Anda di halaman 1dari 16

A.

INTERAKSI ANTAR TANAMAN


Tumbuhan pengganggu atau gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada
tempat yang tidak dikehendaki oleh petani (Tritrosoedirdjo et al, 1984).
Tumbuhan liar, tanaman maupun gulma adalah bagian dari suatu vegetasi,
tumbuhan ada yang tumbuh dengan sendirinya dan ada pula yang tumbuh karena
adanya campur tangan manusia, tanaman merupakan tumbuhan yang
dibudidayakan oleh manusia, sebaliknya tumbuhan liar dan gulma adalah
tumbuhan yang hidup tanpa campur tangan manusia. Kedua kelompok ini,
dibedakan atas tempat hidupnya, tumbuhan liar tumbuh pada daerah yang belum
terganggu oleh manusia, gulma tumbuh pada daerah yang telah diganggu oleh
manusia (Sembodo, 2010).
Semua tanaman termasuk gulma mempunyai keperluan hidup yang hampir
serupa, yaitu memerlukan sinar matahari, air dan unsur hara untuk
pertumbuhannya. Dengan adanya kesamaan tersebut, dalam keadaan tertentu
terjadi suatu persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, dan ruang. Dalam
rangka persaingan hidup, kadang-kadang suatu jenis gulma tertentu mengeluarkan
zat alelopati untuk mengganggu pertumbuhan jenis tumbuhan lainnya. Sebagian
besar gulma berperan dalam menentukan corak suatu agroekosistem, daun-daun
tanaman dan gulma menyaring teriknya sinar matahari sehingga hanya sebagian
yang sampai ke tanah atau lahan-lahan terbuka, maka dapat dikatakan gulma
berperan dalam menentukan kelembaban pada daerah tertentu (Tritrosoedirdjo et
al, 1984).
Pertumbuhan dan fase-fase perkembangan dari tumbuh-tumbuhan sangatlah
penting dan merupakan dasar dalam memahami fungsi tumbuhan terutama
interaksinya baik sesama jenis, berlainan jenis maupun dengan alam
lingkungannya. Menurut Odum dalam Sastroutomo, ada beberapa kemungkinan
interaksi antara tumbuh-tumbuhan yang hidup secara bersama. Interaksi yang
selalu terjadi di antara jenis tumbuhan atau populasi disebut gangguan. Penyebab
yang nyata dari interaksi dapat berupa pemanfaatan sumber daya yang sangat
terbatas secara bersama produksi zat beracun atau toksin, predasi atau
1
parasitisme. Sastroutomo (1990) membagi interaksi gulma dan tanaman budidaya
menjadi dua yaitu interaksi negatif dan interaksi positif. Interaksi negatif meliputi
kompetisi, amensalisme, dan parasitisme. Interaksi positif meliputi komensalisme,
protokoperasi, dan mutualisme.
1. Interaksi Negatif
Ada 3 jenis interaksi yang termasuk interaksi negatif yaitu kompetisi,
amensalisme, parasitisme. Kompetisi adalah hubungan interaksi dua individu
tumbuhan baik yang sesama maupun yang berlainan jenis yang menimbulkan
pengaruh negatif bagi keduanya sebagai akibat pemanfaatan secara bersama
sumber daya alam yang ada dalam keadaan terbatas. Amensalisme hampir
sama seperti kompetisi, tetapi hanya satu jenis saja yang dirugikan sedangkan
yang lainnya tidak. Sedangkan alelopati adalah penghambatan pertumbuhan
oleh suatu jenis tumbuhan terhadap jenis lainnya melalui pelepasan senyawa
kimia beracun, alelopati dapat juga dikatakan amensalisme. Parasitisme
adalah interaksi negatif yang spesifik dan memungkinkan tumbuhan yang
satu hidup secara langsung pada inang (tumbuhan lainnya), menyerap nutrisi
dengan menggunakan suatu sistem perakaran khusus. Interaksi negatif
dipengaruhi oleh kerapatan individu, hubungan antar jenis, dan penyebaran.
Hal tersebut merupakan parameter penting yang menentukan besar kecilnya
interaksi negatif (Sastroutomo, 1990).
a) Amensalisme
Amensalisme merupakan interkasi dua individu tumbuhan baik
yang sama maupun berbeda jenis yang menimbulkan kerugian bagi salah
satu jenis sebagai akibat pemanfaatan secara bersama sumberdaya yang
ada dalam jumlah terbatas. Adanya pengaruh depresif dari suatu jenis
tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya sangatlah kompleks sehingga
kompetisi sumberdaya yang sifatnya umum saja tidak cukup untuk
menjelaskan hasil pengamatan secara terperinci dan lengkap. Keadaan
amensalisme terjadi jika telah terjadi tingkat kematian yang mencolok
atau penurunan biomassa tumbuhan yang terjadi secara nyata pada jenis

2
yang satu tetapi tidak terjadi pada jenis yang lain. Salah satu penjelasan
bagi keadaan seperti ini adalah adanya beberapa jenis tumbuhan yang
dapat melepaskan senyawa beracun ke lingkungan tempat tumbuhan
lainnya hidup yang dapat meracuni bahkan membunuh tumbuhan lain.
Fenomena ini disebutdengan alelopati (Sastroutomo, 1990).
b) Parasitisme
merupakan bentuk interaksi negatif spesifik yang memungkinkan
tumbuhan yang satu hidup secara langsung pada tumbuhan lain. Parasit
adalah sejenis tumbuhan atau hewan yang hidup di dalam, melekat,
maupun tinggal bersama organisme lainnya dan mendapatkan makanan,
perlinfungan, maupun pertolongan dari tuan rumahnya. Parsit dapat
bersifat tetap, artinya dapat hidup jika tinggal di inagnya yang masih
hidup (Parasit obligat) atau dapat hidup baik meski inagnya dalam
keadaan hidup atau mati. Terdapat 4 famili yang dianggap sebagai parasit
berbahaya dan bertindak sebagai gulma parasit yaitu famili Custucaceae
(Tali Putri), Famili Loranthaceae (Archeuthobium, Phoradendron,
Viscum), Famili Orobanchaceae (Orobanche), dan Famili
Scrophulariaceae (Striga sp.). Jenis gulma parasit ini merupakan jenis
yang ppenting dalam kaitannya dengan tanaman pertanian dan kehutanan
(Sastroutomo, 1990).
Adaptasi gulma parasit untuk pemencaran biji dan perkecambahan.
Untuk mempertahankan dirinya dari kematian, keambah dan gulma
paasit harus dengan sepat mendapatkan inag yang sesuai. Pada tali putri
memiliki biji yang ukurannya relative lebih besar sehingga memiliki
cukup persediaan makanan yang memungkinkan serabut akar dapat
tumbuh dengan pesat sebelum memperoleh inang. Kecambah tali putri
perlu mendapatkan inag selama 4-9 hari. Mekanisme lain yang
digunakan untuk memungkinkan biji glma parasit terpencar dan
mendapatkan inang yang sesuai adalah melalui perantara burung seperti
pada Phoradendron. Archeuthobium memecahkan kulit buahnya
3
sehingga biji akan terlempar ke batang tanaman yang lain (Sastroutomo,
1990).
Adaptasi lain yang digunakan untuk menentukan lokasi iang
dilakukan dengan identifikasi cairan kimiawi yang dihasilkan oleh akar
tanaman inag. Biji tanaman parasit akan tumbuh ketika tersentuh cairan
yang dikeluarkan oleh akar. Kebutuhan cairan kimiawi ini dapat
dijumpai pada biji Orobanche dan Striga (Sastroutomo, 1990). Bagian
organ parasit yang penting untuk melekat dan menembus jaingan
tanaman iduk disebut haustorium. Struktur dan komposisinya sangat
berariasi tergantung pada jenis gulma parasitnya. Haustorium berfungsi
sebagai pelekat dan penyerap makanan tanaman inang (Sastroutomo,
1990).
2. Interaksi Positif
Ada kemungkinan bahwa interaksi tumbuh-tumbuhan tidak
memberikan pengaruh apa pun satu sama lainnya dan situasi ini dikenal
sebagai neutralisme. Interaksi neutralisme jarang sekali ditemukan. Di alam,
interaksi ini dapat ditemukan pada waktu individu masih sangat kecil atau
jarak antara kedua organisme sangat jauh sehingga tidak memungkinkan
terjadinya interaksi. Selain netralisme ada juga interaksi positif yang
merupakan interaksi di mana salah satu atau kedua jenis individunya
mendapat keuntungan dari adanya interaksi, yang termasuk dalam interaksi
positif adalah komensalisme (jika salah satu jenis tumbuhan mendapat
keuntungan sedangkan yang lainnya tidak), protokoperasi (jika kedua
individu mendapat keuntungan dari adanya interaksi tetapi tidak jika
interaksinya ditiadakan) dan mutualisme (jika keduanya mendapat
keuntungan jika ada interaksi dan akan saling dirugikan jika interaksinya
ditiadakan). Komensalisme dan protokoperasi bersifat fakultatif dan
interasina tidak begitu penting sedangkan mutualisme bersifat obligatif
(kedua organisme saling tergantung satu sama lain).

4
B. Kompetisi dan Faktor yang Mempengaruhi
Kompetisi diartikan sebagai perjuangan dua organisme atau lebih untuk
memperebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai
keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
yaitu unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. persaingan terjadi
bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah
yang cukup bagi keduanya. Persaingan antara gulma dengan tanaman adalah
persaingan interspesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda,
sedangkan persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakan
persaingan intra spesifik.
Persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi.
Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam
menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam
produksi baik kualitas dan kuantitas.
Secara umum, faktor-faktor fisiologi yang berpengaruh dalam efek persaingan
suatu gulma adalah: saat perkecambahan, luasnya area fotosintesis pada awal
pertumbuhan, tingkat asimilasi netto, tingkat produksi daun susunan daun, sistem
perakaran yang cepat dibentuk, luasnya penguasaan sistem perakaran, letak sistem
perakaran, tingkat pengambilan unsur hara, air dan nitrogen, toleransi terhadap
kekeringan, efisiensi penggunaan mineral, dan zat alelopati (Nasution, 1986).
Kompetisi dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompetisi intraspesifik dan
interspesifik. Kompetisi intraspesifik merupakan interaksi negatif yang terjadi
pada tumbuhan dengan jenis yang sama. Kompetisi interspesifik merupakan
kompetisi interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan dengan jenis yang berbeda
(Sastroutomo, 1990)
Menurut Manurung (2012), interaksi yang mengacu pada persaingan
intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan di pengaruh oleh beberapa faktor.
Adapun interaksi pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Jenis tanaman

5
Sifat-sifat biologi tanaman, sistem perakaran, bentuk pertumbuhan dan
fisiologi tumbuhan. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang menyebar
luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara. Bentuk daun
yang lebar seperti daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi
sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
b. Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan menyebabkan
persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia
tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
c. Penyebaran tanaman
Penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui penyebaran biji dan melalui
rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai
kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari tanaman yang menyebar melalui
rimpang. Namun demikian persaingan penyebaran tanaman tersebut sangat
dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen dan
air.

d. Waktu
Waktu yang dimaksud adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama.
Periode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling
peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.
Kompetisi intraspesies adalah ketahanan individu-individu dari spesies yang
sama pada sumberdaya terbatas yang sama. Ketika ukuran populasi meningkat,
kompetisi menjadi lebih sering dan laju pertumbuhan menurun sebanding dengan
intensitas kompetisi, laju pertumbuhan populasi bergantung pada kepadatan.
Persaingan intraspesifik pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: Jenis tanaman, sifat-sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, bentuk
pertumbuhan serta fisiologis tumbuhan mempemngaruhi pertumbuhan tanaman.
Contoh kompetisi intraspesies adalah sistem perakaran tanaman ilalang yang
menyebar luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara.
Bentuk daun yang lebar seperti daun talas menyebabkan persaingan dalam

6
memperebutkan air. Kepadatan tumbuhan, jarak yang sempit antar suatu tanaman
pada suatu lahan menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan. Hal ini
karena unsur hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
Penyebaran tanaman, penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui penyebaran
biji dan melalui rimpang. Tanaman yag penyebarannya dengan biji mempunyai
kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari tanaman yang menyebar daengan
rimpang. Namun demikian, persaingan penyebaran tanaman tersebut sangat
dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen dan air.
Faktor lainnya adalah waktu, hal lain yang mempengaruhi adalah lamanya
tanaman sejenis hidup bersama. Periode 20-30% pertama dari daur tanaman
merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh
persaingan.

Kompetisi antara gulma dengan tanaman meliputi:


1. Persaingan memperebutkan hara
Hara merupakan faktor yang paling penting dalam persaingan
antara gulma dan tanaman budidaya. Sejauhmana persaingan atau kompetisi
berlaku adalah sangat bergantung pada banyaknya unsur hara yang tersedia
dalam tanah dan jumlah tumbuhan yang terlibat.Unsur-unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah banyak: C,H, O, N, P, S, Ca, & Mg karena unsur-
unsur ini merupakan pembentuk protoplasma, selaput dan dinding sel.
Disamping itu, terdapat 12 unsur lain yang diperlukan dalam jumlah yang
sangat kecil. Setengah dari unsur-unsur ini tersedia dalam jumlah yang sangat
sedikit di dalam tanah sehingga menimbulkan kompetisi. Gulma-gulma
tertentu berkompetisi lebih unggul terhadap hara dibandingkan tanaman
budidaya, sehingga perlu dilakukan penanganan gulma.
Varietas tanaman memberikan variasi dalam kemampuannya
berkompetisi terhadap hara.Kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya
seringnya terjadi terhadap air dan N, tetapi jarang terjadi terhadap K dan P,

7
karena K dan P terikat kuat di dalam tanah. Setiap lahan berkapasitas tertentu
didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang
tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh
lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbed aoleh karena itu jika
gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu
berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya
dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau
dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah
dipupuk.
Unsur yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah
unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak,
maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara
daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung
kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih
banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan
magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak
membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.
Persaingan untuk nutrisi yang terjadi antara tanaman budidaya dan
gulma nampaknya sulit diinterpretasikan secara teliti sebab pengaruh
pemupukan dalam suatu pertanaman budidaya akan selalu ada dan adanya
mikro organisme. Dalam tanah yang kaya nutrisi kehilangan hasil akibat
adanya gulma cukup tinggi. Gulma pada hakikatnya juga membutuhkan
nutrisi yang banyak, dan penyerapan pupuk bila ada juga lebih cepat.
Persaingan untuk nutrisi, antara tanaman dan gulma tergantung pada kadar
nutrisi yang terkandung dalam tanah dan tersedia bagi keduanya, dan
tergantung pula pada kemampuan ke dua tanaman dan gulma menarik masuk
ion-ion nutrisi tersebut (Moenandir, 1993).
2. Persaingan Memperebutkan Air
Gulma sama halnya dengan tumbuhan lain, yang banyak
membutuhkan air untuk hidupnya . air diserap dari dalam tanah dan sebagian

8
besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar 1% saja yang digunakan untuk
proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan
330-1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali kebutuhan
pertanaman. Contoh gulma Helianthus annus membutuhkan air sebesar dua
kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terutama terjadi pada
pertanian lahan kering atau tegalan. Sifat-sifat yang mempengaruhi kompetisi
bawah tanah
a. Penetrasi akar yang cepat dan pesat ke dalam tanah
b. Kepadatan akar yang tinggi
c. Perbandingan akar/tajuk yang tinggi
d. Perbandingan panjang/berat akar yang tinggi
e. Proporsi yang besar dari sistem akar yang aktif tumbuh
f. Panjang rambut-rambut akar, Berpotensi besar dalam menyerap nutrisi
3. Persaingan Memperebutkan Cahaya
Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan
berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya
matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut
untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing
mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu
tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan
lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh
tumbuhannya yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat.
Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien menggunakan air,
suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada keadaan
cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk memberantas gulma dari
familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi
yang berjalur C3.
Kompetisi cahaya akan terus berlangsung meskipun pertumbuhan
gulmanya terhenti, karena daun gulma menutupi daun tanaman budidaya.
Seperti yang telah diketahui, kualitas cahaya akan berubah setelah melalui
hijau daun, demikian pula dengan kuantitasnya. Siklus hidup yang pendek
9
pada kebanyakan gulma mempunyai peranan yang penting dalam pengolahan
gulma (Sastroutomo, 1990).

C. Faktor yang Mempengaruhi Kompetisi


Derajat kompetisi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor tanaman dan
faktor gulma. Faktor tanaman meliputi : kepadatan, tanaman lain,distribusi, dan
waktu penjarangan. Faktor gulma meliputi :
1. Kerapatan gulma
Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan
tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin
terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma
dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif.
Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25,
50 dan 100 per m2menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-
masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.
2. Macam gulma
Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang
berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda,
penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai contoh kemampuan
bersaing jawan (Echinochloa crusgalli) dan tuton (Echinochloa colonum)
terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.
3. Saat kemunculan gulma
Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi
semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya
semakin menurun. Hubungan antara saat kemunculan gulma dan pertumbuhan
atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian

10
Erida dan Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan gulma
bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam masing-masing
memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22; 195,82; 196,11; 262,28;
284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).

4. Lama keberadaan gulma


Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok,
semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin
terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara lama keberadaan
gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi
negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari
setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 353,37;
314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22 g/petak (Erida dan
Hasanuddin, 1996).
5. Kecepatan tumbuh gulma
Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya,
pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun.
6. Habitus gulma
Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan
dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih,
sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil
tanaman pokok
7. Jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C4 lebih efisien, sehingga
persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan
hasilnya semakin menurun.
8. Allelopati

11
Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan
senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau
dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan
allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga mempunyai arti
penting. Masing-masing pertanaman memiliki asosiasi gulma tertentu dan gulma
yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan pertanamannnya. Sebagai
contoh Echinochloa crusgalli lebih mampu bersaing terhadap padi jika
dibandingkan dengan gulma lainnya.

D. Pengaruh Jumlah Gulma


Pengaruh jumlah gulma yang paling penting diketahui bahwa gulma dalam
jumlah yang sedikit dapat menurunkan hasil panen, contoh gulma kochia dengan
jumlah individu hanya 1 per 3 meter larikan dapat menurunkan produksi gula bit
sebanyak 26 % dan 1 individu jajagoan per 0,1 m2 dapat menurunkan hasil panen
sebesar 57 % . Hubungan antara tingkat kepadatan dan hasil panen secara umum
dapat digambarkan sebagai garis yang tidak terputus-putus (Sastroutomo, 1990).
Gambar 2.2. Hubungan ini merupakan sigmoid dan bukan garis lurus, dan ini
berarti bahwa satu individu gulma dalam tingkat kepadatan yang rendah akan
mempunyai yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh memasing
individu gulma pada kepadatan yang tinggi.
Pengaruh yang dijelaskan ini disebabkan oleh adanya plastisitasi bentuk
morfologi tumbuhan baik pada gulma maupun tanaman budidayanya. Dengan
semakin meningkatnya jumlah gulma per satuan luas maka semkin menurun
ukuran memasing individu, yang dapat dinyatakan dengan berkurangnya jumlah
anakan, percabangan , jumlah daun dan ukuran dan system perakaran. Dengan
kata lain terdapat hubungan mengenai indiviu gulma yang dapat ditolerir oleh
tanaman budidayanya. Jumlah individu gulma maximum yang dapat ditolerir oleh

12
tanaman pangan tanpa menyebabkan penurunan hasil disebut nilai ambang
kompetensi(Sastroutomo, 1990).
Oleh karena itu para petani perlu kapan waktu untuk menegtahui kapan waktu
yang paling tepat untuk mengendalikan gulma ayai mencegah hasil penurunan
hasil panen yang akan diperoleh(Sastroutomo, 1990).
E. Pengaruh Berat Gulma
Gulma meskipun ringan dapat juga menurunkan hasil panen. Sebagai contoh :
Gambar tabel 2.1. Penurunan hasil panen kedelai akibat pengaruh 3 jenis gulma
dengan berat yang berbeda
Berat gulma ternyata merupakan yang lebih baik sebab lebih tepat didalam
menggambarkan jumlah sumber daya yang akan diserap oleh gulma. Sehingga
tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh tanaman pangannya. Grafik berat gulma dapat
ditunjukkan sebagai garis putus-putus pada gambar 2. Di alam, garis putus-putus
ini tidak lurus sekali karena jumlah biomassa yng dihasilkan oleh setiap unit
berbesa-beda yang paling besar pengaruhnya yaitu kadar airnya. Perbedaan ini
mampu mempengaruhi derajat kompetisi(Sastroutomo, 1990).
F. Pengaruh periode adanya gulma
Periode bebas gulma : di dalam pertumbuhan awal tanaman pangan adanya
gulma dalam jumlah sedikit tidak akan dapat menurunkan hasil panenan. Waktu
yang sangat singkat saat tanaman pangan mempunyai toleransi ini dapat
digunakan untuk mengendalikan gulma sehingga kompetisi tidak akan terjadi
sampai masa panen dating. Tanaman budidayasangat bervariasi dalam
ketahanannya tumbuh bersama-sama gulma, mulai dari 3 sampai 22 minggu. Juga
untuk setiap jenis tanaman, periode ketahanannya sangat tergantung pada jenis-
jenis gulmanya. Secara umumpada semua jenis tanaman, periode ketahanan akan
lebih besar pada masa awal pertumbuhan (Sastroutomo, 1990).
Masa bebas gulma yang diperlukan: masa bebas gulma yang dibutuhkan
relative sangat singkat, dan pada kebanyakan tanaman pangan hanya beberapa

13
minggu setelah perkecambahanya. Masa bebas gulma sangat bervariasi diantara
jenis-jenis tanaman budidaya maupun sesama jenisnya(Sastroutomo, 1990).
Periode bebas gulma merupakan ukuran daya kompetisi relatif tanaman
budidaya, sedangkan periode yang tidak bebas gulma merupakan ukuran daya
kompetisi relatif gulma terhadap tanaman budidaya. Pada umumnya sebagian
besar gulma semusim mempunyai daya kompetisi yang rendah dibandingkan
dengan tanaman panganya. Perbedaan lama antara kedua periode yaitu periode
bebas gulma dan periode toleransi terhadap gulma punya implikasi yang sangat
penting dalam memilih cara-cara pengendlian gulmanya(Sastroutomo, 1990).
G. Pengaruh Perbedaan Siklus Hidup
Siklus hidup yang relatif singkat pada kebanyakan gulma semusim merupakan
salah satu faktor dalam daya kompetisinya terhadap tanaman budidaya
(Sastroutomo, 1990).
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan gambar 2.3.
Gambar 2.3: Pertumbuhan yang cepat dari kebanyakan gulma semusim
dibandingkan dengan tanaman pokoknya yang menunjukkan daya kompetisi yang
tinggi (Oliver dalam Sastroutomo, 1990).
Pada gambar 2.3 tersebut berisi tentang perbandingan waktu yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan luas daun yang maksimum pada kedelai dan gulmanya,
Abutilon theoprasti. Jika kedelainya ditanam lebih awal, kedelai akan terus
tumbuh dan meningkatkan indeks luas daunnya (LAI) hingga umur 12 minggu,
sedangkan A. theoprasti mencapai maksimumnya pada saat ini. Pada penanaman
yang lambat, A. theoprasti mencapai maksimumnya pada minggu ke-8, sedangkan
kedelainya pada minggu yang ke-10 (Sastroutomo, 1990).
Namun, sesungguhnya keberadaan gulma di sepanjang siklus hidup tanaman
budidaya tidak selalu berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya.Terdapat
sebuah periode saja dimana tanaman budidaya mengalami masa yang paling peka
terhadap keberadaan gulma di sekitar lingkungan tumbuh tanaman budidaya.
Periode tersebut dikenal sebagai periode kritis dimana pada periode tersebut,
14
tanaman budidaya mengalami masa yang paling peka terhadap lingkungan,
terutama dalam kompetisi memperebutkan sarana ruang tumbuh, unsure hara, air
dan cahaya matahari.
Pada periode kritis ini, apabila gulma hadir dan mengganggu tanaman
budidaya maka tanaman budidaya akan kalah bersaing dalam memanfaatkan
faktor-faktor lingkungan tumbuh yang utama tersebut karena tanaman budidaya
berada pada titik terlemah dalam pertumbuhannya.Oleh karena itu ketika
memasuki periode terlemah ini (periode kritis), lingkungan tempat tanaman
budidaya harus bebas dari gulma agar pertumbuhan dan perkembangannya tidak
terganggu akibat kompetisi faktor-faktor tumbuh dengan gulma di sekitar
lingkungan tumbuhnya. Faktor –faktor yang mempengaruhi periode kritis gulma :
1. Jenis tanaman atau jenis gulma itu sendiri
2. Cara budidaya (benih, bibit, saat tanam, jarak tanam)
3. Kesuburan tanah dan lengas tanahBila saat kritis yang pertama dapat diatasi
maka saat kritis berikutnya tidak akan terjadi
4. Batas awal periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma disebut ambang
kendali.
5. Saat kritis tanaman terhadap setiap jenis serangga hama telah lama dikenal
dengan istilah ambang ekonomi.
6. Saat kritis tanaman terhadap setiap jenis serangga hama telah lama dikenal
dengan istilah ambang ekonomi dan telah digunakan secara luas dalam
praktek dengan mendasarkan populasi jenis serangga hama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arie, Arifin. 2008. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya:
Usaha Nasional.

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Yogyakarta: Kanisus.

Bilman, Dkk. 2014. Penuntun Praktikum Pengendalian Gulma. Fakultas Pertanian.


UNIB.Bengkulu.

Moenandir, J. 1993. Ilmu gulma dalam sitem pertanian, Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya Di Perkebunan Karet Sumatera


Utara Dan Aceh. Gramedia, Jakarta.

Sastroutomo, Soetikno S.. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Zapta, Virginia. 2015. Interaksi Gulma dengan Tanaman Budidaya. Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UMM : Malang

16

Anda mungkin juga menyukai