dengan demikian belum disebut pertanian.
 Dengan turut campur tangannya manusia dalam
perkembangan tumbuhan dan hewan, maka pertumbuhan
tersebut menjadi lebih sesuai dengan kemauan dan kebutuhan
manusia, dan dengan demikian disebut pertanian. Manusia
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan
tersebut disebut petani.
 Usahatani: Proses produksi tanaman dan hewan yang dikelola
oleh petani tersebut dapat berlangsung apabila terdapat lahan
yang luas. Lahan tersebut dinamakan usahatani.
 Usahatani sebagai perusahaan : Petani dalam mengelola atau
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan tersebut
menggunakan prinsip perusahaan. Artinya dia
mempertimbangkan berbagai kombinasi input yang diberikan agar
bisa menghasilkan output sesuai dengan tujuan secara efisien dan
efektif.
 Dengan demikian Mosher memberi definisi pertanian sebagai
sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan proses
pertumbuhan tanaman dan hewan yang dilakukan oleh petani
dalam suatu usahatani sebagai suatu perusahaan. Inilah
pengertian umum dan modern dari pertanian.
 Pengertian pertanian yang lebih modern lagi adalah agribisnis.
 Agribisnis adalah bisnis (usaha komersial) di bidang pertanian
dalam arti luas (mulai dari pengadaan dan distribusi sarana
produksi pertanian dan alat-alat serta mesin pertanian, usaha tani,
pengolahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun
barang jadi, pemasaran hasil-hasil pertanian dan olahannya, serta
kegiatan penunjang seperti perkreditan, asuransi, dan konsultansi)

 Bidang Agribisnis membentuk suatu sistem yang terdiri dari


subsistem-subsistem. Agribisnis bisa terdiri dari :
 2 subsistem : on-farm (usahatani) dan off-farm (luar
usahatani), atau
 3 subsistem : input, usahatani, dan output, atau
 4 subsistem : input, usahatani, pengolahan hasil pertanian,
dan pemasaran, atau
 5 subsistem : input pertanian, usahatani, pengolahan hasil
pertanian, pemasaran input, hasil pertanian
atau hasil olahannya, serta subsistem penunjang
 Jadi perbedaan antara agribisnis dan pertanian setidaknya ada
dua, yaitu ditinjau dari segi wawasan usaha dan dari bidang yang
tercakup :
 Jika agribisnis wawasan usahanya adalah komersial, maka
pertanian wawasannya ada yang subsisten, hobi, di samping ada
yang komersial, serta campuran antara dua wawasan tersebut
 dari segi bidang, agribisnis lebih luas daripada pertanian, karena
mencakup subsistem pertanian di samping subsistem yang lain.
FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN
Tanah
 Kontribusi tanah pada produksi dipengaruhi oleh luas dan kesuburan.
Kesuburan dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia tanah.
 Sebagai modal, tanah mempunyai karakteristik:
1. jumlah tidak dapat ditambah
2. Tanah merupakan modal tidak bergerak
3. tidak memerlukan penyusutan

Tenaga kerja
 Pengaruh tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas serta
pengalaman, berdasar sumbernya dibagi menjadi tenaga keluarga dan
luar keluarga.

Modal
 Modal adalah barang atau uang yang bersama dengan faktor produksi
lain (tanah dan tenaga kerja) menghasilkan barang baru.
 Macam modal
1. berdasar bisa dilihat tidaknya : tangible dan non tangible,
misalnya human investment
2. dari sumbernya : equity capital dan debt capital
3. dari manfaat: private capital (hanya memberi manfaat
kepada investor) ,dan social capital (memberi manfaat
banyak orang) misalnya jalan dan irigasi.

Manajemen
 Manajemen adalah ilmu dan seni untuk mengelola
(merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan
mengendalikan) suatu usaha guna memperoleh keuntungan.
 Menurut Dun & street, 88% kegagalan bisnis disebabkan oleh
manajemen yang tidak efektif.
KEBIJAKAN PERTANIAN

Pengertian
 Kebijakan pertanian sering disebut pula politik pertanian merupakan
salah satu kegiatan pemerintah untuk masyarakat yang ditujukan
untuk meningkatkan taraf hidup, kesempatan ekonomi petani dan
kehidupan pedesaan.

Kebijakan harga
1. Harga dasar
Harga dasar merupakan harga minimum yang harus terjadi di
tingkat petani, agar petani mendapatkan harga yang layak sehingga
petani terangsang untuk selalu meningkatkan produksi. Kebijakan
ini diberikan mengingat harga yang terjadi di pedesaan sangat
rendah terutama pada saat panen. karena petani kebanyakan
miskin, sehingga pada waktu panen ada kecenderungan petani
menjual sebagian besar hasil panen untuk mencukupi
kebutuhannya, sehingga jumlah penawaran hasil panen berlimpah,
menyebabkan harga rendah.
2. harga atap
 Harga atap adalah harga maksimum yang harus terjadi agar
konsumen dapat mengkonsumsi komoditas tersebut. Keadaan ini
terjadi pada saat paceklik, karena persediaan komoditas tersebut
kurang, sedangkan konsumsi jalan terus. Kebijakan harga atap ini
bertujuan untuk melindungi konsumen.
3. Buffer stock
 Ada bermacam-macam tujuan buffer stock yang sesuai
dengan namanya:
 a. Market operation stock, yaitu cadangan beras untuk keperluan
operasi pasar, yaitu untuk menjalankan kebijakan harga dasar
dan atap.
 b. Emergency stock, yaitu cadangan beras untuk keperluan
bantuan kepada masyarakat bila terjadi musibah.
 c. Commitment stock, yaitu cadangan beras untuk penyaluran
golongan anggaran termasuk pegawai negeri, pegawai BUMN,
tentara.
 d. carry over stock, yaitu cadangan yang akan digunakan untuk
kebutuhan masa mendatang (ganti tahun).
4. tarif bea masuk
 Tarif bea masuk impor selain mendatangkan pendapatan bagi
pemerintah, sekaligus bisa dimanfaatkan untuk melindungi
produsen dalam negeri. akibat adanya tarif bea masuk, harga
produk tersebut menjadi naik.

5. Pajak ekspor
 Pajak ekspor selain juga mendatangkan pendapatan bagi
pemerintah juga berfungsi untuk melindungi industri dalam negeri
yang menggunakan bahan baku produk tersebut. dengan adanya
pajak ekspor, maka harga produk dalam negeri menjadi lebih
murah, sehinga menguntungkan pengguna bahan baku tersebut.

 6. Pembatasan produksi
 7. Pembayaran langsung
Kebijakan struktural
 Kebijakan struktural berupa kebijakan pertanahan, pola dan
tata tanam serta kebijakan tentang infrastruktur. Kebijakan
pertanahan bertujuan untuk menata luas pengusahaan dan
pemilikan lahan. Kebijakan ini bisa berupa agrarian reform yang
meliputi:
 1. perubahan sistem pemilikan dan penguasaan tanah
 2. perubahan dalam sistem penggunaan tanah
 3. perubahan tentang hukum agraria nasional
 Menurut Mosher (1969), struktur pedesaan yang modern terdiri
dari:
 1. tersedianya pasar tempat menjual hasil produksi dan
membeli sarana produksi dan peralatan pertanian.
 2. jalan-jalan desa yang cukup memadai
 3. tempat-tempat percobaan guna melakukan verifikasi lokal
 4. Perangkat penyuluhan, tempat petani belajar dan bertanya
tentang teknologi baru
 5. fasilitas perkreditan guna menunjang penggunaan teknologi
baru.
Kebijakan pemasaran
 kebijakan pemasaran menitik beratkan pada pengaturan
sistem pemasaran beserta lembaga-lembaganya, sehingga
tercipta sistem pemasaran yang efisien dan efektif agar petani
mempunyai daya saing yang tinggi.
Kebijakan Harga Komoditas Pertanian

 Kebijakan harga merupakan instrumen penting untuk


memberi dukungan bagi produsen maupun konsumen. Oleh
karena itu, dalam beberapa literatur dikenal istilah price
support sebagai instrumen dalam penerapan kebijakan harga
komoditas pertanian
 Kebijakan harga untuk melindungi produsen diterapkan
dalam bentuk harga dasar (price floor)
 Kebijakan harga untuk melindungi konsumen diterapkan
dalam bentuk harga atap (price ceiling).
 McTaggart D, Findlay C, dan Parkin M (2009) :
Kebijakan harga merupakan salah satu langkah yang
diambil ketika harga yang terbentuk di pasar tidak berada
dalam kondisi normal akibat kegagalan pasar (market
failure).
 Kebijakan harga merupakan intervensi regulator
(pemerintah) sehingga harga yang terbentuk tidak dalam
titik equilibrium.
Kebijakan Harga Dasar

McTaggart et al (2009) : harga dasar (price floor) merupakan harga


yang ditetapkan di atas titik equilibrium. Tujuan penetapan kebijakan
harga dasar adalah untuk melindungi produsen dari penurunan harga
jual yang berdampak pada kerugian.
Secara konsep, terdapat dua jenis kebijakan harga dasar, yaitu:
a) Harga minimum yang ditetapkan secara sah dalam bentuk peraturan
oleh pemerintah (legal floors) dimana harga komoditas yang dijual
produsen ditentukan batas minimal-nya. Dalam hal ini,
pemerintah melalui regulasi menetapkan harga minimum suatu
komoditas.
b) Dukungan program oleh pemerintah dimana pemerintah
melakukan intervensi dengan melakukan sejumlah pembelian
komoditas pertanian hingga tercapai harga yang diinginkan. Hal ini
umumnya dikenal dengan istilah price support program
Dampak yang timbul legal floors antara lain sebagai berikut:
 Inefisensi alokasi penjualan diantara produsen. Dalam pasar yang tidak
terdistorsi, alokasi penjualan antar produsen akan dipengaruhi oleh
marginal cost masing-masing produsen. Semakin kecil marginal cost suatu
produsen, maka tingkat efisiensi yang dimiliki produsen tersebut semakin
baik sehingga dapat menjual produk lebih cepat dibandingkan dengan
produsen yang memiliki marginal cost yang relatif lebih tinggi.
 Menimbulkan sumberdaya yang terbuang (wasted resources). Contoh
Kasus upah minimum.
 Merupakan bagian dari peningkatan kualitas secara tidak efisien karena
regulator (pemerintah) menentukan harga minimum namun tidak
menjamin kualitas produk yang dijual.
 Membuka peluang terciptanya pasar illegal (black market) dimana pemain
pasar (misal broker) dapat menjual produk yang dibeli berdasarkan harga
minimum dan menjualnya ke pasar umum untuk mendapatkan margin
yang tinggi.
Dampak price support program yang ditimbulkan antara lain sebagai
berikut:
 Pemerintah harus membeli kelebihan produksi sehingga jika tidak
disertai dengan efisiensi kelembagaan seperti pergudangan, maka
dapat mengakibatkan pemborosan (wasted resources) 
 Price support program umumnya menyebabkan kebijakan
pemerintah menjadi meluas seperti intervensi tambahan pada sisi
produksi. Hal ini akan semakin mendistorsi pasar. 
 Dana yang dibutuhkan relatif besar dan dibebankan pada pajak.
Dalam hal ini, pembayar pajak seolah-olah melakukan pembayaran
ganda (double tax) yaitu pajak untuk pembelian kelebihan produksi
dan harga komoditas yang relatif lebih tinggi dari harga pasar.
Kebijakan Harga Atap (Price Ceiling)

 McTaggart et al (2009) : harga atap (price ceiling)


merupakan harga yang ditetapkan di bawah titik
equilibrium.
 Tujuannya adalah melindungi konsumen dari kenaikan
harga yang berdampak pada penurunan daya beli.
 Secara umum, kebijakan harga atap akan memberikan
disinsentif bagi produsen sehingga berpotensi menimbulkan
kelangkaan produk di pasar, dengan asumsi tidak ada impor.
Dampak kebijakan harga atap adalah sebagai berikut: 
 Harga atap akan menyebabkan terbuangnya sumberdaya (wasted
resources) terutama dari pihak konsumen yang akan mengeluarkan
sumberdaya lebih untuk memperoleh barang yang terbatas.
 Kualitas barang akan menurun karena pada umumnya produsen merasa
rugi dengan tingkat harga yang dibatasi di bawah harga pasar
 Harga atap akan membuka peluang terciptanya pasar illegal (black
market) dimana pemain pasar (misal broker) dapat membeli produk
berdasarkan harga minimum dan menjualnya ke pasar umum untuk
mendapatkan margin yang tinggi.
 Harga atap akan menimbulkan inefisiensi alokasi bagi konsumen
karena harga yang terbentuk tidak berdasarkan penilaian konsumen
(harga pasar)
 Walaupun harga atap dapat merugikan konsumen, namun
secara agregat konsumen akan tetap diuntungkan dari harga
yang relatif rendah.
 Harga atap secara agregat surplus konsumen akan lebih
besar dibandingkan dengan surplus produsen.
 The selling price is the cost of goods sold after
adding the desired profit with other sales
 Prices set by the government.
1. Floor price is the lowest price for a commodity sold by
producers where the amount is higher than the market price
2. Ceiling price is the highest price for a commodity sold by
producers where the amount is lower than the market price.
Floor price Figure 1.8 The basic price policy and the

Ceiling price highest price for goods X.

 A government policy in the economy to


influence the operation of the market
mechanism, which aims to control P
the market equilibrium .
Sx
 The base price is the lowest retail price set
P1
by the government for an item, due to the
abundance of goods offered in the market.
 The highest price is the maximum price
determined in relation to the decline in the P2
supply of goods in the market, the Dx
government carries out market operations. P1 = ceiling price
0 price
P2 = floor Q
The policy of the highest price (ceiling The lowest price policy (floor
price), is effective in protecting price) effectively protects producers
consumers from fluctuations in infinite from falling prices for goods to an
price increases. infinite extent.

Price policy through "Market Operation" This policy mechanism uses the role of
at a certain time, the government the government to buy surplus
increases the number of goods offered
production.
to the market.
Figure 1.10 Lowest price policy
Figure 1.9 Highest price policy
P Sx1 P Sx
Sx2 Sx1
Sx
P1
P2
P1 P2

Dx1
Dx Dx

0 Q Q

Anda mungkin juga menyukai