Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Sejarah Fosfor
Berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang memiliki cahaya; nama kuno untuk planet Venus
ketika tampak sebelum matahari terbit). Seorang ilmuwan asal Jerman, Brand menemukan
fosfor di tahun 1669 secara tidak sengaja dalam percobaan menggali bebatuan.

Fosfor dapat ditemukan di bumi di dalam air, tanah dan sedimen. Tidak seperti senyawa materi lain
siklus fosfor tidak dapat ditemukan di udara yang mempunyai tekanan tinggi. Hal ini karena
fosfor biasanya cair pada suhu dan tekanan normal. Hal ini terutama melakukan siklus kembali
melalui air, tanah dan sedimen.. Dalam suasana siklus fosfor terutama dapat ditemukan sebagai
partikel debu yang sangat kecil. bergerak perlahan-lahan dari endapan di darat dan di sedimen,
organisme hidup, dan jauh lebih lambat daripada kembali ke tanah air dan sedimen. Siklus fosfor
merupakan paling lambat salah satu siklus masalah yang dijelaskan di sini. Fosfor yang paling
sering ditemukan dalam formasi batuan sedimen dan laut sebagai garam fosfat. Garam fosfat
yang dilepaskan dari pelapukan batuan melalui tanah biasanya larut dalam air dan akan diserap
oleh tanaman. Karena jumlah fosfor dalam tanah pada umumnya kecil, sering kali faktor
pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Itu sebabnya manusia sering menggunakan fosfat
sebagai pupuk pada tanah pertanian. Fosfat juga faktor-faktor pembatas bagi pertumbuhan
tanaman di ekosistem laut, karena mereka tidak begitu larut dalam air. Hewan menyerap fosfat
dengan makan tumbuhan atau binatang pemakan tumbuhan Siklus fosfor melalui tanaman dan
hewan jauh lebih cepat daripada yang dilakukannya melalui batu dan sedimen. Ketika hewan
dan tanaman yang mati, fosfat akan kembali ke tanah atau lautan lagi selama pembusukan.

Setelah itu, fosfor akan berakhir di formasi batuan sedimen atau lagi, tetap di sana selama jutaan
tahun. Akhirnya, fosfor yang dilepaskan kembali melalui pelapukan dan siklus dimulai lagi.

2.2 Pengertian Fosfor

Fosfor adalah zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforesens, unsur kimia yang memiliki
lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa nonlogam, bervalensi banyak, termasuk
golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup
tetapi tidak pernah ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif, memancarkan
pendar cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai
bentuk, Fosfor berupa berbagai jenis senyawa logam transisi atau senyawa tanah langka seperti
zink sulfida (ZnS) yang ditambah tembaga atau perak, dan zink silikat (Zn2SiO4) yang dicampur
dengan mangan. Unsur kimia fosforus dapat mengeluarkan cahaya dalam keadaan tertentu,
tetapi fenomena ini bukan fosforesens, melainkan kemiluminesens. Fosfor merupakan unsur
penting dalam makhluk hidup.

2.3 Macam-macam Fosfor

Fosfor dapat berada dalam empat bentuk atau lebih alotrop: putih (atau kuning), merah, dan hitam
(atau ungu). Yang paling umum adalah fosfor merah dan putih, keduanya mengelompok dalam
empat atom yang berbentuk tetrahedral. Fosfor putih terbakar ketika bersentuhan dengan
udara dan dapat berubah menjadi fosfor merah ketika terkena panas atau cahaya. Fosfor putih
juga dapat berada dalam keadaan alfa dan beta yang dipisahkan oleh suhu transisi -3,8°C. Fosfor
merah relatif lebih stabil dan menyublim pada 170°C pada tekanan uap 1 atm, tetapi terbakar
akibat tumbukan atau gesekan. Alotrop fosfor hitam mempunyai struktur seperti grafit – atom-
atom tersusun dalam lapisan-lapisan heksagonal yang menghantarkan listrik.
2.4 Keberadaan Unsur Fosfor di Alam

Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang
berupa partikulat. Senyawa fosfor membentuk kompleks ion besi dan kalsium pada kondisi
aerob, bersifat tidak larut, dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan
oleh algae akuatik (Jeffries dan Mill dalam Effendi 2003).

Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua organisme untuk
pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam air laut, berada dalam bentuk senyawa
organik dan anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat berupa gula fosfat dan hasil
oksidasinya, nukloeprotein dan fosfo protein. Sedangkan dalam bentuk senyawa anorganik
meliputi ortofosfat dan polifosfat. Senyawa anorganik fosfat dalam air laut pada umumnya
berada dalam bentuk ion (orto) asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90%
dalam bentuk HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan
membantu proses metabolisme sel suatu organisme (Hutagalung et al, 1997).

Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai. Karena sungai
membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga sumber fosfat
dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi
senyawa ionisasi, antara lain dalam bentuk ion H2PO4-, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh
fitoplankton dan seterusnya masuk kedalam rantai makanan.

Senyawa fosfat dalam perairan berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan
dan pelapukan tumbuhan, dan dari laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan
menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk pertumbuhan plankton
adalah 0,27 – 5,51 mg/liter (Hutagalung et al, 1997).

Fosfat dalam air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada proses fotosintesis dan proses
lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan Nukleotid koenzim). Penyerapan dari fosfat dapat
berlangsung terus walaupun dalam keadaan gelap. Ortofosfat (H3PO4) adalah bentuk fosfat
anorganik yang paling banyak terdapat dalam siklus fosfat. Distribusi bentuk yang beragam dari
fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh
fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm akan menyebabkan
kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton. Untuk konsentrasi dibawah 0,3 µm
ada bagian sel yang cocok menghalangi dan sel fosfat kurang diproduksi.

Mungkin hal ini tidak akan terjadi di laut sejak NO3 selalu habis sebelum PO4 jatuh ke tingkat yang
kritis. Pada musim panas, permukaan air mendekati 50% seperti organik-P. Di laut dalam
kebanyakan P berbentuk inorganik. Di musim dingin hampir semua P adalah inorganik. Variasi di
perairan pantai terjadi karena proses upwelling dan kelimpahan fitoplankton. Pencampuran
yang terjadi dipermukaan pada musim dingin dapat disebabkan oleh bentuk linear di air dangkal.
Setelah musim dingin dan musim panas kelimpahan fosfat akan sangat berkurang.Fosfor
berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada ATP (Adenosine
Triphospate) dan ADP (Adenosine Diphosphate).

Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling
sederhana di perairan . Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk
ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat. Setelah masuk
kedalam tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi
organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan ferri [Fe2(PO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap
didasar perairan. Pada saat terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini mengalami
reduksi menjadi ion besi valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat
keperairan, sehingga meningkatkan keberadaan fosfat diperairan (Effendi 2003).

Studi tentang sirkulasi fosfor di lingkungan perairan laut merupakan perhatian di berbagai bidang
ilmu bidang ilmu. Dengan menggunakan 32P para peneliti menghasilkan kesimpulan umum
bahwa bahwa konsentrasi fosfor akan berubah karena fosfor merupakan salah satu zat yang
digunakan oleh fitoplankton dalam proses metabolisme. Damanhuri (1997) menyatakan bahwa
kadar fosfat akan semakin tinggi dengan menurnya kedalaman. Konsentrasi fosfat relatif konstan
pada perairan dalam biasanya terjadi pengendapan sehingga nutrien meningkat seiring dengan
waktu karena proses oksidasi f dan bahan organik. Adanya proses run off yang berasal dari
daratan akan mensuplai kadar fosfat pada lapisan permukaan, tetapi ini tidak terlalu besar.
Penambahan terbesar dari lapisan dalam melalui proses kenaikan masa air.

Fosfor muncul pada bagian yang beragam di dalam lingkungan bahari, beberapa muncul dalam
bentuk susunan organik seperti protein dan gula, beberapa juga muncul dalam bentuk kalsium
organik dan sebagian dalam bentuk inorganik dan partikel besi fosfat, lalu juga dalam bentuk
fosfat terlarut, walaupun fosfor muncul dalam konsentrasi dibawah nitrogen, tapi pada
kenyataanya fosfor dapat dengan mudah di buat atau tersedia di dalam atau tersedia di dalam
zona penetrasi cahaya yang mencegah fosfor menjadi faktor pembatas di dalam produktifitas
bahari.

Diperairan, bentuk unsur fosfor berubah secara terus menerus akibat proses dekomposisi dan
sintesis antara bentuk organik, dan bentuk anorganik yang dilakukan oleh mikroba. Semua
polifosfat mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat. Perubahan ini bergantung pada suhu
yang mendekati titik didih, perubahan polifosfat menjadi ortofosfat berlangsung cepat.
Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH. Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat
pada air limbah yang mengandung banyak bakteri lebih cepat dibandingkan dengan perubahan
yang terjadi pada air bersih.

Keberadaan fosfor diperairan alami biasanya relative kecil, dengan kaar yang lebih sedikit dari pada
kadar nitrogen. Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan, dan ikan. Keberadaan fosfor
secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakan
pertumbuhan algae di perairan (algae bloom). Algae yang berlimpah ini dapat membentuk
lapisan pada permukaan air, yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya
mathari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada saat perairan cukup
mengandung fosfor, algae mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya.
Fenomena yang demikian dikenal istilah konsumsi berlebih (luxury consumption). Kelebihan
fosfor yang diserap akan dimanfaatkan pada saat perairan mengalami defisiensi fosfor, sehingga
algae masih dapat hidup untuk beberapa waktuselama periode kekeurangan pasokan fosfor
(Effendi 2003).

Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: perairan dengan tingkat
kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0 – 0.02 mg/liter; perairan
dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat 0.021 – 0.05 mg/liter; dan perairan
dengan tingkat kesuburan tinggi, memiliki kadar fosfat total 0.051 – 0.1 mg/liter (Effendi, 2003).

Pehitungan persen pada beragam bentuk fosfat di H2O, NaCl, air laut, seperti sebuah fungsi pada
pH. Di laut dalam ion fosfat bentuknya lebih penting (50% pada P= 1000 bar atau 10.000 m ).
H2PO4- bebas adalah lebih besar dengan persentase 49%, MgPO4-, 46%, dan 5% CaHPO4.
Sementara PO43- 27% seperti MgPO4- dan 73% seperti CaPO4.

2.5 Sifat FIsika dan Kimia Forfor

a) Sifat Fisika Unsur Fosfor


· Warna : tidak berwarna/merah/putih
· Wujud : padat
· Titik didih : 550 K (2770C)
· Titik leleh : 317,3 K (44,20C)
· Massa jenis (fosfor merah) : 2,34 g/cm3
· Massa jenis (fosfor putih) : 1,823 g/cm3
· Massa jenis (fosfor hitam) : 2,609 g/cm3
· Energi ionisasi (fosfor putih) : 1011,8 kj/mol
· Secara umum fosfor membentuk padatan putih yang lengket yang memiliki bau. yang tak
enak tetapi ketika murni menjadi tak berwarna dan transparan
· Fosfor putih mudah menguap dan larut dalam pelarut nonpolar benzena
· Fosfor merah tidak larut dalam semua pelarut.

b) Sifat Kimia Unsur Fosfor

· Fosfor putih bersifat sangat reaktif, memancarkan cahaya, mudah terbakar di udara, beracun.
Fosfor putih digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam fosfat di industri.
· Fosfor merah bersifat tidak reaktif, kurang beracun. Fosfor merah digunakan sebagai bahan
campuran pembuatan pasir halus dan bidang gesek korek api.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius

Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut,
Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Odum, Eugene P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Sanusi, Harpasis. 2006. KIMIA LAUT Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Institut
Pertanian Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

http://www.ilmupedia.com/siklus biogeokimia

http://www.m.suaramerdeka.com/bomfosfor,pemusnah yang sadis

http://www.katakita.com

http://www.wikipedia.com/fosfor

http://www.faperta.ugm.ac.id/mikro/irfan_dp/biologihttp://www.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai