Indonesia merupakan negara agraris, yaitu negara yang bersifat pertanian, dimana sebagian
besar wilayahnya adalah lahan pertanian dan penduduknya bermatapencaharian dari bertani
atau menjadi petani.
Pengertian pertanian adalah suatu kegiatan bercocok tanam, yaitu pemanfaatan atau
pengelolaan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama
tanaman yang bersifat semusim, yang meliputi perikanan, peternakan dan kehutanan.
Pengertian Pertanian rakyat adalah usaha pertanian yang dilakukan oleh rakyat, dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk
dijual. Ciri-ciri: modal kecil, lahan sempit, dikelola sederhana, tenaga kerja terbatas dan
peralatan sendiri.
Definisi Pertanian rakyat adalah suatu sistem pertanian yang dikelola atau dimanfaatkan oleh
rakyat pada lahan atau tanah garapan dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan dan
pangan dalam negeri.
1. Modal Kecil
Pada umumnya masyarakat pedesaan hidup dalam keadaan miskin, sehingga modal yang
dimiliki sedikit yang mengakibatkan teknik bertani dan peralatan pertanian yang digunakan
masih sederhana.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumatera Selatan (2011), dari luas areal
perkebunan seluas 2.391.249 Ha pada tahun 2010 maka sebagian besar atau hampir 50 persen
berupa areal perkebunan karet atau seluas 1.195.111 hektar, selanjutnya berupa areal kebun kelapa
sawit, kopi, kelapa dan tanaman perkebunan lainnya. Secara umum bahwa pengembangan agribisnis
karet masih mempunyai prospek yang baik, ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan
produk termasuk di Kabupaten Musi Rawas.
Secara internal pengembangan agribisnis karet didukung oleh potensi kesesuaian dan
ketersediaan lahan, produktivitas yang masih dapat ditingkatkan dan perkembangan industri hilir.
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan
devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya
peningkatan dari 1,00 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,30 juta ton pada tahun 1995 dan 1,90 juta
ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25
milyar, atau 5,00% dari pendapatan devisa non-migas (Anwar, 2006).
B. Rumusan Masalah
- profil (gambaran umum) dari pertanian rakyat dan perkebunan kabupaten Musi Rawas
BAB II PEMBAHASAN
A.T Mosher (1968;19) mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang
didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam
setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting.
Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas karbondioksida dari udara
melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan
ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat
digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur
tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah mengalami evolusi
sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu,
jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki
syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di
suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa
di antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya
memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewan di berbagai
dunia.
Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto,
1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian
rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras,
palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran
dan buah-buahan. Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari
perkataan farm dalam Bahasa Inggris. pertanian rakyat: umumnya diusahakan oleh keluarga
Berskala kecil
Padat karya dan tidak padat modal
Tanaman yang dibudidayakan pada umumnya tanaman pangan
Bersifat subsisten : output pertanian dikonsumsi, baru bila ada
surplus dijual
- Perkebunan/plantation
- Orientasi produksi komersial, khususnya komoditas ekspor
B. Pertanian Karet Di Sumatera Selatan Khususnya Kabupaten Musi Rawas
Perkebunan karet (Hevea brasiliensis) di Provinsi Sumatera Selatan masih melibatkan banyak
perkebunan rakyat. Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumatera Selatan (2010), kepemilikan
perkebunan oleh rakyat atau berupa perkebunan rakyat mencapai 95% dari luas areal yang ada atau
seluas sekitar 1135355 ha, memberikan banyak lapangan kerja atau sekitar 783.152 KK, sedangkan
pendapatan rata-rata petani karet sekitar Rp 6.000.000,-/ha/bulan dan peredaran uang di Sumatera
Selatan dari kegiatan perkaretan adalah sebesar Rp 75 milyar hingga Rp100 milyar per hari.
Menurut Nakajima (986), mengkaji sektor pertanian di negara sedang berkembang seperti di
Indonesia, menyangkut karakteristik tiga aspek penting, yaitu (1) karaktersistik teknologi produksi
pertanian, (2) karakteristik rumahtangga petani (farm household) sebagai satu unit ekonomi, dan (3)
karakteristik produk-produk pertanian sebagai komoditas.
Tabel 1. Komposisi Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun
2008
Jumlah Persentase
No Lapangan Usaha
Penduduk (%)
(jiwa)
Berdasarkan Tabel (16) dapat diketahui bahwa lapangan usaha mayoritas penduduk yang
bekerja di Kabupaten Musi Rawas adalah sektor pertanian yaitu 78,44% atau 186.940 orang, baik
sebagai petani sendiri maupun buruh tani. Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian
disebabkan karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya lahan pertanian yang luas.
Biasanya sektor pertanian lebih didominasi oleh pekerja keluarga, kebanyakan pekerjaan tersebut
dilakukan secara bersama-sama oleh anggota keluarga itu sendiri sehingga sebagian penduduk yang
bekerja pada sektor ini berstatus sebagai pekerja tak dibayar. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
tersebut tidak mendapatkan pendapatan sebagaimana pekerja pada umumnya, tetapi tetap
dikategorikan sebagai penduduk yang bekerja.
Sektor lainnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu
8,17% atau 19.474 orang. Komposisi penduduk menurut lapangan usaha di Kabupaten Musi Rawas
terkecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa sebesar 0,17% atau 405 orang. Hal ini
dikarenakan belum berkembangnya lapangan usaha penduduk di luar sektor pertanian sehingga
penduduk Kabupaten Musi Rawas menumpukan hidupnya pada sektor pertanian sebagai sumber
pendapatan.
1. Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-
2008
Komoditas karet, kelapa sawit merupakan komoditas unggulan sektor perkebunan di Kabupaten
Musi Rawas. Nilai produksi komoditas subsektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas tahun 2008
dapat dilihat pada Tabel (20) berikut ini.
Tabel 2. Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas
Tahun 2007-2008
Komoditas perkebunan yang memiliki nilai produksi terkecil tahun 2007-2008 adalah
komoditas kakao dengan nilai produksi Rp 41.646.616. Komoditas kakao mampu menghasilkan
jumlah produksi sebanyak 5.100 kg di Kabupaten Musi Rawas.
Tanaman kakao tidak saja mempunyai arti ekonomi, tetapi disisi lain juga memiliki nilai tambah
yaitu dapat dijadikan tanaman yang bermanfaat untuk konservasi tanah khususnya untuk
merehabilitasi lahan-lahan kritis. Komoditas kayu manis merupakan komoditas yang memiliki nilai
produksi terkecil setelah komoditas kakao. Kayu manis memiliki nilai produksi sebesar Rp
93.909.037,00 dan menghasilkan sebesar 14 ton pada tahun 2008 Kemampuan pekebun untuk
meningkatkan mutu komoditas kayu manis masih rendah. Rendahnya mutu kayu manis disebabkan
tidak diadakan pengeringan yang sempurna sehingga kadar airnya tinggi dan terjadi pelapukan.
Pertumbuhan komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas dapat diketahui dari tingkat
laju pertumbuhan komoditas perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Musi Rawas dari tahun
2004-2008. Tingkat perkembangan dari masing-masing komoditas perkebunan yang dihasilkan di
Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat dari laju pertumbuhan komoditas tanaman perkebunan
tersebut. Laju pertumbuhan komoditas perkebunan disajikan secara rinci pada Tabel (3).
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2004-2008 (%)
Berdasarkan Tabel (3) dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan komoditas perkebunan
pada tahun 2004-2008 bersifat fluktuatif. Tahun 2004 komoditas perkebunan yang mengalami nilai
laju pertumbuhan positif adalah karet, kelapa sawit, kemiri, kakao, aren dan pinang. Keenam
komoditas tersebut yang mengalami pertumbuhan paling besar adalah komoditas pinang yaitu
sebesar 1.257,92% pada tahun 2004. Hal ini dikarenakan pinang mampu memproduksi sebanyak
254.900 kg dengan harga Rp. 2.418,81/kg, selain itu tanaman komoditas pinang sering digunakan
sebagai tanaman hias. Komoditas yang memiliki laju pertumbuhan negatif adalah kelapa, kopi, kayu
manis dan tebu. Keempat komoditas tersebut yang mengalami pertumbuhan paling kecil adalah
komoditas kayu manis yaitu sebesar -87,43%. Nilai negatif ini dikarenakan komoditas kayu manis
mengalami penurunan harga menjadi Rp. 3.639,42/kg dari tahun sebelumnya dan pekebun kurang
memperhatikan pemeliharaan tanamannya (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009). Laju pertumbuhan
komoditas perkebuanan menginjak tahun 2005 terlihat secara keseluruhan memiliki nilai laju
pertumbuhan yang positif. Nilai positif ini dikarenakan secara keseluruhan komoditas perkebunan
mengalami peningkatan jumlah produksi di Kabupaten Musi Rawas. Sedangkan komoditas karet
pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -35,76%. Pertumbuhan yang negatif
ini dikarenakan komoditas karet mengalami penurunan harga menjadi Rp. 5.935,50/kg dari tahun
sebelumnya dan mampu memproduksi sebanyak 123.332.000 kg dan rendahnya produktivitas
perkebunan karet yang dihasilkan. Nilai laju pertumbuhan yang positif pada tahun 2006 terbesar
adalah komoditas kemiri dengan tingkat pertumbuhan 104,04%. Tingkat pertumbuhan positif ini
dikarenakan komoditas kemiri mengalami peningkatan harga yang cukup drastis dari tahun 2005
dengan harga Rp 5.066,67/kg menjadi Rp. 10.338,17/kg pada tahun 2006 (BPS Kabupaten Musi
Rawas, 2009).
Komoditas kelapa kembali mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2007 sebesar -
24,82% dan laju pertumbuhan positif terbesar pada tahun 2007 yaitu komodi kelapa sawit dengan
tingkat pertumbuhan sebesar 113,18%. Hal ini dikarenakan penggunaan bibit yang kurang unggul
sehingga kelapa mengalami penurunan harga hingga menjadi Rp 451,25/butir sedangkan kelapa
sawit mengalami peningkatan harga menjadi Rp. 775.83/butir dari tahun sebelumnya. Komoditas
pinang merupakan komoditas yang memiliki tingkat pertumbuhan negatif terbesar yaitu dengan
tingkat pertumbuhan -68,72% pada tahun 2008. Rantai pemasaran komoditas pinang di Kabupaten
Musi Rawas adalah pekebun ,pengumpul ,pedagang, pengecer , konsumen (biji pinang untuk ramuan
obat-obatan). Panjangnya rantai pemasaran komoditas pinang mengakibatkan keuntungan yang
diterima pekebun menjadi kecil.
Nilai laju pertumbuhan yang memiliki nilai positif terbesar tahun 2008 adalah komoditas
kemiri. Komoditas kemiri memiliki nilai laju pertumbuhan sebesar 13,75%, tingkat pertumbuhan
yang positif ini dikarenakan harga komoditas mengalami peningkatan hingga mencapai Rp.
12.930,84/kg dan didukung iklim yang sesuai dengan pertumbuhan komoditas kemiri di Kabupaten
Musi Rawas (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009). Rata-rata laju pertumbuhan komoditas perkebunan
untuk lebih jelasnya
D. Profil (Gambaran Umum) Dari Pertanian Rakyat Dan Perkebunan Kabupaten Musi Rawas
Peningkatan produksi karet di Indonesia terjadi pada tahun 1990-an dimana terjadi
peningkatan sebesar 3,5% pertahun. Peningkatan ini disebabkan karena terjadinya peningkatan
konsumsi dengan semakinmeningkatnya kebutuhan untuk bahan baku industri barang jadi dari
karet, menyusul investasi dari negara produsen ban (Jepang) dan sepatu karet (Korea Selatan dan
Taiwan) di Indonesia.
Di Kabupaten Musi Rawas, Sekotr Pertanian merupakan sektor andalan dalam peningkatan
pendapatan regional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Musi Rawas
yang selalu diatas 50 %, baik untuk harga konstan maupun harga berlaku, namun demikian masing-
masing Kecamatan di Kabupaten mempunyai sektor-sektor andalan dalam basis perekonomian
masyarakat, misalnya kecamatan Tugumulyo sektor andalannya adalah Padi, karena didukung oleh
pengairan water Vang, debit air mencukupi kebutuhan ribuan hektar sawah, bahkan Kecamatan
Tugumulyo sebagai lumbung padi terbesar di Sumatera Selatan, Kecamatan Jaya Loka, Padi,karet
dan Kelapa Sawit dan 12 kecamatan lainnya termasuk Batu kuning Lakitan Ulu (BKL) Ulu Terawas.
Sektor andalannya adalah tananaman kering, yaitu Karet. Dalam rangka mencapai perekonomian
yang seimbang dan mantap. Pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas masih terus
ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produktivitas guna memenuhi kebutuhan pangan dan
kebutuhan industri serta meningkatkan pendapatan petani dan meningkat kesempatan kerja.
Dari analisis diatas terlihat bahwa usaha pengolahan karet layak dilakukan guna kesejahtraan
masyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis tentang Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi
Rawas Provinsi Sumatera Selatan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Komoditas yang sangat Potensial
adalah karet untuk kesejahtraan masyarakat.
Kencana has several oil palm estates, palm oil mills, kernel crushing plants, port and bulking
terminals, and biomass power plant across Indonesia. They include the following:
The port and bulking terminal in East Kalimantan (Balikpapan) is a result of a joint venture
between Kencana and Louis Dreyfus Commodities.
Kencana's integrated value chain comprises plantations, palm oil mills, kernel crushing
plants, bulking facilities and logistics services, as well as a renewable biomass power plant to
support and complement our plantation operations.
Oil Palm Plantations
With a total land bank of 188,784 hectares and total planted area of 43,340 hectares
(including Plasma plantations) as at 30 September 2010, our Group has a significant
cultivatable land bank with considerable planting potential. Our oil palm plantations are
strategically located in the Sumatera, Kalimantan and Sulawesi regions of Indonesia where
the climate is well-suited for oil palm plantation. All our current plantations were
successfully cultivated from greenfield land.
As at 30 September 2010, our total planted area is 43,340 hectares (including Plasma), of
which approximately 60% are mature and approximately 40% are immature. As these young
oil palms mature, our FFB harvests will increase, thereby improving the utlisation rates of our
palm oil mills and lowering our productions costs. The average CPO extraction rates, along
with our profitability, will also improve.
Processing
Our Group has three palm oil mills and two kernel crushing plants. Our palm oil mills have a
total production capacity of 165 MT/hour, and our kernel crushing plants have a combined
production capacity of 435 MT/day.
Products
Our main products are CPO and CPKO, which are derived from the fresh fruit bunches
harvested from our plantations or purchased from third parties (including our plantations
under the Plasma Programme). We produce CPO and CPKO at our palm oil mills and kernel
crushing plants respectively. Palm kernel cake (PKC) is a by-product of the CPKO
production process and may be sold to third parties or utilised as biomass.
In May 2009, Kencana formed a joint venture with Louis Dreyfus Commodities to develop
and operate a deep-water port (accessible to vessels up to 70,000 MT) and bulking terminal in
Balikpapan, East Kalimantan to source and trade CPO and other products.
Power Generation
In line with our zero waste strategy, our Group embarked on a renewable energy project
(renewable biomass power generation) using the waste from empty fruit bunches (EFB)
and excess kernel shells to produce green electricity. Being the first commercialised
renewable biomass project in Indonesia, this project also ties in with our corporate social
responsibility programme to contribute to the local community.
Construction of our first renewable biomass project began on Bangka Island. This renewable
biomass plant is adjacent to our palm oil mill and has a capacity of 6.0 MW. It is currently
operating on a trial basis and supplying electricity to PLN following a one year renewable
contract we entered into in May 2007. In addition to using our own EFB and palm kernel
shells as biomass fuel, we also purchase from third parties if there is insufficient supply.
Following the success of the Bangka project, the local authorities in Belitung island (which is
next to Bangka island) together with PLN requested that our Group set up a similar project in
Belitung island. The plant in Belitung has a capacity of 7.5 MW and was completed in 2009.
We may add a second 7.5 MW power train to the plant should there be insufficient sources of
biomass.
Build a fourth palm oil mill to cater for the expected increase in our future sales volume
Increase CPO oil extraction rates by utilising the latest proven technology
Improve our transportation system and existing supporting infrastructure
Develop own seed processing capability to ensure a steady supply of high quality
germinated seeds
Build seed processing facilities close to our plantations to lower transportation costs and
minimise spoilage of germinated seeds
Develop a core plantation of parent oil palms trees to provide seeds for our seed
processing facilities
Milestones
2012 - 2014
2009 - 2011
2008
2004 - 2007
Signed a contract to supply green electricity from our biomass power plant at
Bangka Island to the state owned electricity firm, PT Perusahaan Listrik
Negara ("PLN") in 2007
Received a "Good" and a "Very Good" classification award from the local
governor for our subsidiaries PT. Sawindo Kencana ("SWK") and PT.
Alamraya Kencana Mas ("AKM") respectively in 2006
Acquired 46,000 hectares of land in East Kalimantan in 2005
Built our first biomass power plant on Bangka Island in 2005
Built and operated our first oil barge in 2004
Carried out approximately 4,513 hectares of new planting in 2006
Acquired 12,000 hectares of land in East Kalimantan in 2004
1995 - 2003
Started CPO and CPKO storage operations at our bulking terminal in Belinyu
in 2002
Began CPKO production at our first kernel crushing plant on Bangka Island
with a capacity of 100 MT/day in 2002
Began CPO production at our palm oil mill at Bangka Island with a capacity
of 30 MT/hour in 2001
Commenced planting oil palms in South Kalimantan in 1998
Acquired 15,000 hectares of land in South Kalimantan in 1997
Began planting oil palms in Sumatra in 1996
Began operations by acquiring 9,000 hectares of land on Bangka Island in
1995
Environmentally-friendly Policies
We are always cognizant of the environmental impact that plantations may have,
and we have been deeply committed to the implementation of environmentally
friendly practices at our plantations since our establishment. Our
environmentally friendly practices include:
ZERO BURNING
We are mindful that some aspects of our plantation and mill operations impact
the environment. Therefore, prior to expanding any of our plantation and mill
operations, we undertake a comprehensive and participatory independent social
and environmental impact assessment to identify any potential negative impact
and ensure that we comply with the prevailing governmental rules and
regulations. The findings from the assessments are taken into account when
planning and managing any new plantings.
OTHER PRACTICES
In addition, the renewable biomass power plant has been registered as a Clean
Design Mechanism ("CDM") project, and in August 2010 we signed an
Emission Reductions Purchase Agreement ("ERPA") with the Danish Ministry
of Climate and Energy to sell Certified Emission Reduction ("CER") credits
from our biomass power plant.
Through our Plasma Programme, over 3,800 local villagers who were previously
plantation workers have now become new plantation owners. As plantation owners,
local villagers benefit economically and socially with increased incomes and better
welfare. They also receive training and education in oil palm cultivation. We believe
that the improvement in their income will have a multiplier effect on the economy of
the entire local community.
http://www.kencanaagri.com/plasmaprogramme.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_kelapa_sawit_Indonesia
http://www.simp.co.id/BusinessSIMP/Plantation.aspx
an
an Grup SIMP terutama bergerak dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit komersil serta pengembangan dan pemuliaan ben
it. Sebagian besar pendapatan Grup SIMP berasal dari penjualan minyak sawit (CPO), tandan buah segar (TBS) dan produk
seperti inti sawit. Divisi Perkebunan Grup SIMP juga melakukan penanaman tebu dan produksi gula serta melakukan produk
aret dan produk tanaman lainnya.
m Kelapa
217.620 216.837
Menghasilkan 161.659 158.163
Belum
55.961 58.674
Menghasilkan
han Grup memiliki 20 pabrik kelapa sawit. Pada 1Q2012, Grup memproduksi sekitar 190 ribu ton CPO. Sebagian besar prod
epada anak-anak perusahaan dari Grup untuk memproduksi minyak dan lemak nabati. Produk turunan dari pengolahan tanda
S) seperti inti sawit (PK) yang tidak digunakan oleh kebutuhan pabrik Grup dijual ke pihak ketiga.
nak perusahaannya yaitu PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) adalah anggota Roundtable on Sustainable Palm O
MP percaya bahwa operasional perkebunan sesuai dengan prinsip-prinsip dan kriteria RSPO untuk menghasilkan minyak kela
elanjutan.
