Anda di halaman 1dari 11

Sumber Fosfor dan Ketersediannya dalam Tanah

Fosfor memiliki tingkat kelarutan yang rendah sehingga ketersediaan bagi


tanaman pun rendah. Fosfor dalam tanah ditemukan dalam dua bentuk yakni pada
kondisi fosfat anorganik dan fosfat organik. Fosfat yang berada dalam bahan
norganik biasanya terikat dengan senyawa lain. Fosfor anorganik biasanya berasal
dari apatite Ca5(PO4)3. Apatite ini biasanya dikandung oleh fosfat alam dan di
alam sumbernya sangat sedikit. Tiga bentuk ion fosfor yang dapat diserap
tanaman adalah H2PO4, HPO4, atau PO43-. Ion tersebut biasanya bergerak secara
difusi dan mengalami intersepsi dengan akar dan hanya sedikit yang masuk aliran
massa bersama air. Laju transportasi menuju akar biasanya sangat lambat jika
jarak transportasinya lebih dari 5-10 mm, oleh karena itu tujuan pemupukkan
adalah menaikkan level konsentrasi dimana penyerapan fosfor tidak lagi
membatasi hasil.

Keberadaan Fosfor Pada Tanah Masam


Bentuk ion fosfor dipengaruhi oleh pH tanah. Pengaruh pH tanah terhadap
ketersediaan P bagi tanaman adalah dengan dua cara. Pertama pH larutan tanah
adalah yang paling menentukan bentuk ion yang ada. Kedua pH tanah juga
mengendalikan tipe dan kelarutan mineral tanah. Mineral-mineral ini dapat
merubah produk-produk reaksi pupuk, mineral-mineral sekunder, atau primer.
Menurut Young et al 1997, ketika suatu pupuk ditambahkan pada suatu tanah
masam, ia bereaksi dengan senyawa senyawa Fe dan Al membentuk produk-
produk kompleks yang tidak begitu larut dan kurang tersedia bagi tanaman.
Senyawa-senyawa yang terbentuk dapat mengendap dalam larutan, terjerap pada
permukaan oksida Fe dan Al atau terjerap pada partikel lempung.
Ruaysoongem dan Keerativ-kasikorn 1996 menyatakan bahwa
ketersediaan fosfor yang sangat terbatas adalah salah satu masalah penting pada
tanah masam. Fosfor selalu menunjukkan afinitas yang kuat dengan Al dan Fe
pada tanah masam, sehingga pengendapannya bersama alumunium dan besi atau
dijerap pada permukaan tanah lempung. Reaksi kimianya yang berlangsung antara
ion fosfat dengan alumunium yang larut menghasilkan bentuk hidroksi fosfat yang
tidak larut. Mekanisme reaksinya yakni, ion fosfat menggantikan kedudukan ion
OH- dari koloid tanah atau mineral.

Konsekuensi dari reaksi diatas ini akan selalu terjadi bentuk fosfat yang tidak larut
atau hanya sedikit ion H2PO4 yang tersedia bagi tanaman.

2.2 Sumber Pupuk Fosfat

2.2.1 Pupuk Fosfat Alam


Penggunaan pupuk fosfat alam untuk pertanian sampai saat ini masih sangat
diperlukan oleh petani. Pupuk fosfat alam mengandung P yang merupakan salah
satu dari tiga unsur makro atau esensial selain N dan K yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Unsur tersebut terdapat di alam berupa batuan fosfat yang
biasanya digunakan dalam pertanian sebagai pupuk buatan (Suciati, 2004 dalam
Hartanto, 2012). Unsur P diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Kekurangan
unsur hara makro ini menyebabkan menurunnya produksi buah dan biji. Gejala
yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur hara ini yaitu daun muda berwarna
merah keunguan, ujung daun nampak seperti terbakar dan daun tua berwarna
hitam serta pembentukan buah dan biji berkurang (Rioardi, 2009).

Fosfat alam berasal dari proses geokimia yang terjadi secara alami, yang biasa
disebut deposit batuan fosfat. Batuan fosfat dapat ditemukan di alam sebagai
batuan endapan atau sedimen, batuan beku, batuan metamorfik, dan guano.
Fosfat alam yang berasal dari batuan beku umumnya digunakan sebagai bahan
baku industri pupuk P. Fosfat alam yang berasal dari batuan endapan atau
sedimen yang mempunyai reaktivitas tinggi dapat digunakan secara langsung
sebagai pupuk. Sifat fosfat alam yaitu tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kondisi asam. Kadar P2O5 dan kelarutannya bervariasi, ukuran butiran
halussampai kasar, hara P tersedia lambat (slow release), dan mengandung hara
Ca cukup tinggi (Balai Penelitian Tanah, 2012). Berdasarkan proses-
prosespembentukannya fosfat alam dapat dibedakan menjadi tiga (Kasno, dkk.,
2012) yaitu:
1. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang mengandung
mineral fosfat apatit, terutama fluorapatite. Apatit dapat dibedakan atas
chlorapatite {3Ca3(PO4)2CaCl2} dan fluorapatite {3Ca3(PO4)2CaF2}.
2. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan lingkungan yang
tenang. Fosfat alam terbentuk di laut dalam bentuk calcium phosphate yang
disebut phosphorite. Bahan endapan ini dapat ditemukan dalam endapan yang
berlapis-lapis hingga ribuan mil persegi. Elemen P berasal dari pelarutan
batuan, sebagian P diserap oleh tanaman dan sebagian lagi terbawa oleh aliran
ke laut dalam.
3. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan
kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping akibat pengaruh air
hujan dan air tanah.
Pada prinsipnya pupuk guano adalah sama dengan pupuk organik, hanya
memiliki kandungan lebih baik (kelebihan) untuk unsur N, P dan K
dibandingkan pupuk organik biasa. Kelebihan kandungan P umumnya
disebabkan oleh kotoran kelelawar (guano) yang tertimbun di dalam goa yang
batuan-batuan maupun tetesan-tetesan airnya mengandung cukup tinggi
kandungan unsur fosfat (P). Sedangkan kelebihan N dan K karena faktor
makanan yg dimakan oleh kelelawar; 2. Kekurangannya, kadang-kadang
pupuk Guano memiliki pH (kemasaman) yang rendah kalau sumber guanonya
masih alami (timbunan guano sangat tebal). Kalau timbunan guano sudah
sangat tipis, maka biasanya guano yang dihasilkan hanya mengandung kapur
yang tinggi. Kandungan kapur yang terlalu tinggi kurang baik apabila
digunakan di tanah-tanah yang basa, karena justru akan menyebabkan unsur P
tidak tersedia bagi tanaman; 3. Takaran penggunaan pupuk Guano untuk
tanaman pangan 1-2 t/ha, untuk tanaman sayuran bisa 5-10 ton, dan untuk
tanaman perkebunan 5-10 kg/pohon. 4. Tanaman tetap memerlukan
penambahan pupuk kimia NPK, karena pupuk Guano tidak mungkin mampu
mencukupi kebutuhan NPK. Pupuk Guano hanya sebagai suplemen dan untuk
memperbaiki kesuburan fisik tanah. Kalaupun akan dilakukan pengurangan
pupuk PK maksimal 25-50% 5. Cara penggunaan pupuk Guano seperti pupuk
organik biasa, disebarkan bersamaan dengan pengolahan lahan atau
dicampurkan dalam media tanam (apabila untuk tanaman pot) 6. Tanah asam
berarti ada kelebihan unsur-unsur asam (terutama unsur hidrogen, atau besi
atau aluminium), sedangkan tanah basa berarti kelebihan unsur-unsur basa
(seperti hidroksida, kalsium, magnesium, dll). Dalam kondisi asam maupun
basa berlebihan, beberapa unsur penting yang dibutuhkan tanaman menjadi
sulit diambil oleh tanaman, karena kondisinya terikat oleh beberapa unsur
asam atau unsur basa yang berlebih tadi. 7. Cara menstabilkan : pada tanah
asam yang paling praktis dengan pengapuran (dolomit) takaran 0,5-1,0
t/ha/musim sampai dicapai posisi stabil (dihentikan pengapurannya). Pada
tanah basa, untuk menstabilkan kearah netral, perlu penambahan organik
minimal 2 t/ha setiap musim.

Guano cair.

Yang sering kita temukan adalah pupuk dari beberapa jenis yang
memang sering kita dapat disekitar kita. Anda harus siapkan pupuk
guano yang sudah jadi untuk dijadikan pupuk guano cair. Berikut ini
langkah langkah mudah untuk membuat pupuk guano cair.

1. Masukkan 3 sendok teh kotoran kelelawar ke dalam botol atau


alat semprotan.

2. Masukkan air sebanyak sekitar 1 gallon atau 3,7 liter.

3. Pupuk guano cair sudah siap digunakan.

Untuk pengaplikasian pupuk bisa disemprotkan pada mulut daun.


Pupuk Guano

Pupuk guano padat anda bisa mengambil di gua kelalawar, bisanya


pupuk yang sudah jadi ini berwarna hitam atau hitam kecoklatan.
Jika anda ingin membuatnya atau tidak ingin mengambilnya
langsung digua maka yang anda harus siapkan :

Bahan

1. Kotoran kelalawar 20 kilo.


2. EM4
3. Air
4. Terpal

Cara pembuatan.

1. Larutan EM4 dilarutkan ke dengan air dengan perbandingan 10


tutup botol EM4 dilarutkan 1 liter air.
2. Sirmkan larutan EM4 ke dalam kotoran.
3. Aduk rata dengan kotoran kelalawar.
4. Tutup dengan terpal.
5. Diamkan selama 2 minggu.

Aplikasi / Penggunaan :

Sebagai pupuk seperti halnya pupuk kompos. Gunakan pupuk


guano yang sudah jadi dan berikan pada tanaman.

Fosfat alam mengandung P larut air sangat kecil, sehingga bila digunakan dalam
tanah sejumlah pelarutan hanya terjadi oleh reaksi antara fosfat alam dengan ion
hidrogen yang ada. Agar fosfat alam menjadi pupuk yang efektif, fosfat alam
harus reaktif sehingga mudah larut dalam tanah.
2.2.2 Bentuk Pupuk P Industri
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) bentuk-bentuk pupuk P Industri antara
lain yaitu :
1. Enkel Super Phosphate {ES = Ca(H2PO4)2 + CaSO4}
Sejak zaman Belanda ES sudah populer digunakan sebagai pupuk P dan sering
disebut Single Super Phosphate. Pupuk ini dibuat dengan menggunakan bahan
baku batuan fosfat (apatit) dan diasamkan dengan asam sulfat untuk mengubah P
yang tidak tersedia menjadi tersedia untuk tanaman. Reaksi singkat pembuatan
ES yaitu:
Ca3(PO4)2 CaF + 7H2SO4 3Ca(H2PO4) + 7CaSO4 + 2HF
11

Kandungan fosfat terdiri dari dihidro fosfat dan gipsum. Kadar P2O5 sebesar
1824% dan kapur (CaO) sebesar 2428%. Bentuk pupuk ini berupa tepung
berwarna putih kelabu dan sedikit larut dalam air. Syarat yang harus dipenuhi
kadar (F2O3 + Al2O3) kurang dari 3%. Apabila terlalu banyak mengandung
kedua
oksida tersebut yang bersifat racun bagi tanaman, kedua oksida tersebut dapat
bereaksi dengan fosfat menjadi tidak tersedia bagi tanaman (terjadi fiksasi P oleh
Fe dan Al). Dalam penyimpanan sering mengalami kerusakan fisik tetapi tidak
mengalami perubahan kimianya. Dalam pemakaiannya dianjurkan sebagai pupuk
dasar yaitu pemupukan sebelum ada tanaman agar pada saat tanaman mulai
tumbuh P sudah dapat diserap oleh akar tanaman. Pupuk ES masih mengandung
gipsum (CaSO4) cukup tinggi dan untuk beberbagai jenis tanah sering
menyebabkan struktur tanah menjadi menggumpal seperti padas dan kedap
terhadap air. Hal ini yang sering dianggap sifat merugikan dari pupuk ES.

2. Double Super Phosphate (DS)

Berbeda dengan ES, pupuk ini dianggap tidak mengandung gipsum, dalam
pembuatannya digunakan asam fosfat yang berfungsi sebagai pengasam dan untuk
meningkatkan kadar P. Reaksi pembuatannya yaitu:
(Ca3PO4)2CaF + 4H3PO4+ 3H2O 3Ca(H2PO4)2 + HF

Pupuk DS memiliki kadar P2O5 sebesar 38%. Pupuk DS telah lama digunakan di
Indonesia baik oleh petani maupun di perkebunan besar. Pupuk tersebut berwarna
abu-abu coklat muda dan sebagian P larut dalam air, serta kemungkinan pelindian
rendah. Bila diberikan pada tanah yang banyak mengandung Fe3+ dan Al3+
bebas
12

maka akan terjadi sematan P oleh kedua unsur tersebut. Asam H3PO4 diperoleh
dari:
Ca3 (PO4)3CaF + 3H2SO4 2H3PO4 + CaSO4 + HF
4. Triple Super Phosphate (TSP)
Rumus kimia TSP yaitu Ca(H2PO4). Sifat umum pupuk Triple Super Phosphate
(TSP) sama dengan dengan pupuk DS. Kadar P2O5 pupuk ini sekitar 4446%,
walaupun secara teoritis dapat mencapai 56%. Pembuatan pupuk TSP dengan
menggunakan sistem wet process. Dalam proses ini batuan fosfat alam (rock
phosphate) diasamkam dengan asam fosfat hasil proses sebelumnya (seperti
pembuatan pupuk DS). Reaksi dasarnya yaitu:

Ca3(PO4)2CaF + H3PO4 Ca(H2PO4)2 + Ca(OH)2 + HF

2.3 Pembuatan Pupuk P Industri

Prinsip dari proses pembuatan pupuk super fosfat yaitu dengan merubah
trikalsium fosfat dalam batuan fosfat menjadi monokalsium fosfat dengan cara
pengasaman oleh asam sulfat dan asam fosfat (Husein dkk., 1998). Proses
tersebut dapat terbagi dalam 2 tahap, yaitu:
1. Tahap pertama yaitu difusi asam sulfat ke dalam partikel batuan fosfat
disertai oleh reaksi kimia yang cepat pada permukaan partikel, yang berlanjut
sampai asam tersebut terpakai seluruhnya dan terjadi kristalisasi kalsium
sulfat. Reaksi tahap pertama yaitu:

Ca3(PO4)2 + 2H2SO4 + H2O Ca(H2PO4)2H2O + 2CaSO4


13

2. Tahap kedua adalah difusi dari asam fosfat yang terbentuk ke dalam pori-pori
partikel batuan fosfat yang tak terdekomposisi. Hal ini disertai oleh reaksi
tahap kedua yaitu:

Ca3(PO4)2 + 4H3PO4 + 3H2O 3Ca(H2PO4)2H2O

Tahap selanjutnya dari proses ini yaitu ageing (penyimpanan). Pada proses
ageing ini terjadi pembentukan dan kristalisasi monokalsium fosfat yang
merupakan proses yang lambat selama 21 hari. Lambatnya kecepatan pada tahap
ini merupakan akibat dari lambatnya difusi asam fosfat melalui lapisan
monokalsium fosfat yang terbentuk pada permukaan butiran batuan fosfat
(Ridwan, 2011). Berikut ini merupakan kriteria pupuk fosfat yang digunakan
dalam persyaratan kualitas pupuk fosfat di Indonesia.
SP-36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. ppuk ini terbuat dari fosfat
alam dan sulfat. Berbentuk butiran an berwarna au-abu. Sifatnya agak sulit
larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai
pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak
bersifat membakar.

Proses yang digunakan adalah Tennessee Valley Authority (TVA).


Prinsipnya adalah mengubah tricalcium phosphate menjadi garam yang mudah
larut dalam air (mono calcium phosphate). Secara garis besar metode pembuatan
pupuk SP-36 adalah mencampur asam sulfat dengan asam phospat dengan
perbandingan 30 : 70 (mix acid) lalu melarutkan batuan phospat yang sebelumnya
telah di treatment ke dalam larutan mix acid tersebut di dalam sebuah cone mixer
tank.
Campuran tersebut akan membentuk slurry panas yang akan dialirkan ke
dalam suatu belt conveyor, di dalam perjalan di atas belt
conveyor tersebut slurry akan memadat dan akan membentuk padatan yang
disebut ROP. Pada dasarnya tahapan menjadi ROP inilah yang dijadikan
parameter utama bahwa komposisi pembuatan pupuk sudah benar.
Setelah terbentuk ROP yang berbentuk bongkahan,
maka treatment selanjutnya adalah penyeragaman ukuran butiran ROP tersebut
dilanjutkan dengan pengantongan. Dari sekian banyak peralatan yang digunakan,
maka untuk menunjang serta mendukung penyelesaian tugas khusus hanya
ditinjau satu alat yaitu belt conveyor yang disasumsikan sebagai PFR.
Drag conveyor adalah salah satu alat yang mempunyai peran penting
dalam pembuatan pupuk SP 36 setelah cone mixer tank. Cone mixer
tank berfungsi untuk mencampurkan mix acid dengan batuan fosfat sehingga
membentuk larutan slurry. Pencampuran berlangsung sangat cepat ( < 2 detik
). Slurry keluar cone mixer dialirkan ke gudang R.O.P dengan menggunakan drag
conveyor yang juga berfungsi sebagai reaktor. Reaksi yang terjadi di drag
conveyor adalah :
Ca10(PO4)6F2(s) + 7H2SO4(aq) 3Ca(H2PO4)2(s) + 7CaSO4(s) + 2HF(g) (II.1)
Ca10(PO4)6F2(s) + 14H3PO4(aq) 10Ca(H2PO4)2(s) + 2HF(g) (II.2)
Slurry yang dihasilkan dari pencampuran mix acid dan batuan pospat akan
langsung memadat ketika berada di drag conveyor.
Proses pembuatan pupuk SP-36 digambarkan pada Gambar 1.

Amonium Phosfat
Pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal. Bentuknya
berupa butiran berwarna coklat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan
mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan
disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya
rendah.

Anda mungkin juga menyukai