Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabilah

NIM : 2110246861
Mata Kuliah : Kimia Fisika Lanjut
Dosen Pengampu : Dr. Muhdarina, M.Si.

Resume Jurnal
Judul :
On the comparison of pseudo-first order and pseudo-second order rate laws in the modeling of
adsorption kinetics

1. Pendahuluan
Di dalam beberapa literatur terdapat 2 persamaan yang digunakan untuk
mempresentasikan kinetika. Dua jenis kinetika yang umum digunakan adalah orde
pertama semu yang dinotasikan dengan K1 yang dikemukakan oleh Lagergen pada akhir
abad 19 dan orde kedua semu yang dinotasikan dengan K2 yang dipopulerkan oleh Ho
dan McKay pada tahun 1999.
2. Latar Belakang Teori
a. Hukum Laju Orde Pertama Semu, K1

Dengan q adalah jumlah zat terlarut yang teradsorpsi, q e adalah jumlah zat pada saat
kesetimbangan, k1 adalah tetapan laju orde pertama semu, dan t adalah waktu.
Persamaan ini bisa juga dituliskan sebagai berikut:

Jika nilai qe didapatkan dari hasil percobaan maka, serapan fraksional (F) dapat
dihitung.

b. Hukum Laju Orde Kedua Semu, K2

Jika nilai qe didapatkan dari hasil percobaan maka, serapan fraksional (F) dapat
dihitung.
3. Hasil dan Pembahasan
a. Kriteria Penentuan Persamaan Laju yang Terbaik

Berdasarkan grafik 1 dan 2, persamaan garis mengikuti persamaan garis y = at + b, di


mana untuk reaksi orde pertama semu y=ln (q ¿¿ e−q) ¿, sedangkan untuk reaksi orde
kedua semu y=t/q . Berdasarkan hasil komputasi didapatkan nilai r 2 untuk K1 adalah
0,9817 dan r 2 untuk K2 adalah 0,9961. Nilai dari r 2 dan q e, cal digunakan untuk penentuan
akurasi dan realibilitas dari K1 dan K2. Dari berbagai literatur didapatkan bahwa K2
memberikan korelasi yang lebih baik dari pada K1.

b. Data Dari Berbagai Sumber


Dari berbagai referensi didapatkan kumpulan data-data yang mengikuti persamaan 4 dan
7, yang diringkas dalam tabel berikut:
Berdasarkan tabel di atas, nilai R12 dan R22 masing-masing dihitung untuk K1 dan K2.
Persamaan yang terbaik harus memenuhi kondisi: nilai R2 yang lebih tinggi, nilai R2 > 0,8
dan pola residu yang baik.
Jika diambil beberapa contoh dari referensi yang ada, data pada referensi [37] lebih baik
menggunakan K1 untuk karbon aktif PHC dan lebih baik menggunakan K2 untuk GAC.
Terlihat pada Tabel 3 bahwa K1 memberikan kecocokan yang jauh lebih baik daripada
K2 pada 6 kasus (K1 > K2), dan keadaan sebaliknya (K2 > K1) terjadi pada 11 kasus.
Di bawah ini merupakan grafik hubungan antara t vs F dari data referensi [37], [35] dan
[38]

Untuk data referensi [37] nilai K1 > K2 karena garis K1 (mengikuti persamaan 4) cocok
dengan data eksperimen. Kemudian data referensi [35] memiliki nilai K2 > K1 karena
garis putus-putus K2 (mengikuti persamaan 7) cocok dengan data eksperimen. Sedangkan
untuk data referensi [38] tidak ada persamaan laju yang menggambarkan kecocokan data
dengan baik.

c. Data Pada Tahun 2015


Data dipilih secara acak dari 10 jurnal pada tahun 2015 yang mengutip jurnal Ho dan
McKay. Semua jurnal menyimpulkan bahwa K2 lebih baik menggambarkan data kinetik
eksperimental, kecuali dalam data referensi [49] di mana K1 memberikan kecocokan
yang lebih baik dalam kasus adsorpsi As(V) (sementara K2 lebih sesuai dalam kasus
Cr(III) dan Cr(VI)).
Bagian yang terpenting dalam poin ini adalah bahwa K1 dan K2 masing-masing
memberikan kecocokan yang lebih baik dalam 10 dan 8 kasus, yang keadaannya
berlawanan dengan data pada Tabel 3.

d. Sistem Yang dikendalikan oleh Difusi

Data dari referensi [52] cocok dengan K2 dibandingkan dengan K1 karna nilai R 2 yang
tinggi, namun grafik menunjukkan residu dari setiap konsentrasi larutan. Nilai dari R 22
menurun jika konsentrasi dinaikkan atau saat nilai Fmax diturunkan.
Bagian yang terpenting dalam poin ini adalah proses yang dikendalikan oleh difusi tidak
dapat dijelaskan dengan baik oleh K2.

4. Kesimpulan
Dalam penelitian ini, K1 atau K2 dinyatakan sebagai hukum laju terbaik asalkan
memberikan koefisien yang lebih tinggi (R > 0,8). Selain itu, residu yang dihasilkan dari
kecocokan data juga diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai