Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS USAHA TANI


“STRUKTUR PENERIMAAN, BIAYA DAN PENDAPATAN
USAHA TANI PADI”

SHIFT 10
Ronaldo Aprilian (E1J019054)
Febiola Rosalina Panjaitan (E1J019061)
Renova Agata Siregar (E1J019022)
Afrizal (E1J019074)
Alhafizh (E1J019084)

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan aspek penting dalam membangun perekonomian Indonesia. Ini
diwujudkan dalam sektor agribisnis yang mencakup sektor hulu hingga hilir. Kegiatan
usahatani sendiri merupakan bagian dari sektor agribisnis yang mengorganisasikan alam,
kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di bidang pertanian.
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian
di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. Pembangunan pertanian perlu
mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun prioritas pada kebijaksanaan industrialisasi
sudah dijatuhkan, namun sektor pertanian dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan
surplus. Hal ini terjadi bila produktifitas diperbesar sehingga menghasillkan pendapatan
petani yang lebih tinggi dan memungkinkan untuk menabung dan mengakumulasikan modal.
Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatanya.
Sasaran utama pembangunan pertanian dewasa ini adalah peningkatan produksi pertanian
dan pendapatan petani, karena itu kegiatan disektor pertanian diusahakan agar dapat berjalan
lancar dengan peningkatan produk pangan baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan
diversifikasi pertanian yang diharapakan dapat memperbaiki taraf hidup petani, memperluas
lapangan pekerjaan bagi golongan masyarakat yang masih tergantung pada sektor pertanian.
Tingkat pendapatan petani secara umum dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu : jumlah
produksi, harga jual, dan biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam pertaniannya. Ini berarti
bahwa perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian merupakan usaha untuk memperbaiki
taraf kehidupan sebagian besar penduduk yang tergolong miskin.
Padi merupakan salah satu komoditi yang mempunyai prospek cerah guna menambah
pendapatan para petani. Hal tersebut dapat memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk
lebih mengembangkan dan meningkatkan produksinya dengan harapan agar pada saat panen
usaha memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Namun kadang kala
dalam kenyataannya berbicara lain. Ketika saat panen tiba, hasil melimpah tetapi harga
mendadak turun, dan lebih parah lagi jika hasil produksi yang telah diprediksikan jauh
melenceng dari jumlah produksi yang dihasilkan, produksi minim, harga rendah dan tidak
menentu membuat petani padi kadang merasa kecewa bahkan patah semangat untuk tetap
mengembangkan usaha pertaniannya. Hal ini disebabkan karena setiap kegiatan pengolahan
sawah mutlak petani mengeluarkan biaya untuk kegiatan produksi, mulai dari pengadaan
bibit, pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya lainnya yang tidak terduga.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan pangan.
Indonesia sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan beras 252,2 juta penduduk Indonesia.
Belum terpenuhinya kebutuhan beras murni dari produksi dalam negeri disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain karena kehilangan pascapanen dan distribusi (food loss). (FAO,
2011), menyebutkan bahwa 33,33% pangan yang diproduksi dunia hilang atau tercecer.
Penyebab rendahnya produksi padi di Indonesia salah satunya karena pada umumnya petani
masih membudidayakan padi tidak sesuai aturan, seperti pengolahan tanah dan pemberian
takaran pupuk tidak sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan serta masih mendominasinya
petani menggunakan sistem konvensional.

1.2 Maksud dan Tujuan


Secara umum tujuan praktikum ilmu usahatani yang hendak dicapai adalah meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu usahatani yang didapat sebagai salah
satu alat dalam melakukan survei atau penelitian, serta memahami analisis usahatani. Secara
rinci tujuan yang hendak dicapai adalah :
a. Melatih mahasiswa dalam menentukan atau memilih cara penarikan sampel/responden
dengan menggunakan rumusan yang ada dan bantuan tabel angka random.
b. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan dari suatu usahatani.
c. Menganalisis efesiensi dan kemanfaatn dari suatu usahatani dengan analisis R/C ratio,
B/C ratio, dan marjin kotor usahatani.
d. Agar mahasiswa/i peserta praktikum mampu memilahkan dan membedakan biaya
variable dan biaya tetap, biaya yang dibayarkan dan tidak dibayarkan, serta biaya
langsung dan tidak langsung dalam usahatani.
e. Agar mahasiswa peserta praktikum mampu mengidentifikasikan dan membedakan
penerimaan usahatani produk pokok dan produk sampingan. Disamping itu, mahasiswa/i
mampu menghitung penerimaan usahatani (sesuai usahatani masingmasing).
f. Agar mahasiswa/i peserta praktikum mampu menganalisis dan mengambil kesimpulan
mengenai pendapatan usahatani. Disamping itu, agar mahasiswa/i peserta praktikum
mampu menghitung besarnya pendapatan usahatani (sesuai usahtani masing-masing).
g. Agar mahasiswa/i peserta praktikum mampu menghitung besarnya penerimaan dan biaya
usahatani, serta dapat mengambil kesimpulan tentng efisiensi dan tidaknya suatu
usahatani.
h. Agar mahasiswa mampu menghitung besarnya manfaat dari dua usahatani yang berbeda
teknologi, serta mahasiswa/i dapat mengambil kesimpulan tentang manfaat dari teknologi
usahatani.
i. Agar mahasiswa mampu menghitung besarnya marjin kotor cabang usahatani dan
mengambil kesimpulan nilai marjin kotor cabang usahatani yang paling besar. Disamping
itu mahasiswa dapat menyusun perencanaan cabang usahatani pada masa yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Padi
Budidaya tanaman adalah suatu atau beberapa teknik dalam usaha pembibitan
atau mengembangkan suatu jenis tanaman dengan cara-cara tertentu. tanaman pangan
sendiri terbagi 2 yaitu tanaman palawija dan juga tanaman utama yaitu padi. Tanaman
palawija dapat dikatakan sebagai tanaman kedua setelah tanaman utama dari padi.
Tanaman pangan adalah tanaman yang dimanfaatkan dan diolah untuk memenuhi
kebutuhan akan makanan bagi manusia. Petani pada umumnya membudidayakan
tanamannya secara turun temurun dari orangtua atau pendahulunya. Hal tersebut apabila
dilakukan tanpa adanya bimbingan serta pelatihan yang intensif akan membuat petani
terjebak pada pola budidaya konvensional sehingga produksi padi tergolong minim
bahkan dapat menurun (Utama, 2015). Budidaya padi terdiri dari persiapan lahan,
pemilihan benih, penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, hingga
panen dan pascapanen (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Suharyanto et al. (2015) menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan
produktivitas padi salah satunya melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) dengan menggabungkan semua komponen teknologi usahatani terpilih yang saling
melengkapi dengan tujuan untuk memperoleh hasil panen optimal dan memelihara
kelestarian lingkungan.
Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu penekatan dalam budidaya
tanaman yang memiliki peran sentral terhadap peningkatan hasil produksi padi. Menurut
Watemin dan Budiningsih (2012) berdasarkan hasil analissis data yang dilakukan tingkat
penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di kecamatan kebasen secara
keseluruhan sebesar 76,67 %. Sedangkan penerapan teknologi budidaya dengan jajar
legowo menghasilkan produksi sebesar 81,67 %. Faktor yang berpengaruh antara lain
penggunaan varietas unggul, sistem pemupukan berimbang dan pengendalian hama dan
penyakit secara teratur.
Sistem budidaya menggunakan teknik jajar legowo pada umumnya
dikombinasikan dengan pengguanaan benih unggul bersertifikat, dimana kelebihan benih
tersebut adalah mutunya terjamin, daya kecambah lebih tinggi, bebas dari hama dan
penyakit. Pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan meliputi sanitasi lahan,
pembersihan gulma, pemberian pupuk dan pengendaian hama dan penyakit baik dengan
pestisida kimia atau bahan alami sebagai pestisida. Urea, Phonska merupakan beberapa
jenis pupuk yang digunakan dalam menyuplai unsur hara tanaman. Hal yang paling
penting dalam pemupukan adalah menerapkan 5 tepat, yaitu tepat jenis, dosis, tempat,
cara, dan tepat waktu (Rauf dan Murtisari, 2014).
Menurut BPTP (2009), agar dapat meningkatkan produktivitas usahatani
khususnya padi sawah maka tahapan-tahapan dalam penanaman padi harus dilakukan
dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
1. Persiapan Benih
Benih termasuk faktor penentu keberhasilan pembudiyaan tanaman.
Penggunaan benih yang bermutu tinggi akan dapat mengurangi resiko
kegagalan usahatani (Sutopo, 2004). Dalam memproduksi benih, perlu
diperhatikan kualitas benih antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran,
bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air. Benih bermutu adalah benih
dengan vigor tinggi dan bersertifikat. Pemilihan benih bermutu dilakukan
dengan cara; merendam benih dalam larutan garam dengan menggunakan
indikator telur, dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr
garam dapur dalam 1 It air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7
It air), masukkan benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume
larutan 2 kali volume benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang
mengambang dibuang. Keuntungan menggunakan benih bermutu: 1. Benih
tumbuh cepat dan serempak 2. Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang
tegar dan sehat 3. Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat 4.
Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi.
2. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ±
20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian
direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama
48 jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air.
Untuk benih hibrida langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam.
Luas persemaian sebaiknya 400 m2 /ha (4% dari luas tanam). Lebar bedengan
pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan
abu sebanyak 2 kg/m2 . Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi
sehingga kerusakan akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam
25-30 cm.
3. Pengolahann Tanah dan Pengaplikasian Pupuk Dasar
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali
garu) atau minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor
yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah.
Dua minggu sebelum pengolahan tanah taburkan bahan organik secara merata
di atas hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk
kandang sebanyak 2 ton/ha atau kompos jerami sebanyak 5 ton/ha. Dan dalam
pengolahan tanah, juga dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk Urea
sebanyak 1/3 dosis/ha, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh
dosis. Jadi bila dalam satu hektar sawah akan dipupuk dengan dosis 300 kg
Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl maka pupuk dasar yang diberikan 100 kg
Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl.
4. Penanaman
Penanaman padi didahului dengan pencabutan bibit dipersemaian.Bibit yang
siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari dan berdaun 5-7
helai. Menurut Sugeng (1989), penanaman bibit padi sawah dilakukan dengan
cara bagian pangkal batang dibenamkan kira-kira 3 atau 4 cm ke dalam
lumpur. Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar
titik 20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20
cm atau 25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon
bibitnya ditanam pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam
dalam barisan hanya 10 cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya
diambilkan bibit dari persemaian.
5. Setelah penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan rutin.
Pemeliharaan terhadap tanaman padi antara lain meliputi :
Pengairan, penyulaman dan penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama
dan penyakit.

2.2 Landasan Teori


1. Pengertian ilmu usahatani
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.Dikatakan
efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-
baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
mengeluarkan output yang melebihi input.
2. Struktur Usahatani
Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan. Cara
pengusahaan dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus (berganti-ganti
lahan atau varietas tanaman) dan campuran (2 jenis atau lebih varietas tanaman, misal
tumpangsari dan tumpang gilir). Pemilihan khusus dilakukan berdasarkan keadaan
tanah yang menyangkut kelangsungan produksi dan pertimbangan keuntungan.
Pemilihan tidak khusus dilakukan oleh petani karena dipaksa oleh keadaan lahan
yang dimiliki, misalnya bila petani memiliki sawah, tanah kering dan kolam, maka
pilihan komoditi yang terbaik adalah yang menyebabkan kenaikan produk dari yang
satu diikuti oleh kenaikan produk cabang usaha yang lain.
3. Biaya Usahatani
Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani,
nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang
maksimal. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap
(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). (Rahim dan Hastuti, 2008).
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Total Fixed Cost (TFC): biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang
tidak mempengaruhi hasil output / produksi. Berapapun jumlah output yang
dihasilkan biaya tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat pertanian,
iuran irigasi.
b. Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya berubah searah dengan
berubahnya jumlah output yang dihasilkan.
c. Total Cost (TC) = FC + VC
d. Average Cost (AC)
e. Marginal Cost
4. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga
jual. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: TRi = Yi . Py.
5. Pendapatan Usahatani
Hasil produksi pertanian sendiri masih terbatas dalam pengertian jumlah, mutu, dan
kontinuitasnya. Akibatnya pendapatan petani tetap rendah.
Keuntungan Usahatani
Keuntungan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Keuntungan = TR (Total Revenue) - TC (Total Cost). Bila menggunakan analisis
ekonomi, maka TC biasanya lebih besar daripada menggunakan analisis finansial.
BAB III

METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Metode Penentuan Lokasi

Dalam menentukan wilayah pertanian yang akan di wawancarai dalam praktikum ini
dilakukan dengan cara praktikan memilih wilayah aing masing oleh mahasiswa dan mahasiswi
dimana mahasiswa harus mencari wilayah yang merupakan daerah pertanian yang banyak
membudidayakan tanaman pangan. Pada kelompok ini, usahatani yang akan di analisis adalah
tanaman padi sawah, dimana lokasi yang dipilih adalah di Pekik Nyaring, Kecamatan Pondok
Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Pada lokasi tersebut kelompok ini
akan melakukan observasi tentang tanaman padi sawah yang dibudidayakan para petani di
wilayah tersebut.

3.2 Populasi Dan Sampel

Sample Random Sampling adalah metode dalam pengambilan sampel dengan melakukan
cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi) untuk menentukan jarak intervalnya. Sehingga
dalam prosenya metode ini memungkinkan setiap populasi memiliki kesempatan untuk di
jadikan sampel untuk rujukan dalam penelitian. Jumlah sampel yang diambil yaitu 5 responden
yang terdiri dari petani yang mengusahakan usahatani padi baik yang berstatus sebagai pemilik
penggarap, penggarap penyewa dan peminjam.

3.3 Metode Analisis

3.3.1 Analisis Struktur Usahatani

Keseruhuan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali masa tanam terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani yang
tidak tergantung oleh besarnya output yang dihasilkan. Kedua biaya tersebut jika dijumlahkan
akan menghasilkan biaya total. Data ini diperoleh dari biaya yang dikeluarkan oleh petani setiap
tahun menurut umur tanaman meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Dengan Rumus
(Soekartawi, 2002).

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TC : Biaya Total (Rp/luas garapan/tahun)

TFC : Biaya Tetap (Biaya investasi, penyusutan alat pertanian, dan tenaga kerja Rp/luas
garapan/tahun)

TVC : Biaya Tidak Tetap (Biaya Pupuk, herbisida, tenaga kerja dalam Rp/luas garapan/tahun.

3.3.2 Analisis struktur penerimaan usahatani

Total Revenue merupakan hasil kali dari jumlah barang yang dihasilkan dengan harga
yang rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:

TR = P × Q

Keterangan :

TR : Total penerimaan usahatani (rupiah)

P : Harga (Rupiah)

Q : Barang dan jasa yang dihasilkan dengan asumsi barang dan jasa tersebut terjual semua
(Unit)

3.3.3 Analisis struktur pendapatan usahatani

Pendapatan atau yang disebut juga keuntungan absolut digunakan terutama bagi usaha
atau bisnis yang ditujukan untuk mencari keuntungan absolut. Pendapatan atau keuntungan
absolut adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi total. Secara matematis
definisi ini dinyatakan dengan rumus :

π = TR –TC

Keterangan:

π= pendapatan/keuntungan absolut
TR= total revenue/penerimaan total

TC= total cost/biaya produksi total

BAB IV

KEADAAAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM

4.1 Letak Dan Keadaan Wilayah

Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki posisi yang sangat strategis, karena selain berada
pada jalur perlintasan antara Kota Bengkulu dan Kota Lubuk Linggau, juga merupakan
kabupaten terdekat dan berbatasan langsung dengan Kota Bengkulu. Secara geografis Kabupaten
Bengkulu Tengah terletak diantara koordinat 102°.11’.24”-102°.37’.12” BT dan 3°.28’.48” -
3°.51’.36” LS. Sedangkan secara administrasi wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan
bagian dari wilayah Provinsi Bengkulu.

Adapun batas-batas Kabupaten Bengkulu Tengah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Air Napal, Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara dan
Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong;

Sebelah Timur : Kecamatan Ujanmas, Kecamatan Kepahiang, dan Kecamatan Seberang Musi
Kabupaten Kepahiang;

Sebelah Selatan : Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma; dan

Sebelah Barat : Kecamatan Selebar, Kecamatan Sungai Serut, Kecamatan Muara Bangkahulu
Kota Bengkulu dan Teluk Pering Samudera Hindia.

4.2 Luas Lahan dan Penggunaan

Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki luas wilayah berdasarkan Geografic Information


System (GIS) 1.429,14 Km2 (seribu empat ratus dua puluh sembilan koma empat belas
kilometer persegi) terdiri atas luas daratan 1.223,94 Km2 (seribu dua ratus dua puluh tiga koma
sembilan puluh empat kilometer persegi) dan wilayah laut dengan luas 205,2 (dua ratus lima
koma dua kilometer persegi), yang meliputi 10 kecamatan 112 desa dan 1 kelurahan, dengan
rincian masing–masing luas wilayah kecamatan dibandingkan total luas wilayah keseluruhan
diurutkan dari yang tertinggi, yaitu Kecamatan Pagar Jati (15%), Kecamatan Pondok Kelapa
(13%), Kecamatan Taba Penanjung (12%), dan yang memiliki luas wilayah terkecil, yaitu
Kecamatan Bang Haji (6%).

Untuk kecamatan Pondok Kelapa adalah dengan luas wilayah 165,20 Km 2 yang terdiri
dari 22 desa.

4.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2015 berjumlah 107.791 jiwa
meningkat sekitar 1,67 % dari tahun 2014 yang berjumlah 106.017 jiwa. Penduduk terbanyak
berada di Kecamatan Pondok Kelapa yakni sejumlah 27.632 atau sekitar 25,64 %.dari seluruh
total penduduk Bengkulu Tengah. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di
Kecamatan Merigi Sakti yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.821 jiwa. Kecamatan
Pondok Kelapa menjadi wilayah yang memiliki penduduk terbanyak karena letaknya yang
berbatasan dengan kota Bengkulu dan memiliki infrastruktur yang lebih lengkap dibandingkan
dengan kecamatan –kecamatan lainnya.

Komposisi penduduk menurut kelompok umur diperlukan dalam rangka menganalisis


kelompok umur menurut klasifikasi sebagai berikut:

 Usia Balita (0 – 4 Tahun)


 Usia Pendidikan Dasar (5 – 19 Tahun)
 Usia Angkatan Kerja (20 – 54 Tahun)
 Usia Lanjut ( ≥ 55 )

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Wilayah Kabupaten
Bengkulu Tengah pada tahun 2015 penduduk yang termasuk kategori Usia Balita pada tahun
2015 sebesar 11.229 jiwa. Sedangkan penduduk yang termasuk usia pendidikan dasar sebesar
21.815 Jiwa . Adapun jumlah penduduk yang termasuk Angkatan Kerja sebesar 64.697 Jiwa dan
Usia Lanjut sebesar 6.375 Jiwa.

4.4. Sarana Dan Prasarana Perekonomian


Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan adalah tingginya tinkat pertumbuhan
ekonomi yang ditunjukkan melalui laju pertumbuhan penduduk PDRB suatu wilayah. Laju
pertumbuhan eknomi Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2014 adalah 5,89 %. Di Tahun 2014
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkulu Tengah lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata
ekonomi Provinsi Bengkulu yaitu 5,49 %. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi
cukup tingi adalah sektor jasa-jasa dan perdagangan, hotel dan restoran,sementara sektor dengan
laju pertumbuhan terkecil pada tahun 2014 adalah sektor pertambangan.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani

Karakteristik yang diamati adalah usia, pendidikan formal, luas lahan, pengalaman
berusahatani, jumlah anak, tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki, sumber pendapatan
responden. Karakteristik petani dapat dilihat dari table berikut.

a. Umur Responden dan Pengalaman Usahatani


Tabel 1

Umu Pendidikan Pengalaman Pekerjaan


Formal Non Pokok Sampingan
No. Nama r Berusahatani
Formal
Responden (thn)
1 Abas Suryana 64 6 3 20 1 Tidak Ada
2. Andi 33 12 0 7 1 Tidak Ada
3. Suyatno 70 9 0 40 1 Tidak Ada
4 Parno 54 12 0 30 1 Tidak Ada
5 Wijianto 57 6 2 30 1 Tidak Ada
6. Toyib 71 6 0 50 1 Pedagang
7. Endang 76 3 0 37 1 Tidak Ada
8. Simpar 70 4 0 50 1 Tidak Ada
9. Wawan 44 12 0 20 1 Tidak Ada
10. Warsito 46 12 0 10 1 Tidak Ada
11. Haryadi 69 15 2 36 1 Tidak Ada
12. Yawani 60 6 0 20 1 Tidak Ada
13. Bambang 64 9 0 40 1 Tidak Ada
Supriyono
14. Suwandi 51 12 2 10 1 Tidak Ada
15. Karman 55 6 0 21 1 Tidak Ada
16. Adi Sumarto 73 3 2 45 1 Buruh
17. Loso 51 9 1 30 1 Tidak Ada
18. Nahum 63 6 0 21 1 Pedagang
19. Jasmin 39 6 0 20 1 Pedagang
20. Pono 55 3 0 37 1 Buruh
21. Imam Rejo 55 6 0 35 1 Tidak Ada
22. Wanti 42 6 0 5 1 Buruh
23. Surip 79 0 1 50 1 Tidak Ada
24. Marsino 58 12 1 27 1 Tidak Ada
25. Sardi 62 6 1 40 1 Tidak Ada
Jumlah 1461 187 15 731 25 3
Rata-rata 58.44 7.48 0.6 29.24 1 0.24
Sumber data: Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden memiliki umur rata-rata 58.44 yang
mengusahatanikan padi. Dimana umur tersebut merupakan umur yang harusnya sudah tidak
produktif dalam bekerja. Dimana pada usia tersebut, tenaga dan kemampuan bekerja para petani
sudah tidak teralalu maksimal dan optimal.

Lama tidaknya pengalaman berusahatani tidak menjamin keberhasilan berusaha tani. Hal
ini dapat dilihat dari perbedaan jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani walaupaun luas
lahannya relatif luas. Dari data yang ada pada table di atas dapat diketahui rata-rata pengalaman
berusahatani responden di desa Pekik Nyaring 29.24 tahun.

Pendidikan adalah salah satu aspek yang dapat mencirikan kualitas seorang petani dalam
berusahatani. Dari table di atas, dapat dilihat rata-rata lama pendidikan formal yang ditempuh
petani di desa Pekik Nyaring adalah 7 tahun, atau setara dengan kelas 1 atau 2 sekolah dasar.
Dan untuk pendidikan formal para petani desa Pekik Nyaring hanya sedikit dari para petani yang
pernah mengikuti pendidikan non formal atau seperti penyuluhan dan pertemuan kelompok tani.
Dari data di atas diperoleh rata-rata hanya 0,6 yang pernah mengikuti pendidikan non formal.

Berdasarkan table di atas, pekerjaan pokok semua responden adalah petani. Dan untuk
pekerjaan sampingan responden ada sebanyak 6 responden, 3 responden memiliki pekerjaan
sampingan sebagai pedagang, dan 3 responden lagi memiliki pekerjaan sampingan sebagai
buruh.

b. Tanggungan Keluarga

Tabel 2

No. Desa Rata-rata Jumlah Anggota


Keluarga
1. Desa Pekik Nyaring, Kota Bengkulu 3,6
2. Desa Pekik Nyaring, Kota Bengkulu 6,2
3. Desa Pekik Nyaring, Kota Bengkulu 4,8
4. Desa Pekik Nyaring, Kota Bengkulu 5
5. Desa Pekik Nyaring, Kota Bengkulu 5,6
Dari table dapat dilihat, bahwa tanggungan rata-rata responden adalah berada pada rata-
rata 5 orang. Dengan jumlah tanggungan yang lumayan banyak seperti yang ada pada responden
kami, maka keadaan tersebut dapat membuat petani lebih termotivasi dalam menjalankan dan
mengembangkan usahataninya semaksimal mungkin, mengingat tanggungan yang harus di
biayai lumayan banyak dan kebutuhan yang harus dipenuhi juga banyak.

c. Luas Lahan

Tabel 3

No. Nama Responden Luas Lahan (Ha) Status Kepemilikan


1. Abas Suryana 0.5 Milik Sendiri
2. Andi 0.5 Milik Sendiri
3. Suyatno 1 Sewa
4. Parno 0.25 Milik Sendiri
5. Wijianto 2 Milik Sendiri
6. Toyib 0.5 Milik Sendiri
7. Endang 1 Milik Sendiri
8. Simpar 1 Milik Sendiri
9. Wawan 1 Milik Sendiri
10. Warsito 0.5 Milik Sendiri
11. Haryadi 0.25 Milik Sendiri
12. Yawani 0.5 Milik Sendiri
13. Bambang Supriyono 1 Milik Sendiri
14. Suwandi 0.5 Milik Sendiri
15. Karman 0.5 Milik Sendiri
16. Adi Sumarto 1 Milik Sendiri
17. Loso 1 Milik Sendiri
18. Nahum 0.5 Milik Sendiri
19 Jasmin 0.25 Milik Sendiri
20. Pono 0.5 Milik Sendiri
21. Imam Rejo 0.5 Milik Sendiri
22. Wanti 0.25 Milik Sendiri
23. Surip 1 Milik Sendiri
24. Marsino 0.25 Milik Sendiri
25. Sardi 0.5 Milik Sendiri
Total 16.75
Sumber data: Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan data pada table di atas, total luas lahan para responden petani padi di desa
Pekik Nyaring adalah 16.75 Ha dengan rata-rata luas lahan 0.67 Ha. Dari data luas lahan petani
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa responden mempunyai lahan pertanian untuk usahatani
padi cukup luas. Dengan lahan yang cukup luas tersebut, petani dapat lebih optimal dalam
menggarap lahan dan dalam mengembangkan usahataninya agar mendapatkan keuntungan yang
lebih tinggi dan maksimal.

5.2 Profil Usahatani

Lokasi penelitian dari kelima mahasiswa dalam satu kelompok adalah sama, dimana lokasinya
terdapat di desa Pekik Nyaring, Kecamatan Pondok Kelapa, Bengkulu. Berikut di bawah ini
profil Usahatani lokasi penelitian. Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki posisi yang sangat
strategis, karena selain berada pada jalur perlintasan antara Kota Bengkulu dan Kota
Lubuklinggau, juga merupakan kabupaten terdekat dan berbatasan langsung dengan Kota
Bengkulu.

5.3 Analisis Hasil Praktikum

Tabel 4 Jumlah Penerimaan

Jumlah Penerimaan
Rill Unrill
Rp/UT/MT Rp/Ha/MT Rp/UT/MT Rp/Ha/MT
Jumlah 322476700 517700700 329751700 528926950
Rata-rata 12899068 20708028 13190068 21157078

Tabel 5 Jumlah Pendapatan

Jumlah Pendapatan
Rill Unrill
Rp/UT/MT Rp/Ha/MT Rp/UT/MT Rp/Ha/MT
Jumlah 253596549.2 397117705.9 253027804.4 395563961.1

Rata-rata 10143861.97 15884708.24 10121112.18 15822558.44


Tabel 6 Efisiensi

Efisiensi
R/C B/C
Rill Unrill Rill Unrill
Rp/UT Rp/Ha Rp/UT Rp/Ha Rp/UT Rp/Ha Rp/UT Rp/Ha
Juml 139.513 136.578 115.423 26.0921 - - - -
0165 4014 3587 2438 114.513 111.578 90.4233 1.09212
ah
0165 4014 5871 4381

Rata 5.58052 5.46313 4.61693 1.04368 - - - -


0658 6057 4349 4975 4.58052 4.46313 3.61693 0.04368
-rata
0658 6057 4349 4975

Tabel 7 Total Biaya

Total Biaya
Rill Unrill
Rp/UT Rp/Ha Rp/UT Rp/Ha
Jumlah 68880150.82 120582994.1 76723895.62 133362988.9

Rata-rata 2755206.033 4823319.764 3068955.825 5334519.556

5.4 Pembahasan
1. Luas Lahan
Lahan usahatani yang menjadi sarana bagi petani dalam melakukan usahatani merupakan
lahan milik sendiri dan ada juga yang bersifat sakap dengan sistem bagi hasil. Rata-rata luas
lahan dari responden petani padi di desa Pekik Nyaring adalah 0,67 Ha.
2. Produksi
Jumlah produksi padi sawah berupa gabah kering panen. Untuk data jumlah keseluruhan
produksi gabah kering panen yang didapat adalah 32715 kg, dan untuk rata-ratanya didapat
1308.6 kg. Dengan total jumlah harga keseluruhan adalah Rp 140185500, dan rata-ratanya
didapat Rp 5607420.
3. Harga
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, harga jual padi berupa gabah kering panen per kg
di tahun 2021 ada pada kisaran Rp 3.500- Rp 5.000. Dengan rata-rata penjualan gabah kering
panen didapat senilai Rp 3.922.
4. Biaya Produksi
Biaya produksi pada usahatani terdiri dari biaya yang dibayarkan dan biaya yang
dipertimbangkan. Untuk biaya yang dibayarkan, meliputi biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja
luar keluarga (TKLK), dan pajak, dan pajak. Biaya-biaya tersebut dikategorikan kepada biaya
yang dibayarkan karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan langsung secara
tunai oleh petani. Kemudian, untuk biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya bibit (yang
diproduksi sendiri), Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), nilai penyusutan alat, sewa lahan,
dan bunga modal. Biaya-biaya tersebut tergolong biaya yang dibayarkan karena tidak
dikeluarkan langsung secara tunai oleh petani sampel, tetapi diperhitungkan dalam menganalisis
usahatani.
1. Biaya yang dibayarkan
 Biaya Pupuk
Untuk biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani responden berdasarkan luas usahatani dengan
jumlah total keseluruhan Rp.23.669.000 dan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp.946.760
 Biaya Pestisida
Untuk biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani sampel berdasarkan luas usahatani yaitu
sebesar Rp.2.581.400 dan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.103.256.

Anda mungkin juga menyukai