Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap PHBS Siswa di SDN 3 Jatimulyo

Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan

Dieni Septiawati*

*Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Lampung

ABSTRAK

Latar belakang: Angka kesakitan anak SD masih tinggi di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi
angka kesakitan anak SD adalah PHBS yang buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahuai pengaruh promosi
kesehatan terhadap PHBS siswa di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan.
Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu ingin menilai
perilaku PHBS sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan tentang PHBS. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara membagikan kuesioner dan observasi pada responden. Analisis data menggunakan univariat dan
bivariat yang akan digunakan adalah uji-t dependen untuk menguji perbedaan perilaku sebelum dan sesudah
dilakukan promosi kesehatan.
Hasil: Rata-rata skor pengetahuan PHBS sebelum dilakukan penyuluhan PHBS adalah 20,65, sedangkan
rata-rata skor pengetahuan PHBS sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah 25,93. Rata-rata skor sikap
PHBS sebelum dilakukan penyuluhan PHBS adalah 13,14, sedangkan rata-rata skor sikap PHBS sesudah
dilakukan penyuluhan PHBS adalah 17,92. Rata-rata skor pengetahuan PHBS sebelum dilakukan penyuluhan
PHBS adalah 6,89, sedangkan rata-rata skor pengetahuan PHBS sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah
9,21. Analisis lanjut menunjukkan bahwa didapatkan nilai p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan
antara skor pengetahuan, sikap dan tindakan PHBS sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3
Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan.
Kesimpulan: Analisis penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor pengetahuan, sikap dan
tindakan sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan.
Rekomendasi: Bagi pihak sekolah agar terus meningkatkan pengetahuan dan praktik siswa dalam PHBS di
sekolah dengan cara membuat pelatihan kader tentang PHBS di sekolah sehingga dapat mentransfer informasi
kesehatan pada siswa yang lain. Bagi Puskesmas Kabupaten Lampung Selatan, diharapkan dapat memberikan
kontribusinya dengan memberikan penyuluhan PHBS di sekolah dasar sebagai generasi masa depan, minimal
satu bulan sekali dalam rangka penyegaran informasi kesehatan.

Kata kunci: PHBS, promosi kesehatan, siswa SD

Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan
atas kesadaran, sehingga seseorang dapat meningkatkan status kesehatannya. PHBS dapat
dilakukan pada berbagai tatanan, diantaranya di lingkungan sekolah. Dampak dari kurang
dilaksanakan PHBS diantaranya yaitu suasana belajar yang tidak mendukung karena
lingkungan sekolah yang kotor, menurunnya semangat dan prestasi belajar dan mengajar di
sekolah, menurunkan citra sekolah di masyarakat umum. Oleh karena itu, penanaman nilai-
nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Dengan menerapkan PHBS di sekolah oleh peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah, maka akan membentuk mereka untuk memiliki
kemampuan dan kemandirian dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah sehat (Maryunani, 2013).
Berbagai masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar,
mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman
penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada
anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran
yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik.
Berdasarkan data Profil Anak Indonesia (2018), didapatkan bahwa kebiasaan anak yang
merokok tembakau anak usia 5-7 tahun yang merokok tembakau setiap hari sebesar 1,3%,
sedangkan anak yang merokok tidak setiap hari sebanyak 0,33%. Pada bidang gizi, Indonesia
mengalami masalah triple burden (malnutrisi, obesitas, kekurangan mikronutrien) pada anak-
anak dan remaja. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka
stunting sebesar 30,8% dan tahun 2013 sebesar 37,2% (mengalami penurunan), begitu juga
prevalensi obesitas, yang sebelum 11,8% (2013) menjadi 8% (2018). Proporsi status gizi
sangat pendek turun dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018). Demikian pula pada proporsi
status gizi kurang turun menjadi 17,7% (2018) dari 19,6% (2013).
Riskesdas 2018 menunjukkan cakupan imunisasi sebesar 57,9%. Angka ini sedikit
menurun jika dibandingkan Riskesdas 2013 sebesar 59,2%. Adapun proporsi berat badan
lahir <2500 gram (BBLR) sebesar 6,2% dan proporsi panjang badan lahir <48 cm sebesar
22,7%. Prevalensi penyakit menular seperti ISPA, malaria dan diare pada balita mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013. Prevalensi ISPA turun dari 13,8%
menjadi 4,4%, malaria turun dari 1,4% menjadi 0,4%, sama halnya dengan diare pada balita
juga turun dari 18,5% menjadi 12,3%. Penting untuk diperhatikan adalah prevalensi TB Paru
berdasarkan diagnosis dokter tidak mengalami pergeseran, yakni sebesar 0,4% dan prevalensi
pneumonia yang naik dari 1,6% menjadi 2%.
Masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah kurangnya tenaga di Puskesmas
sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak, sehingga untuk melaksanakan penjaringan
kesehatan membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum
terintegrasi dengan baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di
Puskesmas namun di beberapa Provinsi, pengelola program UKS di Kabupaten/Kota berada
pada struktur organisasi yang berbeda sehingga menjadi penyebab koordinasi pencatatan dan
pelaporan tidak berjalan dengan baik.
Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah yang masih mempunyai beban pada
penyakit infeksi dan penyakit degeneratif yang terus meningkat. Perilaku masyarakat yang
tidak sehat masih menjadi faktor utama disamping lingkungan dan pelayanan kesehatan.
(Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2017).
Permasalahan akibat lingkungan yang tidak bersih di sekolah diantaranya adalah
terjangkitnya penyakit diare, demam berdarah dengue (DBD), malaria dan berbagai gangguan
lainnya. Permasalahan gizi pada anak sekolah diantaranya adalah gizi buruk, gizi kurang dan
gizi berlebih.
Sekolah menempati kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan, karena
sebagian besar anak-anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka
waktu yang lama (taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan atas) dan sekolah mendukung
pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak. Di sekolah, seorang anak
mempelajari berbagai pengetahuan, termasuk kesehatan, sebagai bekal hidupnya kelak.
Selain itu, pengembangan promosi kesehatan di sekolah juga perlu mengingat anak usia
sekolah banyak yang mengalami gangguan kesehatan, kesehatan tentang berbagai aspek yang
berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Sekolah Dasar yang mempromosikan kesehatan
adalah sekolah dasar atau sederajat yang melaksanakan upaya untuk memberdayakan siswa,
guru, dan masyarakat di lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat dalam
kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah.
Studi pendahuluan di SDN 3 Jatimulyo ditemukan siswa tidak mencuci tangan saat mau
makan, tidak ada fasilitas cuci tangan untuk siswa, siswa mengkonsumsi jajanan yang tidak
sehat di kantin sekolah, dibuktikan dengan makanan dikantin yang dihinggapi lalat dan tidak
ditutup, ada siswa yang tidak menggunakan jamban saat BAK, serta tidak menjaga
kebersihan jamban sekolah, siswa hanya berolahraga setiap sekali seminggu, terdapat juga
siswa yang terlihat lemah letih dan lesu, yang menandakan gejala anemia/kurang darah,
masih ada jentik nyamuk, baik dikamar mandi maupun di genangan air di lingkungan
sekolah, belum ada program penimbangan berat badan dan mengukur tinggi badan peserta
didik setiap 6 bulan untuk memantau pertumbuhan peserta didik, masih ada siswa yang
membuang sampah bukan pada tempatnya, terlihat juga tumpukan sampah di sekitar
lingkungan sekolah.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan
terhadap PHBS siswa di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan tahun
2018.

TINJAUAN PUSTAKA
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja,
namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung
dalam membuat keputusan yang sehat. Program promosi kesehatan antara lain peningkatan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pengembangan media promosi kesehatan dan
teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dan pengembangan upaya kesehatan
bersumber masyarakat.

Proses Promosi Kesehatan yang Menjadi Penyebab Perubahan Perilaku


Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap,
akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya.
Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap
seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
Informasi merupakan hal yang utama dalam promosi kesehatan, karna semua promosi
kesehatan berupa informasi. Informasi merupakan salah satu sumber utama dari knowledge
(pengetahuan) yang menjadi salah satu strategi dalam perubahan perilaku pada point fasilitasi
(penyediaan sarana dan prasarana). Dalam strategi merubah perilaku melalui point persuasi,
informasi dapat di peroleh melalui diskusi yang menjadi salah satu media promosi
kesehatan.dalam stategi point paksaan juga berhubungan dengan promosi kesehatan lewat
informasi, karna melalui promosi kesehatan tersebut masyarakat/sesorang dapat mngetahui
ancaman berupa penyakit yang ditimbulkan jika tidak melaksanakan perilaku hidup sehat.
Strategi perubahan perilaku pada point edukasi, informasi merupakan satu hal pada edukasi.
Jadi promosi kesehatan memberikan informasi tentang perilaku hidup sehat ang mampu
menjadi strategi dalam merubah perilaku.

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah


Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS sekolah atau
kegiatan peserta didik dalam menerapkan PHBS di sekolah antara lain mencuci tangan
dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin
sekolah, karena lebih terjamin kebersihannya, menggunakan jamban yang bersih dan sehat,
serta menggunakan kebersihan jamban, olahraga dan aktivitas fisik yang teratur dan terukur,
sehingga meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik, memberantas jentik nyamuk
di sekolah secara rutin, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan peserta didik setiap 6 bulan untuk memantau pertumbuhan peserta didik serta
membuang sampah pada tempatnya (Maryunani, 2013).

METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan, yaitu
ingin membandingkan skor pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan sesudah
penyuluhan PHBS. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah semua siswa di SDN 3
Jatimulyo, dengan jumlah responden sebanyak 96 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juni-Juli 2018 di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan. Variabel
dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu promosi kesehatan berupa
penyuluhan dan variabel dependen yaitu skor pengetahuan, sikap dan tindakan terkait PHBS.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang PHBS.
Sebelum dilakukan penyuluhan, akan dilakukan pengisisan kuesioner untuk mengetahui skor
pengetahuan tentang PHBS. Kemudian dilakukan penyuluhan kesehatan PHBS dan dilakukan
pengisian kuesioner kembali untuk mengetahui skor pengetahuan PHBS sesudah penyuluhan
PHBS. Analisis lanjut menggunakan uji-t berpasangan (uji-t paired), yang akan
membandingkan skor sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan PHBS.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 96 responden, dilakukan analisis univariat
dan bivariat. Analisis univariat menggambarkan umur dan jenis kelamin responden.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di SDN 3 Jatimulyo
Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan Tahun 2018
Umur Jumlah %
11 tahun 20 20,8
12 tahun 23 24,0
13 tahun 31 32,3
14 tahun 14 14,6
15 tahun 8 8,3
Jumlah 96 100,0
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden adalah
13 tahun sebanyak 31 orang (32,3%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 3
Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan Tahun 2018
Jenis Kelamin Jumlah %
Laki-laki 21 21,9
Perempuan 75 78,1
Jumlah 96 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin
responden adalah perempuan sebanyak 75 orang (78,1%).
Tabel 3. Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan PHBS di SDN 3
Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan Tahun 2018
Pengetahua Mean Standar t p-
n Deviasi value
Sebelum 20,65 3,135 - 0,000
Penyuluhan 16,11
PHBS 6
Sesudah 25,93 2,074
Penyuluhan
PHBS
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan PHBS sebelum
dilakukan penyuluhan PHBS adalah 20,65, sedangkan rata-rata skor pengetahuan PHBS
sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah 25,93. Analisis lanjut menunjukkan bahwa
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan antara skor pengetahuan
PHBS sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan
Jatiagung Lampung Selatan.
Tabel 4. Skor Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo
Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan Tahun 2018

Sikap Mean Standar t p-


Deviasi value
Sebelum 13,14 2,893 - 0,000
Penyuluha 15,018
n PHBS
Sesudah 17,92 1,594
Penyuluha
n PHBS

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata skor sikap PHBS sebelum
dilakukan penyuluhan PHBS adalah 13,14, sedangkan rata-rata skor sikap PHBS sesudah
dilakukan penyuluhan PHBS adalah 17,92. Analisis lanjut menunjukkan bahwa didapatkan
nilai p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan antara skor sikap PHBS sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung
Selatan.

Tabel 5. Skor Tindakan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo
Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan Tahun 2018

Tindakan Mean Standar t p-


Deviasi value
Sebelum 6,89 1,758 - 0,000
Penyuluha 11,190
n PHBS
Sesudah 9,21 1,085
Penyuluha
n PHBS

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan PHBS sebelum
dilakukan penyuluhan PHBS adalah 6,89, sedangkan rata-rata skor pengetahuan PHBS
sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah 9,21. Analisis lanjut menunjukkan bahwa
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan antara skor tindakan PHBS
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung
Lampung Selatan

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan PHBS
sebelum dilakukan penyuluhan PHBS adalah 20,65, sedangkan rata-rata skor pengetahuan
PHBS sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah 25,93. Analisis lanjut menunjukkan
bahwa didapatkan nilai p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan antara skor
pengetahuan PHBS sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo
Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata skor sikap PHBS sebelum
dilakukan penyuluhan PHBS adalah 13,14, sedangkan rata-rata skor sikap PHBS sesudah
dilakukan penyuluhan PHBS adalah 17,92. Analisis lanjut menunjukkan bahwa didapatkan
nilai p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan antara skor sikap PHBS sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung
Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan PHBS
sebelum dilakukan penyuluhan PHBS adalah 6,89, sedangkan rata-rata skor pengetahuan
PHBS sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah 9,21. Analisis lanjut menunjukkan bahwa
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000, artinya terdapat perbedaan antara skor tindakan PHBS
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung
Lampung Selatan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap,
akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya.
Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap
seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok
sosialnya. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
Informasi merupakan hal yang utama dalam promosi kesehatan, karna semua promosi
kesehatan berupa informasi. Informasi merupakan salah satu sumber utama dari knowledge
(pengetahuan) yang menjadi salah satu strategi dalam perubahan perilaku pada point fasilitasi
(penyediaan sarana dan prasarana). Dalam strategi merubah perilaku melalui point persuasi,
informasi dapat di peroleh melalui diskusi yang menjadi salah satu media promosi
kesehatan.dalam stategi point paksaan juga berhubungan dengan promosi kesehatan lewat
informasi, karna melalui promosi kesehatan tersebut masyarakat atau sesorang dapat
mngetahui ancaman berupa penyakit yang ditimbulkan jika tidak melaksanakan perilaku
hidup sehat. Strategi perubahan perilaku pada point edukasi, informasi merupakan satu hal
pada edukasi. Jadi promosi kesehatan memberikan informasi tentang perilaku hidup sehat ang
mampu menjadi strategi dalam merubah perilaku.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. 
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah
san hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena
itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil
pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan
informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma
pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif.
Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang
diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong
menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan
luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-
budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan
perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan,
keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci
dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora
dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya
setempat yang berhubungan dengan PHBS. Perubahan terhadap lingkungan memerlukan
intervensi dari tenaga kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang mempunyai
kompetensi.

KESIMPULAN
1. Rata-rata skor pengetahuan PHBS sebelum dilakukan penyuluhan PHBS adalah 20,65,
sedangkan rata-rata skor pengetahuan PHBS sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah
25,93.
2. Rata-rata skor sikap PHBS sebelum dilakukan penyuluhan PHBS adalah 13,14,
sedangkan rata-rata skor sikap PHBS sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah 17,92.
3. Rata-rata skor pengetahuan PHBS sebelum dilakukan penyuluhan PHBS adalah 6,89,
sedangkan rata-rata skor pengetahuan PHBS sesudah dilakukan penyuluhan PHBS adalah
9,21.
4. Analisis lanjut menunjukkan bahwa didapatkan nilai p-value sebesar 0,000, artinya
terdapat perbedaan antara skor pengetahuan, sikap dan tindakan PHBS sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan PHBS di SDN 3 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung
Lampung Selatan.

REKOMENDASI
Bagi SDN 3 Jatimulyo, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar skor
pengetahuan meningkat sebelum dan sesudah penyuluhan PHBS, sehingga pihak sekolah
agar terus meningkatkan pengetahuan dan praktik siswa dalam PHBS di sekolah dengan cara
membuat pelatihan kader tentang PHBS di sekolah sehingga dapat mentransfer informasi
kesehatan pada siswa yang lain. Bagi Puskesmas Kabupaten Lampung Selatan, diharapkan
dapat memberikan kontribusinya dengan memberikan penyuluhan PHBS di sekolah dasar
sebagai generasi masa depan, minimal satu bulan sekali dalam rangka penyegaran informasi
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2017). Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Bandar
Lampung: Dinkes Provinsi Lampung.
Laporan Kinerja Satu Tahun (2010). Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan
Untuk Hidup Sehat. Jakarta: Kemenkes RI Pusat Promosi Kesehatan.
Maryunani, Anik (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: CV Trans Info
Media.
Profil Anak Indonesia (2018). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Badan Pusat
Statistik.

Anda mungkin juga menyukai