Anda di halaman 1dari 18

KERAGAAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI DI

KABUPATEN SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan
Dosen Pengampu:
Prof . Drs. H. Waridin, M.S., Ph.D
Dr. H. Purbayu Budi Santoso, MS

Disusun Oleh :
1.

Novan Mulia S.

C2B003177

2.

Anggit Yoga Permana

C2B006011

3.

Mastur Mujib Ikhsani

C2B006043

4.

R. Ikhsan Purnomo

C2B006055

5.

Ridwan Kurniawan K

C2B006062

6.

Shandy Dwi Fernandi

C2B006068

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidang pertanian memiliki misi untuk menyediakan pangan, meningkatkan
kesejahteraan petani dan menggerakkan roda perekonomian daerah. Pertanian merupakan
basis perekonomian Indonesia, sektor ini mempunyai peranan penting dalam penyediaan
kebutuhan pangan dan sandang bagi penduduk. Disamping itu sektor pertanian
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produk nasional dan ekspor Indonesia.
Sektor pertanian di Indonesia terbagi menjadi 5 subsektor yaitu sektor pertanian rakyat,
perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Dari kelima subsektor tersebut,
tanaman pangan memberikan sumbangan paling besar terhadap PDB.
Beras merupakan masalah penting dalam perekonomian Indonesia, karena beras
merupakan bahan makanan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia. Apabila terjadi
gangguan dalam penyediaan beras misalnya jumlah penyediaan beras di pasar menipis,
maka harga beras akan cepat naik dan berdampak pada kenaikan harga-harga lain yang
kemudian akan menyebabkan gangguan stabilitas ekonomi nasional.
Ketahanan pangan sangat diperlukan oleh setiap negara agar keberlangsungan
hidup didalam negara itu tidak terganggu. Yang dimaksud dengan ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1)
tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3)
merata; dan (4) terjangkau. Pengertian tersebut berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun
1996.
Dengan pengertian tersebut, dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, dapat
lebih dipahami sebagai berikut:
a) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman,
ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan
kesehatan manusia.

b) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
c) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus
tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. Terpenuhinya pangan dengan
kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga
yang terjangkau.
Kabupaten Semarang, khususnya kecamatan Banyubiru sebagai salah satu daerah
penghasil beras memiliki peranan yang cukup penting untuk menyediakan kebutuhan
pangan Indonesia khususnya kebutuhan akan beras. Hal ini terlihat dari hasil realisasi
luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi Kabupaten Semarang pada tahun
2008 yang menunjukkan tingginya angka produktivitas kecamatan Banyubiru
dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yaitu sekitar 58,71 %, atau jika dibandingkan
dengan rata-rata produktivitas Kabupaten Semarang yang hanya sebesar 52,20 %. (Dinas
Peternakan dan Perikanan Kab.Semarang, 2008)
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui kondisi pertanian di Kabupaten Semarang khususnya di
kecamatan Banyubiru mulai dari pengolahan lahan pertanian hingga pemanenan (hasil
produksi dan penjualannya).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Umum Usahatani


Usahatani merupakan usaha pertanian yang diselenggarakan keluarga dimana
diproduksi tanaman seperti beras, palawija, tanaman holtikultura dan biasanya usahatani
ini bersifat subsistem dan berskala kecil. Dalam usaha taninya petani berusaha untuk
mengelola

faktor-faktor

produksi

yang

menentukan

hasil

usahanya

dan

mengkoordinasikannya dengan tepat untuk mencapai tujuannya.


2.1.2 Pengertian Padi
Padi termasuk dalam golongan rumput-rumputan. Padi adalah salah satu makanan
pokok yang mengandung gizi yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya
mengandung bahan-bahan makanan yang dapat diubah menjadi energi.
2.1.3 Teknik Budidaya Padi
Penerapan teknik budidaya tanaman padi sangat mempengaruhi tinggi rendahnya
produksi padi yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.

Persiapan Bibit
Dalam memperoleh bibit padi yang unggul dapat dibeli dari dinas pertanian atau

dari toko-toko pertanian, atau bisa juga diambil dari sebagian hasil panen. Biji padi yang
dijadikan bibit haruslah memiliki varietas yang unggul, yang memiliki ciri-ciri: memiliki
jumlah anakan yang banyak, banyaknya buah tiap helai minimal 25 butir, respon terhadap
pemupukan, tahan terhadap hama dan penyakit, dan umurnya pendek.
b.

Persiapan dan Pengolahan Lahan


Pengolahan lahan pertanian meliputi beberapa tahap, yaitu:
1.

Pembersihan

2.

Pencangkulan

3.

Pembajakan

4.

Menggaru

c.

Penanaman
Penanaman bibit padi pada lahan sawah meliputi tahap-tahap:

d.

1.

Bibit atau benih

2.

Pupuk

3.

Pestisida

Manajemen Usaha Tani


Manajeman

usaha

tani

adalah

kemampuan

petani

untuk

menentukan,

mengevaluasi, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan


sebaik-baiknya dan mampu memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Usaha pertanian di
Indonesia umumnya dikelola oleh petani sendiri. Mereka bertindak sebagai pengelola,
tenaga kerja, dan salah satu konsumen hasil produksinya.
2.1.4 Faktor Produksi Dalam Usaha Tani
Faktor-faktor produksi dalam usaha tani meliputi:
a.

Tanah
Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena merupakan tempat dimana

usaha tani dilakukan dan tempat hasil produksi dikeluarkan, sebab tanah merupakan
tempat tumbuh tanaman.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan input yang penting dalam usaha tani. Sumber alam akan
dapat bermanfaat apabila telah diproses oleh manusia sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja
mengandung arti jerih payah yang dilakukan oleh seseorang yang mengerahkan
tenaganya untuk mencapai tujuan.
c. Modal
Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah
dan tenaga kerja menghasilkan barang baru dalam hasil pertanian. Selanjutnya akan
difokuskan pada faktor-faktor produksi yang tidak tetap yang digunakan sebagai variabelvariabel input dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu:
1. Pemindahan bibit
Bibit yang dipindahkan adalah bibit yang telah berumur 20-40 hari atau
tergantung dari jenis padinya. Bibit yang baik untuk dipindahkan memiliki

ciri-ciri : memiliki daun lebih dari 5-7 helai, batang bagian bawah besar, tidak
terserang hama.
2. Penanaman
Penanaman padi pada lahan yang baik berjarak 20x20 cm. Bibit yang ditanam
untuk tiap lubangnya 2-3 helai dan kedalamannya 3-4 cm dalam posisi lurus.
d

Pemeliharaan
Tanaman padi yang dipelihara dengan baik dapat membuahkan hasil yang

memuaskan sesuai yang diharapkan. Dalam rangka pemeliharaan tanaman padi perlu
diperhatikan beberapa hal diantaranya:
1.

Penyiangan

2.

Pengairan pada sawah

3.

Pemupukan

4.

Pemberantasan hama

2.1.5 Fungsi Produksi


Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi
output dengan faktor-faktor produksi (input).
Secara sistematis sederhana fungsi produksi dapat ditulis :
Y = f (X 1 , X 2 , X,.........., Xn)
Dimana : Y

(2.2)

= Produksi

Xn = Faktor produksi
Menurut Soekartawi (1990) fungsi Cobb Douglas adalah fungsi atau persamaan
yang melibatkan dua atau lebih variable yang satu disebut variable dependen (Y) yang
lain disebut variable independen (X).
Fungs Cobb Douglas dapat ditulis secara matematis pada persamaan :
Ln Y= Ln a + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + + bn Ln Xn

(2.3)

Hasil

Produksi

Ep=0 TPP
Ep=1

A
Ep>1

1>Ep>0 Ep<0

X Faktor Produksi

Y
Hasil
Produksi
A
B
APP
C
0

MPP

X Faktor Produksi

Gambar 2.1 menunjukkan kurva hasil produksi total (TPP). Tahap-tahap produksi
yang diketahui dari gambar 2.1 adalah :
1. Tahap I
Tahap I terletak pda daerah produksi antara 0 dan B. Pada tahap ini kurva APP
akan terus meningkat jika penggunaan input variabel ditambah karena APP terletak di
bawah kurva MPP. Elastisitas produksi pada tahap ini masih lebih besar dari 1 (EP 1).
Hal ini berarti bahwa penambahan faktor produksi tidak rasional karena jika iput
ditambah maka penambahan output total yang dihasilkan akan lebih besar dari
penambahan input itu sendiri.
2. Tahap II
Tahap II terletak pada titiok B dan C. Elastisitas Produksi berada diantara 0 dan 1
(0 EP 1).

3. Tahap III
Tahap III terletak disebelah kiri titik C yang ditunjukkan dengan menurunnya
kurva APP dan MPP negatif karena TPP pada daerah itu mulai menurun. Daerah tersebut
dinamakan daerah tidak rasional karena penambahan input justru akan menurunkan
output. Elastisitas produksi negatif yaitu kurang dari 1 (EP 1).
2.1.6 Efisiensi Usahatani
Efisiensi usahatani meliputi efisiensi fisik dan efisiensi ekonomi. Efisensi fisik
menurut Sadono sukirno (2000) mensyaratkan adanya gabungan faktor produksi yang
menimbulkan ongkos. Produksi fisik marginal adalah MPP. Efisiensi fisik yang dinilai
dengan uang maka akan sampai pada efisiensi ekonomi.
Ditinjau dari segi ekonomis suatu produksi dapat dikatakan efisien apabila setiap
upaya penggunaan faktor produksi tersebut menghasilkan pendapatan yang maksimal,
maka efisiensi yang demikian disebut efisiensi ekonomi.
Produktivitas penggunaan input dapat diukur dari besarnya hasil produksi
marginal (MPP) adalah dengan rumus :
MPP = MPPxi . Py
= bi . Y / x . Py
MPP = bi . Y / x
Dimana : Y

= Rata-rata produksi

= rata-rata penggunaan factor produksi

Py

= rata-rata hasil produksi

Bi

= elastisitas produksi

Persamaan MPP sama untuk semua jenis input, secara matematis dapat ditulis :
MPPx
MPPn
MPPx 2
=
= .. =
Px1
Px 2
Px n

Persamaan di atas hanya menggambarkan keadaan efisiensi secara fisik. Apabila salah
satu faktor produksi masih lebih besar dari yang lain maka efisiensi tertinggi belum
tercapai dalam penggunaan faktor produksi yang rasionya lebih besar maka perlu
ditambah.

Apabila efisiensi telah dinilai dengan uang maka kondisi dari efisiensi ekonomi dapat
ditulis :
VMPx
VMPx 2
VMPn
=
= ... =
Px1
Px 2
Px n

Dimana VMPx 1 adalah nilai tambah produksi dari tambahan faktor produksi Xn.
Adapun kemungkinan yang biasa terjadi pada setiap kondisi efisiensi ekonomi :
VMPx 1 / Px 1 berarti efisiensi ekonomi yang maksimal belum tercapai, maka
penggunaan faktor produksi perlu ditambah.
VMPx 1 / Px 1 berarti efisiensi ekonomi yang maksimal sudah dilampaui dan untuk
mencapainya penggunaan faktor produksi perlu dikurangi.
VMPx 1 / Px = 1 berarti efisiensi ekonomi tercapai dan terjadi keuntungan
maksimal.

BAB III
8

METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Variable Penelitian Dan Definisi Operasional
Variable yang digunakan dalam penelitian ini mencakup:
Jumlah produksi ( Y ) yaitu jumlah padi yang dihasilkan oleh petani dalam satuan kg
per hektar
Luas lahan ( X1 ) yaitu luas lahan yang digunakan untuk menanam padi dalam satuan
hektar
Jumlah bibit ( X2 ) yaitu jumlah pemakaian bibit atau benih dalam satuan kg per
hektar.
Jumlah pupuk ( X3 ) yaitu jumlah pemakaian pupuk pada pertanian dalam satuan kg
per hektare.
Jumlah tenaga kerja ( X4 ) yaitu jumlah tenaga kerja atau buruh yang digunakan baik
dari keluarga maupun dari luar keluarga yang digunakan per kegiatan dalam satu
kali musim tanam.
3.2 Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para petani dan atau
sekaligus penggarap di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang pada bulan Oktober
2009. Sampel adalah populasi yang

diambil untuk diselidiki dan dipandang dapat

mewakili ciri atau sifat yang terdapat dalam populasi.


Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling yaitu suatu
metode pengambilan sampel dari populasi sedemikian rupa sehingga setiap sampel
mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Mohammad Nasir,
1998).
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.

Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang
diamati, dicatat untuk pertama kali. Data ini berasal dari wawancara langsung
pada petani pemilik sekaligus petani penggarap. Data primer yang dibutuhkan
adalah data hasil produksi pengolahan lahan, penggunaan bibit, pupuk, pestisida,
tenaga kerja, luas lahan dan hasil panen dalam kurun waktu sekali panen.
2.

Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan atau sumber lain yang telah
ada sebelumnya. Data sekunder yang dibutuhkan berasal dari catatan Dinas
Pertanian Kabupaten Semarang.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahanbahan yang relevan, akurat, dan realistis. Metode yang digunakan untuk pengumpulan
data dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan

metode

pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini
memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subyek atau responden
penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode survei, oleh karena itu,
merupakan metode pengumpulan data primer berdasarkan komunikasi antara peneliti
dengan responden. Data penelitian berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik subyek penelitian secara individual atau secara kelompok.
Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, meskipun demikian,
pengumpulan data dengan metode survei dapat dirancang untuk menjelaskan sebabakibat atau mengungkapkan ide-ide. Peneliti menggunakan survei untuk mengumpulkan
data yang sama dari banyak subyek.
Teknik pengumpulan data atau alat yang digunakan untuk memperoleh keterangan
dari objek dalam penelitian ini antara lain yaitu :

Wawancara
Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi langsung pada responden dengan menggunakan pertanyaan secara
lisan kepada reponden dengan menggunakan kuesioner..

Studi Pustaka

10

Studi pustaka yaitu pengumpulan data berdasarkan catatan yang telah tersedia
yang berhubungan dengan masalah penelitian

Observasi (Pengamatan Langsung)


Peneliti melakukan observasi dengan cara memandang dan mengamati secara
langsung kondisi dari lingkungan sosial yang diamati. Peneliti melalui teknik ini
dapat memperoleh data yang relatif lebih banyak dan akurat, karena peneliti dapat
secara langsung mengamati perilaku dan kejadian-kejadian dalam lingkungan
sosial yang diteliti.

11

BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
Keragaan usaha tani padi sawah di Kabupaten Semarang bisa dikelompokkan
beberapa tahap. Antara lain adalah pengolahan tanah, pengairan, pembibitan, pemupukan,
dan masa panen.
4.1 Kondisi geografis Kecamatan Banyubiru
Secara geografis tersusun atas pegunungan di sebelah selatan dan Danau Rawa
Pening di bagian Timur Laut. Untuk menuju ke Banyubiru ada 2 pintu utama yaitu dari
Ambarawa dan Salatiga. Selain itu ada juga jalan tembus dari arah Magelang melalui
Kecamatan Jambu.
Batas utara Kecamatan Banyubiru ialah Kecamatan Ambarawa, batas selatan
pegunungan Telomoyo meliputi dukuh Tegaron, batas barat Kecamatan Jambu, dan batas
timur sebagian kawasan Rawa pening. Jarak dari kecamatan Banyubiru ke Ibukota
kabupaten Semarang atau Kecamatan Ungaran 7 km.
4.2 Pengolahan Tanah
Gambaran umum tentang luas tanah sawah di Dusun Demakan kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

12

Tabel 4.1
Karakteristik Usahatani Padi di Dusun Demakan
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang 2009
No
1

Uraian

Frekuensi

Luas Lahan
< 0,2 ha
0,2 0,4 ha
0,5 0,7 ha
> 0,7 ha

1
5
3
1

Pemakaian bibit
< 10 kg
10 15 kg
> 15 kg

1
6
3

Pemakaian pupuk
< 0,5 kuintal
0,5 1 kuintal
> 1 kuintal

1
6
3

Jumlah tenaga kerja (per lahan)


< 5 orang
5 10 orang
> 10 orang

4
6
0

Jumlah Produksi
< 1 ton
1 2 ton
3 5 ton
> 5 ton

1
5
3
1

Sumber: Data primer (diolah), 2009

N = 10

Sebagian besar petani di Dusun Demakan adalah buruh tani yang menggarap
lahan sawah pemilik lahan. Ada juga pemilik lahan sawah yang menggarap sendiri
lahannnya.
Dari pengamatan yang dilakukan, sebagian besar petani di Dusun Demakan masih
melakukan pengolahan lahan secara tradisional yaitu sudah menggunakan traktor untuk
membajak sawah. Selain waktu yang dibutuhkan lebih cepat dari pada memakai cangkul,
penggunaan traktor juga berperan penting dalam memperoleh hasil yang maksimal.

13

4.3 Pengairan
Dari data yang didapatkan di lapangan hampir bisa dipastikan bahwa sebagian
besar tanah sawah di Kelurahan Dusun Demakan berasal dari irigasi, yaitu sistem
pengairan yang mengandalkan pengairan yang bersumber dari air sungai atau mata air
yang mengalir di sekitar areal sawah. Namun, jika musim penghujan tiba, maka pasokan
air akan melimpah dan bahkan merupakan bencana bagi para petani karena struktur tanah
di Dusun Demakan mempersulit untuk membuang air yang melebihi kapasitas, sehingga
banyak sawah yang terendam air yang nantinya bisa merusak kualitas padi yang ditanam
serta kemudian akan berimbas pada jumlah produksi padi yang dihasilkan pada masa
panen.
4.4 Pembibitan
Untuk 10 are sawah di butuhkan 5 kg bibit. Lama pembibitan sekitar 25-30 hari.
Kebanyakan petani di Kelurahan Ngabean menggunakan bibit jenis GH,
membramo, IR 64, pandan wangi. Penggunaan bibit tersebut disesuaikan dengan kondisi
musim yang terjadi. Bibit yang menjadi nomor 1 di Dusun Demakan adalah GH yang
merupakan produk yang disedian oleh Dinas Pertanian Kabupaten Semarang di tempat
pembibitan benih padi yang dekat dengan dusun Demakan.
4.5 Pemupukan
Jika data distandarkan pada luas lahan 10 are, maka jumlah pupuk yang dipakai
kurang lebih antara 20 25 Kg untuk 2 kali pemakaian dalam sekali panen. Dapat
dikatakan bahwa semua petani di Dusun Demakan menggunakan pupuk non-organik
seperti, Urea, TSP, Ponska 36, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan oleh pupuk organik
sudah semakin sulit didapatkan. Kalaupun ada, jumlahnya relatif sedikit dan hasil panen
yang didapatkan tidak sebaik hasil panen dengan menggunakan pupuk non-organik.
Kebanyakan petani mengatakan bahwa mereka baru-baru ini saja menggunakan
pestisida karena maraknya

wabah hama walang sangit. Wabah hama tersebut

mengakibatkan padi yang mestinya sedang tumbuh dan mengisi setiap bulirnya menjadi
tidak maksimal karena terkena air kencing dari walang sangit, sehingga dapat

14

menurunkan kuantitas dan kualitas padi. Selain itu, wabah yang sekarang sedang
merebak di Dusun Demakan adalah tikus yang sering memakan batang pohon padi,
sehingga merusak padi yang mestinya tumbuh dengan baik.
4.6 Pemanenan
Hasil panen setiap 1 ha padi sawah di Dusun Demakan antara 26 ton. Hasil
panen ini kebanyakan langsung dijual ke para tengkulak dengan sistem tebas, yaitu
pedagang atau tengkulak membeli gabah yang akan dipanen dengan memperkirakan
jumlah gabah yang akan didapat nantinya.
Para petani biasanya dapat melakukan dua kali penanaman padi dalam satu tahun
karena umur rata-rata padi yang sudah siap panen yaitu antara 4 5 bulan.
Untuk mengerjakan sawah dengan luas tersebut, para petani membutuhkan
bantuan pekerja. Biasanya tenaga pekerja tersebut didapat dari pekerja harian maupun
keluarganya sendiri.
Tenaga kerja padi secara harian biasanya terdiri dari 3 sampai dengan 8 orang
dengan tingkat upah untuk laki-laki bervariasi antara Rp 15.000,- sampai dengan Rp.
17.500,- per hari dan upah untuk perempuan antara Rp. 12.500,- sampai dengan Rp.
15.000,- per hari. Perbedaan dari tingkat upah karena pekerjaan laki-laki lebih berat
dari perempuan dan juga tradisi yang masih melekat di masyarakat tersebut. Sedangkan
tenaga kerja yang didapat dari dalam keluarga diberi upah secara kekeluargaan pula.
Banyak petani di Dusun Demakan mengaku pernah mengalami gagal panen
(puso). Yang dimaksud di sini bukan gagal secara keseluruhan, namun terdapat
penurunan hasil pertanian yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh hama tikus yang
sekarang ini sedang merebak, burung-burung pemakan biji-bijian serta yang belum bisa
ditangani adalah pada musim penghujan air yang melimpah akan menggenangi sebagian
besar sawah yang ada disana yang akan berpengaruh pada kualitas ataupun kuantitas dari
hasil padi tersebut.

15

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan:

Sebagian besar petani di Dusun Demakan tidak memiliki lahan sendiri dan
hanya beberapa orang saja yang memiliki lahan sawah sendiri.
Kebanyakan dari petani tersebut memiliki luas lahan antara 0,1 sampai
dengan 1 hektar.

Petani di Dusun Demakan masih menggunakan cangkul untuk membajak


sawah dan beberapa petani saja yang menyewa traktor untuk membajak
sawah.

Dari data yang didapatkan di lapangan hampir bisa dipastikan bahwa tanah
sawah

di

Dusun

Demakan

bersifat

irigasi.

Maksudnya

adalah

memanfaatkan air yang bersumber dari aliran sungai yangterdapat di


sekitar areal sawah.

Petani di Dusun Demakan menggunakan jenis bibit GH, membramo, IR


64, pandan wangi. Alasannya adalah karena bibit tersebut dianggap paling
cocok dengan kondisi sawah mereka.

Jika data distandarkan pada luas lahan 10 are, jumlah pupuk yang dipakai
kurang lebih antara 20 25 Kg. Adapun berbagai macam pupuk non
organik yang mereka pakai antara lain, Urea, TSP, KCL.

Hasil panen setiap 1 hektar padi sawah di Dusun Demakan berkisar antara
2 - 6 ton. Hasil panen ini sebagian besar langsung dijual di sawah setelah
pemanenan dengan sistem tebas.

Di tempat penelitian, kami mendapatkan data bahwa sebagian besar petani


sudah mengikuti kelompok tani, sehingga para petani secara langsung
mendapatkan penyuluhan pertanian dan bantuan langsung dari pemerintah,
dan juga terdapat Koperasi Unit Desa (KUD).
16

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, Rusli. 2006. Pengembangan Agribisnis Sebagai Usaha Untuk Mewujudkan


Ketahanan Pangan Nasional.
Prima, dkk. 2007. Keragaan Usahatani Padi Sawah Di Kabupaten Kendal.

17

Anda mungkin juga menyukai