Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

KEBIJAKAN PUBLIK DAN AVOKASI KESEHATAN

PADA AGRICULTURAL SOCIETY

“LUAS LAHAN USAHA TANI DAN WELLBEING PETANI”

Penyusun

Nama : Nelly Yuana

NPM : 1928021001

P.S : Magister Kesehatan Masyarakat

Mata Kuliah : Agromedicine

Dosen : Dr.dr.Ta Larasati, M.Kes, FISCM,FISPH

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan hidup (well being) adalah sebuah kondisi dimana idividu memiliki

sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri

dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup

dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan

mengembangkan dirinya. (https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-

kesejahteraan-hidup-atau-psychological-well-being/8223/2)

Diener dan Suh (2000) menyatakan bahwa kebahagiaan dan kepuasaan memiliki

persamaan makna dengan kesejahteraan subjektif. Istilah tersebut tidak hanya digunakan

untuk mengungkapkan perasaan tidak nyaman atau suasana hati yang kurang

menyenangkan. Kesejahteraan maupun kebahagiaan yang dikaitkan dengan materi dan

kebebasan atas pilihan berhubungan erat dengan kepuasan yang didapatkan oleh petani.

Kepuasan merupakan salah satu bentuk penilaian komponen kognitif pada kesejahteraan

subjektif. Kepuasan yang dirasakan juga berkaitan dengan pencapaian suasana hati yang

positif. Menurut Seligman (2005) seseorang yang merasakan suasana hati positif akan

cendrung memperlihatkan hasil kerja yang memuaskan sertamampu dihadapkan pada

berbagai tugas dengan baik (http://repository.uin-suska.ac.id/6654/2/BAB%20I.pdf).

Lahan pertanian dewasa ini menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin kuat

terutama oleh persaingan peruntukan bagi pengembangan industri dan pemukiman, yang

semua itu mengancam eksistensi sektor pertanian dalam hal ketahanan pangan nasional.
Masalah penguasaan lahan telah banyak dikaji, terutama di negara-negara berkembang,

yang berkaitan dengan proses transformasi perekonomian suatu negara.

Selama ini pemerintah Indonesia telah menciptakan berbagai kebijakan dan

program yang ditujukan untuk mengkondisikan agar besaran dan struktur penguasaan lahan

pertanian lebih kondusif. Perluasan lahan pertanian, transmigrasi, reforma agraria, dan

sebagainya telah ditempuh. Akan tetapi secara empiris ternyata sampai saat ini tujuan untuk

menciptakan besaran dan struktur penguasaan lahan pertanian yang kondusif untuk

menunjang pencapaian tujuan pembangunan pertanian belum sesuai dengan yang

diharapkan. Berbagai program untuk menurunkan angka kemiskinan juga telah dilakukan,

namun Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat angka kemiskinan pada September 2019

mencapai 9,22 persen. Angka ini turun 0,19 persen poin terhadap Maret 2019 dan menurun

0,44 persen poin terhadap September 2018. Sementara jumlah penduduk miskin pada

September 2019 tercatat 24,79 juta orang. Angka tersebut turun 0,36 juta orang terhadap

Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2018.

Dengan tingkat kemiskinan tersebut, jumlah penduduk yang kurang mampu

mengakses pangan masih sangat banyak. Pada tahun 2018 daerah yang rentan rawan

pangan mencapai 17,1 persen dari total kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Adapun 426

kabupaten/kota lainnya atau sekitar 82,9 persen sudah masuk ke kategori tahan pangan.

B. Identifikasi Masalah

Diantara kelompok petani, yang paling perlu mendapat perhatian dilihat dari

tingkat kesejahteraan dan kaitannya dengan luasan lahan yang dikuasai adalah petani

tanaman pangan, khususnya padi. Padi atau beras secara nasional merupakan komoditas

strategis dengan jumlah rumah tangga petani padi paling dominan diantara komoditas
pangan lain. Jumlah rumah tangga petani padi sekitar 65 persen dari total rumah tangga

petani sehingga program dan kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan yang

ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan petani padi juga berdampak positif terhadap

ekonomi rumah tangga perdesaan secara umum. Disamping upaya peningkatan produksi

padi, dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani padi, petani perlu

didorong pula untuk mengembangkan berbagai kemungkinan komoditas pangan lain

seperti jagung dan kedele.

Dengan demikian, permasalahan yang perlu dianalisis lebih mendalam adalah yang

terkait dengan sempitnya rataan penguasaan lahan sehingga kebijakan reforma agraria dan

kebijakan pembangunan pertanian yang akan dilakukan mampu mengangkat kesejahteraan

petani atau mengeluarkan petani dari kemiskinan adalah:

1. Kebijakan apa yang perlu segera dilakukan oleh pemerintah untuk mengangkat

kesejahteraan para petani tersebut ?

C. Tujuan

Berdasarkan permasalahan tersebut, makalah ini bertujuan untuk :

1. Menyajikan saran kebijakan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah

tangga petani
BAB II

KEBIJAKAN PUBLIK DAN ADVOKASI

A. Kebijakan dan advokasi yang di perlukan

1. Dorongan penawaran lahan oleh petani dapat dirangsang oleh beberapa faktor yaitu

luas pemilikan lahan petani yang relatif sempit akibat kepadatan penduduk yang tinggi,

sistem pewarisan lahan pecah bagi yang mengarah pada pemilikan lahan yang semakin

sempit (Simatupang dan Irawan, 2003), pertumbuhan jumlah penduduk yang

menyebabkan kelangkaan lahan (Pak-pahan dan Anwar, 1989), dan pemilikan lahan

guntai yang tidak efisien untuk kegiatan usahatani (Wibowo, 1996).

2. Permintaan lahan untuk kegiatan nonpertanian dapat dirangsang oleh tiga kondisi yaitu

: pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada meningkatnya kebutuhan lahan untuk

kegiatan nonpertanian, pertumbuhan jumlah penduduk yang berdampak pada

peningkatan kebutuhan lahan untuk perumahan, dan transformasi struktur ekonomi

yang mengarah pada sektor ekonomi yang memiliki produktivitas lebih tinggi

dibanding sektor pertanian

3. Kedua perilaku permintaan dan pena-waran lahan pertanian tersebut tidak terlepas dari

kebijakan pembangunan ekonomi, sosial, dan pengembangan wilayah. Misalnya, kebi-

jakan ekonomi yang bias pada sektor nonper-tanian akan memperbesar tarikan

permintaan lahan untuk kegiatan nonpertanian. Begitu pula kebijakan pembangunan

wilayah yang telah memetakan suatu wilayah sebagai ka-wasan industri atau kawasan

pemukiman akan merangsang terjadinya konversi lahan per-tanian di kawasan tersebut.

Sedangkan kebijakan di bidang sosial yang tidak mampu menekan laju pertumbuhan
penduduk dapat merangsang konversi lahan akibat meningkat-nya kelangkaan lahan

dan naiknya kebutuhan lahan untuk perumahan penduduk

B. Kebijakan Publik di level internasioanl dan nasional

Jaminan Luasan Lahan Pertanian adalah kebijakan Pemerintah Pusat dan

pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan kepada Petani dalam memperoleh lahan

untuk mengembangkan Usaha Tani. Jaminan Luasan Lahan Pertanian diatur dengan

Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan ketentuan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2019 tentang Jaminan Luasan Lahan

Pertanian ditetapkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 19 September 2019 di Jakarta.

PP 65 tahun 2019 tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian diundangkan oleh

Menkumham Yasonna H. Laoly dan mulai berlaku pada tanggal 23 September 2019. PP

65 tahun 2019 tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian diundangkan dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 170, dan Penjelasan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 65 tahun 2019 tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian dalam

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6389, agar seluruh orang

mengetahuinya.

C. Implementasi kebijakan

Lahan Pertanian memiliki nilai ekonomis, sosial, dan religius. Oleh karena itu

Lahan Pertanian memiliki peran strategis bagi masyarakat, Indonesia yang bercorak agraris

yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor Pertanian. Dalam
pembangunan pertanian, lahan merupakan sumber daya pokok dalam Usaha Tani, terutama

pada kondisi yang sebagian besar bidang usahanya masih bergantung pada pola pertanian

berbasis lahan. Di sisi lain, lahan merupakan sumber daya alam yang terbatas tetapi

kebutuhan terhadap lahan terus meningkat. Salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan tersebut dilakukan dengan membuka akses lahan bagi Petani berlahan sempit

dalam peningkatan luasan Lahan Pertanian untuk Usaha Tani melalui penyelenggaraan

Jaminan Luasan Lahan Pertanian.

Kebijakan tersebut sudah diimplementasikan sesuai dengan Pertimbangan

Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2019 tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian

adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013

tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah

tentang Jaminan Luasan Lahan Pertanian.

D. Hasil dari kebijakan dan advokasi

1. Kemudahan untuk Memperoleh Tanah Negara yang Diperuntukkan atau

Ditetapkan Sebagai Kawasan Pertanian

2. Kemudahan untuk Memperoleh Lahan Pertanian yang Berasal dari Penetapan

Lahan Terlantar yang Potensial Sebagai Lahan Pertanian

3. Fasilitasi Pinjaman Modal Pelatihan Kewirausahaan dan Bantuan Modal


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Luas lahan usahatani relatif sempit dan kesenjangan pemilikan lahan juga semakin

tinggi. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pendapatan petani perlu dilakukan

perbaikan struktur pengusahaan lahan. Reforma agraria hadir sebagai upaya menata

kembali atau memperbaharui struktur pemilikan, penguasaan dan penggunaan tanah

demi kepentingan petani kecil, penyakap dan buruh tanitak bertanah

B. SARAN

1. Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan , petani menerapkan sistem

usaha tani organik, karena tanaman organik yang dihasilkan memiliki keuntungan

yang positif serta memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif.

2. Pertanian organik dapat menjadi solusi dari semakin menurunnya luas lahan

pertanian, walaupun menggunakan lahan yang terbatas, petani dapat menghasilkan

pangan berkualitasyang baik bagi kesehatan maupun lingkungan, juga memberikan

hasil yang tinggi untuk peningkatan kesejahteraan petani

3. Pemerintah perlu menciptakan sebuah sistem terpadu sehingga petani bisa mandiri

dari hulu sampai hilir dalam hal teknis budidaya, manajemen, organisasi sampai

pemasaran

Anda mungkin juga menyukai