Anda di halaman 1dari 15

Jurnal PENA

E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|1

Submitted: Desember 2020, Accepted: Januari 2021, Publisher: Februari 2021

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KOMODITAS KARET ALAM DI


SULAWESI SELATAN

Andi Rika Nuralya


Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar 1
andirikanuralya@gmail.com

ABSTRAK
Analisis Respons Penawaran Komoditas Karet Alam di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertu juan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi respons penawaran t erh adap lu as areald an
produktivitas karet alam di Sulawesi Selatan serta menganalisis elastisitas penawaran karet alam
dalam jangka panjang dan jangka pendek. Jenis data yang digunakan dalam penelitian in i ad alah
data sekunder dengan deret waktu (time series) selama 21 tahun (1997-2017), maka penelitian
dilakukan dengan mengambil seluruh data yang berhubungan dengan resp ons p enawaran karet
berupa data tahunan (t). Penelitian ini menggunakan model distribusi beda kala (time lagged)
dengan metode penyelesaian model Nerlove berupa persamaan tunggal regresi berganda. M etod e
analisis permasalahan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kuantit atif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi respons l u as areal
karet alam di Sulawesi Selatan adalah produktivitas tahun sebelumnya. Sedangkan, pada res pons
produktivitas karet alam di Sulawesi Selatan tidak ada satupun variabel yang signifikan. Res po ns
penawaran karet alam terhadap harga karet alam dalam jangka pendek dan panjang bernilai y ait u
0,29 dan 0,49 menunjukkan nilai yang inelastis ( E < 1 ). Respons penawaran karet alam dalam
jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan respons penawaran jangka pendek. Hal ters eb ut
berpeluang untuk peningkatan luas areal dan produktivitas karet alam dalam jangka panjang leb ih
baik daripada peluang pada jangka pendek. Nilai tersebut diuraikan bahwa setiap perubahan s atu
persen variabel independen dari masing-masing model respons akan terjadi perubahan pada
variabel dependen berkurang satu persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa petani kurang memberi
respons atas perubahan harga.
.
Kata Kunci: Elastisitas Penawaran, Karet Alam, Respons Penawaran

ABSTRACT
Analysis of Natural Rubber Commodity Supply Response in South Sulawesi. Th i s st u dy a i ms t o
identify the factors that influence the supply response to the area a n d p ro ducti vi ty o f n a t ural
rubber in South Sulawesi and analyze the elasticity of natural rubber offeri ng s i n t h e l on g a n d
short term. The type of data used in this study is secondary data wi th t ime seri es fo r 2 1 yea rs
(1997-2017), so the research was conducted by taking all data related to rubber supply respon se
in the form of annual data (t). This study used a time lagged distribution model with t h e N erl ove
model solving method in the form of a single multiple regressio n eq uat io n. Pro blem a n alysis
method in this research using descriptive-quantitative research method. The results showed that a
significant variable affecting the response area of the natural rubber area in South Sulawesi w a s
productivity the previous year. Meanwhile, in the natural rubber productivity resp onse i n S out h
Sulawesi there is not a single significant variable. The response of natural rubber offerings to t h e
price of natural rubber in the short and long term is worth 0,29 and 0,49 ind icates a n i nela st is
value (E < 1). The response of natural rubber offerings in the long run is greater than t h e sh o rt -
term supply response. This has the opportunity to increase the area and productivi t y o f n a tu ral
rubber in the long term is better than the opportunity in the short term. The value is described that
each change of one percent of variables independent of each response model will occur changes to
dependent variables decreased by one percent. This condition ind icates t h at fa rmers a re l ess
responsive to price changes.

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|2
Keywords: Elasticity Deals, Natural Rubber, Response Offers

PENDAHULUAN penyegar disamping tanaman kelapa,


Sektor pertanian memiliki jambu mete, kakao, kelapa sawit,
peranan besar dalam pertumbuhan sagu, kemiri, kopi, dan teh . Karet
ekonomi Indonesia. Berdasarkan data menjadi sumber penghasil devisa
BPS tahun 2019 terkait ekonomi negara serta dinilai cukup penting
Indonesia pada triwulan II-2019 dalam pertumbuhan perekonomian
dibandingkan triwulan I-2019 terjadi Indonesia. Kontribusi subsektor
peningkatan sebesar 4,20 persen. perkebunan terhadap Produk
Pertumbuhan tertinggi dari sisi Domestik Bruto (PDB) pada tahun
produksi terdapat pada lapangan 2018 yaitu sekitar 3,30 persen dan
usaha pertanian, kehutanan, dan merupakan urutan pertama di sektor
perikanan sebesar 13,80 persen. pertanian, peternakan, perburuan, dan
Daya saing komoditas jasa pertanian (BPS, 2019).
pertanian yang meningkat menjadi hal Karet alam begitu dikenal oleh
urgen dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan kualitas elastisnya
pangan bagi masyarakat serta menjadi yang dimiliki dan menjadi bahan
peluang dalam membuka lapangan utama pada kebanyakan produk
pekerjaan. Atika dan Afifuddin maupun peralatan di seluruh dunia,
(2015) berpendapat bahwa salah satu mulai dari produk-produk rumah
subsektor dari pertanian yang tangga sampai dengan produk industri
memiliki potensi cukup besar adalah yang kecil dan besar. Karet terdiri
subsektor perkebunan. Perkebunan dari dua jenis yang biasa
merupakan segala kegiatan didistribusikan yakni karet alam dan
pengelolaan sumber daya alam, karet sintetis. Kedua jenis karet ini
sumber daya manusia, sarana saling mempengaruhi di pasar
produksi, alat danmesin, budidaya, internasional dalam persoalan harga.
panen pengolahan dan pemasaran Bagaimanapun keunggulan
terkait tanaman perkebunan. karet alam tetap belum bisa ditandingi
Karet menjadi salah satu oleh karet sintetis terutama daya
tanaman komoditi perkebunan yang elastisitas dan plastisitasnya yang
termasuk dalam tanaman tahunan dan lebih bagus. Industri apapun tetap

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|3
memerlukan karet alam disamping alam dan harga peubah pada tahun
karet sintetis sehingga kedua jenis sebelumnya.
karet ini memiliki pasar sendiri. Menurut Sugiarto et.al (2007),
Setiap jenis karet tidak bersifat saling semakin tinggi suatu harga komoditas
mematikan, tetapi justru saling maka semakin banyak jumlah
melengkapi (Setiawan dan Andoko, komoditi yang akan ditawarkan oleh
2008). para penjual. Sebaliknya, ketika harga
Berdasarkan data dari suatu komoditas semakin rendah
Direktur Jenderal Perkebunan (2020) maka akan sedikit jumlah barang
bahwa surplus perdagangan yang akan ditawarkan oleh para
internasional komoditas perkebunan penjual. Permintaan yang tidak
selama periode lima tahun terakhir disertai dengan penawaran barang
menunjukkan tren positif meskipun di atau jasa, maka tidak terjadi transaksi
tahun 2019 terjadi penurunan sampai jual beli. Hal ini bermaksud bahwa
titik terendah. Adanya penurunan penjual menawarkan barang atau jasa
dipengaruhi gejolak harga Crude yang diperlukan oleh pihak yang
Palm Oil (CPO) dan karet. Isu karet membutuhkannya. Boerhendhy dan
terkait adanya kelebihan pasokan di Amypalupy (2016) menambahkan,
negara konsumen utama karet seperti upaya dalam meningkatkan
di negara Tiongkok, Amerika, Jepang perkaretan nasional, pengembangan
dan Uni Eropa (UE). Disparitas harga karet di Indonesia terutama ditujukan
karet antara tahun 2019 dan 2017 pada perkebunan rakyat. Hal tersebut
sangat mencolok. Harga karet pada karena perkebunan rakyat mempunyai
tahun 2019 hanya Rp 9.000 per peran yang sangat penting tetapi
kilogram, sedangkan di tahun 2017 masih menghadapi masalah dan
berkisar Rp 16.000 per kilogram. kendala.
Sehingga di tahun 2017 mengalami Perkebunan karet tersebar
surplus tertinggi dibanding tahun diberbagai daerah di Indonesia karena
sebelum dan sesudahnya. Sinclair dan tanaman karet sesuai dengan iklim
Bakce (2015) berpendapat bahwa tropis. Perkebunan karet di Indonesia
harga karet alam Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (PR),
dipengaruhi oleh tingkat ekspor karet Perkebunan Besar Negara (PBN), dan
Perkebunan Besar Swasta (PBS).

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|4
(Claudiaet al., 2016). Perkebunan Sulawesi Selatan, Bali, dan Maluku
rakyat merupakan perkebunan yang (DITJENBUN, 2020). Luas
dikelola oleh rakyat yang perkebunan karet di Indonesia di
dikelompokkan dalam usaha kecil tahun 2017 meningkat seluas
tanaman perkebunan rakyat dan usaha 3.659.090 ha dengan jumlah produksi
rumahtangga perkebunan rakyat yang 3.680.428 ton dibandingkan pada
tidak berbadan hukum. tahun 2016 sebesar 3.357.951 ton
Perkebunan Besar (PB) dan (KEMENTAN RI, 2019). tahun 2018
Perkebunan Rakyat (PR) karet luas areal dan produksi karet
tersebar di beberapa provinsi di Pulau berdasarkan provinsi dapat dilihat
Sumatera dan Kalimantan, Provinsi pada tabel berikut ini :
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten, Sulawesi Tengah,
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Karet Menurut Provinsi Tahun 2018
Per. Besar Swasta Per. Rakyat
No Provinsi Luas areal Produksi Luas areal Produksi
(ha) (ton) (ha) (ton)
1 Aceh 3.704 3.993 79.971 76.654
2 Sumatera Utara 82.473 118.791 274.945 246.137
3 Sumatera Barat - - 130.331 152.508
4 Riau 1.018 1.407 309.847 31.734
5 Jambi - - 378.695 315.724
6 Sumatera Selatan 38.136 50.586 788.766 926.538
7 Bengkulu 13.454 17.104 75.893 97.585
8 Lampung 12.713 15.320 133.854 136.832
9 Bangka Belitung - - 47.286 59.478
10 Kepulauan Riau 2.586 2.995 20.646 26.140
11 DKI Jakarta - - - -
12 Jawa Barat 23.001 31.052 8.071 7.037
13 Jawa Tengah 4.346 5.009 4.077 2.208
14 D.I Yogyakarta - - 29 36
15 Jawa Timur 7.036 8.597 - -
16 Banten 6.918 6.718 10.173 10.392
17 Bali 375 396 - -
18 N T B - - - -
19 N T T - - - -
20 Kalimantan Barat 24.500 4.211 350.658 250.776
21 Kalimantan Tengah 1.482 2.019 271.496 147.922
22 Kalimantan Selatan 13.589 11.261 166.695 164.285
23 Kalimantan Timur 3.595 2.609 49.241 59.042
24 Kalimantan Utara - - 1.652 773
25 Sulawesi Utara - - - -

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|5
26 Sulawesi Tengah 0 0 3.828 2.628
27 Sulawesi Selatan 5.724 6.498 2.711 4.163
28 Sulawesi Tenggara - - 441 73
29 Gorontalo - - - -
30 Sulawesi Barat - - - -
31 Maluku 1.400 177 - -
32 Maluku Utara - - - -
33 Papua Barat - - - -
34 Papua - - 4.112 4.182
Sumber: BPS, 2018

Apabila dilihat berdasarkan perkebunan karet dipengaruhi oleh


luas areal perkebunan swasta tahun faktor-faktor baik dalam melakukan
2018, Sulawesi Selatan berada pada produksi maupun penggunaan faktor-
urutan ke-12, dimana Sumatera Utara faktor produksi dengan pendekatan
menempati posisi pertama. Dari segi pada responsluas areal tanaman dan
banyaknya produksi Sulawesi Selatan produktivitas. Selain itu, perlu
berada pada urutan ke-9. Sedangkan diketahui respons penawaran
pada perkebunan rakyat Sulawesi pengusaha perkebunan karet alam
Selatan berada di urutan ke-20, terhadap kondisi pasar seperti dari
sementara untuk produksi berada segi harga komoditi itu sendiri
pada posisi ke-18. maupun komoditi substitusi.
Selama periode 2014-2017 Berdasarkan latar belakang
produktivitas karet di Sulawesi tersebut menjadi dasar pertimbangan
Selatan menunjukkan peningkatan penulis atas kondisi komoditi karet
setiap tahun dengan jumlah 1.395 alam di Sulawesi Selatan. Oleh
kg/ha dengan total produksi 11.433 karena itu, penulis memilih judul
ton di tahun 2017. Luas areal penelitian“Analisis Respons
perkebunan karet tahun 2017 yaitu Penawaran Komoditas Karet Alam
7.904 yang mengalami penurunan di Sulawesi Selatan” untuk
dibandingkan tahun sebelumnya. menganalisis perkembangan
Total ekspor karet di Sulawesi penawaran karet alam Sulawesi
Selatan pada tahun 2017 sebanyak Selatan.
1.693.440 kg dengan nilai US$ METODE PENELITIAN
3.466.814. Hal tersebut Lokasi penelitian yang
mengindikasikan bahwa pengusaha dipilihadalah Provinsi Sulawesi

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|6
Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dianggap relevan dengan penelitian
dipilih secara sengaja (purposive) respons penawaran karet alam yaitu
karena Sulawesi Selatan merupakan harga karet alam, , harga pupuk urea,
salah satu daerah penghasil karet di jumlah produksi karet alam,
Indonesia. Adapun waktu penelitian produktivitas karet alam, luas areal
dilakukan pada bulan September- karet alam, dan kondisi iklim.
Oktober 2020. Penelitian ini menggunakan
Mengacu pada penelitian yang model distribusi beda kala (time
berdasarkan pada sumber data lagged) dengan metode penyelesaian
sekunder, maka penelitian dilakukan model Nerlove berupa persamaan
dengan mengambil seluruh data yang tunggal regresi berganda serta
berhubungan dengan respons menggunakan fungsi Logaritma
penawaran karet berupa data tahunan Natural (ln) untuk menganalisis
(t). Penentuan sampel data karet alam respons penawaran karet alam di
diambil dari periode tahun 1997-2017 Sulawesi Selatan. Adapun metode
(21 tahun). analisis permasalahan dalam
Jenis data yang digunakan penelitian ini dengan menggunakan
adalah data sekunder dengan deret metode penelitian deskriptif-
waktu (time series) selama 21 tahun kuantitatif dengan model
(1997-2017). Data sekunder yang ekonometrika. Dalam mempermudah
diambil merupakan data mengenai analisis data, maka dibuat spesifikasi
karet alam yang diperoleh peneliti model analisis sebagai berikut.
dari Badan Pusat Statistik, Direktorat A. Model Respons Luas areal (A)
Jenderal Tanaman Perkebunan, Produksi karet alam
Kementerian Pertanian, serta website dipengaruhi oleh luas areal dan
resmi yang berkaitan dengan produktivitas, sementara untuk
penelitian iniyaitu jurnal, skripsi, dan mengetahui respons penawaran
e-book. karet alam digunakan respons
Teknik pengumpulan data luas areal melalui variabel-
yang dilakukan dalam penelitian ini variabel yang mempengaruhinya.
yakni dengan teknik dokumentasi. Variabel yang akan dimasukkan
Teknik dokumentasi berupa adalah luas areal tahun
pengumpulan data-data yang sebelumnya, harga karet alam

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|7
tahun sebelumnya,dan iklim ureatahun sebelumnya dengan
curah hujan pada tahun sekarang model time lagged berikut ini..
dengan model time lagged 𝑌𝑡 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑌𝑡−1 + 𝑏2 𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 +
berikut ini : 𝑏3 𝐻𝑃 𝑡−1 + 𝑒𝑌𝑡
𝐴 𝑡 = 𝑎 0 + 𝑎1 𝐴 𝑡−1+ 𝑎 2 𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 + .........................................(3.5.3)
𝑎 3 𝐶𝐻𝑡 + Kemudian ditransformasikan ke dala
𝑒𝐴𝑡 ..............................................3.5.1) m model ln:
Kemudian ditransformasikan ke 𝑙𝑛𝑌𝑡 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑙𝑛𝑌𝑡−1 +
dalam model ln: 𝑏2 𝑙𝑛𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 + 𝑏3 𝑙𝑛𝐻𝑃 𝑡−1 + 𝑒𝑌𝑡
𝑙𝑛𝐴 𝑡 = 𝑎 0 + ...........................(3.5.4)
𝑎1 𝑙𝑛𝐴 𝑡−1 + 𝑎 2 𝑙𝑛𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 + dimana:
𝑎 3 𝑙𝑛𝐶𝐻𝑡 + Y = produktivitas karet alam (kg/ha)
𝑒𝐴𝑡 ..............................(3.5.2) 𝑌𝑡−1= produktivitas tahun
dimana: sebelumnya (ton/ha)
A = luas areal (ha/thn) 𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 = harga riil karet alam
𝐴 𝑡−1 = luas areal tahun (Rp/kg)
sebelumnya(ha) 𝐻𝑃𝑡−1 = harga riil pupuk urea
𝐻𝐾𝐴 𝑡−1= hargakaret alam (Rp/kg) (Rp/kg)
𝐶𝐻𝑡 = iklim curah hujan tahun C. Model Respons Penawaran
sekarang (mm) Respons penawaran dapat
𝑎0 = konstanta persamaan regresi diketahui berdasarkan hasil
𝑎1 -𝑎 3 = parameter dugaan respons luas areal dan

𝑡−1 = tahun sebelumnya produktivitas karet alam. Respons


t = rangkaian tahun tersebut dapat dilihat pada
e = logaritma natural persamaan sebelumnya (2.3.5)
B. Model Respons yaitu: eQP= eAP + eYP
Produktivitas(Y) Pendugaan respons penawaran
Variabel yang dimasukkan karet alam (eQP) terhadap harga
dalam respons produktivitas yakni sendiri dapat diketahui melalui
produktivitas tahun sebelumnya, respons penawaran luas areal (eAP)
hargakaret alam tahun dan produktivitas (eYP) terhadap
sebelumnya, dan harga pupuk harga sendiri. Elastisitas
penawaran jangka pendek dan

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|8
jangka panjang luas areal dan perubahan penawaran karet
produktivitas dapat dihitung alam kurang dari 1 satuan
sebagai berikut. 3. Es = 1 (unitary elastis),
1) Elastisitas respons luas areal berarti setiap perubahan
𝛿𝐴 𝑋𝑖 𝛿 𝑙𝑛 𝐴 variabel X dalam 1 satuan
𝐸𝑝𝑑= * =
𝑋𝑖 𝐴 𝛿 𝑙𝑛 𝑋𝑖
𝐸𝑝𝑑 𝐸𝑝𝑑
yang mempengaruhi
𝐸𝑝𝑗= =
𝑑 (1−𝑏𝑡−1) penawaran karet alam,
2) Elastisitas respons produktivitas maka penawaran akan
𝛿𝑌 𝑋𝑖 𝛿𝑌
𝐸𝑝𝑑= * = sama dengan 1 satuan.
𝑋𝑖 𝑌 𝛿 𝑙𝑛𝑋𝑖
𝐸𝑝𝑑 𝐸𝑝𝑑 HASIL DAN PEMBAHASAN
𝐸𝑝𝑗= =
𝑑 (1−𝑏𝑡−1)
Analisis respons penawaran
𝐸𝑝𝑑 = elastisitas jangka pendek
karet di Sulawesi Selatan dilakukan
𝐸𝑝𝑗 = elastisitas jangka panjang
melalui hasil dari analisis respons
A = luas areal luas areal, dan respons produktivitas
Y = produktivitas tanaman karet alam. Apabila harga
Xi = peubah bebas ke-i karet alam tinggi maka sikap petani
𝑏𝑡−1 =koefisien peubahlag endogen adalah melakukan upaya peningkatan
δ = koefisien penyesuaian (0< produksi dengan cara meningkatkan
δ>1) intensifikasi luas areal agar
dengan kriteria: produktivitas karet alam meningkat.
1. Es > 1 (elastis), berarti Sebaliknya, apabila terjadi penurunan
setiap perubahan variabel harga maka berpengaruh terhadap
X dalam 1 satuan yang sikap petani dalam melakukan
mempengaruhi penawaran perubahan aktivitas produksinya.
karet alam, maka Selain itu, faktor iklim merupakan
perubahan penawaran karet salah satu faktor yang berpengaruh
alam lebih besar dari 1 terhadap pertumbuhan karet alam
satuan. sehingga berdampak pada hasil
2. Es < 1 (inelastis), berarti produksi.
setiap perubahan variabel Adapun sistematika
X dalam 1 satuan yang pembahasan dalam penelitian dimulai
mempengaruhi penawaran dengan hasil analisis dari respons luas
karet alam, maka areal, respons produktivitas, dan

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|9
respons penawaran. Dalam luas areal tahun sebelumnya
mengetahui respons penawaran karet (𝐴 𝑡−1 ), harga karet alam tahun
alam dalam jangka pendek dan jangka sebelumnya (𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 ), dan iklim
panjang dapat terlihat dari elastisitas curah hujantahun sekarang. Pada
respons luas areal dan produktivitas, uji statistik, data hasil estimasi
karet alam Provinsi Sulawesi Selatan. dianalisis menggunakan uji-f (uji
simultan), uji-t (uji parsial), dan
A. Respons Luas Areal Karet
uji goodness of fit(R-Square).
Alam Sulawesi Selatan
Hasil pendugaan parameter
Variabel-variabel yang
persamaan luas areal karet alam
dimasukkan pada respons luas
dapat dilihat pada tabel berikut
areal tanaman karet alam adalah
ini.
Tabel Hasil Estimasi Parameter Luas Areal Tanaman Karet Alam di
Sulawesi Selatan
Standard
Variabel Koefisien t Stat Prob.
Error
Intercept 6,5767 3,1543 2,0850 0,0535
Ln𝐴 𝑡−1 0,5747 0,2092 2,7471 0,0143*
Ln𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 0,1366 0,1780 0,7674 0,4540
Ln𝐶𝐻𝑡 (0,4616) 0,3880 (1,1897) 0,2515
Fhitung = 3,7360
Prob. Fhitung = 0,0329
R2 = 0,4119
Keterangan: *: signifikan nyata pada taraf α = 5 %
Berdasarkan hasil estimasi 41,19persen atau ada 58,81 persen
responsluas areal karet alam pada keragaman dalam responsluas areal
tabel 9, dapat dilihat bahwa model yang tidak mampu dijelaskan oleh
tersebut mempunyai koefisien seluruh variabel independen yang
determinasi (R2) sebesar 0,4119. Hal ada.
ini menunjukkan variabelluas areal Hasil uji-f diperoleh bahwa
karet alam (dependent variabel) dapat variabel-variabel independen mampu
dijelaskan oleh variabel independen menjelaskan variabel dependenyang
(independent variabel) sebesar ditunjukkan oleh nilai probabilitasnya

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|10
sebesar 0,0329 yang lebih kecil dari berikutnya. Hal demikian
taraf nyata yang digunakan yaitu menunjukkan terjadinya peningkatan
sebesar 5 persen (α = 5%). Nilai ini luas areal dari tahun ke tahun.
menandakan bahwa persamaan Koefisien harga karet
tersebut telah mendukung keabsahan alammenunjukkan nilai yang
model. positifsebesar 0,1366 yang
Hasil uji-t dapat ditunjukkan menunjukkan bahwa apabila harga
bahwa variabel independen yang karet alam naik 1 Rp/Kg maka petani
berpengaruh signifikan terhadap akan meningkatkanluas areal senilai
variabel dependen pada taraf nyata 5 0,8098 ha/tahun. Namun, nilai
persen (α = 5%) adalah variabel luas tersebut tidak nyata (0,4540 ) karena
areal pada tahun sebelumnya (𝐴 𝑡−1 ). diketahui bahwa apabila harga karet
Sedangkan pada variabel harga karet alam meningkat pada tahun
alam tahun sebelumnya (𝐻𝐾𝐴 𝑡−1) sebelumnya, maka petani karet alam
dan iklim curah hujan pada tahun akan lebih semangat untuk
sekarang (𝐶𝐻𝑡 ) tidak menunjukkan meningkatkan luas areal. Sehingga,
nilai yang signifikan terhadap produksi karet alam akan diperoleh
perubahan luas areal dengan hasil hasil yang lebih banyak ketika luas
nilai nilai probabilitasnya masing- areal meningkat.
masing 0,4540 dan 0,2515. Pada koefisien curah hujan
Tanda koefisien sebagai nilai tahun sekarang (𝐶𝐻𝑡 ) bernilai negatif
luas areal yang ditawarkan. Pada yaitu (0,4616). Nilai tersebut
variabel luas areal tahun sebelumnya menjelaskan apabila curah hujan
(𝐴 𝑡−1 ) memiliki nilai koefisienpositif meningkat 1 mm/thn maka respons
sebesar 0,5747 yang berarti apabila luas areal yang ditawarkan menurun
luas areal meningkat 1 ha/thn maka sebesar (0,4616). Namun, nilai
respons luas areal yang akan tersebut tidak nyata (0,2515)
ditawarkan meningkat sebesar 0,5747 mengingat bahwa curah hujan Curah
ha/tahun. Nilai tersebut terlihat nyata hujan merupakan faktor alam yang
(0,0143) bahwa peningkatan luas berubah-ubah sehingga diperlukan
areal pada tahun sebelumnya akan penyesuaian terhadap pola tanam.
menggerakkan petani untuk lebih Menurut Siagian (2015) bahwa
meningkatkan luas areal pada tahun daerah yang cocok untuk pertanaman

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|11
karet adalah pada zona antara 1500 Adapun variabel-variabel
LS dan 150 LU dan sangat sesuai independen yang dimasukkan
ditanam pada wilayah yang memiliki dalam respons produktivitas yakni
curah hujan 1.600 – 2.500 mm/tahun. produktivitas tahun sebelumnya
Curah hujan yang terlalu tinggi (𝑌𝑡−1), harga karet alam tahun
(>3.500 mm/tahun) biasanya kinerja sebelumnya (𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 ), dan harga
penyadap menurun dalam melakukan pupuk urea tahun sebelumnya
panen, dan resiko penyakit gugur (𝐻𝑃𝑡−1 ). Pada uji statistik, data
daun pun mengancam. Selain itu hasil estimasi dianalisis
curah hujan tahunan tinggi dan menggunakan uji-f (uji simultan),
merata sepanjang tahun akan uji-t (uji parsial), dan uji goodness
mendukung pertumbuhan patogen of fit (R-Square). Hasil pendugaan
penyebab penyakit gugur daun parameter produktivitas karet
sekunder. alam di Sulawesi Selatan dapat
B. Respons Produktivitas Karet dilihat pada tabel berikut ini.
Alam Sulawesi Selatan
Tabel 10. Hasil Estimasi Parameter Produktivitas Tanaman Karet Alam di
Sulawesi Selatan
Variabel Koefisien Standard Error t Stat Prob.
Intercept 6,5236 2,5636 2,5447 0,0216
Ln𝑌𝑡−1 0,1538 0,2617 0,5877 0,5649
Ln𝐻𝐾𝐴 𝑡−1 0,1476 0,1504 0,9811 0,3411
Ln𝐻𝑃𝑡−1 (0,2496) 0,2302 (1,0842) 0,2943
Fhitung = 0,9051
Prob. Fhitung = 0,4604
R2 = 0,1451

Berdasarkan pada respons Kondisi tersebut berarti variabel


produktivitas, hasil menunjukkan independen sangat lemah untuk
tidak satu pun nilai yang signifikan menjelaskan variabel dependen pada
terhadap produktivitas karet alam. persamaan sebesar 14,51persen dan
Diketahui koefisien determinasi (R2) selebihnya sebesar 85,49persen yang
senilai 0,1451 yang sangat rendah.

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|12
dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya Sebagian besar perkebunan rakyat
di luar model persamaan. relatif jarang menggunakan pupuk
Hasil uji-f diperoleh nilai urea untuk memupuk tanamannya.
probabilitas sebesar 0,4604 yang Keadaan tersebut disebabkan oleh
tidak signifikan artinya bahwa harga pupuk urea untuk perkebunan
variabel independen tidak memiliki lebih mahal dibandingkan dengan
pengaruh nyata terhadap variabel pupuk urea untuk tanaman pertanian
dependen (produktivitas). Begitu pun lainnya.
pada hasil uji-t menunjukkan nilai
C. Respons Penawaran Karet
yang tidak signifikan.Pada uji-t,
Alam Sulawesi Selatan
variabel produktivitas menunjukkan
Konsep respons penawaran
hasil yang tidak signifikan sehingga
dapat dilihat berdasarkan
dalam memberikan penjelasan pada
elastisitas penawaran karet alam
variabel tidak bisa dilakukan secara
di Sulawesi Selatan baik dalam
tegas artinya bahwa tidak ada
jangka pendek maupun jangka
pengaruh yang nyata antara
panjang. Oleh karena itu,
produktivitas karet alam pada tahun
dilakukan analisis nilai elastisitas
sebelumnya dan tahun berikutnya.
dari luas areal, produktivitas, dan
Hal demikian mengindikasikan
respons penawaran terhadap harga
bahwa grafik produktivitas setiap
karet alam. Hasil perhitungan
tahun cenderung konstan dan
masing-masing nilai elastisitas
menurun.
tersebut dapat dilihat pada tabel
Harga karet alam dan harga
berikut ini.
pupuk pun menunjukkan hasil yang
tidak berpengaruh signifikan.
Tabel Respons Penawaran Karet Alam di Sulawesi Selatan

Keterangan Respons luas areal Respons Respons


panen karet alam produktivitas karet penawaran karet
terhadap harga alam terhadap alam terhadap
karet alam 𝑒𝐴𝑃 harga karet alam harga karet alam
𝑒𝑌𝑃 𝑒𝑄𝑃
Koefisien
0,43 0,85 -
adjustment

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|13
Elastisitas
0,14 0,15 0,29
jangka pendek
Elastisitas
0,32 0,17 0,49
jangka panjang
Keterangan: 𝑒𝑄𝑃 = 𝑒𝐴𝑃 + 𝑒𝑌𝑃
panen yang berarti jika terjadi
Berdasarkan pada tabel 11
kenaikan harga karet alam maka
diketahui bahwa respons dari
keputusan yang tepat untuk
produktivitas terhadap harga karet
meningkatkan respons penawaran
alam dalam jangka pendek lebih
karet alam dalam jangka panjang
besar dibandingkan pada respons luas
adalah dengan meningkatkan luas
areal. Sehingga, apabila terjadi
areal panen.
kenaikan harga karet alam maka
Nilai elastisitas dari respons
keputusan yang baik untuk
luas areal tanaman karet alam,
meningkatkan respons penawaran
respons produktivitas karet alam, dan
karet alam dalam jangka pendek yang
respons penawaran karet alam dalam
diambil adalah meningkatkan
jangka pendek dan jangka panjang
produktivitas karet alam. Upaya
berada pada nilai antara nol dan satu
peningkatan produktivitas bisa
yang berarti respons penawaran
dilakukan dengan pemberian pupuk
bersifat inelastis (E <1). Nilai tersebut
pada tanaman karet secara teratur,
diuraikan bahwa setiap perubahan
pemberantasan hama dan penyakit,
sau persen variabel independen dari
dan reboisasi tanaman karet yang
masing-masing model respons akan
sudah tua agar tanaman bisa lebih
terjadi perubahan pada variabel
produktif.
dependen berkurang satu persen.
Pada respons penawaran
kondisi ini menunjukkan bahwa
produktivitas dan luas areal dalam
petani kurang memberi respons atas
jangka panjang menunjukkan bahwa
perubahan harga.
respons luas areal lebih besar
Respons penawaran karet
dibandingkan pada respons
alam terhadap harga karet alam dalam
produktivitas terhadap harga karet
jangka pendek sebesar 0,29
alam. Oleh karet itu, keputusan untuk
menunjukkan nilai yang inelastis
meningkatkan respons penawaran
(E<1). Sedangkan, respons
tanaman karet alam yang baik adalah
penawaran karet alam terhadap harga
dengan meningkatkan luas areal

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|14
karet alam dalam jangka panjang Berdasarkan hasil dan
sebesar 0,49 yang juga menunjukkan pembahasan penelitian mengenai
nilai inelastis (E <1). Menurut analisis respons penawaran karet
Pracoyo (2006) bahwa penawaran alam di Sulawesi Selatan selama
yang bersifat tidak elastis terjadi periode 1997-2017, maka dapat
ketika faktor produksi yang disimpulkan sebagai berikut:
dibutuhkan sangat sulit diperoleh. 1. Variabel yang signifikan
Sebaliknya, bila biaya yang mempengaruhi respons luas areal
dikeluarkan tidak terlalu besar maka karet alam di Sulawesi Selatan
penambahan penawaran adalah produktivitas tahun
menyebabkan kurva penawaran sebelumnya. Sedangkan, pada
menjadi elastis. respons produktivitas karet alam di
Terlihat bahwa respons Sulawesi Selatan tidak ada satu
penawaran karet alam dalam jangka pun variabel yang signifikan.
panjang lebih besar dibandingkan 2. Respons penawaran karet alam
dengan respons penawaran jangka terhadap harga karet alam dalam
pendek. Hal tersebut berpeluang jangka pendek dan panjang
untuk peningkatan luas areal dan bernilai yaitu 0,29 dan 0,49
produktivitas dalam jangka panjang menunjukkan nilai yang inelastis (
lebih baik daripada peluang pada E < 1 ). Respons penawaran karet
jangka pendek.Hasil ini sejalan alam dalam jangka panjang lebih
dengan pendapat Hariyati (2007) besar dibandingkan dengan
bahwa melakukan produksi dan respons penawaran jangka pendek.
jumlah penawaran lebih mudah Sehingga, peluang untuk
ditingkatkan dalam jangka panjang peningkatan luas areal dan
sehingga penawaran lebih elastis produktivitas dalam jangka
dengan memiliki konsekuensi bahwa panjang lebih baik daripada
faktor produksi tetap dapat berubah peluang pada jangka pendek.
menjadi variabel produksi yang SARAN
variabel artinya variabel tetap dapat Berdasarkan penelitian yang
berubah dengan perubahan jumlah telah dilakukan, maka saran peneliti
produk. kepada para peneliti selanjutnya
terkait fokus penelitian respons
KESIMPULAN

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/
Jurnal PENA
E-ISSN 2722-7685 Volume 8|Nomor 1|15
penawaran karet alam adalah dengan Claudia, G., Yulianto, E., dan
Mawardi, M. K. 2016.
memasukkan variabel-variabel yang
Pengaruh Produksi Karet
belum terinput dalam penelitian ini Alam Domestik, Harga Karet
Alam Internasional, dan Nilai
sehingga dapat mencakup
Tukar Terhadap Volume
pembahasan yang lebih bersifat Ekspor Karet Alam (Studi
khusus dan jelas. Adapun variabel- pada Komoditi Karet Alam
Indonesia Tahun 2010-2012).
variabel yang dimaksud adalah harga Jurnal Administrasi Bisnis,
35(1), 165-171.
tanaman komplementer karet alam,
harga pestisida, harga SP-36 dan Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian RI.
upah tenaga kerja. 2020. Pembangunan
DAFTAR PUSTAKA. Perkebunan 2019. Jakarta

Atika, S., dan Afifuddin, S. 2015. Kementerian Pertanian RI. Indikator


Analisis Prospek Ekspor Karet Luas Area dan Produksi
Indonesia ke Jepang. Jurnal Perkebunan Karet Nasional
Ekonomi dan Keuangan, 3(1). 2015-2018, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi


Sulawesi Selatan. 2019.
Statistik Pendidikan Provinsi Setiawan, H. D dan Andoko, A. 2008.
Sulawesi Selatan. Petunjuk Lengkap Budidaya
Karet. PT AgroMedia
Badan Pusat Statistik. 2019. Analisis Pustaka, Jakarta.
Komoditas Ekspor 2012-2018,
Sektor Pertanian, Industri, dan Sinclair, A. S., dan Bakce, D. 2015.
Pertambangan, Jakarta. Analisis Respon Penawaran
dan Permintaan Karet Alam
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Indonesia. IJEA (Jurnal Ilmu
Karet Indonesia 2018, Jakarta. Ekonomi Pertanian
Indonesia), 6(1), 29-38.
Boerhendhy, I., dan Amypalupy, K.
2016. Optimalisasi
Produktivitas Karet Melalui
Penggunaan Bahan Tanam,
Pemeliharaan, Sistem
Eksploitasi dan Peremajaan
Tanaman. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan
Pertanian, 30(1), 23-30.

Copyright© 2021 LKIM-PENA


http://journal.unismuh.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai