Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR AGRIBISNIS

“Konsep dan Peranan Agribisnis Dalam Perekonomian Nasional”

OLEH:

NAMA : La Ode Dasrin

STAMBUK : D1A120092

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam


perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75%
angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa
usaha rumah tangga diperhitungkan maka sebesar 80% dari jumlah penduduk
nasional menggantung hidupnya pada sektor agribisnis. Peranan sektor agribisnis
yang demikian besar dalam perekonomian nasional memiliki implikasi penting dalam
pembangunan ekonomi nasional ke depan (Saragih,1997). Apabila perencanaan
pembangunan pertanian dan pelaksanaannya dikelola dengan baik, pembangunan
pertanian yang dilaksanakan dengan seksama dapat memperbaiki pendapatan
penduduk secara merata dan berkelanjutan. Pada akhirnya, hasil pembangunan
tersebut dapat memakmurkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi


yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian
menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang
semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh
industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut
komoditi dan kegiatannya. Namun, petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja,
sementara pengadaan sarana produksi pertanian didominasi oleh sektor industri
(Maulidah, Silvana, 2013).

Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai


keperluan membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar
ekonomis, maka kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan.
Melalui proses pengolahan, produk-produk pertanian menjadi lebih beragam
penggunaan dan pemasarannyapun menjadi lebih mudah (storable and transportable)
sehingga dapat diekspor. Pada tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian
menjadi semakin jelas, yaitu: kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian
dalam arti sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri
hulu dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi
fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas meliputi
seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis' (Maulidah, Silvana, 2013).

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AGRIBISNIS

Agribisnis merupakan sistem pertanian yang saling terkait mulai dari sistem
hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada dengan
tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. (Saragih,1997) Industri hulu
adalah sektor yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana
produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sementara industri hilir
merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang
yang siap dikonsumsi atau merupakan industry pascapanen dan pengolahan hasil
pertanian. Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:

a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi

Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan


penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani
memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.

b. Subsistem Usahatani atau proses produksi

Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani


dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan
ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani
dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang
intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan
semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah
pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan
usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya
produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar
dalam artian ekonomi terbuka
c. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil

Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk
pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah
value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses
pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan,
dan peningkatan mutu.

d. Subsistem Pemasaran

Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri


baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestik dan pasar luar negeri.

e. Subsistem Penunjang

Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang
meliputi :

 Sarana Tataniaga
 Perbankan/perkreditan
 Penyuluhan Agribisnis
 Kelompok tani
 Infrastruktur agribisnis
 Koperasi Agribisnis
 BUMN
 Swasta
 Penelitian dan Pengembangan
 Pendidikan dan Pelatihan
 Transportasi
 Kebijakan Pemerintah

B. Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor


pertanian di Indonesia

Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor pertanian


di Indonesia :

Sektor pertanian memiliki peranan penting di Indonesia karena sektor


pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, mampu mendukung sektor industri
baik industri hulu maupun industri hilir, mampu menyediakan keragaman menu
pangan dan karenanya sektor pertanian sangat mempengaruhi konsumsi dan gizi
masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami
Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia
pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki
pertumbuhan yang positif.

Peranan agribisnis sektor pertanian misalnya dalam penyediaan bahan pangan.


Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan
tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pem-bangunan di Indonesia. Sejarah modern Indonesia menunjukkan bahwa krisis
pangan secara langsung mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan keamanan
nasional. Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi, bahwa pembangunan ekonomi
yang berbasiskan kepada sektor pertanian (agribisnis), telah memberikan bukti dan
dan peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian bangsa, dan
tentunya lebih dari itu.

C. Kaitan-Kaitan & Ruang Lingkup Agribisnis

Apabila subsistem usahatani dimodernisasi/dikembangkan, maka akan


membentuk sebuah sistem agribisnis. Dimana subsistem usahatani akan mempunyai
keterkaitan erat ke belakang (backward linkage) yang berupa peningkatan kegiatan
pengadaan dan penyaluran sarana produksi, dan kaitan ke depan (forward linkage)
yang berupa peningkatan kegiatan pasca panen (terdiri dari pengolahan dan
pemasaran produk pertanian dan olahannya). Jika subsistem usahatani digambarkan
sebagai proses menghasilkan produk-produk pertanian di tingkat primer (biji, buah,
daun, telur, susu, produk perikanan, dan lain-lain), maka kaitannya dengan industri
berlangsung ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage)
(Maulidah, Silvana, 2013).

Kaitan ke belakang berlangsung karena usahatani memerlukan input seperti


bibit dan benih berkualitas, pupuk, pestisida, pakan ternak, alat dan mesin pertanian,
modal, teknologi, serta manajemen. Sedangkan keterkaitan erat ke depan dapat
diartikan bahwa suatu industri muncul karena mempergunakan hasil produksi
budidaya/usahatani sebagai bahan bakunya, atau bisa juga suatu produk agroindustri
digunakan untuk bahan baku industri lainnya. Kaitan ke depan berlangsung karena
produk pertanian mempunyai berbagai karakteristik yang berbeda dengan produk
industri, antara lain misalnya: musiman, tergantung pada cuaca, membutuhkan
ruangan yang besar untuk menyimpannya (Bulky / voluminous), tidak tahan
lama/mudah rusak (perishable), harga fluktuatif, serta adanya kebutuhan dan tuntutan
konsumen yang tidak hanya membeli produknya saja, tapi makin menuntut
persyaratan kualitas (atribut produk) bila pendapatan meningkat. Selanjutnya kaitan
ke belakang ini disebut juga agroindustry. Hulu (Up stream) dan kaitan ke depan
disebut agroindustri hilir (Down stream) (Maulidah, Silvana, 2013).

Keterkaitan berikutnya adalah kaitan ke luar (outside linkage), ini terjadi


karena adanya harapan agar system agribisnis dapat berjalan/berlangsung secara
terpadu (integrated) antar subsistem. Kaitan ke luar ini berupa lembaga penunjang
kelancaran antar subsistem. Organisasi pendukung agribisnis merupakan organisasi
sebagai pendukung atau penunjang jalannya kegiatan agribisnis yakni dalam hal
untuk mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu,
sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Organisasi pendukung agribisnis ini biasa
disebut juga dengan organisasi jasa pendukung agribisnis. Seluruh kegiatan yang
menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah
(kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta
kebijakan lainnya) (Maulidah, Silvana, 2013).

Kaitan-kaitan ini mengundang para pelaku agribisnis untuk melakukan


kegiatannya dengan berpedoman pada “4-Tepat” (yaitu: tepat waktu, tempat, kualitas,
dan kuantitas), atau dengan istilah lain yaitu “3 Tas” (yaitu: kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas). Kehadiran dan peranan lembaga-lembaga penunjang sangat dibutuhkan
dalam hal ini, misalnya kelancaran transportasi, ketersediaan permodalan dan
peraturan-peraturan pemerintah. Dengan pendekatan sistem tersebut di atas, orientasi
pembangunan mencakup seluruh aspek di dalam sistem agribisnis yang dilaksanakan
secara terpadu, dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup (Maulidah, Silvana, 2013). Ada lima bidang yang merupakan Ruang lingkup
Agribisnis meliputi (Maulidah, Silvana, 2013) :

a. Pertanian

Pertanian dalam arti luas adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan
hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (cultivation, atau
untuk ternak: raising). Sedangkan pertanian dalam arti sempit adalah proses
menghasilkan bahan makanan.

b. Perkebunan

Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 2004 tentang perkebunan, yang dimaksud


dengan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah
dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan mempunyai
fungsi ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta
penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; fungsi ekologi, yaitu peningkatan
konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga
kawasan lindung; dan sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Perkebunan merupakan usaha tani di lahan kering yang ditanami dengan tanaman
industri yang laku di pasar, seperti : karet, kelapa sawit, tebu, cengkeh , dan lain-lain.

c. Peternakan

Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan,
sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Sedangkan
Peternakan merupakan usaha tani yang dilakukan dengan membudidayakan ternak.

d. Perikanan

Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan


pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi
secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata
penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia,
menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam
perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran,
yang dilaksanakan dalam sistem bisnis perikanan

e. Kehutanan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 41 tahun 1999 tentang


kehutanan, definisi kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan
hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
Prisipnya ialah segala kegiatan pertanian yang dilakukan untuk mempoduksi atau
memanfaatkan hasil hutan, baik yang tumbuh atau hidup secara alami maupun yang
telah dibudidayakan.

D. Peran Agribisnis Dalam Perekonomian Nasional

Peranan Agribisnis dalam Perekonomian Nasional Peranan agribisnis dalam


perekonomian nasional dapat diukur dengan berbagai indikator yang terdiri dari:

1. Kontribusi dalam Pembentukan GDP

Sebagai penyumbang nilai tambah terbesar dalam perekonomian nasional dimana


45 persen nilai tambah perekonomian nasional tercipta dari sector agribisnis (Tahun
1990), peranan tersebut meningkat menjadi 47 persen pada tahun 1995. Dengan
demikian, cara yang paling efektif untuk meningkatkan GDP nasional adalah melalui
pembangunan agribisnis.

2. Peranan agribisnis dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja di sektor agribisnis mengalami peningkatan dari 74


persen pada tahun 1990 menjadi 77 persen pada tahun 1995. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan adanya pengembangan agribisnis mampu untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan berusaha.

3. Peranan agribisnis dalam Perdagangan Internasional

Peningkatan ekspor sebesar 6 persen pada periode tahun 1990-1995


menunjukkan bahwa agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam devisa negara
dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan


ekonomi, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, serta devisa Negara dapat
dicapai melalui pembangunan agribisnis

4. Peranan agribisnis dalam pembangunan ekonomi daerah


 Pendayagunaan berbagai sumber daya merupakan cara yang paling efektif dan
efisien dalam pelaksanaan otonomi daerah.
 Sumber daya ekonomi yang dapat digunakan dalam pembangunan ekonomi
daerah adalah sumber daya agribisnis seperti sumber daya alam , sumberdaya
manusia di bidang agribisnis, teknologi di bidang agribisnis, dan lain-lain.
 Melalui percepatan modernisasi agribisnis di setiap daerah akan secara
langsung memodernisasi perekonomian daerah dan dapat memecahkan
sebagian besar persoalan ekonomi di daerah.
5. Peranan agribisnis dalam Ketahanan Pangan Nasional
 Tanpa dukungan pangan yang bermutu dan cukup maka akan sulit untuk
menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu sehingga diperlukan
ketahanan pangan dalam arti keterjangkauan pangan
 Perlu dibangun suatu sistem ketahanan pangan yang berakar kokoh pada
keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal
 Terjadinya defisit pada beberapa komoditas pangan seperti gula dan kedelai
sedangankan beras dan jagung telah mencukupi kebutuhan masyarakat.
 Pembanguan agribisnis akan menunjang sistem ketahanan pangan yang
kokoh melalui penganekaragaman sumberdaya hayati di setiap daerah.
6. Peranan agribisnis dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
 Terjadinya kemerosotan lingkungan yang mengancam keberlangsungan hidup
manusia.
 Peranan agribisnis dalam pelestarian lingkungan hidup:
o Membuka kesempatan ekonomi yang luas di setiap daerah sehingga akan
menatik penyebaran penduduk beserta aktiviasnya
o Pengembangan agribisnis dengan mendayagunakan keanekaragaman hayati
dapat mempertahankan keberlangsungan keanekaragaman hayati tersebut.
o Adanya perkebunan karbon yang efektif dalam mengurangi emisi gas karbon
atmosfir
o Pembangunan agribisnis menghasilkan produk yang biodegradable yang
dapat mengurangi produk-produk kimia
o Pengembangan agribisnis menghasilkan nilai tambah yang dapat mengurangi
tekanan sumberdaya dan lingkungan hidup
o Dalam hal penerapan teknologi dalam agribisnis perlu diperhatikan hal-hal
sebagaiberikut:
o Teknologi disesuaikan dengan ciri lingkungan sehingga usahatani tidak
bersifat eksploratif, destruktif, dan polutif
o Daya dukung lahan, dan keseimbangan ekosistem
o Teknologi dan sistem produksi
7. Kedudukan Agribisnis dalam Perekonomian Nasional
 Ada beberapa alasan mengapa agribisnis memiliki kedudukan penting
dalam perekonomian nasional:

o Aktivitas agribisnis untuk menghasilkan pangan akan selalu ada selama


manusia masih butuh makanan
o Usaha ekonomi yang hemat devisa
o Mempunyai kaitan usaha ke depan dan ke belakang
o Sumber pencaharian utama masyarakat dan menyerap tenaga kerja
o Kultur masyarakat yang masih bersifat kultur agraris
o Ketersediaan lahan yang masih cukup besar dan belum optimal
o Pengembangan agroindustri yang cukup bersaing di pasar dunia
o Kontribusi terhadap PDB cukup besar
o Agribisnis identik dengan pemberdayaan ekonomi masyarakAT

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agribisnis merupakan sistem pertanian yang saling terkait mulai dari
sistem hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang
ada dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
(Saragih,1997) Industri hulu adalah sektor yang memproduksi alat-alat dan
mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses
budidaya pertanian. Sementara industri hilir merupakan industri yang
mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap
dikonsumsi atau merupakan industry pascapanen dan pengolahan hasil
pertanian.
Peranan agribisnis dalam perekonomian nasional dapat diukur dengan
berbagai indikator yang terdiri dari
1. Kontribusi dalam pembentukan GDP
2. Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja
3. Kontribusi dalam perdagangan internasional
4. Kontribusi dalam pembangunan ekonomi daerah
5. Kontribusi dalam ketahanan pangan nasional
6. Kontribusi dalam pelestarian lingkungan hidup
7. Kontribusi dalam pemerataan hasil pembangunan
8. Kontribusi dalam pembangunan ekonomi makro secara nasional

DAFTAR PUSTAKA
Jerry. 2008. Agribisnis Landasan Pembangunan Nasional. Diakses pada tanggal 4
Mei 2013, pada pukul 17.25 WITA, di Makassar.

Maulidah, Silvana. 2013. Sistem Agribisnis. Jawa Timur.

Zakky. 2011. Peranan Dan Kedudukan Agribisnis Dalam Perekonomian Nasional.


Diakses pada tanggal 4 Mei 2013, pada pukul 17.00 WITA, di Makassar.

Anda mungkin juga menyukai