PEMBAHASAN
3
relatif stabil. Pulau ini tidak mengalami aktivitas tektonik dan vulkanik. Hal ini
disebabkan karena Kalimantan tidak berada pada jalur gunung api dunia atau
Ring of fire sehingga tidak ada tanah regosol yang berasal dari endapan abu
vulkanik. Tanah regosol sangat cocok untuk pertanian khususnya tanaman padi,
kelapa, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran. Itulah sebabnya mengapa tanah
di lereng gunung berapi yang baru saja mengalami erupsi sangat subur dan
sangat baik untuk pertanian.
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah entisol adalah
adalah, (i) Iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi
kimia berjalan sangat lambat (ii) Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-
bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses
pembentukan tanah, banyak terdapat di lereng-lereng curam (iii) Pengendapan
terusmenerus, menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari
pengendapan (iv) Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert,
misalnya flokulasi bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain (v) Bahan-
bahan induk yang sukar melapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air
sukar meresap an reaksi-reaksi tidak berjalan (vi) Bahan induk yang tidak
subur atau mengandung unsur- unsur beracun bagi tanaman atau organisme
lain, diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi (Hardjowigeno, 1985).
4
Abu vulkanik adalah material kering halus yang dilepaskan
selama erupsi gunung api. Abu gunung api mempunyai komposisi
mineral dan sifat kimia yang berbeda-beda tergantung dari sifat
magma dan proses pembentukkannya. Magma yabg bersifat masam
akan menghasilkan bahan vulkanik yang berifat masam (kadar SiO2 >
60%) sebaliknya pada magma yang basis akan menghasilkan bahan
vulkanik yang bersifat basis, susunan mineralogi dan komposisisnya
akan berbeda pada batuan masam maupun basis. Sifat abu vulkan
akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah yang terbentuk.
Abu vulkan yang bersifat masam relatif kurang subur dibanding tanh
yang terbentuk dari bahan induk abu vulkan yang bersifat basis (abu
vulkan basaltik) (Buringh dalam)
Abu vulkan kaya hara terutama P. Ca, Mg, K dan unsur mikro
Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, Bo dan Silikat.
Komposisi kimia dan kandungan batuan andesit.
Komposisi Kimia Andesit
SiO2 54%
Al2O3 17,2%
Fe2O3 9,0%
TiO2 1,3%
MgO 4,4%
CaO 7,9%
Na2O 3,7%
K2O 1,1%
P2O5 0,3%
Mn3O4 0,1%
H2O 0,8%
Sumber : Sieffermann, 1994
5
3) Pasir kasar terletak dekat garis pantai makin halus makin jauh.
4) Umumnya tekstur kasar mudah diolah, gaya menahan air rendah,
dan permeabilitas baik.
5) Makin tua tekstur makin halus dan permeabilitas kurang baik
kaya unsur hara.
2. Iklim
Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi
kimia berjalan sangat lambat.
3. Topografi
Berombak, bergelombang, bergunung melandai. Tinggi dari atas
muka laut beragam. Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan
yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses
pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng curam. Pengendapan
terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari
pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir disekitar sungai,
delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit pasir pantai.
Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi
bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain.
4. Organisme
Vegetasi: Beraneka ragam.
5. Waktu
Tanah regosol merupakan tanah muda yang belum atau sedang
mengalami perekembangan.
6
sehingga entisol dikatakan tidak mempunyai horizon penciri seperti tanah
lainnya (Munir, 1984).
Tanah-tanah muda seperti entisol (Aluvial, Regosol) proses pembentukan
tanahnya terutama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral
di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh
bahan organik tersebut (sebagai perekat). Hasilnya adalah pembentukan
horizon A. Sifat tanah masih didominasi bahan induknya (Sarwono, 1985).
Menurut Goeswono (1983) entisol merupakan tanpa horizon genetik
alamiah atau dengan suatu horizon yang baru mulai di bentuk. Konsep pokok
dari entisol ini adalah tanah dengan regolit tebal tanpa horizon, terkecuali
lapisan olah. Ciri umum entisols adalah tidak adanya perkembangan profil
yang nyata. Sehubungan dengan proses pembentukan tanah maka setiap jenis
tanah mempunyai kecepatan pembentukan yang berbeda-beda.
Tanah entisol (regosol atau alluvial) dalam proses pembentukannya
dipengaruhi oleh bahan induk dan topografi. Apabila tanah tersebut berasal dari
bahan induk yang sukar melapuk (pasir) atau terbentuk dari batuan keras yang
larutnya lambat seperti batu gamping atau topografi sangat miring maka
kecepatan erosi melebihi pembentukan horizon pedogenik. Karena tanahtanah
entisol berasal dari bahan induk, topografi dan curah hujan yang beragam,
maka saat KTK tinggi banyak basa-basa yang tercuci dan banyak terjadi
akumulasi FeS dan H2S dengan drainase jelek sampai baik (Bleker et.al, 1980).
7
bahan organic horizon A, kandungan air tanah (relative wetness), warna tanah,
tingkat perkembangan horizon, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan
garam mudah larut, jenis dan tingkat perkembangan padas, suhudan sifat dari
bahan induk tanah ( Hardjowigeno, 1993).
Satu kelompok tanah berkembang pada ciri-ciri profilnya membentuk
suatu katena atau satu toposekuen tanah. Kemiringan lereng dapat
memperlambat pembentukan tanah. Umumnya peningkatan kemiringan lereng
dikaitkan dengan suatu pengurangan daalam pelapukan mineral (Foth, 1984).
Perbedaan bentuk relief ini menyebabkan perbedaan pola dan jeluk
penetrasi air. Perbedaan jeluk penetrasi dan ketersediaan air itu menyebabkan
reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembentukan tanah di daerah
cekungan akan lebih intensif dan akan memberikan solum tanah tebal
(Poerwowidodo, 1991).
Menurut Tan (1991), dari sudut topografi mikro, pengaruhnya terasa
melalui perbedan drainase, pencucian (run off), dan erosi alam. Daerah
tertinggi (punggung) umumnya berdrainase baik, sedangkan depresi-depresi
berdrainase buruk dan sering lebih basah.
Lereng yang curam dapat meningatkan penghancuran dan mengaktifkan
pembuangan bahan terlapuk oleh longsor, erosi dan tanah yang menjalar
akibatnya tanah di beberapa lokasi sebenarnya adalah sama. Ditempat
pengangkutan deposit sedimen, kemungkinan ditemukannya horizon tanah
tertimbun. Pengaruh lain berkaitan dengan aspek arah pembukaan lereng. Di
pegunungan, dipengaruhi oleh aspek temperatur dan regim kelembaban tanah
pada umumnya. Jika perbedaan antara kedua aspek tersebut sangat luas,
morfologi masing-masing tanah ditempat ini akan berbeda (Tan, 1984).
Topografi mempercepat dan memperlambat kegiatan iklim.Pada tanah datar,
kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah berombak (undulating).
Topografi miring mempergiat proses erosi air sehingga membatasi dalam
8
solum, pengaruh iklim relatif tidak begitu tampak dalam perkembangan tanah
(Darmawijaya, 1992).
9
air. Umumya tanah regosol belum membentuk agregat, sehingga peka
terhadap erosi.
6. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah
atau daya adhesi butir tanah dengan benda lainnya. Konsistensi tanah
regosol lepas sampai gembur. Makin tua, struktur dan konsistensi makin
padat/memadas dengan drainase dan porositas yang terhambat.
10
koloid yang bermuatan negative. Besarnya KTK tanah tergantung pada
tekstur tanah, tipe mineral liat tanah, dan kandungan bahan organic. Tanah
regosol memiliki nilai KTK yang rendah karena tekstur tanah regosol ialah
pasiran sehingga luas permukaan tanahnya kecil dan kemampuan untuk
menyimpan air dan unsur hara lebih rendah dibandingkan dengan tanah
yang bertekstur halus. Ditambah tanah regosol memiliki teksur liat dan
kadar bahan organik yang sedikit sehingga kandungan koloid anorganik
dan koloid organik yang mempengaruhi nilai KTK juga rendah.
11
bahan organik serta transformasi elemen atau unsur yang dapat menciptakan
kesuburan dan kesehatan bagi tanah.
12
menyebabkan suasana lingkungan yang kurang sesuai bagi perkembangbiakan
mikroorganisme (Anonim, 2006).
Selain permasalahan mengenai sifat-sifat tanah pasiran, faktor iklim di
daerah pantai juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan pengelolaan
tanaman. Keberhasilan produksi tanaman mensyaratkan sumber daya iklim
seperti penyinaran, matahari, CO2, dan air secara efisien. Pentingnya
pengelolaan air bagi terhadap ketersediaan N dalam tanah, pada kondisi
kelebihan atau kekurangan air. Kelebihan air dapat membatasi hasil tanaman,
demikian juga responnya terhadap N akan terbatasi.
Tingginya intensitas sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah
menyebabkan tingginya suhu udara dan tanah, sehingga memacu laju
evapotranspirasi semakin besar. Adanya angin dengan kecepatan tinggi dan
membawa kadar garam tinggi secara terus menerus akan merusak maupun
mematikan tanaman baik langsung maupun tidak langsung.
Terbukanya lahan menyebabkan suhu 00 C permukaan tanah mencapai
55-600 C selama kurang lebih 4-6 bulan dalam setahun. Struktur lepas pada
tanah ini menyebabkan rentan terhadap erosi angin maupun air. Permukaan
lahan pasir pantai sering berubah mengikuti arah angin kencang (13-15
m/detik). Kondisi tersebut di atas menunjukkan masih banyaknya faktor
pembatas pertumbuhan sehingga sangat kurang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya modifikasi lahan
dan lingkungan mikroklimat pertanaman guna mengubah kondisi lahan
mendekati optimal bagi pertumbuhan tanaman, khususnya komoditas
hortikultura.
13
air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai
itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan mudah
mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa
membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan
proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk,
2000).
Karakteristik lahan pasir pantai adalah kandungan pasir melebihi 95%,
struktur tanah kurang baik, konsistensi lepas, kurang kuat menahan air,
permeabilitas dan drainase sangat cepat serta miskin hara. Pemberian bahan
organik atau pupuk kandang dan perbaikan sifat tanah dapat memperbaiki sifat
fisik tanah, terutama agregat, yang pada nantinya akan meningkatkan
kelembapan tanah. Apalagi kawasannya yang terbuka dengan angin laut yang
memiliki kandungan garam dan lembab.
Upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan
pertanian di kawasan pasir pantai yang secara alami kurang produktif dapat
dilakukan melalui penerapan teknologi dan pemberdayaan masyarakat.
Pemberian masukan tertentu misalnya lempung, kapur, zeolite atau kompos
dapat dilakukan ke dalam tanah dengan tujuan perbaikan sifat fisika, kimiawi
dan biologi tanah. Serta interaksi antar komponen ekosistem saling
menguntungkan baik antara komponen biotik dengan biotik maupun biotik
dengan abiotik dan sebagai penentu atau faktor dalam ekosistem ini adalah
manusia. Cara berpikir petani harus diperbaiki dalam hal menerapkan sistem
pertanian yang baik. Di mana para petani sudah mengerti akan pentingnya
teknologi dalam pertanian. Serta sudah mengerti Dalam memanfaatkan
lingkungan yang ada atau mereka menanam komoditas yang sesuai dengan
iklim. Misalnya yaitu pada musim kemarau para petani menanam bawang
merah. Sedangkan komoditas yang sudah ada di lahan pasir pantai adalah padi,
kacang tanah, sayuran, dan tanaman buah.
14
Dalam mengelola lahan pasir pantai maka dilakukan dengan
menyeimbangkan komponen ekosistem yaitu:
1. Biotik
a. Manusia
15
b. Tanaman
Tanaman yang ada di lahan pasir pantai meliputi tanaman
pangan seperti padi, sayuran dimana semua jenis tanaman ini di
budidayakan di lahan pasir pantai. Di mana tanaman juga sangat
berpengaruh terhadap ekosistem yang ada di lahan pasir. Karena jika
tidak ada tanaman maka kondisi atau ekosistem pasir juga berubah.
2. Abiotik
a. Air
16
b. Pasir
17
Walau bentuk tanah liat di sini tidak keliatan namun dipastikan
ada karena fungsinya untuk menambah keliatan pasir atau
mempermudah dalam teknik budidaya sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan normal.namun saat ini tanah liat sudah di gunakan lagi
karena dalam teknik budidaya sudah di gantikan dengan pupuk
organic atau tanah organik.
d. Bahan organik
Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat
berupa pupuk kandang (sapi, kambing/domba dan unggas), kompos,
pupuk hijau, dan blotong. Pemberin bahan organik dapat dilakukan
dengan cara mencampur bahan organik ke dalam tanah atau
pemberian bahan organik di permukaan tanah di sekitar tanaman.
Bahan organik dapat diberikan ke lahan dalam kondisi sudah matang
atau mentah.
Pemberian bahan organik bertujuan untuk mengurangi
pelindian, sehingga dekomposisi bahan organik mentah akan terjadi
sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara bagi tanaman.
Kebutuhan bahan organik pada lahan pasir lebih banyak dari lahan
konvensional yaitu sekitar 15 20 ton. Hasil wawancara dengan nara
sumber yang ada di lahan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak
20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha.
e. Angin
Fungsi angin di sini sangat berpengaruh dalam pernyerbukan
tanaman, namun jika kecepatan angina terlalu tinggi maka sangat
merugikan sehingga petani mengatasi hal tersebut dengan tanaman
pemecah angin yang di tanam di tepi pantai. Penggunaan pemecah
angina bertujuan untuk mengurangi kecepatan angin dalam
18
pertanaman lahan pasir. Pemecah angin dapat dibedakan menjadi 2
macam yaitu pemecah angin sementara dan permanent.
Pemecah angin sementara dapat memanfaatkan anyaman daun
kelapa, kasa nilon dan lembaran pasti selain untuk mengatasi angina
yang bterlalu kencang juga untuk menahan uap garam dari air laut
yang akan mengenai tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan
pemecah angin permanent dapat memanfaatkan tanaman yang berupa
tumbuhan tahunan yang umurnya panjang dan dapat diatur
pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat digunakan, misalnya:
kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro, bunga turi, cemara laut
dan pandan Bangunan sementara dapat dibuat dari anyaman bambu,
daun tebu, atau daun kelapa. Sementara itu, pematah angin yang
bersifat tetap berasal dari tumbuhan tahunan yang umurnya panjang
dan dapat diatur pertumbuhannya. Jenis tumbuhan yang dapat
digunakan, misalnya: kelapa, Accasia, Glerecidae, sengon, lamtoro,
bunga turi dan lain-lain.
Lahan pasir merupakan media tanam yang relative rendah,
kandungan unsur hara dan intensitas pengairan sangat minim. Oleh
karena itu petani sudah dapat membaca kondisi lahan pasir, sehingga
para petani dapat mengatasi lahan pasir dengan menambahkan tanah
liat (lempung) guna untuk pemberian atau penyedia unsur hara.
Pengairan di lahan pasir tidak menggunakan sistem irigasi terbuka,
sebab lahan pasir jika menggunakan irigasi dengan tekstur (butiran)
pasir yang tdak dapat menahan air akan mudah terbawa arus. Oleh
karena itu para petani memanfaatkan irigasi pengairan dengan sumur,
penanaman pipa, berserta alat pemopa air atau disel.
19