Oleh
Salma Rahma Aliyah
2214051004
Puji syukur hanya kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis Nilai Tambah
Pengolahan Bayam Menjadi Keripik Bayam” yang merupakan tugas dari mata kuliah
Pengantar Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembaca makalah ini.
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dari
komoditas bayam adalah dengan mencari alternatif cara pemanfaatan daun
bayam yang selama ini hanya digunakan dan dikonsumsi sebagai sayuran
menjadi sebuah produk bernilai tambah keripik bayam. Hadirnya
kesetimbangan antara eksistensi dan konsistensi unit usaha yang mengolah
daun bayam menjadi keripik bayam, akan dapat meningkatkan permintaan
bayam sebagai bahan baku. Peningkatan permintaan akan komoditas ini
pastinya akan mendorong para petani bayam untuk mengembangkan usaha
taninya dan akan menjadi sumber motivasi bagi para petani atau calon petani
untuk mengembangkan komoditas bayam. Berkembangnya usaha keripik
bayam, tidak sekedar memberikan nilai tambah bagi komoditas bayam, tetapi
juga dapat meningkatkan kesempatan kerja dan memberikan diversitas bahan
makanan yang berbahan sayuran bagi masyarakat.
Besarnya peluang untuk mendirikan sebuah unit usaha baru dengan melihat
berbagai potensi yang ada saat ini, tidak serta merta membuat unit usaha dapat
berkembang. Rukka (2008) mengemukakan bahwa lingkungan di mana kita
berada senantiasa berubah, dan untuk mampu bertahan di lingkungan tersebut,
sebuah unit bisnis harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungannya. Semakin dinamis lingkungan dimana unit usaha itu berada,
maka semakin sulit untuk mengetahui dan mengantisipasi perubahan yang
diperlukan. Permintaan konsumen yang semakin beragam menuntut pemilik
usaha dalam keberlangsungan usahanya perlu menerapkan strategi dengan
mengevaluasi model bisnisnya agar dapat sesuai dengan perkembangan yang
terjadi. Chesbrought (2006) mengemukakan bahwa strategi usaha yang
dijalankan oleh perusahaan tidak akan dapat berjalan maksimal jika tidak
didasari oleh pengkajian dan perumusan model bisnis yang tepat.
I.2 Tujuan
2.1 Hasil
Biaya Produksi
Biaya produksi dalam pembuatan keripik bayam dihitung dari berbagai biaya,
diantaranya adalah biaya bahan baku, biaya penolong, biaya lain-lain, biaya
tenaga kerja dan biaya penyusutan alat. Biaya produksi yang dihitung dalam
penelitian ini meliputi biaya tidak tetap (Variable cost) dan biaya tetap (Fixed
cost). Untuk biaya tidak tetap meliputi biaya sarana produksi, dan biaya
tenaga kerja sedangkan biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat.
Pendapatan dari usaha keripik bayam adalah selisih dari penerimaan dan biaya
produksi. Untuk rincian pendapatan usaha keripik bayam dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut ini.
Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi per kg
bahan baku adalah rata-rata sebesar Rp 26.200,00. Nilai tambah dari proses
pengolahan bayam menjadi keripik bayam adalah sebesar Rp 167.550,00 kg-1
dengan rasio nilai tambah sebesar 83,775 %. Besarnya keuntungan yang
diperoleh dari proses pengolahan bayam menjadi keripik bayam adalah Rp
137.550,02 kg-1 keripik bayam dengan tingkat keuntungan sebesar 68,775%
dari nilai produk (output).
2.2 Pembahasan
Biaya Produksi
Biaya produksi yang dikeluarkan dalam pengolahan usaha agroindustri
keripik bayam dihitung dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
penyusutan alat.