Anda di halaman 1dari 10

PAPER EKONOMI PERTANIAN

PEREKONOMIAN KOMODITAS UBI JALAR

RAMADHANI SAFITRI AR
08220220006

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKA SSAR
2023
PENDAHULUAN
Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk indonesia menggantungk
an hidup pada sektor pertanian. Indonesia memprioritaskan sektor pertanian sebagai
sektor utama dalam pembangunan. Pembangunan sektor ini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi dan pendapatan
dalam usaha tani. Peningkatan produksi pertanian diharapkan sejalan dengan
peningkatan pendapatan petani yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian mempunyai kontribusi bagi PDB
nasional pada tahun 2012 sebesar 11,42% capaian ini meningkatkan bila
dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian pada tahun 2011 yaitu sebesar
10,96%.
Pemerintah dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
perdagangan antar negara, Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan
internasional adalah transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu
dengan negara yang lainnya, baik mengenai barang-barang maupun jasa. Subyek
ekonimi yang yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa,
pengusaha ekspor dan impor suatu negara dengan cara keseluruhan. Jadi, komoditas
pertanian dapat terjadi apabila suatu negara mengalami kekurangan komoditas
pertanian dan negara yang lain memiliki kelebihan komoditas pertanian yang
kemudian melakukan transaksi atau kehendak sukarela dari masing-masing pihak.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki berbagai sumber daya,
saat ini sedang melaksanakan dan melanjutkan pembangunan secara berkala
dimana dalam menjalankan pembangunannya membutuhkan berbagai jenis barang
dan jasa. Barang dan jasa tersebut dapat diperoleh dari dalam negri dan adapula
yang diimport dari negara lain dari berbagai jenis, sifat dan karakteristiknya.
Aktivitas perdagangan yang dilakukan suatu negara, termasuk perdagangan
internasional, merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang cukup penting
dan signifikan dalam menentukan tingkat kemajuan ekonomi dari negara tersebut.
Perdagangan dari berbagai aktivitasnya, akan menjadi salalu kesempatan dalam
meningkatkan pendapatan serta memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat dan
menanggulangi kesulitan ekonomi.
Pemasaran adalah proses penyusuna komunikasi terpadu yang bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia, terdapat unsur penting dalam
pemasaran yaitu kegiatan atau jasa sebagai fungsi pemasaran, titik produsen yang
menunjukkan asal produk yang dijual dan yang terakhir titik konsumen sebagai
tujuan akhir dan pemasaran. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhaan
manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Proses dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep
pemasaran. Mulai dari pemenuhan pokok (product), penetapan harga, pengiriman
barang dan mempromosikan barang. Salah satu produksi pemasaran di Indonesia
yang cukup tinggi yaitu ubi jalar.
Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi,
singkong, terigu dan jagung. Selain itu ubi jalar juga mempunyai peranan penting
dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak.
Masyarakat Indonesia sebagian besar mengkonsumsi ubi jalar sebagai makanan
tambahan dalam bentuk cemilan maupun lauk pauk sehingga peranannya sebagai
penyedia gizi yang dapat dijangkau masyarakat pedesaan cukup tinggi. Dalam
pengembangan program percepatan diversifikasi konsumsi pangan, ubi jalar
merupakan salah satu komoditas pangan yang mempunyai keunggulan sebagai
penunjang program tersebut (Sasongko, et al., 2008). Ubi jalar merupakan bahan
yang baik karena mengandung karbohidrat tinggi dan sumber vitamin A terutama
pada varietas yang mempunyai warna umbi kuning kemerah-merahan.
Untuk mendukung keberhasilan konsumsi pangan, terdapat beberapa
alternatif produk yang dapat dikembangkan dari komoditas ubi jalar yaitu : (1).
produk olahan dari ubi jalar segar seperti ubi jalar rebus, ubi jalar goreng, jenang
ubi jalar, kolak ubi jalar, timus, keripik dan pencok (kering ubi jalar); (2) produk
olahan ubi jalar untuk bahan baku (produk antara) seperti irisan ubi jalar kering
(chips), pasta, pati dan tepung ubi jalar; (3) produk olahan ubi jalar siap santap
seperti saos, manisan dan asinan ubi jalar. Pengembangan teknologi pengolahan ubi
jalar juga semakin pesat, antara lain dengan ditemukannya teknologi pengolahan
tepung ubi jalar menjadi es krim dan aneka minuman lain, mie, aneka cake dan kue
kering. Pengembangan produk olahan tersebut membutuhkan dukungan
kontinyuitas suplai komoditas ubi jalar. Tulisan ini bertujuan untuk
mengungkapkan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas ubi jalar.
Dari uraian diatas diharapkan dapat memberikan implikasi bagaimana peluang
pengembangan ubi jalar di masa yang akan datang untuk mendukung keberhasilan
program percepatan diversifikasi konsumsi pangan di Jawa Tengah.
Aspek pemasaran ubi jalar, merupakan hal penting dalam mendukung
peningkatan hasil produksi ubi jalar. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran. Ubi jalar akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai
pemasaran dan besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan
mengaruh pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani/produsen dengan
konsumen.
Indonesia merupakan produsen ubi jalar terbesar kedua di Asia setelah Cina
(109 juta ton/th). Produksi ubi jalar Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2009
mencapai 2,06 juta ton. Produktivitassi ubi jalar Indonesia boleh dikatakan masih
rendah. Hasil umbi basah rata-rata pada tingkat petani 7,3 ton per hektar (Lingga,
2007); sedangkan rata-rata produksi di tingkat nasional 9,5 ton per hektar (Juanda
dan Cahyono, 2000). Menurut Sumarno (1985), peningkatan produktivitas pada
tanaman ubi jalar dipengaruhi oleh penggunaan sarana produksi pupuk dan bibit
yang baik. Tanaman ubi jalar sangat boros dalam penyerapan hara, oleh karena itu
perlu pemberian unsur yang tepat dan mencukupi untuk memperoleh hasil umbi
yang optimal.
Pembahasan

Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu tanaman pangan penting
di Indonesia namun potensinya belum dikembangkan secara optimal. Neraca bahan
makanan tahun 2001 menunjukkan bahwa dari produk ubi jalar 1,749 juta ton
pertahun, sebanyak 1,507 juta ton dikonsumsi sebagai bahan makanan, 55 ton untuk
pakan ternak dan 169 ton untuk lain-lain. Ditintau dari potensi sumber daya
wilayah, Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan sebagai sumber
karbohidrat yang cukup besar. Salah satu sumber karbohidrat yang cukup besar.
Salah satu sumber karbohidrat dari umbi-umbian seperti ubi jalar (Ipomea batatas
L). Ubi jalar banyak dibudidayakan sebagai komoditas pertanian yang bersumber
karbohodirat setelah gandum, beras, jagung dan singkong. Ubi jalar memiliki
berbagai jenis seperti ubi jalar kuning, ubi jalar p utih, ubi jalar ungu dan ubi jalar
orange.
Ubi jalar memiliki syarat tumbuh untuk mendapatkan hasil yang baik untuk
harga semakin meningkat yaitu iklim, ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis
yang dapat beradaptasi dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata
tidak turun di bawah 20 °C dan suhu minimum tinggal di atas 15 °C. Untuk
budidaya ubi jalar temperatur antara 15 hingga 33 °C diperlukan selama siklus
vegetatif, dengan suhu optimal yang antara 20 hingga 25 °C. Temperatur rendah
pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada
siang hari mendukung perkembangan vegetatif (perkembangan umbi-umbian
hanya terjadi dalam kisaran suhu 20 hingga 30 °C, optimum 25 °C dan umumnya
berhenti di bawah 10 °C).
Ubi jalar adalah tanaman hari pendek, yang memerlukan cahaya untuk
pembangunan maksimum. Temperatur dan fluktuasi mendukung pertumbuhan
umbi-umbian dan membatasi pertumbuhan dedaunan. Kelembaban memiliki
pengaruh yang menentukan pertumbuhan ubi dan produksi. Kadar air daun adalah
(86%), batang (88,4%) dan umbi (70,6%). Kelembaban penting untuk mencapai
perkecambahan yang baik. Tanah juga harus tetap basah selama masa pertumbuhan
(60-120 hari), meskipun pada panen kelembaban harus rendah untuk mencegah
busuk umbi. Kondisi yang mendukung perkembangan bagian vegetatif tanaman
meliputi kelembaban relatif 80% dan tanah lembab.
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-
27 °C. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah
yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar
tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam
yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada
tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen. Tanaman
ubi jalar dapat ditanam daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya
antara 750-1500 mm/tahun.
Media Tanam merupakan persyaratan tumbuhuh ubi jalar, Hampir setiap
jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang
paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik,
aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-
pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.).
Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek,
dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar
serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan
kelembaban tanah yang cukup. Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah
bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman
membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di
musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
Ketinggian Tempat tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara
yang lembab. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan
tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia
yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar
masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya
rendah.
Komoditas Ubi Jalar Derah Jawa Tengah.
Data utama terkait dengan perkembangan luas panen, produksi dan
produktivitas ubi jalar sepuluh sentra produksi terbesar Jawa Tengah dikumpulkan
dengan metode dokumentasi yaitu mempelajari, mencatat arsip- arsip atau data
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian (Sevilla et al, 1993). Metode ini
dilakukan dengan mengambil data dari dinas dan instansiterkait antara lain: BPS
Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Tengah dan
Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah. Data dianalisis menggunakan
metode analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan fakta dan temuan hasil
survei (Kuntjoro, 2007).
Rata-rata luas panen ubi jalar Jawa Tengah Tahun 2002 ± 2007 adalah
10.781,17 Ha dengan laju pertumbuhan 0,09 persen per tahun. Dari total rata- rata
luas panen tersebut konstribusi Kabupaten Magelang menduduki urutan pertama
yaitu sebesar 15,96 persen, dengan rata-rata luas total 1720,22 ha per tahun. Kedua
terbesar adalah Kabupaten Batang dengan pangsa 11,69 persen atau dengan total
luas panen rata-rata 1.260,5 ha. Ketiga adalah Kabupaten Semarang dengan pangsa
6,88 atau dengan total luas panen rata-rata 741,67 ha.
Bila dilihat dari rata-rata pertumbuhan per tahun selama kurun waktu
tersebut, pertumbuhan luas panen Kabupaten Brebes adalah yang paling tinggi yaitu
rata-rata 33,32 persen per tahun, Kabupaten Wonosobo menduduki urutan kedua
dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 7,57 persen per tahun. Sedangkan daerah
lainnya tingkat pertumbuhannya rata-rata kurang dari 7% pertahun.
Perkembangan produksi jawa tengah. Total rata-rata produksi per tahun
selama kurun waktu 2002 sampai dengan 2007 adalah 136.594 kwintal, dengan
tingkat pertumbuhan 2,97 persen per tahun. Dari total produksi tersebut konstribusi
terbesar adalah dari Kabupaten Magelang dengan pangsa 16,34 persen, kedua
terbesar adalah Kabupaten Batang dan ketiga dari Kabupaten Karanganyar dengan
pangsa berturut-turut 11,34 dan 7,10 persen. Kontribusi sentra produksi lain
dibawah 7% pertahun.
Ditinjau dari pertumbuhan produksi, pertumbuhan tertinggi ditunjukkan
oleh Kabupaten Wonosobo dengan rata-rata pertumbuhan 13,29 persen per tahun.
Kedua adalah Kabupaten Kendal dengan tingkat pertumbuhan 8,23 persen per
tahun, disusul oleh Kabupaten Magelang dengan tingkat pertumbuhan 8,12 persen
per tahun. Sedangkan rata-rata pertumbuhan produksi Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Tegal dan Kabupaten Banjarnegara menunjukkan nilai negatif.
Keterbatasan lahan pertanian di Jawa Tengah menunjukkan bahwa upaya
peningkatan produksi ubi jalar sebaiknya dilakukan dengan metode intensifikasi.
Metode intensifikasi diharapkan dapat memacu upaya peningkatan produktivitas
ubi jalar per satuan luas lahan yang tersedia.
Perkembangan Produktivitas Ubi Jalar Jawa Tengah Tahun 2002 ± 2007
Produktivitas ubi jalar Jawa Tengah di lapangan masih jauh dari produktivitas yang
dihasilkan dalam laboratorium percobaan. Rata-rata produktivitas ubi jalar Jawa
Tengah hanya 11, 2 ton per hektar, padahal hasil penelitian Balai Penelitian Kacang-
kacangan dan Ubi-ubian (Balitkabi) Malang menunjukkan bahwa produktivitas ubi
jalar dapat mencapai 25 ± 35 ton perhektar
Diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam
pangan dengan prinsip gizi seimbang (PP 68 tahun 2002). Sasaran yang hendak
dicapai melalui Program Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan adalah pola
konsumsi pangan beragam, gizi seimbang dan aman yang dicerminkan dengan
tercapainya skor PPH sekurang-kurangnya 85 pada tahun 2011 dan mendekati ideal
100 pada tahun 2015. Seluruh komoditas yang dikonsumsi diprioritaskan produksi
yang berbasis sumberdaya lokal. Pola konsumsi pangan masyarakat Jawa Tengah
masih didominasi oleh satu pangan pokok, yaitu beras. Capaian energi padi-padian
(1142,7 Kkal/kap/hr) sudah melebihi standar (1000 Kkal/kap/hr) sedang untuk
umbi-umbian (43,1 Kkal/kap/hr) masih jauh dibawah standar (120 Kkal/kap/hr).
Standar pencapaian energi ideal dari pangan umbi-umbian salah satunya dapat
disuplai dari komoditas ubi jalar.
Untuk meningkatkan peran ubi jalar dalam mendukung keberhasilan
program diversifikasi pangan dibutuhkan dukungan integratif dari beberapa
subsistem pendukungnya, yaitu : subsistem produksi, subsistem pengolahan,
subsistem distribusi dan subsistem konsumsi.Subsistem produksi akan menjamin
kontinyuitas produksi ubi jalar sesuai kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan
konsumen. Subsistem pengolahan bertanggungjawab menyediakan berbagai
produk pangan olahan berbahan baku ubi jalar sesuai dengan permintaan
konsumen. Subsistem distribusi memberi jaminan kemudahan akses konsumen
terhadap ubi jalar dan produk olahannya. Subsistem konsumsi berhubungan dengan
kesediaan konsumen mengkonsumsi ubi jalar guna memenuhi prinsip gizi
seimbang dalam pola konsumsinya. Sinergi dari keseluruhan subsistem tersebut
sangat dibutuhkan untuk mengembangkan komoditas ubi jalar di Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil kajian tentang perkembangan luas panen, produksi dan
produktivitas ubi jalar di Jawa Tengah di atas, peluang pengembangan ubi jalar
dalam tulisan ini dibatasi pembahasannya pada sub sistem produksi.
Berdasarkan pengalaman selama enam tahun terakhir, komoditas ubi jalar
merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan pada lahan-lahan sawah tadah
hujan setelah panen padi pada MT1 ataupun tegalan. Komoditas ini sebagian besar
dibudidayakan dengan pola tanam monokultur. Penanaman dengan pola
monokultur lebih memudahkan petani dalam proses pemeliharaannya.
Pengembangan luas panen ubi jalar melalui perluasan areal tanam di Propinsi Jawa
Tengah kemungkinan sulit untuk dapat ditingkatkan secara signifikan. Hal ini
disebabkan oleh jumlah lahan yang semakin terbatas dan tingginya persaingan
penggunaan lahan baik untuk usaha pertanian maupun penggunaannya untuk
kepentingan non pertanian. Terbukti dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini,
tingkat pertumbuhan luas panen ubi jalar di Jawa Tengah terus mengalami
penurunan, yaitu sebesar 4,31 % per tahun (2002-2003) menjadi -15,82 % (2005-
2006).
Upaya yang masih mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
ubi jalar adalah melalui intensifikasi yaitu melalui penggunaan benih unggul,
perbaikan pengelolaan usahatani ubi jalar dengan penggunaan pupuk berimbang
dosis, waktu dan cara yang tepat sesuai dengan kondisi dan sifat kimia tanah
setempat. Tahun 2008 Balitkabi Malang telah melakukan ujicoba penanaman
sebelas varietas baru ubi jalar di beberapa sentra produksi ubi jalar Jawa Tengah,
meliputi varietas kidal, soko, JP 23, sari, JP 46, papua patipi, sawentar, papua salosa,
jago, sukuh dan sangkuriang. Upaya ini mempunyai peluang besar untuk dapat
dilakukan, mengingat perkembangan produktivitas ubi jalar di daerah sentra
produksi ubi jalar Jawa Tengah masih relatif rendah yaitu 11,2 ton per hektar dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 2,68 %.
Usaha yang tidak kalah pentingnya dilakukan ke depan adalah menentukan
dengan tepat faktor-faktor kunci yang menyebabkanrata-rata produktivitas yang
dicapai petani saat ini jauh dibawah rata-rata potensi hasil yang dapat dicapai oleh
hasil dari lembaga penelitian. Untuk itu, maka peran BPTP sebagai salah satu Badan
Litbang Pertanian di Jawa Tengah bersama lembaga-lembaga penelitian perguruan
tinggi dan swasta sangat dibutuhkan. Lembaga-lembaga penelitian tersebut
hendaknya menjalin kerjasama secara aktif agar mampu mendiagnosa penyebab
terjadinya kesenjangan hasil yang begitu besar tersebut. Apakah kesenjangan hasil
itu disebabkan oleh faktor biofisik, manajemen usahayang kurang tepat, atau karena
faktor sosial ekonomi yang kurang mendukung. Hasil diagnosa ini disamping
berguna sebagai umpan balik bagi peneliti di lembaga penelitian dan masyarakat.
Umpan balik dalam sebuah penelitian diperlukan untuk mempertajam arah
penelitian dan merumuskan kajian-kajian lanjutan yang dibutuhkan sehingga dapat
meningkatkan produktivitas ubi jalar di Jawa Tengah.
Kesimpulan
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas bahan pangan yang unik karena
memiliki beberapa varietas dengan karakteristik dan keunggulan masing-masing,
ada ubi jalar putih, ubi jalar kuning, ubi jalar merah dan ubi jalar ungu. Potensi ubi
jalar sebagai bahan baku industry pangan sangat besar, mengingat sumber daya
bahan tersedia melimpah, karena budi daya yang mudah dan masa panen yang
singkat, selain itu ubi jalar juga memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam
pengolahan, kandungan zat gizinya cukup lengkap bahkan beberapa zat diantaranya
sangat penting bagi tubuh karena berfungsi fisiologis yaitu anthosianin dan
karatenoid sebagai anti oksidan serta serat rapinasa yang berfungsi prebiotik.
Potensi lain dari ubi jalar adalah daya terima masyarakat terhadap produk dari ubi
jalar yang akan disukai masyarakat karena bahan dasar sudah cukup dikenal
dimasyarakat hanya perlu inovatif. Diversifikasi ubi jalar yang dapat dikembangkan
oleh industry pangan
DAFTAR PUSTAKA
Sasongko, Lutfi Aris, Helmy Purwanto dan Renan Subantoro. 2008. Penumbuhan
Industri Tepung Lokal Melalui Pemberdayaan Kelompok Petani untuk Mendukung
Ketahanan Pangan Di Jawa Tengah. Laporan Penelitian. LP3M Unwahas dan
Balitbang Jateng.
Kuntjoro, Mudrajat. 2007. Metode Kuantitatif. Teori dan Aplikas Untuk Bisnis
Ekonomi. Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN. Yogyakarta.
2002. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.
Badan Pusat Statistik. 2002 ± 2008. Jawa Tengah dalam Angka. BPS, Propinsi Jawa
Tengah. Semarang.
Sevilla et al,. 1993.Pengantar Metode Penelitian. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai