Oleh :
Silvana Maulidah, SP. MP.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
a. b. c. d.
a. b.
c. d.
Kesulitan utama dalam menganalisis perekonomian rumah tangga tani di negara berkembang seperti Indonesia karena: a. Sifat dwifungsinya : produksi dan konsumsi yang kadang tidak terpisahkan. b. kuatnya peranan desa sebagai unit organisasi sosial dan perekonomian. Menurut Tohir (1983) ,Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah pertumbuhan dan perkembangan usaha tani, yaitu: A. Usaha pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat padanya, usaha tani digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: a. Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis b. Usaha tani yang memiliki dasar ekonomis-sosialis-komunistis c. Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis B. Tingkat pertumbuhan usaha tani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan tanah: a. Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara dicangkul (dipacul). b. Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara membajak
Usahatani : o Skala besar o Skala kecil Pangan Sayuran Bunga Perkebunan Ternak Ikan
Pengadaan dan Penyaluran Saprodi - Bibit - Benih Pupuk - Pestisida - Obat-obatan Mesin pertanian Bahan bakar Kredit Dll.
4. KLASIFIKASI USAHATANI
a. Pola usahatani Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah ,lahan kering. Ada beberapa sawah yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya, yaitu : Sawah dengan pengairan tehnis Sawah dengan pengairan setengah tehnis Sawah dengan pengairan sederhana Sawah dengan pengairan tadah hujan Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai Tipe usahatani Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan. a. Macam tipe usahatani : Usahatani padi Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)
b.
b.
Cara penyusunan tanaman: Usahatani Monokultur: Satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu lahan. Pola ini idak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada Lahan Yang sama. Pola tanam monokultur banyak dilakukan Petani sayuran yang memiliki lahan khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang sempit.
Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan Menurut Suryanto (1990) dan Tono (1991) bahwa prinsip tumpangsari lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya : Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau lebih mempunyai umur yang tidak sama Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang hampir sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda. Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan unsur hara. Tanaman mempunyai perbedaan perakaran.
Aceh Darussalam Sektor pertanian di wilayah Aceh Darussalam mulai berkembang sejak tahun 1607-1636 melalui kegiatan perdgngan hasil bumi sektor pertanian seperti cengkeh, kopra, dan pala kepada pedagang asing. Tahun 1960 selama masa penjjhan Belanda, sektor pertanian m,enjadi mt pencaharian utma masyarakat Aceh. Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan utama bagi mereka. Meskipun sektor pertanian mulai menyusut peranannya sejak tahun 1980-an, namun masih sangat penting kedudukannya bagi rakyat Aceh karena kesanggupannya menyediakan lapangan kerja bagi sebagian penduduk dan merupakan pendapatan utama bagi mereka.
Bengkulu Sektor pertanian di daerah Bengkulu telah hadir sebelum abad ke-15, dan produksinya hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan setempat. Sementara pada jaman penjajahan Belanda, kegiatan pertanian rakyat lebih ditekankn dengan diadkannya sistem tanam paksa kopi. Dalam perkembangannya penggunan lahan produkstif pada masa pelita I sampai III, ternyata belum optimal yang hanya mencapai 6,65% dati total luas daerah. Pertanian tersebut dikembangkan dengan tradisional berupa pertanian ladang, sawah, kebun campuran dan pekarangan. Sampai saat ini banyak kendala yang masih dihadapi sektor pertanian Bengkulu diantara: a. terbatasnya lahan yang mendapat pengairan teknis sempurna dan masih banyaknya lahan yang mempunyai sifat derajat keasaman tinggi. b. intensifikasi umum lebih besar daripada intensifikasi khusus sehingga produktifitas per satuan luas masih rendah. c. lambatnya pelaksanaan percetakan sawah baru dan lokasi pencetakan sawah yang sudah dilaksanakan terpencar-pencar. d. lahan usaha tani umumnya bergelombang e. Tingkat pengetahuan petani rata-rata masih rendah terutama dalam pengelolaan usaha tani antara lain karena kurangnya informasi pasar dan pengetahuan petani dalam pemasaran hasil pertanian