l 2009, seluruh perkebunan dan pabrik kelapa sawit Lonsum di Sumatra Utara menghasilkan CPO yang sudah tersertifikasi o
eria RSPO untuk produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan. Auditor independen dan terakreditasi RSPO yaitu TV N
etelah melalui audit selama dua bulan pada akhir tahun 2008, dimana merupakan perjalanan Lonsum selama empat tahun unt
kasi. Akan tetapi, kita mengakui bahwa pencapaian ini adalah bagian dari perjalanan yang tidak akan berakhir untuk mencap
ola sosial perseroan yang lebih tinggi.
ober 2011, Grup SIMP menerima sertifikasi RSPO untuk tiga perkebunan dan satu pabrik kelapa sawit di Sumatera Selatan d
25.000 ton minyak sawit yang berkelanjutan. Melalui pengesahan ini, Grup SIMP sekarang memproduksi sekitar 195.000 ton
elanjutan per tahun.
& Lemak Nabati
iliki dan mengelola lima lokasi pabrik yang strategis di kota-kota di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Bitung dan Medan. Pa
k dan Surabaya terletak dekat dermaga yang menguntungkan dari segi logistik dan transportasi. Pabrik-pabrik tersebut
menjadi pertama-tama RBD palm oil yang kemudian difraksinasi menjadi RBD palm olein dan RBD palm stearine. Kemud
u dikemas menjadi minyak goreng, margarin, lemak nabati bermerek untuk dijual di pasar domestik, dan juga ekspor. Grup j
iri produk-produknya.
Grup terdiri dari minyak goreng, margarin dan shortening untuk kebutuhan segmen industry dan juga konsumer. Untuk kebutu
uk Grup dijual ke konsumen di Indonesia melalui merek sendiri yaitu Bimoli, Bimoli Spesial, Delima, Happy Salad O
untuk minyak goreng dan Simas Palmia and Amanda untuk konsumer margarin. Margarin dan lemak nabati untuk indu
erek Palmia, Simas dan Amanda. Grup saat ini menikmati pangsa pasar yang signifikan di produk segmen bermerek
margarin dan lemak nabati di Indonesia dimana produk-produk tersebut di jual melalui outlet ritel. Grup mendistribusikan
ya ke seluruh Indonesia melalui distributor nasional, regional and daerah dan juga melalui penjualan langsung.
produksi dan menjual dengan skala yang kecil untuk produk turunan minyak kelapa sawit yang lain dan produk sampingan y
ine and palm fatty acid distillate.
iliki dan mengoperasikan tiga pabrik kopra yang terletak secara strategis di Indonesia yaitu Bitung Sulawesi Utara, Moutong
h and Tobelo di Sulawesi Utara, yang juga menyuling dan mengekspor minyak mentah dan RBD minyak kelapa dan produk
epada pihak ketiga. Grup tidak memiliki perkebunan kelapa dan membeli kopra dari pihak eksternal.
Sejak tahun 1997, PT SIMP telah bekerja sama dengan pusat pemuliaan benih kelapa
sawit yang terkemuka di Afrika dan Amerika Selatan untuk program pemuliaan bibit
kelapa sawitnya. Program tersebut menggunakan teknologi pemuliaan yang mutakhir
dan didukung oleh personil yang handal. Sumber terbaik plasma nutfah dari berbagai
sumber asal akan dikembangkan untuk menghasilkan materi yang memberikan hasil
panen yang tinggi. Grup melihat bahwa pemuliaan benih kelapa sawit dengan nilai
agronomi yang tinggi dan hasil panen yang tinggi sebagai inisiatif strategi utama
untuk memastikan bahwa perkebunan sendiri memiliki produktivitas yang tinggi.
Program pemuliaan benih kelapa sawit Grup di fokuskan kepada hasil minyak sawit
mentah (CPO) dan kualitas, serta mengkontrol benih yang memiliki ciri-ciri
ketinggian batang pohon tertentu dan memberikan hasil pada saat musim kemarau
dan tahan hama.
Grup memiliki kapabilitas untuk menghasilkan sampai dengan 34 juta benih kelapa
sawit yang unggul.
Program pemuliaan benih kelapa sawit Grup adalah untuk, sebagai berikut: