Anda di halaman 1dari 23

PROSES PENYUSUNAN KEBIJAKAN

PANGAN DAN GIZI KESMAS

Ria Anggraini
Bp 1820322005

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS
2019
OUTLINE….
• Proses Penyusunan kebijakan gizi kesmas dan
pangan
• Herarki penyusunan kebijakan gizi kesmas dan
pangan
• Peran pemerintah pusat provinsi, dan
kabupaten kota dalam penyusunan kebijakan
gizi kesmas dan pangan
PROSES PENYUSUNAN KEBIJAKAN GIZI KESMAS DAN
PANGAN

• Masalah gizi sangat terkait dengan ketersediaan dan


aksesibilitas pangan penduduk.
• Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal
sebagai zat gizi. Pada akhirnya, zat gizi tersebut
menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam
tubuh dan memperlancar pertumbuhan serta memperbaiki
jaringan tubuh.
• Kebijakan pangan merupakan bagian integral dari kebijakan
pembangunan nasional. Secara spesifik, kebijakan tersebut
dirumuskan untuk mengelola potensi nasional,
memanfaatkan peluang, serta mengatasi masalah dan
tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan
Proses Kebijakan
PENYUSUNAN
AGENDA
PERUMUSAN PERUMUSAN
MASALAH USULAN
KEBIJAKAN KEBIJAKAN

PENILAIAN PENGESAHAN
KEBIJAKAN KEBIJAKAN

PELAKSANAAN
KEBIJAKAN
• Pada setiap proses perencanaan program
pangan dan gizi setidak-tidaknya terdapat
empat langkah pokok yang harus dilalui.
1. Penilaian status kini
2. Penetapan tujuan dan sasaran
3. Penyusunan strategi program
4. Penahapan pelaksanaan
1. Penilaian status kini
• ada langkah ini harus dilakukan upaya untuk mengetahui
atau menilai situasi atau masalah yang sedang dihadapi.
Pengamatan situasi kini dapat dilakukan dengan cara
pengamatan langsung di lapangan atau dengan
mengumpulkan informasi/data dari laporan-laporan atau
publikasi yang ada.
2. Penetapan Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan pada penemuan dan pengetahuan yang dimiliki
serta hasil dari analisis situasi kini, maka dapat dirumuskan
tujuan yang akan dicapai serta sasarannya. Sesuatu yang
ingin dituju atau tujuan mencerminkan suatu kebutuhan
dasar yang hendak dicapai. Dalam beberapa hal perlu
dilakukan proyeksi – proyeksinya ke masa mendatang.
Kemudian dari apa yang ingin dicapai tersebut dapat
dijabarkan ke bentuk sasaran (target) yang merupakan
wujud nyata dari kebutuhan dasar yang harus dicapai oleh
pembangunan.
HIRARKI PENYUSUNAN
PENYUSUNAN
KEBIJAKAN GIZI KESMAS
DAN MASYARAKAT
Identrifikasi
kebijakan Penyusunan
(identificatiton Agenda (agenda
of policy setting)
problems

Evaluasi Perumusan
kebijakan (policy kebijakan (policy
evaluasi formulation)

Pengesahan
Implementasi
kebijakan
kebijakan (policy
(legimating
implementation
policy
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PERBAIKAN GIZI
Kebijakan upaya perbaikan gizi dikembangkan & diarahkan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat,. Kebijakan yang dilakukan bersifat penyelamatan (rescue), pencegahan “lost
generation”, & pembaharuan (reform). Untuk itu maka kebijakan harus menjangkau
berbagai faktor yaitu:
KEBIJAKAN JANGKA PENDEK,
Kebijakan diarahkan pada peningkatan upaya
penanggulangan kasus pemulihan keadaan
gizi anak, penurunan kematian akibat gizi
buruk dan peningkatan mutu sumberdaya
manusia melaui peningkatan keadaan gizi
masyarakat

KEBIJAKAN JANGKA MENENGAH DAN


PANJANG,
berupa reformasi kebijakan yang tujuannya
adalah menyempurnakan subsistem
pelayanan kesehatan dan pembiayaan
kesehatan agar menjadi lebih proaktif,
professional serta mandiri
Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menegaskan bahwa
“Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor
meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan
dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin
keamanannya

(RPJMN) 2010-2014 secara tegas telah memberikan arah


Pembangunan Pangan dan Gizi yaitu meningkatkan ketahanan
pangan dan status kesehatan dan gizi masyarakat.
Keluaran rencana aksi diharapkan dapat menjembatani pencapaian
MDGs yang telah disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu
menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita menjadi 15,5 persen,
menurunnya prevalensi pendek pada anak balita menjadi 32 persen,
dan tercapainya konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000
Kkal/orang/hari
Dalam rencana aksi ini kebijakan pangan dan gizi disusun melalui pendekatan lima
pilar pembangunan pangan dan gizi yang meliputi :
• Perbaikan gizi masyarakat, terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil, dan anak melalui peningkatkan ketersediaan
dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu
1 hamil, bayi, dan anak baduta

• Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam melalui peningkatan ketersediaan dan aksesibiltas pangan yang
difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin.
2

• Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui peningkatan pengawasan keamanan pangan yang
difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga (PIRT) tersertifikasi
3

• Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat dan peran
pimpinan formal serta non formal, terutama dalam peribahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang
difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan
4 sehat, serta merevitalisasi posyandu.

• Penguatan kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program bidang
pangan dan gizi, termasuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan. Untuk pelaksanaan kebijakan dan
5 strategi di tingkat provinsi
KEDAULATAN

KEMANDIRIAN

KETAHANAN

KEAMANAN

MANFAAT

PEMERATAAN

BERKELANJUTAN

KEADILAN
PROGRAM-PROGRAM
KETAHANAN PANGAN

Peningkatan Produksi dan Ketersediaan Aneka


Pangan

Pengembangan Agribisnis Komoditas Pangan

Pengembangan Agroindustri Pendukung Ketahanan


Pangan
PIHAK YANG BERPERAN TERBENTUKNYA DAN
BERJALANNYA KEBIJAKAN
Kementrian Kesehatan
Program intervensi gizi spesifik dalam rangka menangani
penyebab-penyebab langsung terjadinya kurang gizi.

Kementerian PPN / BAPPENAS


Program intervensi rencana aksi pangan dan gizi nasional dan
daerah

Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri


Program intervensi pengentasan kemiskinan, PNPM Generasi
dan PKH

Kementerian Pertanian
Program intervensi produksi dan konsumsi keanekaragaman
pangan, makanan bergizi, seimbang dan aman.

Kementerian Kelautan dan Perikanan


Program intervensi peningkatan konsumsi ikan
PIHAK YANG BERPERAN TERBENTUKNYA DAN
BERJALANNYA KEBIJAKAN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Program intervensi keluarga berencana untuk menunda
usia kehamilan pertama dan meningkatkan jarak kelahiran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Program intervensi pendidikan bagi remaja perempuan
serta pendidikan anak usia dini

Kementerian Pekerjaan Umum


Program intervensi air bersih dan sanitasi dasar

Pemerintah Daerah
Komitmen dalam realisasi program intervensi dimasing-
masing daerah pemerintahannya masing-masing.
FAKTOR STRATEGIS YANG MEMPENGARUHI
PERUMUSAN KEBIJAKKAN

FAKTOR POLITIK

FAKTOR EKONOMI FINANSIAL

FAKTOR ADMINISTRASI

FAKTOR TEKNOLOGI

FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA

FAKTOR PERTAHANAN KEAMANAN


UNDANG-UNDANG : PERATURAN PERUNDANGAN
YG DISUSUN DPR DGN PERSETUJUAN PRESIDEN

PP PENGGANTI UU DITETAPKAN OLH PRESIDEN


DLM HAL KEPENTINGAN YG MEMAKSA

PP DITETAPKAN OLH PRESIDEN UNTUK


MENJALANKAN UU

PERATURAN PRESIDEN : PERATURAN PER-UU YG


DIBUAT OLH PRESIDEN

PERDA : DISUSUN DPR PROV/KAB DG


PERSETUJUAN KEPALA DAERAH
MACAM
KEBIJAKAN

KEBIJAKAN KEBIJAKAN
DAERAH NASIONAI

PERDA, UUD’45, UU,

KEPUTUSAN
KEPUTUSAN
PRESIDEN
KEPALA DAERAH,

KEPUTUSAN KEPUTUSAN
KEPALA DINAS, MENTERI, DIRJEN
Peran Pemerintah Pusat , Provinsi, Dan Kabupaten Kota
Dalam Penyusunan Kebijakan Gizi Kesmas Dan Pangan

• Menurut Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22


tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999,
pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan
mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung
jawab. Pemerintah pusat tidak menguasai dengan penuh,
namun hanya sebatas memberi arahan, memantau,
mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan otonomi
daerah. Dengan demikian setiap kebijakan nasional harus
diimplementasikan oleh pemerintah daerah. Implementasi
tidak hanya dalam bentuk menterjemahkan kebijakan
dalam suatu pedoman teknis, tetapi juga dengan
memperhatikan berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
• Peranan pemerintah pusat:
- Pembuat kebijakan/ sebagai regulator
- memberi arahan, memantau, mengawasi dan
mengevaluasi kebijakan
• Peranan provinsi
- Implementasi kebijakan
- Memberi arahan , memantau,mengawasi dan
mengevaluasi pelaksanaan pemerintah tingkat
kabupaten kota
• Peranan pemerintah kabupaten kota
- Implementasi kebijakan
 Dalam pelaksanaannya, seluruh kabupaten/kota secara terus
menerus aktif melaksanakan koordinasi lintas instansi/dinas dan
organisasi masyarakat serta memperkuat kemitraan antara
pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai tingkat.
Dengan demikian akan terbangun early warning system terhadap
munculnya kasus-kasus gizi dan kesehatan sehingga dapat ditangani
secara cepat sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat.
Langkah ini perlu didukung melalui kerja sama kemitraan dengan
pihak swasta antara lain berupa Corporate Social Responsibility
(CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) baik di
bidang pangan maupun bidang lainnya seperti pendidikan, dengan
melaksanakan sosialisasi kepada anak usia dini dan ke kelompok
wanita dan masyarakat
 Di tingkat pusat, kebijakan pendukung dapat
berupa peraturan menteri, keputusan menteri
dan keputusan/ketetapan bersama. Kebijakan
pendukung yang diperlukan antara lain terkait
dengan:
1. penyediaan dan peningkatan akses
petani/nelayan terhadap sumber permodalan,
2. Meningkatkan kepatuhan aparat pelaksana di
lapangan,
3. Pemberian insentif bagi pelaku pembangunan
pangan dan gizi serta pemberian sanksi kepada
pelanggar aturan
• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai