ABSTRAK
METODE PENELITIAN
Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja, yaitu di Desa
Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan
pertimbangan bahwasanya Desa Tangkit Baru merupakan daerah sentra budidaya nanas
sekaligus pusat agroindustri olahan nanas yang mengusahakan produk olahan nanas
secara kontinu dan produknya pun bervariasi, serta Desa Tangkit Baru memiliki banyak
agroindustri olahan nanas.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
Metode pengumpulan data primer yaitu dengan cara observasi dan wawancara.
Observasi yaitu metode pengamatan dan peninjauan langsung ke objek penelitian,
sedangkan wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
pemilik agroindustri dan karyawannya untuk memperoleh informasi-informasi yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan kuisioner yang
telah disiapkan.
Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan
menjelaskan keadaan umum agroindustri yang terdapat didaerah penelitian (2)
digunakan analisis nilai tambah metode Hayami. Untuk identifikasi masalah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum agroindustri
Awal mula agroindustri olahan nanas di Desa Tangkit Baru didirikan karena
ketersediaan nanas melimpah sedangkan masa simpan singkat. Pelaku usaha berinisiatif
memanfaatkan buah nanas tersebut dengan cara mengolahnya menjadi selai nanas yang
kemudian berinovasi menjadi berbagai produk makanan maupun minuman, salah
satunya menjadi selai nanas goreng. Agroindustri pengolahan nanas menjadi selai nanas
goreng yang diteliti yaitu agroindustri Yusra dan agroindustri Abadi. Produk yang
diproduksi diantaranya adalah rambutan goreng, lempok nanas, pepaya goreng, bakso
kiloan, snack nanas (kerupuk nanas), aneka kue kering, nanas kering, minuman nanas,
kerupuk wortel dan lainnya. Agroindustri ini telah memiliki pasar tetap dalam
memasarkan produknya khususnya selai nanas goreng. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan saat memproduksi selai nanas goreng adalah lima orang. Bahan baku yang
digunakan untuk memproduksi selai nanas goreng ini diperoleh dari petani sekitar desa
tangkit baru dengan harga Rp 5.000/kg.
Tahapan Proses Produksi
Pengolahan nanas menjadi produk selai nanas goreng melalui proses yang
cukup panjang. Alur tahapan proses yang dilakukan dalam pembuatan selai nanas
goreng di Desa Tangkit Baru dapat dilihat pada Gambar 4. sebagai berikut:
Nilai Tambah
Analisis nilai tambah penelitian ini menggunakan metode Hayami. Metode Hayami
adalah metode yang digunakan untuk menganalisis nilai tambah nanas menjadi produk
olahan. Analisis yang dilakukan dihasilkan dari perhitungan nilai output, harga bahan
baku dan sumbangan input lain. Nilai tambah adalah penambahan suatu komoditas
akibat mengalami pengolahan dalam suatu produksi. Nilai tambah yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah nilai tambah pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng.
Tabel 4. Perhitungan Nilai Tambah Rata-rata Proses Produksi Selai Nanas Goreng pada
Agroindustri Yusra dan Agroindustri Abadi Periode Juni Tahun 2023
Nilai
Variabel
Yusra Abadi
I Output, Input, dan Harga
1. Output (kg/proses produksi) 140 40
2. Bahan baku (kg/proses produksi) 175 75
3. Tenaga kerja (HOK/proses produksi) 5 5
4. Faktor konversi 0,8 0,5
5. Koefisien tenaga kerja (Jam/kg) 0,028 0,066
6. Harga output (Rp/kg) 60.000 60.000
7. Upah rata-rata tenaga kerja 60.000
60.000
(Rp/HOK)
II Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg) 5.000 5.000
9. Nilai input lain (Rp/kg) 2.587,55 1.289,20
10. Nilai Output (Rp/kg) 48.000 30.000
11. a. Nilai tambah (Rp/kg) 40.412,45 23.710,8
b. Rasio nilai tambah (%) 84,19 79,03
12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) 1.680 3.960
b. Bagian tenaga kerja (%) 41,57 16,70
13. a. Keuntungan (Rp/kg) 38.732,45 19.750,8
b. Tingkat keuntungan (%) 95,84 83,29
III Balas Jasa Terhadap Faktor Produksi
14. Margin (Rp/kg) 43.000 25.000
a. Pendapatan tenaga kerja (%) 39,06 15,84
b. Nilai input lain (%) 60,17 51,56
c. Keuntungan perusahaan (%) 90,07 79,00
Rasio nilai tambah per tenaga kerja menunjukkan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan per kilogram bahan baku dengan menggunakan tenaga kerja yang ada. Rata-
rata rasio nilai tambah per tenaga kerja pada agroindustri Yusra sebesar Rp 22.482,49,
artinya setiap penggunaan satu jam tenaga kerja akan memberikan nilai tambah bagi
agroindustri sebesar Rp 22.482,49. Sedangkan rata-rata rasio nilai tambah per tenaga
kerja pada agroindustri Abadi sebesar Rp 22.742,16, artinya setiap penggunaan satu jam
tenaga kerja akan memberikan nilai tambah bagi agroindustri sebesar Rp 22.742,16.
Rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja menunjukkan besarnya nilai tambah
yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja. Rata-
rata rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja pada agroindustri Yusra adalah sebesar Rp
1,87. Artinya dari setiap Rp 1,- yang dikeluarkan agroindustri untuk membayar tenaga
kerja akan menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 1,87. Sedangkan rata-rata rasio nilai
tambah per biaya tenaga kerja pada agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 1,89. Artinya
dari setiap Rp 1,- yang dikeluarkan agroindustri untuk membayar tenaga kerja akan
menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 1,89.
Rasio nilai tambah per nilai output menggambarkan besarnya nilai tambah yang
diperoleh dari setiap produk yang dihasilkan. Rata-rata rasio nilai tambah per nilai
output pada agroindustri Yusra adalah sebesar 29,46%. Artinya dari Rp 1,- nilai output
akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 29,46. Sedangkan rata-rata rasio nilai tambah
per nilai output pada agroindustri Abadi adalah sebesar 28,42%. Artinya dari Rp 1,- nilai
output akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 28,42.
Rasio keuntungan per nilai tambah menunjukkan besarnya keuntungan yang
diperoleh sebagai bagian dari nilai tambah agroindustri yang dapat dihasilkan pada
proses pengolahan. Rata-rata rasio keuntungan per nilai tambah pada agroindustri Yusra
adalah sebesar 98,50%. Artinya dari setiap Rp 1,- nilai tambah yang diperoleh akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 98,50. Sedangkan rata-rata rasio keuntungan per
nilai tambah pada agroindustri Abadi adalah sebesar 96,51%. Artinya dari setiap Rp 1,-
nilai tambah yang diperoleh akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 96,51.
Analisis Produktivitas
Produktivitas digunakan untuk mengukur kemampuan suatu agroindustri dalam
menghasilkan kekayaan dari setiap sumber daya yang digunakan selama proses
produksi. Pengukuran dan evaluasi produktivitas pada rasio-rasio nilai tambah Tabel 7.
yang diperoleh dari proses produksi yang dilakukan. Adapun rasio-rasio nilai tambah
yang digunakan untuk mengevaluasi produktivitas adalah:
1. Produktivitas Nilai Tambah Per Tenaga Kerja
Produktivitas nilai tambah per tenaga kerja menunjukkan jumlah kekayaan yang
diciptakan agroindustri terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin tinggi
rasio nilai tambah per tenaga kerja, maka semakin banyak keuntungan yang dihasilkan
dari kemampuan agroindustri menciptakan kekayaan, artinya produktivitas rasio nilai
tambah per tenaga kerja juga semakin tinggi dan apabila rasio nilai tambah per tenaga
kerja semakin rendah, maka jumlah tenaga kerja atau prosedur kerja yang digunakan
kurang menguntungkan agroindustri. Rata-rata rasio nilai tambah per tenaga kerja
agroindustri Yusra sebesar Rp 22.482,49. Artinya bahwa selama pengamatan, tenaga
kerja mampu memberikan kekayaan bagi agroindustri sebesar Rp 22.482,49/kg bahan
baku dalam setiap proses produksinya. Sedangkan rata-rata rasio nilai tambah per
tenaga kerja agroindustri Abadi sebesar Rp 22.742,16. Artinya bahwa selama
pengamatan, tenaga kerja mampu memberikan kekayaan bagi agroindustri sebesar Rp
22.742,16/kg bahan baku dalam setiap proses produksinya.
2. Produktivitas Nilai Tambah Per Biaya Tenaga Kerja
Produktivitas nilai tambah per biaya tenaga kerja menunjukan tingkat kemampuan
agroindustri untuk menghasilkan kekayaan dari sejumlah upah yang dibayarkan
terhadap tenaga kerja. Semakin tinggi rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja, maka
semakin efisien upah yang dibayarkan dan semakin tinggi juga tingkat produktivitas rasio
nilai tambah per biaya tenaga kerja, begitu pula sebaliknya, apabila nilai tambah per
biaya tenaga kerja semakin rendah, maka hal itu menunjukan ketidakefisienan dalam
upah yang dibayarkan. Besarnya rata-rata rasio nilai tambah per biaya tenaga kerja pada
agroindustri Yusra adalah sebesar Rp 1,87 jam/kg. Sedangkan rata-rata rasio nilai
tambah per biaya tenaga kerja pada agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 1,89 jam/kg.
Produktivitas nilai tambah per nilai output menunjukkan tingkat efisiensi antara
biaya produksi dengan nilai output. Semakin tinggi rasio nilai tambah per nilai output
maka menunjukkan bahwa efisiensi yang baik antara biaya produksi dengan output,
artinya tingkat produktivitasnya juga semakin tinggi. Dan apabila rasio nilai tambah per
nilai output rendah artinya ada ketidakefisienan dalam biaya produksi dan
menyebabkan produktivitas juga rendah. Besarnya rata-rata rasio nilai tambah per nilai
output pada agroindustri Yusra sebesar 29,46%, hal ini menunjukkan dari Rp 100,- selai
nanas goreng yang dihasilkan mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 29,46.
Sedangkan besarnya rata-rata rasio nilai tambah per nilai output pada agroindustri
Abadi sebesar 28,42%, hal ini menunjukkan dari Rp 100,- selai nanas goreng yang
dihasilkan mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 28,42.
KESIMPULAN
Awal mula agroindustri olahan nanas di Desa Tangkit Baru didirikan karena
ketersediaan nanas melimpah sedangkan masa simpan singkat. Pelaku usaha
berinisiatif memanfaatkan buah nanas tersebut dengan cara mengolahnya menjadi
selai nanas yang kemudian berinovasi menjadi berbagai produk makanan maupun
minuman, salah satunya menjadi selai nanas goreng. Nilai tambah rata-rata proses
produksi selai nanas goreng yang diperoleh agroindustri Yusra adalah sebesar Rp
40.412,45/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 84,19% dan keuntungan
sebesar 90,07%. Sedangkan nilai tambah rata-rata proses produksi selai nanas goreng
yang diperoleh agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 23.710,8/kg bahan baku dengan
rasio nilai tambah sebesar 79,03% dan keuntungan sebesar 79,00%. Dari hasil
penelitian dan analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa usaha agroindustri
selai nanas goreng di daerah penelitian sangat bernilai tambah dan memberikan
keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Soekartawi. 2005. Agroindustri Dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Kedua. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Wulandari. 2016. Cara Gampang Budidaya Nanas. Depok: Villam Media.
Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.