Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanah Regosol (Entisol)


Regosol adalah tanah yang sangat muda, hampir tanpa perkembangan
tanah. Epipedon sudah terbentuk tetapi endopedon belum terbentuk. Hanya ada
satu horizon A okrik. Okrik berasal dari bahasa Yunani ochros yang berarti
pucat. Epipedon okrik merupakan horison permukaan yang pada umumnya
tipis, berwarna terang atau cerah, miskin humus atau bahan organik. Epipedon
okrik terutama terbentuk pada lahan bawahan (low land) yang berpengatusan
baik pada daerah tropik. Rendahnya kandungan bahan organik pada epipedon
ini dapat terjadi akibat cepatnya dekomposisi bahan organik, rendahnya
produksi biomassa pada kondisi kering, pemancungan oleh erosi atau pengaruh
langsung karena pembakaran rumput pada permukaan tanah.
Epipedon okrik terbentuk lebih cepat dibanding epipedon yang lain, akan
tetapi horison ini tidak mencakup fragmen batuan tau sedimen segar yang
berstratifikasi halus. Horizon permukaan yang terbentuk pada tanah tanah yang
dihutankan atau pada daerah arid umumnya adalah okrik. Bahan penyusun
tanah ini ini kebanyakan berupa bahan tanah yang lepas-lepas, tanpa atau
dengan perkembangan tanah yang sangat lemah, misalnya gumuk muda.
Regosol menahan air sedikit.
Bahan organik tanah regosol bergantung pada bahan induknya yaitu abu
vulkan, mergel atau napal dan pasir pantai. Akan tetapi biasanya tanah regosol
miskin hydrogen. Karena tanah regosol berasal dari erupsi gunung berapi,
maka tanah jenis ini banyak terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api
baik yang aktif maupun yang sudah mati, contohnya seperti Bengkulu, pantai
Sumatera Barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Di Kalimantan tidak ada
tanah regosol karena tidak ada aktivitas vulkanik. Geologi daerah Kalimantan

3
relatif stabil. Pulau ini tidak mengalami aktivitas tektonik dan vulkanik. Hal ini
disebabkan karena Kalimantan tidak berada pada jalur gunung api dunia atau
Ring of fire sehingga tidak ada tanah regosol yang berasal dari endapan abu
vulkanik. Tanah regosol sangat cocok untuk pertanian khususnya tanaman padi,
kelapa, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran. Itulah sebabnya mengapa tanah
di lereng gunung berapi yang baru saja mengalami erupsi sangat subur dan
sangat baik untuk pertanian.
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah entisol adalah
adalah, (i) Iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi
kimia berjalan sangat lambat (ii) Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-
bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses
pembentukan tanah, banyak terdapat di lereng-lereng curam (iii) Pengendapan
terusmenerus, menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari
pengendapan (iv) Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert,
misalnya flokulasi bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain (v) Bahan-
bahan induk yang sukar melapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air
sukar meresap an reaksi-reaksi tidak berjalan (vi) Bahan induk yang tidak
subur atau mengandung unsur- unsur beracun bagi tanaman atau organisme
lain, diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi (Hardjowigeno, 1985).

2.2 Faktor Pembentukan Tanah Regosol


1. Bahan Induk
Berdasarkan bahan induknya tanah regosol dibagi menjadi:
a. Regosol Abu Vulkanik
1) Terdapat di sekitar bangunan api dengan visiografi vulkanik fan.
2) Semua bahan vulkanik hasil eropsi gunung berapi berupa debu,
pasir, kerikil, batu, bom dan lapili.
3) Bahan kasar di tengah lahan halus di tepi.
4) Kaya hara tanaman kecuali N tapi belum terlapuk sehingga perlu
pupuk organik, pupuk kandang, dan pupuk hijau.
5) Umumnya tekstur makin halus makin produktif.

4
Abu vulkanik adalah material kering halus yang dilepaskan
selama erupsi gunung api. Abu gunung api mempunyai komposisi
mineral dan sifat kimia yang berbeda-beda tergantung dari sifat
magma dan proses pembentukkannya. Magma yabg bersifat masam
akan menghasilkan bahan vulkanik yang berifat masam (kadar SiO2 >
60%) sebaliknya pada magma yang basis akan menghasilkan bahan
vulkanik yang bersifat basis, susunan mineralogi dan komposisisnya
akan berbeda pada batuan masam maupun basis. Sifat abu vulkan
akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah yang terbentuk.
Abu vulkan yang bersifat masam relatif kurang subur dibanding tanh
yang terbentuk dari bahan induk abu vulkan yang bersifat basis (abu
vulkan basaltik) (Buringh dalam)
Abu vulkan kaya hara terutama P. Ca, Mg, K dan unsur mikro
Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, Bo dan Silikat.
Komposisi kimia dan kandungan batuan andesit.
Komposisi Kimia Andesit
SiO2 54%
Al2O3 17,2%
Fe2O3 9,0%
TiO2 1,3%
MgO 4,4%
CaO 7,9%
Na2O 3,7%
K2O 1,1%
P2O5 0,3%
Mn3O4 0,1%
H2O 0,8%
Sumber : Sieffermann, 1994

b. Regosol Bukit Pasir


1) Terdapat di sepanjang pantai (Cilacap, Parangtritis, Kerawang).
2) Sand dunes atau bukit pasir terbentuk dari pasir di pantai oleh
gaya angin yang bersifat deflasi dan akumulasi.

5
3) Pasir kasar terletak dekat garis pantai makin halus makin jauh.
4) Umumnya tekstur kasar mudah diolah, gaya menahan air rendah,
dan permeabilitas baik.
5) Makin tua tekstur makin halus dan permeabilitas kurang baik
kaya unsur hara.
2. Iklim
Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi
kimia berjalan sangat lambat.
3. Topografi
Berombak, bergelombang, bergunung melandai. Tinggi dari atas
muka laut beragam. Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan
yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses
pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng curam. Pengendapan
terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari
pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir disekitar sungai,
delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit pasir pantai.
Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi
bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain.
4. Organisme
Vegetasi: Beraneka ragam.
5. Waktu
Tanah regosol merupakan tanah muda yang belum atau sedang
mengalami perekembangan.

2.3 Proses Pembentukan Tanah Entisol (Regosol)


Entisol merupakan jenis tanah yang muda, dimana secara alami
pembentukan tanahnya belum berlangsung. Tidak berlangsungnya proses
pembentukan tanah tersebut dikarenakan faktor dari lingkungan yang tidak
memungkinkan, misalnya pengendapan (biasanya terdapat pada daerah dataran
banjir di sekitar sungai). Proses oksidasi tidak terjadi pada daerah yang
tergenang, dan pembentukan hutan tidak terjadi pada daerah yang berpasir

6
sehingga entisol dikatakan tidak mempunyai horizon penciri seperti tanah
lainnya (Munir, 1984).
Tanah-tanah muda seperti entisol (Aluvial, Regosol) proses pembentukan
tanahnya terutama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral
di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh
bahan organik tersebut (sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan
horizon A. Sifat tanah masih didominasi bahan induknya (Sarwono, 1985).
Menurut Goeswono (1983) entisol merupakan tanpa horizon genetik
alamiah atau dengan suatu horizon yang baru mulai di bentuk. Konsep pokok
dari entisol ini adalah tanah dengan regolit tebal tanpa horizon, terkecuali
lapisan olah. Ciri umum entisols adalah tidak adanya perkembangan profil
yang nyata. Sehubungan dengan proses pembentukan tanah maka setiap jenis
tanah mempunyai kecepatan pembentukan yang berbeda-beda.
Tanah entisol (regosol atau alluvial) dalam proses pembentukannya
dipengaruhi oleh bahan induk dan topografi. Apabila tanah tersebut berasal dari
bahan induk yang sukar melapuk (pasir) atau terbentuk dari batuan keras yang
larutnya lambat seperti batu gamping atau topografi sangat miring maka
kecepatan erosi melebihi pembentukan horizon pedogenik. Karena tanahtanah
entisol berasal dari bahan induk, topografi dan curah hujan yang beragam,
maka saat KTK tinggi banyak basa-basa yang tercuci dan banyak terjadi
akumulasi FeS dan H2S dengan drainase jelek sampai baik (Bleker et.al, 1980).

Pengaruh Relief dan Kemiringan Lereng


Topografi dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah. Bagaimana pun, topografi berhubungan dengan deposisi
tephra, erosi dan peyebaran bahan sesuai kemiringan lereng dan landscape
terutama distribusi kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi
genesis dan sifat tanah entisol (Shoji, et.al. 1993).Sifat-sifat tanah yang
umumnya berhubungan dengan relief adalah tebal solum, tebal dan kandungan

7
bahan organic horizon A, kandungan air tanah (relative wetness), warna tanah,
tingkat perkembangan horizon, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan
garam mudah larut, jenis dan tingkat perkembangan padas, suhudan sifat dari
bahan induk tanah ( Hardjowigeno, 1993).
Satu kelompok tanah berkembang pada ciri-ciri profilnya membentuk
suatu katena atau satu toposekuen tanah. Kemiringan lereng dapat
memperlambat pembentukan tanah. Umumnya peningkatan kemiringan lereng
dikaitkan dengan suatu pengurangan daalam pelapukan mineral (Foth, 1984).
Perbedaan bentuk relief ini menyebabkan perbedaan pola dan jeluk
penetrasi air. Perbedaan jeluk penetrasi dan ketersediaan air itu menyebabkan
reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembentukan tanah di daerah
cekungan akan lebih intensif dan akan memberikan solum tanah tebal
(Poerwowidodo, 1991).
Menurut Tan (1991), dari sudut topografi mikro, pengaruhnya terasa
melalui perbedan drainase, pencucian (run off), dan erosi alam. Daerah
tertinggi (punggung) umumnya berdrainase baik, sedangkan depresi-depresi
berdrainase buruk dan sering lebih basah.
Lereng yang curam dapat meningatkan penghancuran dan mengaktifkan
pembuangan bahan terlapuk oleh longsor, erosi dan tanah yang menjalar
akibatnya tanah di beberapa lokasi sebenarnya adalah sama. Ditempat
pengangkutan deposit sedimen, kemungkinan ditemukannya horizon tanah
tertimbun. Pengaruh lain berkaitan dengan aspek arah pembukaan lereng. Di
pegunungan, dipengaruhi oleh aspek temperatur dan regim kelembaban tanah
pada umumnya. Jika perbedaan antara kedua aspek tersebut sangat luas,
morfologi masing-masing tanah ditempat ini akan berbeda (Tan, 1984).
Topografi mempercepat dan memperlambat kegiatan iklim.Pada tanah datar,
kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah berombak (undulating).
Topografi miring mempergiat proses erosi air sehingga membatasi dalam

8
solum, pengaruh iklim relatif tidak begitu tampak dalam perkembangan tanah
(Darmawijaya, 1992).

2.4 Sifat Fisik Tanah Regosol


Sifat Fisik tanah adalah sifat tanah yang dapat dilihat maupun dapat
dirasakan dengan indera. Sifat fisika terdiri atas:
1. Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan
menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran
komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau
persenyawaan tunggal. Tanah regosol berwarna kelabu, coklat, atau coklat
kekuningan. Warna tanah ini berkaitan erat dengan bahan induk dari tanah
tersebut.
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara
fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tanah regosol memiliki fraksi pasir yang
tinggi sehingga tanah pasir tidak pernah menyediakan air dan unsur hara
yang tinggi jumlahnya hal ini terjadi karena tanah pasiran lebih mudah
meloloskan air. Tanah pasir ini memiliki diameter antara 2,00-0,02 mm.
3. Struktur Tanah
Struktur tanah ialah sifat fisik tanah yang menyatakan cara terikat
dan letak butir tanah yang satu dengan yang lain. Struktur tanah regosol
kursai/lemah karena tanah regosol tak beragregat (partikel tanahnya lepas-
lepas)
4. Porositas Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat
tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dibedakan menjadi pori-
pori kasar (macropore) dan pori-pori halus (micropore). Tanah regosol
memiliki pori makro yang lebih besar dibandingkan dengan pori mikro.
Sehingga tanah regosol lebih mudah meloloskan air.
5. Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah
melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan

9
air. Umumya tanah regosol belum membentuk agregat, sehingga peka
terhadap erosi.
6. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah
atau daya adhesi butir tanah dengan benda lainnya. Konsistensi tanah
regosol lepas sampai gembur. Makin tua, struktur dan konsistensi makin
padat/memadas dengan drainase dan porositas yang terhambat.

2.5 Sifat Kimia Tanah Regosol


Sifat kimia tanah adalah unsur zat kimia yang terdapat didalam tanah
yang mempengaruhi sifat tanah tersebut. Sifat kimia tanah terdiri atas:

1. Derajat Keasamann (pH)


pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat
kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.
Umumnya nilai pH tanah regosol berkisar anatara 6-7 sehingga unsur
Phospor (P) dan Kalium (K) tersedia tetapi belum siap untuk diserap oleh
tanaman, sedangkan unsur Nitrogen (N) rendah.
2. Bahan Organik
Bahan organik adalah sekumpulan senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi. Baik
berupa humus atau hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik
hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia yang terlibat dan berada di
dalamnya. Kandungan bahan organik tanah regosol sangat rendah karena
tanah regosol merupakan tanah baru yang belum atau sedang mengalami
pelapukan sehingga kandungan humus dari hasil humifikasi masih sedikit
serta mikroba yang hidup juga masih sedikit karena bahan organik dari
tumbuhan untuk hidupnya mikroba tidak tersedia di tanah regosol.
3. KTK
Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchange Capacity
merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan

10
koloid yang bermuatan negative. Besarnya KTK tanah tergantung pada
tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan kandungan bahan organic. Tanah
regosol memiliki nilai KTK yang rendah karena tekstur tanah regosol ialah
pasiran sehingga luas permukaan tanahnya kecil dan kemampuan untuk
menyimpan air dan unsur hara lebih rendah dibandingkan dengan tanah
yang bertekstur halus. Ditambah tanah regosol memiliki teksur liat dan
kadar bahan organik yang sedikit sehingga kandungan koloid anorganik
dan koloid organik yang mempengaruhi nilai KTK juga rendah.

2.6 Sifat Biologi Tanah Regosol


Sifat biologi tanah biasanya berhubungan dengan organisme tanah
didalamnya. Jumlah total mikroorganisme dan fungi yang terdapat didalam
tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah
mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai
makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai,
ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung
perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut, sedangkan fungi berperan
dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka
menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi
dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan
jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka
dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi
Tanah regosol memiliki kandungan bahan organik yang sedikit sehingga
mikroorganisme, makro fanua, meso fauan dll jarang hidup di tanah ini. Hal ini
karena tempat hidup yang diinginkan oleh mikroorganisme yaitu bahan organik
tidak tercukupi atau tidak tersedia pada tanah tersebut. Dalam hidupnya
organisme tanah membuntuhkan bahan organik sebagai nurisi, oksigen untuk
respirasi, dan air. Bahan organik digunakan organisme tanah untuk merombak

11
bahan organik serta transformasi elemen atau unsur yang dapat menciptakan
kesuburan dan kesehatan bagi tanah.

2.7 Kendala Kesuburan Tanah Regosol


Berdasarkan bahan induknya, tanah regosol terbagi menjadi dua yaitu
regosol abu vulkanik dan regosol bukit pasir. Untuk tanah regosol abu vulkanik
tidak ada kendala yang begitu besar. Karena jenis tanah ini memiliki
kandungan P dan K yang sangat tinggi, tetapi masih segar dan belum terlapuk.
Pengelolaannya cukup ditambahkan pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk
hijau. Sedangkan jenis tanah regosol bukit pasir memiliki kendala utama yaitu
miskin mineral, lempung, bahan organik dan tekstur tanah yang kasar. Tekstur
yang kasar dan struktur berbutir tunggal menyebabkan tanah ini bersifat porus,
aerasinya besar, dan kecepatan infiltrasinya tinggi. Keadaan tersebut
menyebabkan pupuk yang diberikan mudah terlindih.
Pada umumnya tanah regosol mempunyai bahan induk dari gunung
berapi cukup kaya unsur hara tetapi kekurangan unsur N. Akan tetapi unsur
hara tersebut masih dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman karena
belum mengalami pelapukan lebih lanjut. Untuk mempercepat proses
pelapukan tersebut diperlukan pemupukan dengan bahan organik yaitu pupuk
kandang atau pupuk hijau (Munir, 1996).
Rendahnya luas permukaan tanah menyebabkan kemampuan
mengabsorbsi dan menyimpan air, batas plastis dan cairnya makin rendah.
Kapasitas pertukaran kation (KPK) dipengaruhi oleh jumlah muatan negatif
pada permukaan jerapan. Jumlah muatan negatif ditentukan oleh luas
permukaan, sehingga kapasitas pertukaran kation tergantung pada tekstur
tanah, kandungan bahan organik, dan mineral lempung. Makin kasar tekstur
tanahnya, makin rendah luas permukaannya dan makin rendah kapasitas
pertukaran kationnya. Muatan negatif dapat berasal dari bahan organik maka
peranan bahan organik sangat menentukan besarnya nilai kapasitas pertukaran
kation. Rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah pasiran

12
menyebabkan suasana lingkungan yang kurang sesuai bagi perkembangbiakan
mikroorganisme (Anonim, 2006).
Selain permasalahan mengenai sifat-sifat tanah pasiran, faktor iklim di
daerah pantai juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan pengelolaan
tanaman. Keberhasilan produksi tanaman mensyaratkan sumber daya iklim
seperti penyinaran, matahari, CO2, dan air secara efisien. Pentingnya
pengelolaan air bagi terhadap ketersediaan N dalam tanah, pada kondisi
kelebihan atau kekurangan air. Kelebihan air dapat membatasi hasil tanaman,
demikian juga responnya terhadap N akan terbatasi.
Tingginya intensitas sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah
menyebabkan tingginya suhu udara dan tanah, sehingga memacu laju
evapotranspirasi semakin besar. Adanya angin dengan kecepatan tinggi dan
membawa kadar garam tinggi secara terus menerus akan merusak maupun
mematikan tanaman baik langsung maupun tidak langsung.
Terbukanya lahan menyebabkan suhu 00 C permukaan tanah mencapai
55-600 C selama kurang lebih 4-6 bulan dalam setahun. Struktur lepas pada
tanah ini menyebabkan rentan terhadap erosi angin maupun air. Permukaan
lahan pasir pantai sering berubah mengikuti arah angin kencang (13-15
m/detik). Kondisi tersebut di atas menunjukkan masih banyaknya faktor
pembatas pertumbuhan sehingga sangat kurang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya modifikasi lahan
dan lingkungan mikroklimat pertanaman guna mengubah kondisi lahan
mendekati optimal bagi pertumbuhan tanaman, khususnya komoditas
hortikultura.

2.8 Pengolahan Tanah Regosol


Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu,
dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan
air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan

13
air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai
itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan mudah
mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa
membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan
proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk,
2000).
Karakteristik lahan pasir pantai adalah kandungan pasir melebihi 95%,
struktur tanah kurang baik, konsistensi lepas, kurang kuat menahan air,
permeabilitas dan drainase sangat cepat serta miskin hara. Pemberian bahan
organik atau pupuk kandang dan perbaikan sifat tanah dapat memperbaiki sifat
fisik tanah, terutama agregat, yang pada nantinya akan meningkatkan
kelembapan tanah. Apalagi kawasannya yang terbuka dengan angin laut yang
memiliki kandungan garam dan lembab.
Upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan
pertanian di kawasan pasir pantai yang secara alami kurang produktif dapat
dilakukan melalui penerapan teknologi dan pemberdayaan masyarakat.
Pemberian masukan tertentu misalnya lempung, kapur, zeolite atau kompos
dapat dilakukan ke dalam tanah dengan tujuan perbaikan sifat fisika, kimiawi
dan biologi tanah. Serta interaksi antar komponen ekosistem saling
menguntungkan baik antara komponen biotik dengan biotik maupun biotik
dengan abiotik dan sebagai penentu atau faktor dalam ekosistem ini adalah
manusia. Cara berpikir petani harus diperbaiki dalam hal menerapkan sistem
pertanian yang baik. Di mana para petani sudah mengerti akan pentingnya
teknologi dalam pertanian. Serta sudah mengerti Dalam memanfaatkan
lingkungan yang ada atau mereka menanam komoditas yang sesuai dengan
iklim. Misalnya yaitu pada musim kemarau para petani menanam bawang
merah. Sedangkan komoditas yang sudah ada di lahan pasir pantai adalah padi,
kacang tanah, sayuran, dan tanaman buah.

14
Dalam mengelola lahan pasir pantai maka dilakukan dengan
menyeimbangkan komponen ekosistem yaitu:

1. Biotik
a. Manusia

Manusia di sini yang di maksud adalah petani. Petani sangat


berperan penting dalam pengolahan atau penentu suatu keseimbangan
ekosistem di suatu tempat. Dimana jika petani tidak mengerti akan
pentingnya pengolahan lingkungan maka tidak akan terjadi
keseimbangan ekosistem yang ada di lahan pasir pantai.

15
b. Tanaman
Tanaman yang ada di lahan pasir pantai meliputi tanaman
pangan seperti padi, sayuran dimana semua jenis tanaman ini di
budidayakan di lahan pasir pantai. Di mana tanaman juga sangat
berpengaruh terhadap ekosistem yang ada di lahan pasir. Karena jika
tidak ada tanaman maka kondisi atau ekosistem pasir juga berubah.

2. Abiotik
a. Air

Dalam pengolahan pasir pantai disini keberadaan air sangat


bengaruh tehadap komponen ekosistem yang ada. Di lahan pasir
pantai air sangant berperan penting bagi kelangsungan hidup tanaman
yang dibudidayakan.
Oleh karena itu petani sudah menyadari akan hal tersebut, dan
akhirnya mereka berinisiatif dengan cara membuat tampungan air
berupa sumur sebagai sistem irigasi pengairan guna memenuhi
kebutuhan tanaman dengan bantuan pompa air atau disel.

16
b. Pasir

Lahan pasir pantai adalah lahan pantai dicirikan oleh tekstur


tanahnya yang berupa pasiran, struktur tanahnya lepas dan sangat
berpori, sehingga kemampuannya dalam menahan air rendah.selain itu
pasir meupakan media tanam. Namun walau sebagai media tanam
pasir hanyalah tempat beridirinya tanaman karena pasir tidak dapat
menyimpan unsur hara atau nutrisi tanaman sedangkan nutrisi
tanaman diberikan melalui pupuk oganik sebagai sumber unsur hara
dan anorganik.

c. Tanah liat (lempung)


Penggunaan tanah di lahan pasir pantai dapat memanfaatkan
tanah lempung, abu vulkan, endapan saluran sungai, kolam waduk,
bertujuan untuk meningkatkan jumlah koloid dalam tanah, khususnya
penambahan lempung. Peningkatan jumlah bahan halus dalam tanah
akan bermanfaat terhadap peningkatan hara dan air. Pemberian
Lumpur di Lahan Pasir Pantai.

17
Walau bentuk tanah liat di sini tidak keliatan namun dipastikan
ada karena fungsinya untuk menambah keliatan pasir atau
mempermudah dalam teknik budidaya sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan normal.namun saat ini tanah liat sudah di gunakan lagi
karena dalam teknik budidaya sudah di gantikan dengan pupuk
organic atau tanah organik.

d. Bahan organik
Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat
berupa pupuk kandang (sapi, kambing/domba dan unggas), kompos,
pupuk hijau, dan blotong. Pemberin bahan organik dapat dilakukan
dengan cara mencampur bahan organik ke dalam tanah atau
pemberian bahan organik di permukaan tanah di sekitar tanaman.
Bahan organik dapat diberikan ke lahan dalam kondisi sudah matang
atau mentah.
Pemberian bahan organik bertujuan untuk mengurangi
pelindian, sehingga dekomposisi bahan organik mentah akan terjadi
sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara bagi tanaman.
Kebutuhan bahan organik pada lahan pasir lebih banyak dari lahan
konvensional yaitu sekitar 15 20 ton. Hasil wawancara dengan nara
sumber yang ada di lahan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak
20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha.

e. Angin
Fungsi angin di sini sangat berpengaruh dalam pernyerbukan
tanaman, namun jika kecepatan angina terlalu tinggi maka sangat
merugikan sehingga petani mengatasi hal tersebut dengan tanaman
pemecah angin yang di tanam di tepi pantai. Penggunaan pemecah
angina bertujuan untuk mengurangi kecepatan angin dalam

18
pertanaman lahan pasir. Pemecah angin dapat dibedakan menjadi 2
macam yaitu pemecah angin sementara dan permanent.
Pemecah angin sementara dapat memanfaatkan anyaman daun
kelapa, kasa nilon dan lembaran pasti selain untuk mengatasi angina
yang bterlalu kencang juga untuk menahan uap garam dari air laut
yang akan mengenai tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan
pemecah angin permanent dapat memanfaatkan tanaman yang berupa
tumbuhan tahunan yang umurnya panjang dan dapat diatur
pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan, misalnya:
kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro, bunga turi, cemara laut
dan pandan Bangunan sementara dapat dibuat dari anyaman bambu,
daun tebu, atau daun kelapa. Sementara itu, pematah angin yang
bersifat tetap berasal dari tumbuhan tahunan yang umurnya panjang
dan dapat diatur pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat
digunakan, misalnya: kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro,
bunga turi dan lain-lain.
Lahan pasir merupakan media tanam yang relative rendah,
kandungan unsur hara dan intensitas pengairan sangat minim. Oleh
karena itu petani sudah dapat membaca kondisi lahan pasir, sehingga
para petani dapat mengatasi lahan pasir dengan menambahkan tanah
liat (lempung) guna untuk pemberian atau penyedia unsur hara.
Pengairan di lahan pasir tidak menggunakan sistem irigasi terbuka,
sebab lahan pasir jika menggunakan irigasi dengan tekstur (butiran)
pasir yang tdak dapat menahan air akan mudah terbawa arus. Oleh
karena itu para petani memanfaatkan irigasi pengairan dengan sumur,
penanaman pipa, berserta alat pemopa air atau disel.

19

Anda mungkin juga menyukai