Penyusun
Nama : Nelly Yuana
NPM : 1928021001
P.S : Magister Kesehatan Masyarakat
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Agromedicine 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tantangan Dan
Strategi Peningkatan Kesejahteraan Pada Agricultural Society Untuk Kualitas
Kehidupan Yang Lebih Baik”
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Agromedicine . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang tantangan dan strategi dalam meningkatkan
kesejahteraan petani bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Bandar Lampung,
Penulis
Agromedicine 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasukdalam pertanian biasa difahami
orang sebagai budidayatanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak(raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganismedan bioenzimdalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan kejudan tempe, atau sekedar ekstraksisemata, seperti
penangkapan ikanatau eksploitasi hutan. Sektor pertanian merupakan sektor
yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional.(Wikipedia, 2020).
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang
mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun
sebagai penopang pembangunan.Sektor pertanian meliputisubsektor tanaman
bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor
peternakan, dan subsektor kehutanan.Pertanian merupakan salah satu sektor
yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena
mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani.Namun produktivitas
pertanian masih jauh dari harapan.Salah satu faktor penyebab kurangnya
produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam
mengolah lahan pertanian dan hasilnya.Mayoritas petani di Indonesia masih
menggunakan sistem manual dalam pengolahan lahan pertanian. Pembangunan
ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya
pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi
dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno, Sadono;
2007). Namun, pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari
itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang
Agromedicine 4
B. Tujuan
Merumuskan tantangan dan strategi peningkatan pada Agricultural Society
untuk kualitas kehidupan yang lebih baik
C. Ruang Lingkup
1. Tantangan Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society
2. Strategi Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society
3. Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society untuk kualitas
kehidupan yang lebih baik
4. Kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan pada Agricultural Society
untuk kualitas kehidupan yang lebih baik
Agromedicine 6
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan :
INTP = Indeks Nilai Tukar Petani
IT = Indeks harga yang diterima petani
IB = Indeks harga yang dibayar (Setiawan at al, 2019)
a) Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga
sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor
pertanian.
b) Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan
bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga
barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan.
c) NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk
yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam
produksi dan konsumsi rumah tangga.
d) Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian
dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya produk
spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan.
Sedangkan faktor dan penentu lainnya hampir sama yaitu nilai tukar petani
terhadap konsumsi makanan dan nonmakanan, serta biaya produksi seperti
upah, modal kerja dan input pupuk. Kenaikan BBM berpengaruh negatif
terhadap turunnya NTP, akibat naiknya harga barang-barang pokok, termasuk
transportasi.
Ada tiga permasalahan yang bisa mengancam kesejahteraan petani atas
ketidakefektivitas kredit/ peminjaman yaitu pinjaman berbasis bunga,
ketimpangan antara peminjam dan pemberi pinjaman serta kurangnya
pinjaman kepada sektor pertanian karena dianggap berisiko tinggi. Terjadinya
permasalahan pembiayaan menyebabkan sulitnya akses biaya produksi
sehingga yang terjadi menurunnya tingkat produktifitas dan menurunnya nilai
tukar petani, sehingga yang terjadi menurunnya tingkat kesejahteraan petani.
Maka perlu mencari alternatif baru untuk membantu sektor pertanian yaitu
dengan skim syariah yang bebas bunga dan berdasarkan bagi hasil (Keumala
dan Zainuddin, 2018).
2. Kebijakan Pemasaran
Selain kebijakan pemasaran hasil-hasil tanaman perdagangan untuk
ekspor, kebijakan ini meliputi pula pengaturan distribusi sarana-sarana
produksi bagi petani. Pemerintah berusaha menciptakan persaingan yang
sehat di antara para pedagang dengan melayani kebutuhan petani seperti
pupuk, insektisida, pestisida dan lain-lain sehingga petani akan dapat
membeli sarana-sarana produksi tersebut dengan harga yang relatif tidak
terlalu tinggi. Jadi disini jelas bahwa kebijakan pemasaran merupakan
usaha campur tangan pemerintah dalam bekerjanya kekuatan-kekuatan
pasar. Di satu pihak pemerintah dapat mengurangi pengaruh kekuatan-
kekuatan pasar supaya tidak terlalu merugikan pedagang dan petani, tetapi
di pihak lain persaingan dapat didorong untuk mencapai efisiensi ekonomi
yang tinggi. Dalam praktek kebijakan pemasaran dilaksanakan secara
bersamaan dengan kebijakan harga.
3. Kebijakan Struktural
Kebijakan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki
strukutur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan
pengusahaan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana
pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun sosial ekonomi.
Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang
erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud
disini tidak mudah untuk mencapainya dan biasanya memakan waktu
Agromedicine 15
lama. Hal ini disebabkan sifat usahatani yang tidak saja merupakan unit
usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani
dengan segala aspeknya. Oleh karena itu tindakan ekonomi saja tidak akan
mampu mendorong perubahan struktural dalam sektor pertanian
sebagaimana dapat dilaksanakan dengan lebih mudah pada sektor industri.
Pengenalan baru dengan penyuluhan-penyuluhan yang intensif merupakan
satu contoh dari kebijakan ini. Kebijakan pemasaran yang telah disebutkan
di atas sebenarnya dimaksudkan pula untuk mempercepat proses
perubahan struktural di sektor pertanian dalam komoditi-komoditi
pertanian. Pada bidang produksi dan tataniaga kopra, lada, karet, cengkeh
dan lain-lain. Dalam kenyataannya pelaksanaan kebijakan harga,
pemasaran dan struktural tidak dapat dipisahkan, dan ketiganya saling
melengkapi
daripada elatisitas harga atas permintaan beras dan bahan pakaian. Hal ini
disebabkan pendapatan sektor industri pada umumnya lebih tinggi
daripada pendapatan sektor pertanian maka elastisitas pendapatan atas
permintaan barang-barang hasil industri lebih besar daripada atas bahan
makanan pokok.
1. Adanya tambahan modal yang berupa pajak dan ternak serta mesin
traktor pada petani pertama
2. Adanya keahlian dan keterampilan khusus yang diperlukan oleh petani
yang menjalankan bajak atau traktor itu.
Kedua unsur inilah yang menimbulkan perbedaan produktivitas tenaga
kerja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Sejalan dengan amanat institusi, tujuan
pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan sebesar-besarnya
kesejahteraan petani yang merupakan pelaku utama pembangunan
pertanian. Dalam upaya perlindungan dan pemberdayaan petani,
pemerintah menetapkan UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani.
2. Pada hakekatnya, perlindungan dan pemberdayaan petani bertujuan untuk
(a) mewujudkan kedaulatan dan kemandirian petani dalam rangka
meningkatkan taraf kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik; (b)
menyediakan prasarana dan sarana pertanian yang dibutuhkan dalam
pengembangan usaha tani; (c) memberikan kepastian usaha tani,
melindungi petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan
gagal panen; (d) meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani serta
kelembagaan petani dalam menjalankan usaha tani yang produktif, maju,
modern, dan berkelanjutan; dan (e) menumbuhkembangkan kelembagaan
pembiayaan pertanian yang melayani kepentingan usaha tani.
3. Perlindungan dan pemberdayaan pertanian mencakup petani sebagai
pelaku usaha dan sumber daya pertanian seperti sumber daya lahan dan air
yang menghadapi tekanan dan persaingan sejalan dengan pertumbuhan
perekonomian nasional. Berbagai komponen perlindungan dan
pemberdayaan pertanian masih dalam tahap penyusunan program
operasional.
4. Berdasarkan pada karakteristik dan kinerja sektor pertanian yang
didominasi rumah tangga petani skala kecil dengan tingkat daya saing
yang relatif rendah, dibutuhkan pemantapan dan penguatan opsi kebijakan
dan program perlindungan dan pemberdayaan pertanian, di antaranya:
a. ketersediaan dan akses teknologi dengan mempertimbangkan
Agromedicine 19
B. Saran
1. Pertanian merupakan leading sector dalam memenuhi tuntutan kebutuhan
pangan dan energi nasional. Petani adalah pelaku utama dalam
pembangunan pertanian. Oleh karena itu, kunci utama dalam
pembangunan pertanian adalah pemberdayaan petani melalui inovasi dan
diseminasi teknologi. Dalam rangka mendukung pembangunan pertanian
berkelanjutan, Balitbangtan dalam perspektif ke depan berada di garda
terdepan untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang sebagai
sumber inovasi dan penghasil teknologi.
2. Pengembangan inovasi dan diseminasi teknologi pertanian dilakukan
melalui empat tahapan: (a) tahap penelitian yang menghasilkan komponen
teknologi; (b) tahap pengkajian teknologi yang menghasilkan teknologi
spesifik lokasi; (c) tahap pengembangan teknologi yang menghasilkan
model pengembangan; dan (d) penerapan teknologi dan umpan balik
merupakan proses penerapan teknologi untuk pengembangan agribisnis
dan mendapatkan umpan balik dari pengguna teknologi
3. Pengembangan model pertanian modern dalam perspektif bioekonomi
melalui (a) produksi pertanian berkelanjutan, (b) produksi beragam pangan
sehat dan aman, (c) penyediaan gizi yang cukup, (d) penggunaan sumber
Agromedicine 20
REFERENSI
http://agrindoforlife.blogspot.com/2014/10/kebijakan-pemerintah-di-sektor-
pertanian.html
http://jdih.pertanian.go.id/