Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDU

TANTANGAN DAN STRATEGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN


PADA AGRICULTURAL SOCIETY UNTUK KUALITAS KEHIDUPAN
YANG LEBIH BAIK

Penyusun
Nama : Nelly Yuana
NPM : 1928021001
P.S : Magister Kesehatan Masyarakat

Mata Kuliah : AGROMEDINCE


Dosen : Dr.dr.Ta Larasati, M.Kes, FISCM,FISPH

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Agromedicine 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tantangan Dan
Strategi Peningkatan Kesejahteraan Pada Agricultural Society Untuk Kualitas
Kehidupan Yang Lebih Baik”

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Agromedicine . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang tantangan dan strategi dalam meningkatkan
kesejahteraan petani bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Bandar Lampung,
Penulis
Agromedicine 3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasukdalam pertanian biasa difahami
orang sebagai budidayatanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak(raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganismedan bioenzimdalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan kejudan tempe, atau sekedar ekstraksisemata, seperti
penangkapan ikanatau eksploitasi hutan. Sektor pertanian merupakan sektor
yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional.(Wikipedia, 2020).
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang
mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun
sebagai penopang pembangunan.Sektor pertanian meliputisubsektor tanaman
bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor
peternakan, dan subsektor kehutanan.Pertanian merupakan salah satu sektor
yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena
mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani.Namun produktivitas
pertanian masih jauh dari harapan.Salah satu faktor penyebab kurangnya
produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam
mengolah lahan pertanian dan hasilnya.Mayoritas petani di Indonesia masih
menggunakan sistem manual dalam pengolahan lahan pertanian. Pembangunan
ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya
pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi
dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno, Sadono;
2007). Namun, pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari
itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang
Agromedicine 4

sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat


tempat yang strategis dalam pembangunan.
Perjalanan pembangunan dalam sektor pertanian Indonesia hingga saat
ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari
tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Hal
itu dikarenakan sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian
secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi,
kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor
ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya
bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran.Meski demikian
sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga
kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Melihat besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian
nasional, sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih
terhadap perkembangan sektor pertanian dan kesejahteraan kehidupan petani.
Menurut Wikipedia kesejahteraan adalah menunjuk ke keadaan yang baik, atau
kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat dan
damai. Kesejahteraan juga termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana
yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun
badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui
peningkatan pendapatan dan pendidikan.
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Namun, nasib para petani di tanah
air seperti tidak banyak mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Ini
tercermin dari indikator kesejahteraan petani, yakni indeks Nilai Tukar Petani
(NTP) yang cenderung bergerak datar.
Data Badan Pusat Statistik mencatat NTP pada Agustus 2018 berada
di level 102,56, yang berarti turun 0,49% dari posisi akhir 2017. Ini
mengindikasikan bahwa daya beli (kesejahteraan) petani sepanjang tahun ini
turun 0,49%. Sementara upah rata-rata riil buruh pertanian pada Agustus 2018
sebesar Rp 37.863/hari, naik 0,95% dari posisi akhir 2017. Rendahnya upah
buruh tani, minimnya lahan yang dimiliki, serta harga jual produk pertanian
Agromedicine 5

tidak menguntungkan para petani membuat indikator kesejahteraan petani


belum mampu bergerak lebih jauh.
Meskipun harga-harga bahan pangan (pertanian) sering mengalami
kenaikan seperti saat menjelang puasa dan lebaran, tapi tidak banyak
berdampak terhadap para petani. Sebab yang mendapat untung besar adalah
para spekulan dan bukan petani
Berdasarkan data diatas, begitu banyak tantangan yang dihadapi
dalam meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga diperlukan strategi dalam
meningkatkan kesejateraan pada Agricultural Society untuk kehidupan yang
lebih layak.

B. Tujuan
Merumuskan tantangan dan strategi peningkatan pada Agricultural Society
untuk kualitas kehidupan yang lebih baik

C. Ruang Lingkup
1. Tantangan Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society
2. Strategi Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society
3. Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society untuk kualitas
kehidupan yang lebih baik
4. Kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan pada Agricultural Society
untuk kualitas kehidupan yang lebih baik
Agromedicine 6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tantangan Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society


Tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan pada Agricultural
Society untuk kualitas kehidupan yang lebih baik adalah Nilai Tukar Petani
(NTP) yaitu rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks
harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. ecara
konsepsional, Nilai Tukar Petani (NTP) diartikan sebagai pengukur
kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani
dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan
keperluan dalam memproduksi produk pertanian.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator proxy untuk
melihat tingkat kesejahteraan petani. Indeks ini juga dapat digunakan untuk
menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang
dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, ada
indikasi bahwa semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat
kehidupan petani.
Pada awalnya, cakupan petani dalam perhitungan NTP hanya petani
yang berusaha dalam kegiatan usahatani tanaman untuk bahan makanan.Tetapi
seiring berjalannya waktu, cakupan tersebut meluas, sekarang cakupan
petaninya yaitu yang berusahan dalam kegiatan usahatani tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peterkanan, dan perikanan. (Setiawan at al, 2019)
𝐼𝑇
𝐼𝑁𝑇𝑃 = 𝐼𝐵

Keterangan :
INTP = Indeks Nilai Tukar Petani
IT = Indeks harga yang diterima petani
IB = Indeks harga yang dibayar (Setiawan at al, 2019)

Badan Pusat Statistik mendefiniskan arti dari angka NTP yaitu:


a) NTP >100, berarti petani mengalami surplus. Pendapatan petani lebih
besar dibandingkan dengan pengeluarannya. Maka tingkat
Agromedicine 7

kesejahteraan petani lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya


b) NTP = 100, berarti petani mengalami break evem point atau dalam
kondisi impas. Pendapatan petani sama dengan pengeluaran petani.
Maka tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan
c) NTP < 100, berarti petani mengalamid defisit. Pendapatan petani lebih
kecil dibandingkan dengan pengeluaran petani.Maka tingkat
kesejahteraan petani mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya
Nilai tukar pendapatan rumah tangga petani yang dijadikan tolak ukur
untuk tingkat kesejahteraan:
a) NTPRP<1, bahwa tingkat kesejahteraan petani belum termasuk
kedalam golongan sejahtera
b) NTPRP>1, bahwa tingkat kesejahteraan petani sudah masuk kedalam
golongan sejahtera

Badan Pusat Statistik menyebutkan Kegunaan dan Manfaat NTP

a) Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga
sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor
pertanian.
b) Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan
bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga
barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan.
c) NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk
yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam
produksi dan konsumsi rumah tangga.
d) Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian
dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya produk
spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan.

Badan Pusat Statistik menyebutkan Cakupan Komoditas


a) Sub Sektor Tanaman Pangan seperti: padi, palawija
b) Sub Sektor Hortikultura seperti : Sayur-sayuran, buah-buahan,
tanaman hias & tanaman obat-obatan
Agromedicine 8

c) Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) seperti: kelapa, kopi


robusta, cengkeh, tembakau, dan kapuk odolan. Jumlah komoditas
ini juga bervariasi antara daerah
d) Sub Sektor Peternakan seperti : ternak besar (sapi, kerbau), ternak
kecil (kambing, domba, babi, dll), unggas (ayam, itik, dll), hasil-
hasil ternak (susu sapi, telur, dll)
e) Sub Sektor Perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan
budidaya

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah mengkaji tentang


Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai indikator kesejahteraan petani. Penelitian
yang dilakukan oleh Ruauw (Ruauw 2010) menyimpulkan bahwa semakin
tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani yang akan
membawa dampak baik untuk pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari pasca
kenaikan harga BBM Oktober 2005, NTP merosot sebesar 2,39%, artinya
indeks harga yang dibayar petani lebih besar dari yang diterima petani,
sehingga terdapat hubungan positif antara kenaikan BBM dengan penurunan
NTP yang menyebabkan turunya kesejahteraan petani (Keumala dan
Zainuddin, 2018).
Penelitian Herdayana juga melaporkan bahwa peningkatan NTP
sebesar satu persen akan meningkatkan produksi 0,02 persen, dan peningkatan
NTP sebesar satu poin akan meningkatkan pendapatan Rp1.285,8. Jadi,
meningkatnya NTP yang dilihat dari produksi dan pendapatan akan
meningkatkan kesejahteraan petani (Hendayana 2002).
NTP naik tidak selalu baik. Kenaikan NTP pada sektor pangan perlu
dilihat apakah produktivitas hasil komoditas memang mengalami kenaikan
signifikan. Bisa jadi malah kebalikannya terjadi penurunan produksi akibat
anomali cuaca yang mengganggu produksi. Salah satu penyebab turunnya nilai
tukar petani pengan adalah terjadi eksploitasi oleh pemilik modal kepada
petani, sehingga mereka terpaksa menjual gabahnya dengan harga yang sangat
murah. Penentu terjadinya kenaikan dan penurunan nilai tukar petani padi
adalah produktivitas, harga gabah, harga barang konsumsi, dan harga pupuk.
Agromedicine 9

Sedangkan faktor dan penentu lainnya hampir sama yaitu nilai tukar petani
terhadap konsumsi makanan dan nonmakanan, serta biaya produksi seperti
upah, modal kerja dan input pupuk. Kenaikan BBM berpengaruh negatif
terhadap turunnya NTP, akibat naiknya harga barang-barang pokok, termasuk
transportasi.
Ada tiga permasalahan yang bisa mengancam kesejahteraan petani atas
ketidakefektivitas kredit/ peminjaman yaitu pinjaman berbasis bunga,
ketimpangan antara peminjam dan pemberi pinjaman serta kurangnya
pinjaman kepada sektor pertanian karena dianggap berisiko tinggi. Terjadinya
permasalahan pembiayaan menyebabkan sulitnya akses biaya produksi
sehingga yang terjadi menurunnya tingkat produktifitas dan menurunnya nilai
tukar petani, sehingga yang terjadi menurunnya tingkat kesejahteraan petani.
Maka perlu mencari alternatif baru untuk membantu sektor pertanian yaitu
dengan skim syariah yang bebas bunga dan berdasarkan bagi hasil (Keumala
dan Zainuddin, 2018).

B. Strategi Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society


Pemerintah menyadari betul bahwa petani yang sering dicap sebagai
kelompok marjinal, sebetulnya adalah kunci Indonesia jika ingin mencapai
kedaulatan pangan. Kementerian Pertanian berkomitmen segala kebijakan dan
program pertanian diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan petani. Seperti
yang selalu diarahkan oleh Menteri Pertanian, nyawa dari setiap penyusunan
kebijakan dan program di sektor pertanian adalah kesejahteraan petani
(detikFinance. 16 Juli 2018).
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, Kementan terus
mengupayakan berbagai strategi. Yaitu
1. Salah satu terobosan yang dilakukan Kementan adalah refocusing
anggaran. Pagu APBN Kementan pada tahun 2018 sebesar Rp 22,6 triliun,
jauh meningkat dibandingkan anggaran 2014 sebesar Rp 14,2 triliun.
2. Perhatian besar kepada petani tersebut diejawantahkan melalui sejumlah
program terobosan, dari mulai pembangunan infrastruktur hingga program
pendampingan petani. Di bidang infrastruktur, dalam kurun waktu dua
Agromedicine 10

tahun, Kementan telah membangun dan merehabilitasi tiga juta hektare


jaringan irigasi. Selain infrastruktur,
3. Kementan turut meningkatkan bantuan untuk petani berupa benih dan
pupuk, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).
4. Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pertanian (BPPSDMP) melakukan pendampingan intensif
terhadap petani dalam pengoperasian alat pertanian modern tersebut.
Lewat program Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan (OPA), para penyuluh
di daerah dikerahkan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada
petani dalam memanfaatkan maupun merawat alat pertanian modern,
seperti combine harvester, traktor roda empat, ataupun ekstravator
5. Untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang stigma di masyarakat,
terutama generasi muda bahwa sektor pertanian kurang menarik untuk
dijadikan sebagai sumber mata pencaharian, Kementan melakukan
sejumlah program strategis di bidang pengembangan SDM, yaitu
a. Mentransformasi sejumlah Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
(STPP) menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan).
Bila sebelumnya STPP lebih difokuskan untuk mencetak tenaga-
tenaga penyuluh, maka Polbangtan justru diharapkan dapat
melahirkan para petani muda.
b. Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).
PWMP adalah upaya penumbuhan dan peningkatan miat,
keterampilan, dan jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang
pertanian yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan
kemadirian jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang pertanian.
Agromedicine 11

C. Peningkatan Kesejahteraan pada Agricultural Society


Peningkatan kesejahteraan adalah tindakan aktif yang harus dilakukan
oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Kenaikan
pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraa
masyarakat. Dengan demikian sangat dibutuhkan peran serta msyarakat
(petani), pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara
untuk berpartisipasi aktif dalam peningkatan kesejahteraan (Fidyasari at al,
2018).
Kementerian Pertanian dan Kementerian Luar Negeri berkolaborasi
dan bersinergi erat dalam kegiatan Lokakarya Nasional Peningkatan
Kesejahteraan Petani melalui Tiga Pilar: (1) Reformasi Pertanian, (2)
Intensifikasi Produksi, dan (3) Peningkatan Akses Pasar
(www.pertanian.go.id) :
(1) Reformasi pertanian
Merupakan amanat RPJMN 2015-2019 dimana pemerintah meluncurkan
program reforma agraria melalui redistribusi tanah, legalisasi aset, dan
bantuan pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah. Redistribusi
tanah dan legalisasi aset pada periode 2015-2019 dilakukan untuk tanah
seluas 9 juta Ha yang terdiri dari tanah pada kawasan hutan yang
dilepaskan, tanah hak yang akan habis masa berlakunya, tanah terlantar,
tanah transmigrasi, dan tanah masyarakat yang memenuhi kriteria
penerima reforma agraria.
(2) Intensifikasi produksi
Dilakukan melalui dukungan peremajaan dan intensifikasi pemeliharaan
untuk tanaman milik rakyat, komoditas ekspor, dan komoditas yang
berpotensi ekspor. Beberapa komoditas yang termasuk di sini adalah
kelapa sawit, karet, dan teh. Selain itu, peningkatan produktivitas juga
dilakukan melalui upaya peningkatan perluasan sawah baru seluas 1 juta
Ha di luar Pulau Jawa, peningkatan efektivitas jaringan irigasi, dan
pembangunan jaringan baru dan sumber air.
Agromedicine 12

(3) Peningkatan askes pasar


Terhadap produk pertanian Indonesia, khususnya di pasar internasional,
dilakukan melalui berbagai kerjasama baik bilateral, regional, dan
multilateral. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam
perdagangan internasional, namun terobosan-terobosan terus dilakukan
untuk memasuki pasar tersebut, di antaranya melalui pendampingan ke
petani agar dapat memenuhi standar sanitary and phytosanitary (SPS)
sampai dengan produk dapat diterima di pasar luar negeri.

D. Kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan pada Agricultural Society


untuk kualitas kehidupan yang lebih baik
Dalam setiap pemerintahan atau negara memiliki beberapa kebijakan
yang dibuat disektor pertanian, dimana kebijakan tersebut semata-mata untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat dalam arti
luas. Untuk meningkatkan pendapatan negara pemerintah menyusun beberapa
kebijakan meliputi kebijakan harga, kebijakan pemasaran, kebijakan structural,
Kebijakan pertanian dan Industri serta pendapatan penduduk desa dan kota.
Jika harga membaik, petani bisa berproduksi, kesejahteraan masyarakat
meningkat. Disparitas harga ditingkat petani dan pedagang, berpengaruh pada
kesejahteraan ditingkat petani.
Berikut penjelasan tentang kebijakan Pemerintah dalam bidang
pertanian (http://agrindoforlife.blogspot.com/2014/10/kebijakan-pemerintah-
di-sektor-pertanian.html) :
1. Kebijakan Harga
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak
negara dan biasanya digabung dengan kebijakan pendapatan sehingga
disebut kebijakan harga dan pendapatan (price and economic policy). Segi
harga dari kebijakan itu bertujuan untuk mengadakan stabilitas harga,
sedangkan segi pendapatannya bertujuan agar pendapatan petani tidak
terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun.
Kebijakan harga dapat mengandung pemberian penyangga (support) atas
harga-harga hasil pertanian supaya tidak terlalu merugikan petani atau
Agromedicine 13

langsung mengandung sejumlah subsidi tertentu bagi petani.


Secara teoritis kebijakan harga yang dapat dipakai untuk mencapai tiga
tujuan yaitu:
stabilitas harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani
meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar tukar (term of
trade) memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi.
• Kebijakan harga di Indonesia terutama ditekankan pada tujuan
pertama yaitu Stabilitas harga hasil-hasil pertanian dalam keadaan
harga-harga umum yang stabil berarti pula terjadi kestabilan
pendapatan.
• Tujuan yang kedua banyak sekali dilaksanakan pada hasil-hasil
pertanian di negara-negara yang sudah maju dengan alasan pokok
pendapatan rata-rata sektor pertanian terlau rendah dibandingkan
dengan penghasilan di luar sektor pertanian. Tujuan yang kedua ini
sulit untuk dilaksanakan di negara-negara yang jumlah petaninya
berjuta-juta dan terlalu kecil-kecil seperti di Indonesia karena
persoalan administrasinya sangat kompleks. Pada prinsipnya
kebijakan harga yang demikian ini merupakan usaha
memindahkan pendapatan dari golongan bukan pertanian ke
golongan pertanian, sehingga hal ini bisa dilaksanakan dengan
mudah di negara-negara yang sudah maju dan kaya, dimana
golongan penduduk di luar pertanian jumlahnya jauh lebih besar
dengan pendapatan lebih tinggi dibanding golongan penduduk
pertanian. Di negara-negara ini penduduk sektor pertanian rata-rata
di bawah 10 persen dari seluruh penduduk, sedangkan di negara
kita masih antara 60 persen-70 persen.
• Tujuan kebijakan yang ketiga dalam praktek sering dilaksanakan
oleh negara-negara yang sudah maju bersamaan dengan tujuan
kedua yaitu dalam bentuk pembatasan jumlah produksi dengan
pembayaran kompensasi. Berdasarkan ramalan harga, pemerintah
membuat perencanaan produksi dan petani mendapat pembayaran
kompensasi untuk setiap kegiatan produksi yang diistirahatkan. Di
Agromedicine 14

negara kita, dimana hasil-hasil pertanian pada umumnya belum


mencukupi kebutuhan, maka kebijakan yang demikian tidak
relevan. Selain kebijakan harga yang menyangkut hasil-hasil
pertanian, peningkatan pendapatan petani dapat dicapai dengan
pemberian subsidi pada harga sarana-sarana produksi seperti
pupuk/insektisida. Subsidi ini mempunyai pengaruh untuk
menurunkan biaya produksi yang dalam teori ekonomi berarti
menggeser kurva penawaran ke atas.

2. Kebijakan Pemasaran
Selain kebijakan pemasaran hasil-hasil tanaman perdagangan untuk
ekspor, kebijakan ini meliputi pula pengaturan distribusi sarana-sarana
produksi bagi petani. Pemerintah berusaha menciptakan persaingan yang
sehat di antara para pedagang dengan melayani kebutuhan petani seperti
pupuk, insektisida, pestisida dan lain-lain sehingga petani akan dapat
membeli sarana-sarana produksi tersebut dengan harga yang relatif tidak
terlalu tinggi. Jadi disini jelas bahwa kebijakan pemasaran merupakan
usaha campur tangan pemerintah dalam bekerjanya kekuatan-kekuatan
pasar. Di satu pihak pemerintah dapat mengurangi pengaruh kekuatan-
kekuatan pasar supaya tidak terlalu merugikan pedagang dan petani, tetapi
di pihak lain persaingan dapat didorong untuk mencapai efisiensi ekonomi
yang tinggi. Dalam praktek kebijakan pemasaran dilaksanakan secara
bersamaan dengan kebijakan harga.

3. Kebijakan Struktural
Kebijakan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki
strukutur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan
pengusahaan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana
pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun sosial ekonomi.
Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang
erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud
disini tidak mudah untuk mencapainya dan biasanya memakan waktu
Agromedicine 15

lama. Hal ini disebabkan sifat usahatani yang tidak saja merupakan unit
usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani
dengan segala aspeknya. Oleh karena itu tindakan ekonomi saja tidak akan
mampu mendorong perubahan struktural dalam sektor pertanian
sebagaimana dapat dilaksanakan dengan lebih mudah pada sektor industri.
Pengenalan baru dengan penyuluhan-penyuluhan yang intensif merupakan
satu contoh dari kebijakan ini. Kebijakan pemasaran yang telah disebutkan
di atas sebenarnya dimaksudkan pula untuk mempercepat proses
perubahan struktural di sektor pertanian dalam komoditi-komoditi
pertanian. Pada bidang produksi dan tataniaga kopra, lada, karet, cengkeh
dan lain-lain. Dalam kenyataannya pelaksanaan kebijakan harga,
pemasaran dan struktural tidak dapat dipisahkan, dan ketiganya saling
melengkapi

4. Kebijakan Pertanian dan Industri


Ciri-ciri pokok perbedaan antara pertanian dan industri adalah:
Produksi pertanian kurang pasti dan risikonya besar karena tergantung
pada alam yang kebanyakannya di luar kekuasaan manusia untuk
mengontrolnya, sedangkan industri tidak demikian.
Pertanian memproduksi bahan-bahan makanan pokok dan bahan-bahan
mentah yang dengan kemajuan ekonomi dan kenaikan tingkat hidup
manusia permintaannya tidak akan naik seperti pada permintaan atas
barang-barang industri
Pertanian adalah bidang usaha dimana tidak hanya faktor-faktor ekonomi
saja yang menentukan tetapi juga faktor-faktor sosiologi, kebiasaan dan
lain-lain memegang peranan penting. Industri lebih bersifat lugas.
Ketiga ciri khusus pertanian ini nampak dalam teori ekonomi sebagai
perbedaan dalam respons permintaan dan penawaran atas perubahan-
perubahan harga.
Elatisitas harga atas permintaan dan penawaran hasil-hasil pertanian jauh
lebih kecil daripada hasil-hasil industri. Misalnya elastisitas harga atas
permintaan radio, buku-buku, mobil dan lain-lain, jauh lebih tinggi
Agromedicine 16

daripada elatisitas harga atas permintaan beras dan bahan pakaian. Hal ini
disebabkan pendapatan sektor industri pada umumnya lebih tinggi
daripada pendapatan sektor pertanian maka elastisitas pendapatan atas
permintaan barang-barang hasil industri lebih besar daripada atas bahan
makanan pokok.

5. Pendapatan penduduk desa dan kota


Perbedaan kebijakan antar sektor pertanian dan industri dapat dilihat pula
dalam keperluan akan kebijakan yang berbeda antara penduduk kota dan
penduduk desa. Perbedaan pendapatan antara penduduk kota dan
penduduk pedesaan adalah sedemikian rupa sehingga mempunyai akibat
dalam pola pengeluaran konsumsi dan perilaku ekonomi lain-lainnya.
Ada tiga hal yang meyebabkan rata-rata pendapatan penduduk kota lebih
tinggi dibanding penduduk desa yaitu:
1. Kestabilan dan kemantapan pendapatan penduduk kota lebih besar
dibanding pendapatan penduduk desa
2. Lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan yang dapat mendorong
kegiatan ekonomi di kota lebih banyak dibandingkan di desa
3. Lebih banyaknya fasilitas pendidikan dan kesehatan di kota yang
memungkinkan rata-rata produktivitas tenaga kerja di kota lebih tinggi.
Salah satu upaya untuk mengurangi perbedaan pendapatan ini adalah
dengan menambah persediaan modal di desa serta mengurangi jumlah
tenaga kerja di pedesaan dan diserap bagi lapangan industri di kota-kota.
Dengan lebih banyaknya investasi di desa misalnya dalam alat-alat
pertanian yang lebih modern, huller , traktor dan juga dalam
pembangunan-pembangunan prasarana fisik seperti jembatan-jembatan
baru, bendungan irigasi dan lain-lain maka timbul adanya keperluan akan
peningkatan keterampilan tenaga kerja. Seorang petani yang mengerjakan
sawah dengan bajak atau traktor dalam waktu yang sama akan mampu
menyelesaikan luas sawah yang lebih besar daripada petani lain yang
hanya menggunakan cangkul.
Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah:
Agromedicine 17

1. Adanya tambahan modal yang berupa pajak dan ternak serta mesin
traktor pada petani pertama
2. Adanya keahlian dan keterampilan khusus yang diperlukan oleh petani
yang menjalankan bajak atau traktor itu.
Kedua unsur inilah yang menimbulkan perbedaan produktivitas tenaga
kerja.

Berikut contoh berberapa regulasi kebijakan yang telah dibuat oleh


Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteran petani
(http://jdih.pertanian.go.id/#) :
1. Undang-undang No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani
2. Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan ahli fungsi
lahan pertanian pangan berkelanjutan.
3. Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 2019 Tentang Jaminan Luasan Lahan
Pertanian
4. Peraturan Pemerintah No 86 Tahun 2019 Tentang Keamanan Pangan.
5. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019 Tentang pengendalian Fungsi
Lahan Sawah.
6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02 tahun 2020 tentang perubahan atas
peraturan Permentan Nomor 39 tahun 2019 tentang rekomendasi impor
produk hortikultura.
7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2020 tentang perubahan atas
peraturan menteri pertanian nomor 01 tahun 2020 tentang alokasi dan
harga ecerean tertinggi pupuk bersubsidi sektor pertanian tahun anggaran
2020.
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 6 tahun 2020 tentang Perubahan atas Permendesa
PDTT no 11 tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun
2020
Agromedicine 18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Sejalan dengan amanat institusi, tujuan
pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan sebesar-besarnya
kesejahteraan petani yang merupakan pelaku utama pembangunan
pertanian. Dalam upaya perlindungan dan pemberdayaan petani,
pemerintah menetapkan UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani.
2. Pada hakekatnya, perlindungan dan pemberdayaan petani bertujuan untuk
(a) mewujudkan kedaulatan dan kemandirian petani dalam rangka
meningkatkan taraf kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik; (b)
menyediakan prasarana dan sarana pertanian yang dibutuhkan dalam
pengembangan usaha tani; (c) memberikan kepastian usaha tani,
melindungi petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan
gagal panen; (d) meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani serta
kelembagaan petani dalam menjalankan usaha tani yang produktif, maju,
modern, dan berkelanjutan; dan (e) menumbuhkembangkan kelembagaan
pembiayaan pertanian yang melayani kepentingan usaha tani.
3. Perlindungan dan pemberdayaan pertanian mencakup petani sebagai
pelaku usaha dan sumber daya pertanian seperti sumber daya lahan dan air
yang menghadapi tekanan dan persaingan sejalan dengan pertumbuhan
perekonomian nasional. Berbagai komponen perlindungan dan
pemberdayaan pertanian masih dalam tahap penyusunan program
operasional.
4. Berdasarkan pada karakteristik dan kinerja sektor pertanian yang
didominasi rumah tangga petani skala kecil dengan tingkat daya saing
yang relatif rendah, dibutuhkan pemantapan dan penguatan opsi kebijakan
dan program perlindungan dan pemberdayaan pertanian, di antaranya:
a. ketersediaan dan akses teknologi dengan mempertimbangkan
Agromedicine 19

keterpaduan subsistem penciptaan, penyampaian dan penerimaan


teknologi dalam sistem inovasi pertanian;
b. pemantapan program pemberdayaan petani berbasis kelembagaan dan
partisipasi petani, pendampingan yang intensif, dan dukungan
pembinaan dan pendanaan lintas sektor;
c. peningkatan kapasitas, produktivitas, dan efisiensi pertanian dengan
keberpihakan petani skala kecil melalui intervensi teknologi, harga
input dan output, dan intervensi kelembagaan;
d. eliminasi dampak faktor eksternal seperti adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim, sistem perdagangan global yang bersifat asimetris,
serta persaingan usaha dan investasi dengan pengusaha besar, dalam
perspektif pertumbuhan inklusif dan berkualitas

B. Saran
1. Pertanian merupakan leading sector dalam memenuhi tuntutan kebutuhan
pangan dan energi nasional. Petani adalah pelaku utama dalam
pembangunan pertanian. Oleh karena itu, kunci utama dalam
pembangunan pertanian adalah pemberdayaan petani melalui inovasi dan
diseminasi teknologi. Dalam rangka mendukung pembangunan pertanian
berkelanjutan, Balitbangtan dalam perspektif ke depan berada di garda
terdepan untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang sebagai
sumber inovasi dan penghasil teknologi.
2. Pengembangan inovasi dan diseminasi teknologi pertanian dilakukan
melalui empat tahapan: (a) tahap penelitian yang menghasilkan komponen
teknologi; (b) tahap pengkajian teknologi yang menghasilkan teknologi
spesifik lokasi; (c) tahap pengembangan teknologi yang menghasilkan
model pengembangan; dan (d) penerapan teknologi dan umpan balik
merupakan proses penerapan teknologi untuk pengembangan agribisnis
dan mendapatkan umpan balik dari pengguna teknologi
3. Pengembangan model pertanian modern dalam perspektif bioekonomi
melalui (a) produksi pertanian berkelanjutan, (b) produksi beragam pangan
sehat dan aman, (c) penyediaan gizi yang cukup, (d) penggunaan sumber
Agromedicine 20

daya terbarukan untuk industri, dan (e) pengembangan energi berbasis


biomassa. Pengembangan model ini didukung oleh kerja sama
internasional dan transfer teknologi.
4. Arah penelitian dan pengembangan pertanian tahun 2015–2030 adalah (a)
menghasilkan inovasi dan mengembangkan teknologi, dengan
memanfaatkan keanekaragaman hayati, sumber daya lahan, air, dan proses
rekayasa sosial; (b) mendukung pengembangan agroindustri yang bernilai
tambah dan berdaya saing dan industri bioenergi; dan (c) meningkatkan
akses kepada rantai nilai tambah dan pasar global.
5. Strategi implementasi penelitian dan pengembangan pertanian tahun
2015–2030 adalah (a) pengembangan kapasitas penelitian yang bersifat
transdisiplin; (b) penguatan corporate management; (c) diseminasi hasil
litbang melalui SDMC dan pengurangan risiko teknologi; dan (d) kajian
dampak
Agromedicine 21

REFERENSI

Fidyasari, Ambar. Lestari, Eka F. Agustin, Nela. 2018. Peningkatan Kesejahteraan


Masyarakat Melalui Kampung Tematik Wisata Sayur Organik “Baran
Agro” Menuju Entrepreneur Yang Kompetitif. Malang. Annual
Conference on Community Engagment.
Hendayana, Rachmat. 2002. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai
Tukar Petani.” SOCA: Journal of Socio-Economic of Agriculture and
Agribusiness 2 (2).
Kuemala, Muftia Cut. Zainuddin, Zamzami. 2018. Indikator Kesejahteraan Petani
melalui Nilai Tukar Petani (NTP) dan Pembiayaan Syariah sebagai Solusi.
Banda Aceh. Jurnal Ekonomi Islam, Volume 9, Nomor 1 (2018): 129-149
Mael, Yinathan M. 2017. Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Petani Melalui Program Padat Karya
Pangan di Kecamatan Neomuti. NTT. Jurnal Agribisnis Lahan Kering-
2017. International Standard of Serial Number 2502-1710.
Ramdhani, Hafid. Nulhaqim, Akhmad Soni. Fedriyansyah, Muhammad. 2015.
Peningkatan Kesejahteraan Petani Dengan Penguatan Kelompok Tani.
Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Msyarakat. Vol 2, Nomor 3
(2015)
Setiawan, Putri RA. Noor, IT. Sulistyoeati, Lies. Setiawan, Iwan. 2019. Analisis
Tingkat Kesejahteraan Petani Kedelai Dengan Menggunakan Pendekatan
Nilai Tukar Petani (Ntp) Dan Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga
Petani (Ntprp) (Suatu Kasus Di Desa Jatiwaras, Kecamatan Jatiwaras,
Kabupaten Tasikmalaya). Bandung. Jurnal Agribisnis Terpadu. Vol 2, No
2 (2019).
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraan
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/09/24/bagaimana-indikator-
kesejahteraan-petani-indonesia
https://statmat.id/indeks-nilai-tukar-petani/
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4116252/strategi-kementan-
dalam-mensejahterakan-petani
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3470
Agromedicine 22

http://agrindoforlife.blogspot.com/2014/10/kebijakan-pemerintah-di-sektor-
pertanian.html
http://jdih.pertanian.go.id/

Anda mungkin juga menyukai