Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI SELAI NANAS GORENG PADA

AGROINDUSTRI DI DESA TANGKIT BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN


MUARO JAMBI

Sandra Aprilia1, Yusma Damayanti2 dan Riri Oktari Ulma2


1) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
2) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Email: sandraaprilia220400@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui gambaran umum pada agroindustri


pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng di Desa Tangkit Baru Kecamatan
Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, 2) Menganalisis nilai tambah dari
pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng pada agroindustri di Desa Tangkit
Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan objek
dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Data yang digunakan pada
penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan yaitu
data produksi periode Juni 2023. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis data yang digunakan untuk
menentukan nilai tambah adalah dengan metode Hayami. Dari hasil uraian
analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Awal mula
agroindustri olahan nanas di Desa Tangkit Baru didirikan karena ketersediaan
nanas melimpah sedangkan masa simpan singkat. Pelaku usaha berinisiatif
memanfaatkan buah nanas tersebut dengan cara mengolahnya menjadi selai
nanas yang kemudian berinovasi menjadi berbagai produk makanan maupun
minuman, salah satunya menjadi selai nanas goreng. 2) Nilai tambah rata-rata
proses produksi selai nanas goreng yang diperoleh agroindustri Yusra adalah
sebesar Rp 40.412,45/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 84,19%
dan keuntungan sebesar 90,07%. Sedangkan nilai tambah rata-rata proses
produksi selai nanas goreng yang diperoleh agroindustri Abadi adalah sebesar Rp
23.710,8/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 79,03% dan
keuntungan sebesar 79,00%. Dari hasil penelitian dan analisis data yang
dilakukan dapat diketahui bahwa usaha agroindustri selai nanas goreng di daerah
penelitian sangat bernilai tambah dan memberikan keuntungan.
Kata kunci: Nilai Tambah, Selai Nanas Goreng, Agroindustri
ABSTRACT

This research aims to 1) Understand the general description of the agro-industry of


processing pineapple into fried pineapple jam in Tangkit Baru Village, Sungai Gelam
District, Muaro Jambi Regency, 2) Analyze the added value of processing pineapple into
fried pineapple jam in the agro-industry in Tangkit Baru Village, Sungai Gelam District,
Regency Muaro Jambi. The selection of objects was carried out deliberately (purposive
sampling). The data used in this research are primary data and secondary data. The data
collected is production data for the period June 2023. The analysis method used is
qualitative descriptive analysis and quantitative analysis. Data analysis used to
determine added value is the Hayami method. From the results of the analysis and
discussion, it can be concluded as follows: 1) The beginning of the pineapple processing
agro-industry in Tangkit Baru Village was established because the availability of
pineapples was abundant while the shelf life was short. Business actors took the
initiative to utilize the pineapple fruit by processing it into pineapple jam which was then
innovated into various food and drink products, one of which was fried pineapple jam.
2) The average added value of the fried pineapple jam production process obtained by
Yusra agroindustry is IDR 40,412.45/kg of raw material with a value added ratio of
84.19% and a profit of 90.07%. Meanwhile, the average added value of the fried
pineapple jam production process obtained by Abadi agro-industry is IDR 23,710.8/kg of
raw material with a value added ratio of 79.03% and a profit of 79.00%. From the results
of the research and data analysis carried out, it can be seen that the fried pineapple jam
agro-industry business in the research area has added value and provides profits.

Keywords: Added Value, Fried Pineapple Jam, Agroindustry


PENDAHULUAN
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam bidang
pertanian khususnya tanaman hortikultura, karena memiliki keragaman agroklimatologi,
karakteristik lahan dan sebaran wilayah yang sangat luas. Sebagai motor penggerak
pembangunan pertanian, agribisnis dan agroindustri berperan penting dalam kegiatan
pembangunan daerah, baik dalam sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan
ekonomi maupun stabilitas Nasional. Hal ini telah dibuktikan bahwa agroindustri mampu
meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan
perolehan devisa dan mendorong munculnya industri lain. Dengan demikian, strategi
pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri merupakan suatu
upaya yang sangat penting untuk mencapai tujuan seperti mendorong munculnya
industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang tangguh,
efisien dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa dan
menciptakan lapangan kerja (Soekartawi, 2005).
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
(Ananas comosus L.) termasuk komoditas hortikultura andalan dalam perdagangan buah
tropik. Pada mulanya nanas di Indonesia hanya sebagai tanaman pengisi pekarangan,
kemudian nanas dibudidayakan di lahan kering dan menyebar luas hampir di setiap
Provinsi di Indonesia. Bagian utama nanas yang bernilai ekonomi penting adalah
buahnya. Selain dikonsumsi langsung, diketahui bahwa buah nanas dapat diolah menjadi
selai nanas, selai nanas goreng, dodol nanas, manisan, buah kaleng dan lainnya. Buah
nanas juga mengandung gizi cukup tinggi seperti enzim bromelain, vitamin A, C dan
betakaroten, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium dan kalium, sehingga
bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Wulandari, 2016).
Provinsi Jambi khususnya Kabupaten Muaro Jambi memiliki syarat tumbuh yang
baik untuk tanaman nanas, sehingga lebih banyak menghasilkan nanas dibandingkan
Kabupaten/Kota lainnya. Di Kecamatan Sungai Gelam Desa Tangkit Baru terdapat
maskot tugu nanas cukup besar yang menjadi identitas bahwa Desa Tangkit Baru
merupakan sentra budidaya nanas sekaligus pusat agroindustri olahan nanas. Nilai
tambah merupakan pertambahan nilai dari suatu komoditas yang telah mengalami
proses pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan dalam suatu produksi. Pada proses
pengolahan komoditas pertanian mampu memberikan nilai tambah yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan produk pertanian itu sendiri, sehingga pelaku usaha
agroindustri pengolahan hasil pertanian mampu berperan dalam meningkatkan
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja (Soekartawi, 1999).

METODE PENELITIAN
Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja, yaitu di Desa
Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan
pertimbangan bahwasanya Desa Tangkit Baru merupakan daerah sentra budidaya nanas
sekaligus pusat agroindustri olahan nanas yang mengusahakan produk olahan nanas
secara kontinu dan produknya pun bervariasi, serta Desa Tangkit Baru memiliki banyak
agroindustri olahan nanas.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
Metode pengumpulan data primer yaitu dengan cara observasi dan wawancara.
Observasi yaitu metode pengamatan dan peninjauan langsung ke objek penelitian,
sedangkan wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
pemilik agroindustri dan karyawannya untuk memperoleh informasi-informasi yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan kuisioner yang
telah disiapkan.
Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan
menjelaskan keadaan umum agroindustri yang terdapat didaerah penelitian (2)
digunakan analisis nilai tambah metode Hayami. Untuk identifikasi masalah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum agroindustri
Awal mula agroindustri olahan nanas di Desa Tangkit Baru didirikan karena
ketersediaan nanas melimpah sedangkan masa simpan singkat. Pelaku usaha berinisiatif
memanfaatkan buah nanas tersebut dengan cara mengolahnya menjadi selai nanas yang
kemudian berinovasi menjadi berbagai produk makanan maupun minuman, salah
satunya menjadi selai nanas goreng. Agroindustri pengolahan nanas menjadi selai nanas
goreng yang diteliti yaitu agroindustri Yusra dan agroindustri Abadi. Produk yang
diproduksi diantaranya adalah rambutan goreng, lempok nanas, pepaya goreng, bakso
kiloan, snack nanas (kerupuk nanas), aneka kue kering, nanas kering, minuman nanas,
kerupuk wortel dan lainnya. Agroindustri ini telah memiliki pasar tetap dalam
memasarkan produknya khususnya selai nanas goreng. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan saat memproduksi selai nanas goreng adalah lima orang. Bahan baku yang
digunakan untuk memproduksi selai nanas goreng ini diperoleh dari petani sekitar desa
tangkit baru dengan harga Rp 5.000/kg.
Tahapan Proses Produksi
Pengolahan nanas menjadi produk selai nanas goreng melalui proses yang
cukup panjang. Alur tahapan proses yang dilakukan dalam pembuatan selai nanas
goreng di Desa Tangkit Baru dapat dilihat pada Gambar 4. sebagai berikut:

Buah Nanas Pengupasan Penggilingan

Penggorengan Penjemuran Pembuatan Selai

Penirisan Pengemasan Selai Nanas Goreng

Komponen Pembentuk Nilai Tambah


1. Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan utama yang paling penting dalam industri
pengolahan, apabila terselenggara pada saat yang diperlukan sesuai dengan kuantitas
dan kualitasnya. Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan selai nanas goreng
adalah buah nanas. Sumber bahan baku diperoleh selain dari kebun sendiri ada juga
membeli ke petani nanas yang di jual dengan harga Rp 2.500/butir. Dalam hal ini, satu
buah nanas sama dengan 0,5 kg sehingga untuk harga satu kilogram buah nanas adalah
Rp 5.000/kg. Berikut ini merupakan rata-rata penggunaan bahan baku dan biaya bahan
baku selai nanas goreng pada agoindustri Yusra dan agoindustri Abadi periode Juni
tahun 2023.
Tabel 1. Rata-rata Penggunaan, Harga dan Biaya Bahan Baku Selai Nanas
Goreng pada Agoindustri Yusra dan Agroindustri Abadi Periode Juni
Tahun 2023
Komponen Nilai
Yusra Abadi
Bahan Baku (Kg) 175 75
Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 5.000 5.000
Biaya Bahan Baku (Rp) 875.000 375.000
Sumber: Olahan Data 2023
Agroindustri Yusra menggunakan bahan baku selai nanas rata-rata sebanyak 175 kg
dengan harga Rp 5.000/kg. Artinya dalam enam belas kali proses produksi pelaku usaha
agroindustri Yusra rata-rata mengeluarkan biaya sebesar Rp 875.000 untuk biaya bahan
baku. Sedangkan agroindustri Abadi menggunakan bahan baku selai nanas rata-rata
sebanyak 75 kg dengan harga Rp 5.000/kg. Artinya dalam enam belas kali proses
produksi pelaku usaha agroindustri Abadi rata-rata mengeluarkan biaya bahan baku
sebesar Rp 375.000 untuk biaya bahan baku.
2. Output
Output merupakan keluaran dari suatu proses produksi. Dalam penelitian ini output
produk yang dihasilkan oleh agroindustri berbahan baku nanas adalah selai nanas
goreng.
Tabel 2. Rata-rata Output, Faktor Konversi, Harga Output dan Nilai Output Selai Nanas
Goreng pada Agroindustri Yusra dan Agroindustri Abadi Periode Juni Tahun
2023
Komponen Nilai
Yusra Abadi
Output (Kg) 140 40
Faktor Konversi 0,8 0,5
Harga Output (Rp/Kg) 60.000 60.000
Nilai Output (Rp/Kg) 48.000 30.000
Sumber: Olahan Data 2023
Rata-rata output yang dihasilkan oleh agroindustri Yusra adalah sebesar 140 kg
dengan faktor konversi hasil produksi terhadap pemakaian bahan baku sebesar 0,8.
Artinya setiap penggunaan bahan baku 1 kg selai nanas setelah mengalami pengolahan
akan menjadi 0,8 kg selai nanas goreng. Sedangkan rata-rata output yang dihasilkan oleh
agroindustri Abadi adalah sebesar 40 kg dengan faktor konversi hasil produksi terhadap
pemakaian bahan baku sebesar 0,5. Artinya setiap penggunaan bahan baku 1 kg selai
nanas setelah mengalami pengolahan akan menjadi 0,5 kg selai nanas goreng. Harga
selai nanas goreng pada agroindustri Yusra adalah Rp 60.000 per kg dengan nilai output
sebesar Rp 48.000 per kg, artinya dari 1 kg selai nanas akan menghasilkan 0,8 kg selai
nanas goreng yang bernilai Rp 48.000. Sedangkan harga selai nanas goreng pada
agroindustri Abadi adalah Rp 60.000 per kg dengan nilai output sebesar Rp 30.000 per
kg, artinya dari 1 kg selai nanas akan menghasilkan 0,5 kg selai nanas goreng yang
bernilai Rp 30.000.
3. Nilai Input Lain
Nilai input lain adalah biaya input yang digunakan dalam proses produksi selain
bahan baku seperti biaya penyusutan alat dan biaya bahan penolong. Biaya penyusutan
alat diantaranya adalah pisau, baskom, keranjang, mesing penggiling, kompor, wajan,
mesin pengaduk, loyang, ember, alat pengering dan hand mixer. Sedangkan biaya bahan
penolong diantaranya adalah gula, tepung, minyak, mentega, vanili dan garam. Biaya
rata-rata dari biaya bahan penolong agroindustri Yusra yaitu sebesar Rp 799.400 dan
biaya rata-rata untuk biaya penyusutan alat yaitu sebesar Rp 494.375. Sedangkan, biaya
rata-rata dari biaya bahan penolong agroindustri Abadi yaitu sebesar Rp 342.600 dan
biaya rata-rata untuk biaya penyusutan alat yaitu sebesar Rp 302.000
Komponen Diluar Pembentuk Nilai Tambah
1. Tenaga Kerja
Komponen diluar pembentuk nilai tambah tersebut terdiri dari jumlah tenaga kerja,
koefisien tenaga kerja serta upah rata-rata tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja merupakan
banyaknya tenaga kerja yang dikerahkan dalam proses pengolahan bahan baku nanas
menjadi selai nanas goreng. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi
pembuatan selai nanas goreng ini adalah sebanyak lima orang. Sedangkan curahan
tenaga kerja adalah banyaknya curahan jam kerja dalam setiap proses produksinya,
dalam hal ini agroindustri menghitung curahan tenaga kerja dalam hitungan hari orang
kerja (HOK). Rata-rata hari orang kerja per proses produksi yang digunakan dalam
pembuatan selai nanas goreng adalah 5 jam.
Tabel 3. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Per Proses Produksi Selai Nanas Goreng
pada Agroindustri Yusra dan Agroindustri Abadi Periode Juni Tahun 2023
Komponen Nilai
Yusra Abadi
Tenaga Kerja (HOK/proses produksi) 5 5
Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) 0,028 0,066
Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) 60.000 60.000
Sumber: Olahan Data 2023
Rata-rata kebutuhan penggunaan tenaga kerja per proses produksi selai nanas
goreng pada agroindustri Yusra adalah lima tenaga kerja, maka dibutuhkan sekitar 5 jam
untuk mengolah nanas menjadi selai nanas goreng. Tenaga kerja yang digunakan berasal
dari dalam keluarga. Kegiatannya adalah mengolah selai nanas menjadi selai nanas
goreng hingga siap dipasarkan. Koefisien tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan di bagi dengan jumlah input yang diolah. Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk mengolah nanas menjadi selai nanas goreng adalah 5 jam dengan
jumlah input yang diolah agroindustri Yusra rata-rata sebanyak 175 kg setiap proses
produksi dan agroindustri Abadi rata-rata sebanyak 75 kg setiap proses produksi.
Dengan demikian, koefisien tenaga kerja agroindustri Yusra rata-rata sebesar 0,028
sedangakan koefisien tenaga kerja agroindustri Abadi rata-rata sebesar 0,066. Artinya
untuk mengolah satu kilogram selai nanas goreng agroindustri Yusra dibutuhkan tenaga
kerja langsung sebanyak 0,028 jam sedangkan agroindustri Abadi dibutuhkan tenaga
kerja langsung sebanyak 0,066 jam.
2. Imbalan Tenaga Kerja
Imbalan tenaga kerja merupakan perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan
upah rata-rata tenaga kerja. Imbalan rata-rata untuk tenaga kerja pada agroindustri
Yusra adalah sebesar Rp 1.680, artinya imbalan tenaga kerja dari setiap kilogram selai
nanas goreng dijual adalah senilai Rp 1.680. Sedangakan Imbalan rata-rata untuk tenaga
kerja pada agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 3.960, artinya imbalan tenaga kerja dari
setiap kilogram selai nanas goreng dijual adalah senilai Rp 3.960.

Nilai Tambah
Analisis nilai tambah penelitian ini menggunakan metode Hayami. Metode Hayami
adalah metode yang digunakan untuk menganalisis nilai tambah nanas menjadi produk
olahan. Analisis yang dilakukan dihasilkan dari perhitungan nilai output, harga bahan
baku dan sumbangan input lain. Nilai tambah adalah penambahan suatu komoditas
akibat mengalami pengolahan dalam suatu produksi. Nilai tambah yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah nilai tambah pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng.

Tabel 4. Perhitungan Nilai Tambah Rata-rata Proses Produksi Selai Nanas Goreng pada
Agroindustri Yusra dan Agroindustri Abadi Periode Juni Tahun 2023
Nilai
Variabel
Yusra Abadi
I Output, Input, dan Harga
1. Output (kg/proses produksi) 140 40
2. Bahan baku (kg/proses produksi) 175 75
3. Tenaga kerja (HOK/proses produksi) 5 5
4. Faktor konversi 0,8 0,5
5. Koefisien tenaga kerja (Jam/kg) 0,028 0,066
6. Harga output (Rp/kg) 60.000 60.000
7. Upah rata-rata tenaga kerja 60.000
60.000
(Rp/HOK)
II Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg) 5.000 5.000
9. Nilai input lain (Rp/kg) 2.587,55 1.289,20
10. Nilai Output (Rp/kg) 48.000 30.000
11. a. Nilai tambah (Rp/kg) 40.412,45 23.710,8
b. Rasio nilai tambah (%) 84,19 79,03
12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) 1.680 3.960
b. Bagian tenaga kerja (%) 41,57 16,70
13. a. Keuntungan (Rp/kg) 38.732,45 19.750,8
b. Tingkat keuntungan (%) 95,84 83,29
III Balas Jasa Terhadap Faktor Produksi
14. Margin (Rp/kg) 43.000 25.000
a. Pendapatan tenaga kerja (%) 39,06 15,84
b. Nilai input lain (%) 60,17 51,56
c. Keuntungan perusahaan (%) 90,07 79,00

Sumber: Data Primer,2023


Rata-rata nilai tambah yang dihasilkan pada agroindustri Yusra periode Juni atau
enam belas kali proses produksi adalah sebesar Rp 40.412,45/kg dengan rasio nilai
tambah sebesar 84,19%. Artinya dari Rp 40.412,45/kg nilai output maka 84,19%
merupakan nilai tambah dari pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng. Sedangkan
rata-rata nilai tambah yang dihasilkan pada agroindustri Abadi periode Juni atau enam
belas kali proses produksi adalah sebesar Rp 23.710,8/kg dengan rasio nilai tambah
sebesar 79,03%. Artinya dari Rp 23.710,8/kg nilai output maka 79,03% merupakan nilai
tambah dari pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng.
Bagian tenaga kerja merupakan imbalan tenaga kerja dibagi dengan nilai
tambah. Bagian tenaga kerja untuk agroindustri Yusra dari selai nanas goreng adalah
sebesar 41,57%, artinya dari nilai tambah sebesar Rp 40.412,45/kg yang diperoleh maka
41,57 persennya adalah bagian tenaga kerja. Sedangkan bagian tenaga kerja untuk
agroindustri Abadi dari selai nanas goreng adalah sebesar 16,70%, artinya dari nilai
tambah sebesar Rp 23.710,8/kg yang diperoleh maka 16,70 persennya adalah bagian
tenaga kerja.
Keuntungan dalam metode Hayami diperoleh dari perhitungan selisih antara
nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja. Keuntungan rata-rata produksi selai nanas
goreng pada agroindustri Yusra adalah sebesar Rp 38.732,45 per kilogram dengan
presentase tingkat keuntungan sebesar 95,84%. Dimana, keuntungan tersebut
merupakan untung untuk per kilogram bahan baku yang diolah. Sedangkan Keuntungan
rata-rata produksi selai nanas goreng pada agroindustri Abadi adalah sebesar Rp
19.750,8 per kilogram dengan presentase tingkat keuntungan sebesar 83,29%. Dimana,
keuntungan tersebut merupakan untung untuk per kilogram bahan baku yang diolah.
Margin menunjukkan kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi. Dari besaran marjin, dapat dilihat balas jasa terhadap
tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan bagi agroindustri. Marjin diperoleh
dari selisih nilai output dengan harga bahan baku. Besaran marjin rata-rata per proses
produksi untuk pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng pada agroindustri Yusra
adalah sebesar Rp 43.000 per kilogram bahan baku yang terdiri dari pendapatan tenaga
kerja sebesar 39,06%, sumbangan input lain sebesar 60,17% dan keuntungan
agroindustri sebesar 90,07%. Artinya bila marjin Rp 100,- per kilogram bahan baku, maka
Rp 39,06 merupakan pendapatan tenaga kerja, Rp 60,17 merupakan sumbangan input
lain dan Rp 90,07 merupakan keuntungan agroindustri. Sedangkan besaran marjin rata-
rata per proses produksi untuk pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng pada
agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 25.000 per kilogram bahan baku yang terdiri dari
pendapatan tenaga kerja sebesar 15,84%, sumbangan input lain sebesar 51,56% dan
keuntungan agroindustri sebesar 79,00%. Artinya bila marjin Rp 100,- per kilogram
bahan baku, maka Rp 15,84 merupakan pendapatan tenaga kerja, Rp 51,56 merupakan
sumbangan input lain dan Rp 79,00 merupakan keuntungan agroindustri.

Rasio Nilai Tambah


Rasio nilai tambah merupakan presentase nilai tambah dari nilai produk. Rasio
nilai tambah digunakan untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam bidang
produktivitas agroindustri yang berkaitan dengan nilai tambah produknya. Rasio-rasio
nilai tambah diperoleh dari komponen-komponen pembentuk nilai tambah pada
metode Hayami. Rasio-rasio yang dihitung dan dianalisa adalah nilai tambah per tenaga
kerja, nilai tambah per biaya tenaga kerja, nilai tambah per output dan keuntungan per
nilai tambah. Rasio nilai tambah rata-rata pada agroindustri Yusra dan agroindustri
Abadi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Rasio Nilai Tambah pada Agroindustri Yusra dan
Agroindustri Abadi Periode Juni Tahun 2023
Nilai
No Rasio
Yusra Abadi
1 Nilai tambah per tenaga kerja (Rp/TK) 22.482,49 22.742,16
2 Nilai tambah per biaya tenaga kerja (Rp) 1,87 1,89
3 Nilai tambah per output (%) 29,46 28,42
4 Keuntungan per nilai tambah (%) 98,50 96,51

Rasio nilai tambah per tenaga kerja menunjukkan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan per kilogram bahan baku dengan menggunakan tenaga kerja yang ada. Rata-
rata rasio nilai tambah per tenaga kerja pada agroindustri Yusra sebesar Rp 22.482,49,
artinya setiap penggunaan satu jam tenaga kerja akan memberikan nilai tambah bagi
agroindustri sebesar Rp 22.482,49. Sedangkan rata-rata rasio nilai tambah per tenaga
kerja pada agroindustri Abadi sebesar Rp 22.742,16, artinya setiap penggunaan satu jam
tenaga kerja akan memberikan nilai tambah bagi agroindustri sebesar Rp 22.742,16.
Rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja menunjukkan besarnya nilai tambah
yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja. Rata-
rata rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja pada agroindustri Yusra adalah sebesar Rp
1,87. Artinya dari setiap Rp 1,- yang dikeluarkan agroindustri untuk membayar tenaga
kerja akan menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 1,87. Sedangkan rata-rata rasio nilai
tambah per biaya tenaga kerja pada agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 1,89. Artinya
dari setiap Rp 1,- yang dikeluarkan agroindustri untuk membayar tenaga kerja akan
menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 1,89.
Rasio nilai tambah per nilai output menggambarkan besarnya nilai tambah yang
diperoleh dari setiap produk yang dihasilkan. Rata-rata rasio nilai tambah per nilai
output pada agroindustri Yusra adalah sebesar 29,46%. Artinya dari Rp 1,- nilai output
akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 29,46. Sedangkan rata-rata rasio nilai tambah
per nilai output pada agroindustri Abadi adalah sebesar 28,42%. Artinya dari Rp 1,- nilai
output akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 28,42.
Rasio keuntungan per nilai tambah menunjukkan besarnya keuntungan yang
diperoleh sebagai bagian dari nilai tambah agroindustri yang dapat dihasilkan pada
proses pengolahan. Rata-rata rasio keuntungan per nilai tambah pada agroindustri Yusra
adalah sebesar 98,50%. Artinya dari setiap Rp 1,- nilai tambah yang diperoleh akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 98,50. Sedangkan rata-rata rasio keuntungan per
nilai tambah pada agroindustri Abadi adalah sebesar 96,51%. Artinya dari setiap Rp 1,-
nilai tambah yang diperoleh akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 96,51.

Analisis Produktivitas
Produktivitas digunakan untuk mengukur kemampuan suatu agroindustri dalam
menghasilkan kekayaan dari setiap sumber daya yang digunakan selama proses
produksi. Pengukuran dan evaluasi produktivitas pada rasio-rasio nilai tambah Tabel 7.
yang diperoleh dari proses produksi yang dilakukan. Adapun rasio-rasio nilai tambah
yang digunakan untuk mengevaluasi produktivitas adalah:
1. Produktivitas Nilai Tambah Per Tenaga Kerja
Produktivitas nilai tambah per tenaga kerja menunjukkan jumlah kekayaan yang
diciptakan agroindustri terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin tinggi
rasio nilai tambah per tenaga kerja, maka semakin banyak keuntungan yang dihasilkan
dari kemampuan agroindustri menciptakan kekayaan, artinya produktivitas rasio nilai
tambah per tenaga kerja juga semakin tinggi dan apabila rasio nilai tambah per tenaga
kerja semakin rendah, maka jumlah tenaga kerja atau prosedur kerja yang digunakan
kurang menguntungkan agroindustri. Rata-rata rasio nilai tambah per tenaga kerja
agroindustri Yusra sebesar Rp 22.482,49. Artinya bahwa selama pengamatan, tenaga
kerja mampu memberikan kekayaan bagi agroindustri sebesar Rp 22.482,49/kg bahan
baku dalam setiap proses produksinya. Sedangkan rata-rata rasio nilai tambah per
tenaga kerja agroindustri Abadi sebesar Rp 22.742,16. Artinya bahwa selama
pengamatan, tenaga kerja mampu memberikan kekayaan bagi agroindustri sebesar Rp
22.742,16/kg bahan baku dalam setiap proses produksinya.
2. Produktivitas Nilai Tambah Per Biaya Tenaga Kerja
Produktivitas nilai tambah per biaya tenaga kerja menunjukan tingkat kemampuan
agroindustri untuk menghasilkan kekayaan dari sejumlah upah yang dibayarkan
terhadap tenaga kerja. Semakin tinggi rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja, maka
semakin efisien upah yang dibayarkan dan semakin tinggi juga tingkat produktivitas rasio
nilai tambah per biaya tenaga kerja, begitu pula sebaliknya, apabila nilai tambah per
biaya tenaga kerja semakin rendah, maka hal itu menunjukan ketidakefisienan dalam
upah yang dibayarkan. Besarnya rata-rata rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja pada
agroindustri Yusra adalah sebesar Rp 1,87 jam/kg. Sedangkan rata-rata rasio nilai
tambah per biaya tenaga kerja pada agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 1,89 jam/kg.

3. Produktivitas Nilai Tambah Per Nilai Output

Produktivitas nilai tambah per nilai output menunjukkan tingkat efisiensi antara
biaya produksi dengan nilai output. Semakin tinggi rasio nilai tambah per nilai output
maka menunjukkan bahwa efisiensi yang baik antara biaya produksi dengan output,
artinya tingkat produktivitasnya juga semakin tinggi. Dan apabila rasio nilai tambah per
nilai output rendah artinya ada ketidakefisienan dalam biaya produksi dan
menyebabkan produktivitas juga rendah. Besarnya rata-rata rasio nilai tambah per nilai
output pada agroindustri Yusra sebesar 29,46%, hal ini menunjukkan dari Rp 100,- selai
nanas goreng yang dihasilkan mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 29,46.
Sedangkan besarnya rata-rata rasio nilai tambah per nilai output pada agroindustri
Abadi sebesar 28,42%, hal ini menunjukkan dari Rp 100,- selai nanas goreng yang
dihasilkan mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 28,42.

4. Produktivitas Keuntungan Per Nilai Tambah


Produktivitas keuntungan per nilai tambah menunjukkan besarnya keuntungan
yang diperoleh sebagai bagian dari nilai tambah agroindustri yang dapat dihasilkan
pada proses pengolahan. Semakin tinggi rasio keuntungan per nilai tambah artinya
produktivitas akan semakin tinggi juga, dan begitu pula sebaliknya. Besarnya rata-rata
rasio keuntungan per nilai tambah pada agroindustri Yusra sebesar 98,50%. Hal ini
menunjukan bahwa setiap Rp 100,- nilai tambah yang diperoleh akan memberikan
keuntungan pada agroindustri sebesar Rp 98,50. Sedangkan rata-rata rasio keuntungan
per nilai tambah pada agroindustri Abadi sebesar 96,51%. Hal ini menunjukan bahwa
setiap Rp 100,- nilai tambah yang diperoleh akan memberikan keuntungan pada
agroindustri sebesar Rp 96,51. Angka ini menunjukkan bahwa keuntungan yang
diperoleh agroindustri tinggi karena lebih dari 50%.

KESIMPULAN
Awal mula agroindustri olahan nanas di Desa Tangkit Baru didirikan karena
ketersediaan nanas melimpah sedangkan masa simpan singkat. Pelaku usaha
berinisiatif memanfaatkan buah nanas tersebut dengan cara mengolahnya menjadi
selai nanas yang kemudian berinovasi menjadi berbagai produk makanan maupun
minuman, salah satunya menjadi selai nanas goreng. Nilai tambah rata-rata proses
produksi selai nanas goreng yang diperoleh agroindustri Yusra adalah sebesar Rp
40.412,45/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 84,19% dan keuntungan
sebesar 90,07%. Sedangkan nilai tambah rata-rata proses produksi selai nanas goreng
yang diperoleh agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 23.710,8/kg bahan baku dengan
rasio nilai tambah sebesar 79,03% dan keuntungan sebesar 79,00%. Dari hasil
penelitian dan analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa usaha agroindustri
selai nanas goreng di daerah penelitian sangat bernilai tambah dan memberikan
keuntungan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jambi yang telah memfasilitasi dalam penelitian. Selain itu
ucapan terima kasih juga diucapkan untuk semua pihak yang telah membantu dalam
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Soekartawi. 2005. Agroindustri Dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Kedua. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Wulandari. 2016. Cara Gampang Budidaya Nanas. Depok: Villam Media.
Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai