Anda di halaman 1dari 7

3.3.

1 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif


Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara
eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur
24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi dan sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
Cakupan pemberian ASI Eklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan menurut data Susenas tahun
2004 sampai tahun 2011 cenderung fluktuatif seperti yang digambarkan pada grafik cakupan ASI
Eksklusif pada gambar berikut

45
38.5
40
34.3 33.6
35
28.6
30 26.3 25.5 24.3
PERSEN

25
19.5
20
15
10
5
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
TAHUN

Gambar 3.34 Persentase Bayi Umur 0 – 6 Bulan Yang Mendapat ASI Eksklusif Menurut
Tahun (Data Susenas 2004 – 2011)

Upaya peningkatan cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dilakukan dengan
berbagai strategi mulai dari penyusunan kerangka regulasi, peningkatan kapasitas petugas dan
promosi ASI Eksklusif.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mempunyai beberapa kegiatan untuk
meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di Jawa Timur diantaranya adalah:
a. Sosialisasi PP 33/2012 tentang ASI Eksklusif bagi ormas dalam rangka membangun
sanksi sosial.
b. Peningkatan dan pemantauan cakupan ASI Eksklusif untuk penurunan AKB.
c. Penyediaan peralatan dan bahan fasilitas ruang menyusui.
d. Peningkatan kapasitas Konselor ASI.
e. Koordinasi konselor ASI dan Pasca Pelatihan Konselor ASI.
f. Pelatihan kapsitas petugas dalam rangka konseling menyusui.
g. Pengadaan konseling ASI kit untuk Pelatihan Konseling Menyusui.
h. Sarasehan dalam rangka pembentukan Kelompok Pendukung ASI.
Cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Jawa Timur terus meningkat. Terdapat dua laporan
cakupan ASI Eksklusif di Jawa Timur yakni pada bayi 0 – 5 bulan (E0 – E5) dan 6 bulan (E6).
Berikut merupakan tren ASI Eksklusif E0 – E5 dan E6 tahun 2013 sampai 2014:

Gambar 3.35 Tren ASI Eksklusif E0 – E5 Tahun 2013 – 2014 Provinsi Jawa Timur

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan cakupan ASI Eksklusif 0
– 5 bulan (E0 – E5) dari tahun 2013 ke tahun 2014 yakni sebesar 2,4%. Pada tahun 2013
capaian cakupan ASI Eksklusif belum mencapai target sebesar 75% . Hal yang sama juga terjadi
pada tahun 2014 yakni target sebesar 80% juga belum tercapai.
Gambar 3.36 Tren ASI Eksklusif E6 Tahun 2013 – 2014 Provinsi Jawa Timur
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan cakupan ASI Eksklusif
6 bulan (E6) dari tahun 2013 ke tahun 2014. Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 ,
cakupan ASI Eksklusif E6 belum mencapai target yang telah ditetapkan yakni 75% pada tahun
2013 dan 80% pada tahun 2014.

100.0
88.6
84.0
83.9
83.8
83.5
83.1
81.4

90.0
81.1
79.0
78.0
77.4
76.9
76.9
75.7
73.7
72.4
72.3
71.2

80.0
70.9
70.3
70.0
69.2
68.6
66.7
66.6
66.5
66.4
66.2
65.7
63.9
63.8
63.7
63.1
62.7

70.0
60.7
58.0
55.9

60.0
49.3
47.8

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0

KABUPATEN/KOTA

Gambar 3.37 Cakupan ASI – Eksklusif (E0 – E5) Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Cakupan ASI Eksklusif E0 – E6 Provinsi Jawa Timur sebesar 70.3% hal tersebut
menunjukkan bahwa cakupan masih belum mencapai target yang ditetapkan (75%). Beberapa
Kabupaten atau Kota yang masih belum memenuhi target Rencana Aksi Pembinaan Gizi yakni
Kabupaten Madiun sebesar (73.7%), Kabupaten Jombang (72.4%), Kabupaten Situbondo
(72.3%, ), Kota Malang (71.6%), Kabupaten Banyuwangi (70.9%), Kota Blitar (70.0%), Kota
Probolinggo (69.2%), Kota Batu (68.8%), Kota Madiun (67.7%), Kabupaten Bondowoso
(66.9%), Kabupaten Mojokerto (66.4%), Kabupaten Gresik (66.2%), Kabupaten Malang
(65.9%), Kabupaten Probolinggo (65.2%), Kota Kediri (63.9%), Kota Pasuruan (63.7%), Kota
Surabaya (63%), Kabupaten Sampang (61.9%), Kabupaten Tulungangung (60.7%), Kota
Mojokerto (58%), Kabupaten Trenggalek (55.9%) ,Kabupaten Pamekasan (49.3%) dan
Kabupaten Sidoarjo (48.6%). Kabupaten yang memiliki cakupan ASI Eksklusif untuk E0 sampai
E5 terendah adalah Kabupaten Sidoarjo yakni sebesar 48.6%.

120.0
99.7

100.0
82.5
80.2
74.8
66.8
66.8
66.7

80.0
61.9
60.8
59.5
58.5
56.3
54.3
53.4
52.2
51.0
50.0
47.1

60.0
42.9
41.1
40.8
40.7
38.3
34.9
32.6
30.4
30.2
27.9
40.0
19.7
13.2
11.1
11.1
10.7
10.3
10.2
9.6
20.0

8.3
7.4
2.8
-
Kab. Pamekasan
Kab. Blitar

Kota Surabaya
Kab. Mojokerto
Kab. Magetan

Kab. Madiun

Kab. Sumenep
Kota Mojokerto

Kota Batu
Kab. Nganjuk

Kab. Situbondo

Kota Kediri

Kab. Malang

Kab. Sampang
Kab. Pasuruan

Kab. Sidoarjo

Kab. Tuban
Kab. Jember
Kab. Jombang

Kota Blitar

Kab. Lamongan
Kota Malang

Kab. Probolinggo

Kab. Trenggalek

Kab. Bojonegoro

Kab. Ngawi
Kota Madiun

Kab. Bondowoso

Kab. Ponorogo
Kab. Bangkalan
Kab. Kediri

Kab. Tulungagung

Kota Pasuruan

Kab. Pacitan

Kab. Gresik

Kab. Lumajang
Kota Probolinggo

Kab. Banyuwangi

Jawa Timur

Kabupaten/Kota

Gambar 3.38 Cakupan ASI – Eksklusif (E6) Tahun Provinsi Jawa Timur 2013

Cakupan ASI – Eksklusif sampai bulan ke enam menunjukkan bahwa cakupan ASI –
Eksklusif di Provinsi Jawa Timur masih sangat rendah yakni sebesar 19.6%. Kabupaten yang
memiliki cakupan ASI – Eksklusif sampai enam bulan (E6) terendah adalah Kabupaten Ngawi
dengan prosentase 2.3%. Pada cakupan ASI Eksklusif E6 (ASI Eksklusif dari 0 sampai 6 bulan)
menunjukkan bahwa hanya 3 Kabupaten yang memenuhi target, sedangkan 35 Kabupaten atau
Kota masih sangat jauh dari target yang telah ditetapkan (75%).
Cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal terutama masih sangat
terbatasnya tenaga konselor ASI, belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisai, advokasi dan
kampanye terkait pemberian ASI Eksklusif maupun MP – ASI, masih Kurangnya ketersediaan
sarana dan prasarana KIE ASI dan MP – ASI dan belum optimalnya membina kelompok
pendukung ASI dan MP – ASI.
Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif 0 – 6 bulan dapat disebabkan masih
kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan
pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi usia 0 – 6 bulan. Dilain pihak adanya promosi
dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang kadang sulit untuk dikendalikan.
Mungkin pula masih banyak Rumah Sakit (RS) yang belum mendukung peningkatan pemberian
ASI Eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan
bayinya, dan belum atau masih rendahnya melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) serta masih
bebas beredarnya susu formula di lingkungan RS.
Upaya trobosan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang manfaat ASI Eksklusif,
penyediaan fasilitas di tempat kerja, peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu, peningkatan
dukungan keluarga dan masyarakat serta upaya untuk mengendalikan pemasaran susu formula.
Selain itu perlu juga penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) di RS dan
sarana pelayanan kesehatan yang lainnya yang melakukan kegiatan persalinan.

Gambar 3.37 Cakupan ASI – Eksklusif (E0 – E5) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Cakupan ASI Eksklusif E0 – E5 Provinsi Jawa Timur tahu 2014 sebesar 72.68% hal
tersebut menunjukkan bahwa cakupan masih belum mencapai target yang ditetapkan (80%).
Beberapa Kabupaten atau Kota yang memenuhi target Rencana Aksi Pembinaan Gizi yakni
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Lamongan,
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jember dan
Kabupaten Sumenep.

Gambar 3.37 Cakupan ASI – Eksklusif (E6) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Cakupan ASI – Eksklusif sampai bulan ke enam menunjukkan bahwa cakupan ASI –
Eksklusif di Provinsi Jawa Timur masih sangat rendah yakni sebesar 22,64%. Kabupaten yang
memiliki cakupan ASI – Eksklusif sampai enam bulan (E6) terendah adalah Kabupaten Ngawi
dengan prosentase 3,48%. Pada cakupan ASI Eksklusif E6 (ASI Eksklusif dari 0 sampai 6
bulan) menunjukkan bahwa hanya 5 Kabupaten yang memenuhi target, sedangkan 33 Kabupaten
atau Kota masih dibawah target yang telah ditetapkan (80%).
Cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal terutama masih sangat
terbatasnya tenaga konselor ASI, belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisai, advokasi dan
kampanye terkait pemberian ASI Eksklusif maupun MP – ASI, masih Kurangnya ketersediaan
sarana dan prasarana KIE ASI dan MP – ASI dan belum optimalnya membina kelompok
pendukung ASI dan MP – ASI.
Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif 0 – 6 bulan dapat disebabkan masih
kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan
pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi usia 0 – 6 bulan. Dilain pihak adanya promosi
dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang kadang sulit untuk dikendalikan.
Mungkin pula masih banyak Rumah Sakit (RS) yang belum mendukung peningkatan pemberian
ASI Eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan
bayinya, dan belum atau masih rendahnya melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) serta masih
bebas beredarnya susu formula di lingkungan RS.
Upaya trobosan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang manfaat ASI Eksklusif,
penyediaan fasilitas di tempat kerja, peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu, peningkatan
dukungan keluarga dan masyarakat serta upaya untuk mengendalikan pemasaran susu formula.
Selain itu perlu juga penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) di RS dan
sarana pelayanan kesehatan yang lainnya yang melakukan kegiatan persalinan.

Anda mungkin juga menyukai