Anda di halaman 1dari 19

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI

KARET DI NAGARI TANJUNG PAUH, KECAMATAN PANGKALAN


KOTO BARU, KABUPATEN LIMA PULUH KOTA, SUMATERA BARAT

Arfah Nadira1, Agustinus Mangunsong2, Elviati2


Program Studi Pengelolaan Perkebunan, Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Kode Pos 26271, Payakumbuh
arfahnadira@gmail.com

ABSTRAK
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu penghasil produksi
karet terbesar di Sumatera Barat. Kecamatan yang menjadi posisi pertama dengan
lahan terluas berada di Kecamatan Pangkalan Koto Baru sedangkan untuk
produksinya berada di posisi kedua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh jumlah pohon karet, biaya produksi, jumlah produksi, tingkat pendidikan,
usia, dan pengalaman kerja terhadap pendapatan petani karet di Nagari Tanjung
Pauh, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera
Barat. Penelitian ini dimulai pada bulan April 2022 sampai dengan bulan Juni 2022.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah pohon karet, biaya
produksi, jumlah produksi, tingkat pendidikan, usia, dan pengalaman kerja. Untuk
metode pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dan didapatkan 84
responden. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda menggunakan Software Statistic Program for Social
Science (SPSS) versi 26. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel biaya produksi
dan usia bernilai negatif dan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani
karet, sedangkan variabel jumlah produksi bernilai positif dan berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan petani karet di Nagari Tanjung Pauh. Untuk
variabel jumlah pohon karet, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja
berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan petani karet di Nagari Tanjung
Pauh. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara keenam variabel independen atau
bebas secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen atau tidak bebas
yaitu pendapatan petani karet di Nagari Tanjung Pauh. Nilai R 2 sebesar 0,875
berarti sebesar 87,5% variasi pendapatan petani karet dapat dijelaskan oleh variabel
jumlah pohon karet, biaya produksi, jumlah produksi, tingkat pendidikan, usia, dan
pengalaman kerja. Sedangkan sisanya 12,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Karet, Faktor – Faktor Pendapatan, Pendapatan Usaha Tani

PENDAHULUAN
Karet merupakan komoditas sebagai mata pencaharian bagi
perkebunan yang sangat penting. keluarga petani karet (Stiawan,
Bermanfaat sebagai sumber lapangan Wahyuningsih, dan Nurjayanti,
kerja, sebagai salah satu sumber 2014). Menurut Damanik, Syakir,
devisa non migas, mendorong Tasma dan Siswanto (2010) karet
pertumbuhan ekonomi di wilayah merupakan komoditi ekspor yang
pengembangan karet, juga dari mampu memberikan kontribusi di
pendapatan hasil penjualan karet ini dalam upaya peningkatan devisa

1). Mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2). Dosen Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
1
Indonesia. Karet tidak hanya Nagari Tanjung Pauh memiliki
diusahkan oleh perkebunan- luas 112,26 Km2 yang terdiri dari 3
perkebunan milik negara, tetapi juga jorong yaitu : Pasar Buyuh, Koto
diusahakan oleh swasta dan rakyat. Lamo, dan Pulau Panjang
Luas areal dan produksi karet di (Kecamatan Pangkalan Koto Baru,
Sumatera Barat dari tahun 2018-2019 2021). Nagari ini merupakan daerah
yaitu 130,3 ribu Ha menjadi 130,8 transmigrasi yang dibangun pada
ribu Ha dengan produksinya 152,5 tahun 1992 karena pada saat itu
ribu ton menjadi 152 ribu ton. Untuk Nagari Tigo Koto yang lama terkena
luasan lahan yang produktif pada pembangunan proyek raksasa danau
tahun 2019 yaitu 124,3 ribu Ha atau buatan. Danau ini dimanfaatkan
sekitar 95 % dari total luas lahan karet sebagai pembangkit listrik,
yang berada di Sumatera Barat. Untuk merupakan kerja sama antara Jepang
perkebunan yang berada di Sumatera dengan Indonesia. Sebagai ganti
Barat hanya dikelola oleh rakyat yang ruginya pemerintah Indonesia
dikelompokkan dalam usaha kecil memberikan lahan hutan rakyat jenis
tanaman perkebunan rakyat (Statistik karet seluas 2 Ha kepada setiap
Karet Indonesia, 2019). Kepala Keluarga. Oleh karena itu tiap
Kabupaten Lima Puluh Kota KK memiliki lahan karet seluas 2 Ha
merupakan daerah yang mempunyai (Oktarita, 2003).
potensi cukup tinggi dalam bidang Tujuan penelitian ini adalah
sektor pertanian termasuk budidaya (1) mengetahui tingkat pendapatan
pada komoditi karet. Di daerah rata – rata petani karet di Nagari
Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanjung Pauh Kabupaten Lima Puluh
kecamatan yang menjadi posisi Kota Sumatera Barat, (2) mengetahui
pertama dengan lahan terluas berada faktor – faktor yang mempengaruhi
di Kecamatan Pangkalan Koto Baru pendapatan petani karet di Nagari
yaitu 9 ribu Ha sedangkan untuk Tanjung Pauh Kabupaten Lima Puluh
produksi karet berada di posisi kedua Kota Sumatera Barat.
dengan produksinya 2,9 ribu ton pada METODE PENELITIAN
tahun 2020. Sedangkan untuk lahan 1. Tempat dan Waktu Penelitian
yang produktif hanya 5,2 ribu Ha atau Penelitian ini dilakukan di
sekitar 58,4 % dari total luas lahan Nagari Tanjung Pauh, Kecamatan
karet di Pangkalan Koto Baru pada Pangkalan Koto Baru, Kabupaten
tahun 2020 (BPS Kabupaten Lima Lima Puluh Kota. Penelitian ini
Puluh Kota, 2021). dilaksanakan selama 3 bulan yaitu
Di Pangkalan Koto Baru 40% dari bulan April 2022 sampai dengan
lahan karet perlu dilakukan bulan Juni 2022.
peremajaan yang menyebabkan 2. Metode Pengambilan Sampel
produksi karet menurun. Menurut Metode pengambilan sampel
data BPS Kabupaten Lima Puluh yang digunakan adalah purposive
Kota (2021), dari 9 ribu Ha lahan sampling, dengan pertimbangan
karet sekitar 3,7 ribu Ha sudah tidak bahwa petani tersebut memiliki kebun
produksi lagi (rusak). Sehingga perlu sendiri, sebagai penyadap utama,
dilakukan peremajaan pada lahan membudidayakan karet dengan
karet agar produksi yang dihasilkan sistem monokultur, menjadikannya
bisa optimal. sebagai pendapatan utama serta
memiliki minimal populasi tanaman

2
karet 150 pohon/Ha. Purposive TFC = Total Fixed Cost (Total
sampling adalah teknik pengambilan biaya tetap)
sampel dengan menentukan kriteria – TVC = Total Variabel Cost (Total
kriteria tertentu (Sugiyono, 2013). biaya variabel)
Tujuan pengambilan sampel secara 4. Analisis Regresi Linier
purposive sampling untuk Berganda
mendapatkan sampel agar dianggap Supaya data yang dikumpulkan
mewakili populasi. Jumlah sampel memiliki nilai serta dapat dianalisis
ditetapkan sebanyak 84 petani. sesuai dengan tujuan penelitian ini,
Penelitian ini menggunakan maka data yang telah diperoleh dari
data primer yang dikumpulkan penyebaran kuisioner diolah dengan
dengan metode wawancara secara menggunakan Software Statistic
langsung dengan petani sampel serta Program for Social Science (SPSS)
data sekunder yang diperoleh dari versi 26 melalui analisa regresi
BPS dan Kantor Wali Nagari Tanjung berganda, pengujian secara serentak
Pauh. (uji F), uji individual (uji T) dan
3. Analisis Pendapatan Bersih analisis koefisien determinasi (R2).
Usaha Tani Data yang telah dikumpulkan dan
Untuk menghitung pendapatan masukkan ke dalam Software
bersih dapat menggunakan rumus Microsoft Excel 2019 dan melakukan
sebagai berikut: pengkodean baik itu karakteristik
π = TR-TC responden maupun pendapat
Keterangan: responden baik itu karakteristik
π = Pendapatan usaha tani terhadap pernyataan pada setiap
TR = Total Revenue (Total variabel jumlah pohon karet (X1),
penerimaan) biaya produksi (X2), jumlah produksi
TC = Total Cost (Total biaya (X3), tingkat pendidikan (X4), usia
produksi) (X5) dan pengalaman kerja (X6) yang
Berdasarkan rumusnya tinggi dimiliki petani yang dapat dituliskan
atau rendah pendapatan dipengaruhi dalam rumus :
besarnya penerimaan, penerimaan Y = a + βX1 + βX2+ βX3 + βX4+
akan meningkat jika jumlah produksi βX5 + βX6 + e
dan harga jual produk tinggi. Namun Keterangan :
sebaliknya, pendapatan akan Y = Pendapatan
meningkat jika biaya produksi a = Intercept
menurun. X1 = Jumlah pohon karet (batang)
1). Total penerimaan X2 = Biaya produksi (Rp)
TR = P × Q X3 = Jumlah produksi (Kg)
Keterangan : X4 = Tingkat pendidikan (Tahun)
TR = Total Revenue (Total X5 = Usia (Tahun)
penerimaan) X6 = Pengalaman kerja (Tahun)
P = Price (Harga) β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien
Q = Quantity (Jumlah) persamaan regresi
2). Total biaya produksi e = variabel pengganggu
TC = TFC + TVC 5. Pengujian secara Serentak (Uji
Keterangan : F)
TC = Total Cost (Total biaya Uji statistik F pada dasarnya
produksi) menunjukkan apakah semua variabel

3
independen atau bebas yang bahwa penggunaan model tersebut
dimasukkan dalam model dapat dibenarkan.
mempunyai pengaruh secara Koefisien determinasi
bersama-sama terhadap variabel menunjukkan suatu proporsi dari
dependen. Pengujian F dilakukan varian yang dapat diterangkan oleh
dengan membandingkan Fhitung persamaan regresi terhadap varian
dengan Ftabel. Maka kita menerima total.
hipotesis alternatif yang menyatakan Besarnya koefisien determinasi
bahwa semua variabel independen dirumuskan sebagai berikut:
secara serentak dan signifikan R2=β1∑X1Y+β2∑X2Y+β3∑X3Y+…
mempengaruhi variabel dependen. … β6∑X6Y
Ftabel di cari dengan cara melihat df1 Keterangan:
(bagian tabel horizontal) R2 = Determinasi
menggunakan data jumlah variabel β1, β2 , β3...β6 = Koefisian
independent dan df2 (bagian tabel persamaan regresi
vertikal) dengan menggunakan data X1, X2, X3..X6 = Skor variabel
jumlah sampel. Rumus uji F adalah: independen
F hitung = R2/k Y = Skor variabel
(1–R2) / (n-k-1) dependen Y
Keterangan : Nilai R2 di atas menunjukan
Fhitung= Fhitung yang seberapa besar nilai variabel bebas
selanjutnya dibandingkan X1, X2, X3,…X6 mempengaruhi nilai
dengan Ftabel variabel terkait Y. Nilai dari (R2)
k = Jumlah variabel bebas menunjukan presentase besarnya
2 pengaruh faktor-faktor selain X1, X2,
R = Koefisien determinan
n = Ukuran sampel X3… X6 terhadap variabel Y.
6. Analisis koefisien determinasi HASIL
(R2) 1. Karakteristik Responden
Dalam suatu penelitian atau Karakteristik responden dalam
observasi, perlu dilihat seberapa jauh penelitian ini adalah petani yang
model yang terbentuk dalam menjalankan usaha tani karet dan
menerangkan kondisi yang menjadikan usaha tani karet tersebut
sebenarnya. Dalam analisis regresi sebagai penghasilan utama, memiliki
dikenal suatu ukuran yang dapat pohon karet ≥ 150 pohon/Ha di
dipergunakan untuk keperluan Nagari Tanjung Pauh. Jumlah
tersebut, yang dikenal dengan responden yaitu 84 petani karet
koefisien determinasi. Nilai koefisien dengan metode pengambilan sampel
determinasi merupakan suatu ukuran yaitu purposive sampling yang berarti
yang menunjukkan besar sumbangan pengambilan sampel berdasarkan
dari variabel independen terhadap syarat tertentu (Sugiyono, 2013).
variabel dependen, atau dengan kata Pengambilan data penelitian
lain koefisien determinasi menggunakan kuesioner melalui
menunjukkan variasi turunnya Y wawancara langsung ke petani karet.
yang diterangkan oleh pengaruh
linear X. Bila nilai R2 mendekati
angka 1, maka variabel independen
makin mendekati hubungan dengan
variabel dependen sehingga dikatakan

4
1.1. Karakteristik berdasarkan
usia
Berdasarkan hasil penelitian responden berdasarkan usia dapat
yang telah dilakukan pada petani dilihat dalam Tabel 1.
karet di Nagari Tanjung Pauh
diperoleh hasil karakteristik
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Rata – Rata Rata – Rata
Interval Usia Jumlah Petani Persentase
Produksi Pendapatan
(tahun) (orang) (%)
(kg/bulan) (bulan)
21 – 30 2 2,4 334 Rp 3.198.750
31 – 40 11 13,1 204 Rp 1.906.361
41 – 50 32 38,1 191 Rp 1.594.076
51 – 60 24 28,6 163 Rp 1.024.896
> 60 15 17,9 165 Rp 1.057.707
JUMLAH 84 100
Sumber : Data Primer yang Sudah Diolah (2022)
Tabel 1, menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi di Nagari
karakteristik berdasarkan usia Tanjung Pauh berada pada interval
didominasi oleh responden berusia 41 usia 21 – 30 tahun, dikarenakan
– 50 tahun sebanyak 32 orang dengan bahwa pada interval usia tersebut
persentase 38,1%. Sedangkan jumlah petani memiliki kemampuan dan
responden terkecil pada usia 21 – 30 tenaga yang lebih besar sehingga
tahun dengan persentase 2,4%. Jika mampu menjalani usaha tani karet
dilihat berdasarkan rata – rata tersebut. Hal ini sesuai dengan
produksi dan pendapatannya dalam 1 pendapat Nugraha, Alamsyah, dan
bulan maka produksi dan pendapatan Agustina (2018) bahwa pada umunya
tertinggi pada interval usia 21 – 30 petani karet yang masih berada pada
tahun yaitu 334 kg produksinya usia yang produktif akan mendorong
dengan pendapatannya sebesar Rp petani karet lebih produktif untuk
3.198.750. meningkatkan hasil perkebunan karet.
Maka dapat disimpulkan bahwa
petani karet dengan produksi dan
1.2. Karakteristik responden diperoleh hasil karakteristik
berdasarkan jenis kelamin responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dalam Tabel 2.
yang telah dilakukan pada petani
karet di Nagari Tanjung Pauh
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Rata – Rata Rata – Rata
Jenis Jumlah Petani Persentase
Produksi Pendapatan
Kelamin (orang) (%)
(kg/bulan) (bulan)
Laki -laki 28 33,3 212 Rp 1.520.381
Perempuan 56 66,7 171 Rp 1.361.970
Jumlah 84 100
Sumber : Data Primer yang Sudah Diolah (2022)
Tabel 2, menunjukkan hasil sebanyak 56 orang dengan persentase
bahwa karakteristik berdasarkan jenis 66,7%. Sedangkan jumlah responden
kelamin didominasi oleh perempuan berjenis kelamin laki-laki berjumlah

5
28 orang dengan persentase 33,3%. merupakan suatu indikator yang dapat
Walaupun responden didominasi oleh menunjukkan produktivitas petani
petani karet yang berjenis kelamin dalam bekerja, rata-rata laki-laki lebih
perempuan tetapi untuk rata-rata kuat dibandingkan perempuan
produksi dan pendapatan dalam 1 dikarenakan kegiatan perempuan
bulan lebih banyak untuk petani karet tidak hanya mengerjakan usaha tani
yang berjenis kelamin laki-laki yaitu saja tetapi juga dibebani mengurus
212 kg produksinya dengan rumah tangga, sehingga pengerjaan
pendapatan sebesar Rp 1.520.381. dalam usaha tani kurang maksimal.
Hal ini disebabkan petani karet yang 1.3. Karakteristik responden
berjenis kelamin perempuan berdasarkan tingkat pendidikan
cenderung kurang maksimal dalam Berdasarkan hasil penelitian
melakukan usaha tani karet, yang telah dilakukan pada petani
dikarenakan tenaga kerja yang karet di Nagari Tanjung Pauh
dihasilkan oleh perempuan lebih diperoleh hasil karakteristik
rendah dibandingkan laki-laki. responden berdasarkan tingkat
Menurut Trisnawati, Barbara pendidikan dapat dilihat dalam Tabel
dan Aggreini (2018) jenis kelamin 3.
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Rata – Rata Rata – Rata
Jumlah Petani
Tingkat Pendidikan Persentase (%) Produksi Pendapatan
(orang)
(kg/bulan) (bulan)
Tidak tamat SD 13 15,5 143 Rp 985.060
SD 55 66,7 181 Rp 1.426.164
SMP 9 10,7 235 Rp 2.039.244
SMA 6 7,1 232 Rp 1.302.808
Jumlah 84 100
Sumber : Data Primer yang Sudah Diolah (2022)
Tabel 3, menunjukkan bahwa mata pencahariannya dan lebih
karakteristik responden berdasarkan memilih pekerjaan lain.
tingkat pendidikan didominasi oleh Hal ini sesuai dengan pendapat
responden tamatan SD sebanyak 55 Nugraha, dkk (2018) masyarakat
orang dengan persentase 65,5%. yang memiliki tingkat pendidikan
Untuk jumlah responden terkecil yang tinggi tidak menjadikan
yaitu tamatan SMA berjumlah 6 berkebun karet sebagai usaha utama
orang dengan persentase 7,1%. dan lebih memilih pekerjaan lain
Sedangkan untuk rata-rata produksi seperti dari sektor perkantoran.
dan pendapatan tertinggi dalam 1 1.4. Karakteristik responden
bulan pada tingkat pendidikan SMP berdasarkan pengalaman kerja
yaitu 235 kg dengan pendapatannya Berdasarkan hasil penelitian
sebesar Rp 2.039.244. Hal ini yang telah dilakukan pada petani
disebabkan masyarakat di Nagari karet di Nagari Tanjung Pauh
Tanjung Pauh dengan tingkat diperoleh hasil karakteristik
pendidikan yang lebih tinggi tidak responden berdasarkan pengalaman
menjadikan usaha tani karet sebagai kerja dapat dilihat dalam Tabel 4.

6
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Rata – Rata Rata – Rata
Pengalaman Jumlah Petani Persentase
Produksi Pendapatan
Kerja (Tahun) (orang) (%)
(kg/bulan) (bulan)
1 – 10 28 33,3 163 Rp 1.333.827
11 – 20 35 41,7 219 Rp 1.681.993
21 – 30 8 9,5 120 Rp 654.743
31 – 40 6 7,1 158 Rp 1.261.782
41 – 50 5 6 135 Rp 769.537
> 50 2 2,4 150 Rp 1.178.542
Jumlah 84 100
Sumber : Data Primer yang Sudah Diolah (2022)
Tabel 4, menunjukkan yang dikeluarkan untuk usaha tani
bahwa karakteristik responden karet. Untuk melihat penerimaan atau
berdasarkan pengalaman kerja pendapatan kotor dapat menggunakan
didominasi oleh responden yang rumus :
memiliki pengalaman kerja selama 11 TR = P × Q
– 20 tahun pada bidang usaha tani Keterangan :
karet sebanyak 35 orang dengan TR = Total Revenue (Total
persentase 41,7%. Sedangkan jumlah Penerimaan)
responden terkecil yaitu responden P = Price (Harga)
yang memiliki pengalaman kerja Q = Quantity (Jumlah)
lebih dari 50 tahun berjumlah 2 orang Total penerimaan usaha tani
dengan persentase 2,4%. Untuk rata- karet di Nagari Tanjung Pauh dapat
rata produksi dan pendapatan dilihat pada Tabel 5.
tertinggi dalam 1 bulan oleh Tabel 5. Total Penerimaan Usaha
responden dengan pengalaman kerja Tani Karet di Nagari Tanjung Pauh
11 – 20 tahun yaitu 219 kg dengan Keterangan Hasil
pendapatannya sebesar Rp 1.681.993. Rata – rata harga produk
9.000
Walaupun rata-rata (Rp)
pengalaman sebagai petani karet Jumlah produksi(Kg) 17.370
tergolong lama, tetapi cara budidaya Total penerimaan (Rp) 156.330.000
karet yang dilakukan masih Sumber : Data Primer yang Sudah
tradisional. Menurut Nugraha dan Diolah (2022)
Alamsyah (2019) pengalaman kerja Berdasarkan Tabel 5,
yang tergolong lama dalam usaha tani menunjukkan bahwa semakin besar
karet tetapi cara yang dilakukan jumlah produksi yang dihasilkan
masih konvensional sehingga tidak maka semakin tinggi total penerimaan
dapat meningkatkan pendapatan. yang didapat. Berikut adalah cara
2. Analisis pendapatan usaha tani menghitung pendapatan bersih
karet sebagai berikut :
Pendapatan adalah selisih π = TR – TC
antara penerimaan dengan seluruh Keterangan :
biaya yang dikeluarkan selama proses π = Pendapatan usaha tani
produksi karet (Sugi, 2019). Firdaus TR = Total penerimaan
dan Abdullah (2012), penerimaan TC = Total biaya produksi
adalah perkalian antara jumlah Pendapatan bersih usaha tani
produksi dengan harga jual karet, karet di Nagari Tanjung Pauh dapat
sedangkan total biaya adalah biaya dilihat pada Tabel 6.

7
Tabel 6. Pendapatan Bersih Usaha Tani Karet Satu Bulan di Nagari Tanjung Pauh
Keterangan Jumlah
Total penerimaan (Rp) 156.330.000
Total biaya produksi (Rp) 39.648.995
Pendapatan (Rp) 116.681.005
Rata – rata pendapatan responden (Rp) 1.389.060
Sumber : Data Primer yang Sudah Diolah (2022)
Berdasarkan Tabel 6, (UMP) Sumatera Barat 2022 sebesar
menunjukkan bahwa rata – rata Rp 2.512.539/bulan maka pendapatan
pendapatan petani karet di Nagari usaha tani karet di Nagari Tanjung
Tanjung Pauh yaitu Rp 1.389.060 Pauh tergolong rendah dikarenakan
dalam 1 bulan. Jika dibandingkan masih di bawah UMP.
dengan Upah Minimum Provinsi
3. Analisis regresi linier berganda Social Science (SPSS) versi 26 yang
Untuk mengetahui pengaruh akan menampilkan hasil dalam
antara dua variabel atau lebih bentuk persamaan regresi. Dari
(variabel independen dengan analisis regresi linier berganda akan
dependen), maka dilakukan analisis diperoleh koefisien regresi, nilai
regresi linier berganda menggunakan thitung, dan signifikan, yang dapat
Software Statistic Program for dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1297517,686 243240,558 5,334 0,000
Jumlah pohon karet 273,429 234,220 0,053 1,167 0,247
Biaya produksi -1,126 0,208 -0,256 -5,401 0,000
Jumlah produksi 8728,780 473,215 0,922 18,446 0,000
Tingkat pendidikan -106978,268 57925,059 -0,084 -1,847 0,069
Usia -20079,683 4368,638 -0,234 -4,596 0,000
Pengalaman kerja 1667,764 3114,055 0,024 0,536 0,594
a. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS (2022)
Berdasarkan hasil pada Tabel 7, X3 = Jumlah produksi (Kg)
maka dapat ditulis persamaan regresi X4 = Tingkat Pendidikan (Tahun)
linier berganda dengan rumus sebagai X5 = Usia (Tahun)
berikut : X6 = Pengalaman kerja (Tahun)
Y = α + βX1 + βX2+ βX3 + βX4+ β1 = Koefisien persamaan regresi dari
βX5 + βX6 + e variabel X1 (Jumlah pohon karet)
Y = 1.297.517,686 + 273,429 (X1) - β2 = Koefisien persamaan regresi dari
1,126 (X2) + 8.728,780 (X3) – variabel X2 (Biaya produksi)
106.978,268 (X4) – 20.079,683 β3 = Koefisien persamaan regresi dari
(X5) + 1.667,764 (X6) + e variabel X3 (Jumlah produksi)
Keterangan : β4 = Koefisien persamaan regresi dari
Y = Pendapatan variabel X4 (Tingkat pendidikan)
a = Konstanta dari persamaan regresi β5 = Koefisien persamaan regresi dari
X1 = Jumlah pohon karet (batang) variabel X5 (Usia)
X2 = Biaya produksi (Rp)

8
β6 = Koefisien persamaan regresi dari jumlah produksi bernilai positif (+).
variabel X6 (Pengalaman kerja) Artinya jika jumlah produksi
e = variabel pengganggu bertambah 1 kg maka menyebabkan
Hasil dari persamaan analisis penambahan pendapatan sebesar Rp
regresi linier berganda dapat 8.728,780 dengan asumsi jumlah
dijelaskan sebagai berikut : pohon karet (X1), biaya produksi
1). Konstanta α = 1.297.517,686 (X2), tingkat pendidikan (X4), usia
Jika nilai konstanta sebesar (X5), pengalaman kerja (X6)
1.297.517,686 menunjukkan bahwa dianggap konstan.
pendapatan usaha tani karet pada 5). Variabel bebas tingkat
jumlah pohon karet (X1), biaya pendidikan = -106.978,268
produksi (X2), jumlah produksi Nilai koefisien regresi
(X3), tingkat pendidikan (X4), usia sebesar -106.978,268 menunjukkan
(X5), pengalaman kerja (X6) tingkat pendidikan bernilai negatif
dianggap sebagai nol (0) maka (-). Artinya jika pendidikan
pendapatan petani karet sebesar Rp bertambah 1 tingkat maka
1.293.890,737. menyebabkan penurunan
2). Variabel bebas jumlah pohon pendapatan sebesar Rp 106.978,268
karet = 273,429 dengan asumsi jumlah pohon karet
Nilai koefisien regresi (X1), biaya produksi (X2), jumlah
sebesar 273,429 menunjukkan produksi (X3), usia (X5),
pengaruh jumlah pohon karet pengalaman kerja (X6) dianggap
bernilai positif (+). Artinya jika konstan.
pohon karet bertambah 1 batang 6). Variabel bebas usia = -
maka menyebabkan penambahan 20.079,683
pendapatan sebesar Rp 273,429 Nilai koefisien regresi
dengan asumsi biaya produksi (X2), sebesar -20.079,683 menunjukkan
jumlah produksi (X3), tingkat usia bernilai negatif (-). Artinya jika
pendidikan (X4), usia (X5), usia bertambah 1 tahun maka
pengalaman kerja (X6) dianggap menyebabkan penurunan
konstan. pendapatan sebesar Rp 20.079,683
3). Variabel bebas biaya produksi = dengan asumsi jumlah pohon karet
-1,126 (X1), biaya produksi (X2), jumlah
Nilai koefisien regresi produksi (X3), tingkat pendidikan
sebesar -1,126 menunjukkan biaya (X4), pengalaman kerja (X6)
produksi bernilai negatif (-). Artinya dianggap konstan.
jika biaya produksi bertambah Rp 1 7). Variabel bebas pengalaman kerja
maka menyebabkan penurunan = 1.667,764
pendapatan sebesar Rp 1,126 Nilai koefisien regresi sebesar
dengan asumsi jumlah pohon karet 1.667,764 menunjukkan pengalaman
(X1), jumlah produksi (X3), tingkat kerja bernilai positif (+). Artinya jika
pendidikan (X4), usia (X5), pengalaman kerja bertambah 1 tahun
pengalaman kerja (X6) dianggap maka menyebabkan penambahan
konstan. pendapatan sebesar Rp 1.667,764
4). Variabel bebas jumlah produksi dengan asumsi jumlah pohon karet
= 8.728,780 (X1), biaya produksi (X2), jumlah
Nilai koefisien regresi produksi (X3), tingkat pendidikan
sebesar 8.728,780 menunjukkan (X4), usia (X5) dianggap konstan.

9
4. Pengujian Secara Serentak (Uji bebas. Ftabel yang diperoleh dari df
F) (N1) = k dan df (N2) = n – k, dengan
Uji F dilakukan apakah semua tingkat kepercayaan 95% atau taraf
variabel independen atau bebas yang signifikan sebesar 5%. Hasil
dimasukkan dalam persamaan yang pengujian secara serentak pada
mempunyai pengaruh secara serentak penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
terhadap variabel dependen atau tidak 8.
Tabel 8. Hasil Uji F dari Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Karet di Nagari Tanjung Pauh
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 64696508097588,600 6 10782751349598,100 98,207 ,000b
Residual 8454336036035,850 77 109796571896,569
Total 73150844133624,500 83
a. Dependent Variable: Pendapatan
b. Predictors: (Constant), Pengalaman kerja, Jumlah pohon karet, Tingkat pendidikan, Biaya
produksi, Jumlah produksi, Usia
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS (2022)
Berdasarkan Tabel 8, dapat pohon karet (X1), biaya produksi
dilihat bahwa nilai Fhitung yang (X2), jumlah produksi (X3), tingkat
diperoleh pada penelitian ini sebesar pendidikan (X4), usia (X5), dan
98,207 sedangkan nilai Ftabel yang pengalaman kerja (X6) menunjukkan
diperoleh df (N1) = 6 dan df (N2) = 84 bahwa keenam variabel independen
– 6 = 78, Ftabel (6;78) adalah 2,22 atau bebas secara serentak
(Lampiran 3), maka dapat berpengaruh signifikan terhadap
disimpulkan bahwa nilai Fhitung lebih variabel dependen atau tidak bebas
besar dari Ftabel (Fhitung = 98,207 > yaitu pendapatan petani karet di
Ftabel = 2,22), artinya variabel jumlah Nagari Tanjung Pauh (Y).

5. Uji individual (Uji T) kerja (X6) terhadap variabel


Signifikan pengaruh variabel dependen yaitu pendapatan (Y) secara
independen yaitu jumlah pohon karet individu dapat dilihat dengan
(X1), biaya produksi (X2), jumlah melakukan uji T. Hasil individual (Uji
produksi (X3), tingkat pendidikan T) dapat dilihat pada Tabel 9.
(X4), usia (X5), dan pengalaman
Tabel 9. Hasil Uji T dari Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Karet di Nagari Tanjung Pauh
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1297517,686 243240,558 5,334 0,000
Jumlah pohon karet 273,429 234,220 0,053 1,167 0,247
Biaya produksi -1,126 0,208 -0,256 -5,401 0,000
Jumlah produksi 8728,780 473,215 0,922 18,446 0,000
Tingkat pendidikan -106978,268 57925,059 -0,084 -1,847 0,069
Usia -20079,683 4368,638 -0,234 -4,596 0,000
Pengalaman kerja 1667,764 3114,055 0,024 0,536 0,594
a. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS (2022)

10
Hipotesis pada penelitian ini 5,401 > ttabel sebesar 1,99085. Jadi
dilakukan dengan tingkat dapat disimpulkan bahwa variabel
kepercayaan sebesar 95% atau taraf biaya produksi berpengaruh
signifikan sebesar 5% (0,05). Pada signifikan terhadap pendapatan petani
penelitian dengan enam variabel karet di Nagari Tanjung Pauh. Nilai
independen dan satu variabel thitung bernilai negatif menunjukkan
dependen, maka untuk memperoleh bahwa semakin tinggi biaya produksi
nilai Ttabel perlu diketahui nilai df yang dikeluarkan petani karet maka
dengan menggunakan rumus sebagai pendapatan yang diterima akan
berikut : semakin rendah.
df = 84 – 6 = 78 3). Jumlah produksi berpengaruh
Berdasarkan nilai df maka signifikan terhadap pendapatan
dengan melihat daftar ttabel pada petani karet di Nagari Tanjung
penelitian ini sebesar 1,99085. Pauh
Hipotesis akan diterima ketika thitung Berdasarkan Tabel 9 terlihat
lebih besar dari ttabel (thitung > bahwa thitung variabel jumlah produksi
1,99085), dan ditolak ketika thitung sebesar 18,446 dengan tingkat
lebih kecil dari ttabel (thitung < 1,99085). signifikan 0,05. Diketahui bahwa H1
Berdasarkan Tabel 9, hasil diterima jika thitung > ttabel dan ditolak
pengujian hipotesis dapat dijabarkan jika thitung < ttabel. H1 pada penelitian
sebagai berikut : diterima karena nilai thitung sebesar
1). Jumlah pohon karet berpengaruh 18,446 > ttabel sebesar 1,99085. Jadi
tidak signifikan terhadap dapat disimpulkan bahwa variabel
pendapatan petani karet di Nagari jumlah produksi berpengaruh
Tanjung Pauh signifikan terhadap pendapatan petani
Berdasarkan Tabel 9 terlihat karet di Nagari Tanjung Pauh. Nilai
bahwa thitung variabel jumlah pohon thitung bernilai positif menunjukkan
karet sebesar 1,167 dengan tingkat bahwa semakin tinggi jumlah
signifikan 0,05. Diketahui bahwa H1 produksi yang dihasilkan petani karet
diterima jika thitung > ttabel dan ditolak maka pendapatan yang diterima akan
jika thitung < ttabel. H1 pada penelitian semakin tinggi.
ditolak karena nilai thitung sebesar 4). Tingkat pendidikan berpengaruh
1,167 < ttabel sebesar 1,99085. Jadi tidak signifikan terhadap
dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan petani karet di Nagari
jumlah pohon karet berpengaruh Tanjung Pauh
tidak signifikan terhadap pendapatan Berdasarkan Tabel 9 terlihat
petani karet di Nagari Tanjung Pauh. bahwa thitung variabel tingkat
2). Biaya produksi berpengaruh pendidikan sebesar -1,847 dengan
signifikan terhadap pendapatan tingkat signifikan 0,05. Diketahui
petani karet di Nagari Tanjung bahwa H1 diterima jika thitung > ttabel
Pauh dan ditolak jika thitung < ttabel. H1 pada
Berdasarkan Tabel 9 terlihat penelitian ditolak karena nilai thitung
bahwa thitung variabel biaya produksi sebesar 1,847 < ttabel sebesar 1,99085.
sebesar -5,401 dengan tingkat Jadi dapat disimpulkan bahwa
signifikan 0,05. Diketahui bahwa H1 variabel tingkat pendidikan
diterima jika thitung > ttabel dan ditolak berpengaruh tidak signifikan
jika thitung < ttabel. H1 pada penelitian terhadap pendapatan petani karet di
diterima karena nilai thitung sebesar Nagari Tanjung Pauh.

11
5). Usia berpengaruh signifikan pendapatan yang diterima akan
terhadap pendapatan petani karet semakin tinggi.
di Nagari Tanjung Pauh 6). Pengalaman kerja berpengaruh
Berdasarkan Tabel 9 terlihat tidak signifikan terhadap
bahwa thitung variabel usia sebesar - pendapatan petani karet di Nagari
4,596 dengan tingkat signifikan 0,05. Tanjung Pauh
Diketahui bahwa H1 diterima jika Berdasarkan Tabel 9 terlihat
thitung > ttabel dan ditolak jika thitung < bahwa thitung variabel pengalaman
ttabel. H1 pada penelitian diterima kerja sebesar 0,536 dengan tingkat
karena nilai thitung sebesar 4,596 > ttabel signifikan 0,05. Diketahui bahwa H1
sebesar 1,99085. Jadi dapat diterima jika thitung > ttabel dan ditolak
disimpulkan bahwa variabel usia jika thitung < ttabel. H1 pada penelitian
berpengaruh signifikan terhadap ditolak karena nilai thitung sebesar
pendapatan petani karet di Nagari 0,536 < ttabel sebesar 1,99085. Jadi
Tanjung Pauh. Nilai thitung bernilai dapat disimpulkan bahwa variabel
negatif menunjukkan bahwa makin pengalaman kerja berpengaruh tidak
rendah usia petani karet maka signifikan terhadap pendapatan
petani karet di Nagari Tanjung Pauh.

6. Analisa koefisien determinasi produksi, tingkat pendidikan, usia,


2
(R ) dan pengalaman kerja secara
Analisis koefisien determinasi bersama-sama atau secara
R2 bertujuan untuk mengetahui keseluruhan terhadap variabel
persentase sumbangan pengaruh dependen yaitu pendapatan. Hasil
variabel independen yaitu jumlah analisis determinasi dalam penelitian
pohon karet, biaya produksi, jumlah ini terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Koefisien Determinasi dari Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Petani Karet di Nagari Tanjung Pauh
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 ,940 0,884 0,875 331355,658
a. Predictors: (Constant), Pengalaman kerja, Jumlah pohon karet, Tingkat
pendidikan, Biaya produksi, Jumlah produksi, Usia
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS (2022)
Berdasarkan hasil pada Tabel 12,5% dipengaruhi oleh variabel lain
10, maka terlihat nilai koefisien yang tidak dimasukkan dalam
determinasi yaitu sebesar 0,875 atau penelitian ini.
87,5% artinya pengaruh variabel PEMBAHASAN
independen yaitu variabel jumlah Berdasarkan hasil analisis data
pohon karet, biaya produksi, jumlah yang telah dijelaskan di atas, maka
produksi, tingkat pendidikan, usia, dapat disimpulkan bahwa pengaruh
dan pengalaman kerja terhadap dari setiap variabel independen
variabel dependen yaitu pendapatan terhadap variabel dependen dalam
yang digunakan dalam penelitian ini bentuk uji hipotesis dijelaskan dalam
adalah sebesar 87,5%. Sedangkan Tabel 11.

12
Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis dari Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani Karet di Nagari Tanjung Pauh
Variabel Variabel
Independen Dependen ttabel thitung Sig. Keterangan
(X) (Y)
Jumlah pohon karet Pendapatan 1,99085 1,167 0,247 Tidak Signifikan
Biaya produksi Pendapatan 1,99085 -5,401 0,000 Signifikan
Jumlah produksi Pendapatan 1,99085 18,446 0,000 Signifikan
Tingkat pendidikan Pendapatan 1,99085 -1,847 0,069 Tidak signifikan
Usia Pendapatan 1,99085 -4,596 0,000 Signifikan
Pengalaman kerja Pendapatan 1,99085 0,536 0,594 Tidak signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS (2022)
1. Pengaruh jumlah pohon karet mutu genetis, mutu fisik dan
terhadap pendapatan petani karet fisiologisnya hal ini tentu akan
Variabel X1 : Jumlah pohon berdampak terhadap produksinya.
karet berpengaruh tidak signifikan Menurut Nugraha, dkk (2018) bahwa
terhadap pendapatan petani karet di kualitas dari bibit karet yang unggul
Nagari Tanjung Pauh. disertai dengan pemeliharaan yang
Berdasarkan hasil uji hipotesis rutin akan meningkatkan produksi
pada Tabel 11, menunjukkan bahwa dan pendapatan petani karet.
nilai thitung pada variabel jumlah pohon Dalam penanaman karet pun
karet lebih kecil dibandingkan nilai harus sesuai dengan jarak tanam yang
ttabel (thitung = 1,167 < ttabel = 1,99085), dianjurkan, sebab dalam penentuan
dengan nilai signifikannya 0,247 > jarak tanam ini berdampak terhadap
0,050 artinya H1 ditolak. pertumbuhan dan produksi lateks
Jumlah pohon karet yang dihasilkan. Menurut Cahyo,
berpengaruh tidak signifikan Ardika, Wijaya (2011) bahwa jarak
disebabkan oleh penentuan titik tanam yang rapat persaingan antar
tanamnya, jenis bibit yang digunakan tanaman dalam menyerap hara dan
generatif, jarak tanaman yang cahaya sangat tinggi. Sebab jika hara
digunakan, kesalahan penyadapan, dan cahaya matahari yang diserap
rotasi panen serta minimnya oleh tanaman berkurang akan
pemeliharaan. menyebabkan terhambatnya proses
Sehingga untuk menunjang fotosintesis. Sehingga jarak tanam
produksi karet yang optimum banyak yang terlalu rapat akan mengganggu
faktor yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman dan produksi
budidaya karet, bibit karet sebaiknya lateks yang sedikit akibat persaingan
berasal dari klon – klon unggul, antar tanaman, sedangkan jarak tanam
melakukan pemeliharaan. Hal ini yang terlalu lebar menyebabkan
sesuai menurut Mirasari (2019), produksi lateks kurang maksimal
bahwa dalam pelaksanaan penanaman karena populasi tanaman terlalu
awal maupun peremajaan dianjurkan sedikit. Untuk jarak tanam karet
menggunakan bibit okulasi sebab menurut Setiawan dan Andoko
dapat menghasilkan tanaman karet (2008), jarak tanam optimal tersebut
yang berproduksi lebih baik adalah 3 × 7 m jika ditanam secara
dibandingkan dengan bibit generatif. monokultur, sehingga populasinya
Walaupun dalam penanamannya adalah 476/Ha.
sesuai dengan jarak tanamnya tetap Penyadapan yang dilakukan
asal usul bibitnya tidak jelas, seperti juga harus sesuai dengan norma sadap

13
dan rotasi panen. Untuk norma sadap Supristiwendi (2020) bahwa variabel
yang ditentukan yaitu arah sadap, biaya produksi berpengaruh sangat
kedalaman sadap, dan intensitas nyata (negatif) terhadap pendapatan
penyadapan. Penyadapan yang petani karet. Dengan kenaikan biaya
dilakukan di Nagari Tanjung Pauh produksi menyebabkan penurunan
sebagian arah sadapan kanan atas pendapatan usaha tani karet. Jika
sampai kiri bawah. Hal ini harga karet naik maka petani akan
mengakibatkan tidak semua menggunakan dananya untuk biaya
pembuluh lateks yang terpotong produksi seperti pupuk, herbisida.
sehingga lateks yang keluar sedikit. Karena jika pemeliharaan
Oleh karena itu, dalam melakukan ditingkatkan secara efektif dan efisien
penyadapan tidak hanya mengiris maka produksi meningkat dan
kulit sebanyak-banyaknya. Tetapi akhirnya pendapatan meningkat.
juga harus memperhatikan arah 3. Pengaruh jumlah produksi
sadapan, kedalaman sadapan. Hal ini terhadap pendapatan petani karet
juga sesuai dengan penelitian Ismail Variabel X3 : Jumlah produksi
dan Supijatno (2016) bahwa berpengaruh signifikan terhadap
pengalaman penyadap tidak pendapatan petani karet di Nagari
menentukan kualitas penyadap, tetapi Tanjung Pauh.
arah sadapan dan kedalaman akan Berdasarkan hasil uji hipotesis
menentukan jumlah lateks yang pada Tabel 11, menunjukkan bahwa
keluar. Hal ini juga diperkuat oleh nilai thitung pada variabel jumlah
teori dari Setyamidjaja (1993) bahwa produksi lebih besar dibandingkan
dalam melakukan penyadapan harus nilai ttabel (thitung = 18,446 > ttabel =
memperhatikan arah sadapan dan 1,99085), dengan nilai signifikannya
kedalaman sadapan, tidak hanya 0,000 < 0,050 artinya H1 diterima.
mengiris kulit sedalam-dalamnya. Nilai thitung yang bernilai positif
2. Pengaruh biaya produksi menunjukkan bahwa semakin tinggi
terhadap pendapatan petani karet produksi yang didapatkan oleh petani
Variabel X2 : Biaya produksi karet di Nagari Tanjung Pauh maka
berpengaruh signifikan terhadap semakin meningkat pendapatan yang
pendapatan petani karet di Nagari diterima oleh petani karet.
Tanjung Pauh. Hal ini juga sesuai dengan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian Putri, Maryadi, dan Bidarti
pada Tabel 11, menunjukkan bahwa (2021) bahwa variabel jumlah
nilai thitung pada variabel biaya produksi berpengaruh nyata secara
produksi lebih besar dibandingkan positif terhadap pendapatan yang
nilai ttabel (thitung = -5,401 > ttabel = diterima oleh petani. Petani karet
1,99085), dengan nilai signifikannya disarankan agar dapat meningkatkan
0,000 < 0,050 artinya H1 diterima. pengetahuannya mengenai cara
Nilai thitung yang bernilai negatif pemeliharaan tanaman karet yang
menunjukkan bahwa semakin rendah efektif dan efisien agar produksi bisa
biaya produksi yang digunakan oleh meningkat.
petani karet di Nagari Tanjung Pauh Rata – rata produksi karet di
maka semakin meningkat pendapatan Nagari Tanjung Pauh yaitu 185
yang diterima oleh petani karet. kg/bulan. Jumlah produksi karet ini
Hal ini sesuai juga dengan dipengaruhi oleh kondisi cuaca,
penelitian Aqbari, Jamil, dan penyadapan, jenis bibitnya serta

14
pemeliharaannya. Jika terjadi Sehingga pendidikan berpengaruh
perubahan cuaca yang ekstrem tidak nyata terhadap pendapatan
sehingga produksi karet mengalami petani karena keahlian yang
penurunan. Hal ini sesuai menurut didapatkan dari pengalaman
Damanik, dkk (2010) bahwa jumlah bertahun-tahun selama menjadi petani
lateks yang keluar pada musim karet. Hal ini juga sesuai dengan
kemarau lebih banyak dibandingkan penelitian Pariyanto dan Busyra
pada musim hujan yaitu lateks yang (2018) yaitu bahwa harga karet, umur
dihasilkan sedikit dan mengandung tanaman dan tingkat pendidikan tidak
lebih banyak air. berpengaruh secara nyata terhadap
Jika dibandingkan produksi penerimaan petani karet, sedangkan
optimal lateks dengan produksi lateks variabel produksi karet, jenis bibit
di Nagari Tanjung Pauh masih dan teknik penyadapan berpengaruh
terbilang masih rendah yaitu untuk nyata terhadap penerimaan petani
produksi optimal lateks mencapai karet.
sebesar 2.500 Kg/Ha, dengan total 5. Pengaruh usia terhadap
produksi selama 1 siklus sebesar pendapatan petani karet
40.000 Kg/Ha, produksi rata-rata Variabel X5 : Usia berpengaruh
siklus sebesar 1.600 Kg/Ha/Tahun signifikan terhadap pendapatan petani
(Affandi, 2011). Sehingga jumlah karet di Nagari Tanjung Pauh.
produksi ini dipengaruhi oleh jenis Berdasarkan hasil uji hipotesis
bibit, penyadapan dan pada Tabel 11, menunjukkan bahwa
pemeliharaannya. Hal ini sesuai nilai thitung pada variabel usia lebih
menurut Nugraha, dkk (2018) bahwa besar dibandingkan nilai ttabel (thitung =
kualitas dari bibit karet yang unggul -4,596 > ttabel = 1,99085), dengan nilai
disertai dengan pemeliharaan yang signifikannya 0,000 < 0,050 artinya
rutin akan meningkatkan produksi H1 diterima. Nilai thitung yang bernilai
dan pendapatan petani karet. negatif menunjukkan bahwa semakin
4. Pengaruh tingkat pendidikan kecil usia petani karet di Nagari
terhadap pendapatan petani karet Tanjung Pauh maka akan
Variabel X4 : Tingkat meningkatkan pendapatan yang
pendidikan tidak berpengaruh diterima oleh petani karet.
signifikan terhadap pendapatan petani Rata – rata usia yang menjadi
karet di Nagari Tanjung Pauh. petani karet di Nagari Tanjung Pauh
Berdasarkan hasil uji hipotesis adalah 51 tahun. Hasilnya
pada Tabel 11, menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa semakin muda
nilai thitung pada variabel tingkat usia petani karet (usia produktif)
pendidikan lebih kecil dibandingkan maka semakin meningkat
nilai Ttabel (thitung = -1.847 < ttabel = pendapatan, karena dengan usia yang
1,99085), dengan nilai signifikannya masih muda atau usia yang masih
0,069 > 0,050 artinya H1 ditolak. produktif maka akan mendorong
Rata-rata tingkat pendidikan petani karet lebih produktif untuk
petani karet di Nagari Tanjung Pauh meningkatkan hasil getah karet.
adalah tamatan SD dan yang paling Karena petani karet sudah
rendah adalah tidak tamat SD. diperkenalkan dan ikut terlibat
Sehingga setelah tamat SD langsung pada usaha tani karet sejak
masyarakat tersebut menjadi petani remaja. Hal ini sesuai dengan
karet untuk menambah penghasilan. penelitian Nugraha dan Alamsyah

15
(2019) bahwa variabel usia arah sadapan, kedalaman sadapan.
berpengaruh nyata terhadap Hal ini juga sesuai dengan penelitian
pendapatan petani karet. Ismail dan Supijatno (2016) bahwa
6. Pengaruh pengalaman kerja pengalaman penyadap tidak
terhadap pendapatan petani karet menentukan kualitas penyadap, tetapi
Variabel X6 : Pengalaman kerja arah sadapan dan kedalaman akan
tidak berpengaruh terhadap menentukan jumlah lateks yang
pendapatan petani karet di Nagari keluar. Hal ini juga diperkuat oleh
Tanjung Pauh. teori dari Setyamidjaja (1993) bahwa
Berdasarkan hasil uji hipotesis dalam melakukan penyadapan harus
pada Tabel 11, menunjukkan bahwa memperhatikan arah sadapan dan
nilai thitung pada variabel pengalaman kedalaman sadapan, tidak hanya
kerja lebih besar dibandingkan nilai mengiris kulit sedalam-dalamnya.
ttabel (thitung = 0,536 < ttabel = 1,99085), Selain itu, waktu penyadapan
dengan nilai signifikannya 0,594 > juga mempengaruhi jumlah lateks
0,050 artinya H1 ditolak. yang keluar. Waktu penyadapan yang
Berdasarkan kondisi di dilakukan oleh petani karet di Nagari
lapangan rata – rata pengalaman Tanjung Pauh yaitu dari jam 05.30 –
sebagai petani karet tergolong lama 11.00 WIB. Hal ini sesuai menurut
yaitu : di atas 15 tahun (59,5%), 5 – Tim PTPN (2014), bahwa waktu
10 tahun sebesar 21,4% dan 11 – 15 penyadapan yang bagus dilakukan
tahun sebesar 7,1%. Walaupun rata- pada waktu 05.00 – 10.00 WIB.
rata pengalaman sebagai petani karet KESIMPULAN DAN SARAN
tergolong lama, tetapi cara budidaya 1. Kesimpulan
karet yang dilakukan masih Berdasarkan hasil penelitian
tradisional. Menurut Nugraha dan yang telah dilakukan maka dapat
Alamsyah (2019) pengalaman kerja disimpulkan sebagai berikut :
yang tergolong lama dalam usaha tani 1). Pendapatan rata-rata petani karet
karet tetapi cara yang dilakukan di Nagari Tanjung Pauh
masih konvensional tidak dapat Kecamatan Pangkalan Koto Baru
meningkatkan pendapatan. Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu
Seharusnya dilakukan inovasi untuk Rp 1.389.060/bulan.
memperbaiki cara berkebun karet. 2). Faktor – faktor yang
Seperti, penggunaan bibit unggul, mempengaruhi pendapatan petani
pemupukan sesuai dengan kebutuhan karet di Nagari Tanjung Pauh
haranya, pengendalian hama dan Kecamatan Pangkalan Koto Baru
penyakit serta teknik penyadapan Kabupaten Lima Puluh Kota
yang benar. Sumatera Barat yaitu biaya
Penyadapan yang dilakukan di produksi, jumlah produksi, dan
Nagari Tanjung Pauh dengan arah usia. Sedangkan jumlah pohon
sadapan kanan atas sampai kiri karet, tingkat pendidikan, dan
bawah. Sehingga tidak semua pengalaman kerja berpengaruh
pembuluh lateks yang terpotong tidak nyata terhadap pendapatan
menyebabkan aliran getah/lateks petani karet.
sedikit. Oleh karena itu, dalam 2. Saran
melakukan penyadapan tidak hanya Beberapa saran yang dapat
mengiris kulit sebanyak-banyaknya. dikemukakan adalah sebagai berikut
Tetapi juga harus memperhatikan :

16
1). Bagi pemerintah agar dapat DAFTAR PUSTAKA
menentukan kebijakan harga Affandi, U. 2011. Analisis Produksi
karet sehingga petani karet di dan Kelayakan Finansial Usaha
Nagari Tanjung Pauh dapat Tani Karet Rakyat di
meningkatkan produksi serta Kecamatan Wampu Kabupaten
kualitas getah karet yang Langkat. Skripsi USU. Medan.
dihasilkan. Juga diharapkan agar Aqbari, I., M. Jamil, dan
mendorong perkembangan usaha Supristiwendi. 2020. Analisis
tani karet dengan mengadakan Faktor - Faktor yang
kegiatan penyuluhan tentang Mempengaruhi Pendapatan
bibit karet, penanaman, Usahatani Karet (Hevea
pemeliharaan, serta panen dan brasiliensis, Muell Arg) pada
pasca panen, pengadaan subsidi Perkebunan Rakyat di Desa
bibit unggul karet, pupuk, Jambo Labu Kecamatan Birem
pestisida agar dapat Bayeun Kabupaten Aceh
meningkatkan produksi dan Timur. Jurnal Penelitian
kualitas getah karet sehingga Agrisamudra. 7 (2) : 103 – 110.
pendapatan petani karet di Nagari Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik
Tanjung Pauh dapat meningkat. Karet Indonesia 2019. Badan
2). Untuk petani karet di Nagari Pusat Statistik. Jakarta.
Tanjung Pauh diharapkan untuk Badan Pusat Statistik Kabupaten
melakukan pemeliharaan rutin Lima Puluh Kota. 2021.
seperti pemupukan dan Kabupaten Lima Puluh Kota
pengendalian hama penyakit Dalam Angka. BPS Kabupaten
sesuai dengan kebutuhan Lima Puluh Kota. Payakumbuh.
tanaman dan dilakukan secara Badan Pusat Statistik Kecamatan
efektif dan efisien agar Pangkalan Koto Baru. 2021.
produktivitas meningkat. Kecamatan Pangkalan Koto
Diharapkan juga untuk Baru Dalam Angka. BPS
menambah populasi karet sesuai Kecamatan Pangkalan Koto
dengan jarak tanamnya dengan Baru. Payakumbuh.
menggunakan bibit unggul yang Cahyo, A.N., R. Ardika, dan T.
bersertifikat agar produksi karet Wijaya. 2011. Konsumsi Air
bisa meningkat. Dan Produksi Karet Pada
3). Bagi peneliti selanjutnya, Berbagai Sistem Pengaturan
diharapkan dapat Jarak Tanam Dalam Kaitannya
mengembangkan penelitian yang Dengan Kandungan Air Tanah.
saya lakukan seperti menambah Jurnal Penelitian Karet. 29 (2) :
variabel yaitu fluktuasi harga, 110 – 117.
jenis bibit yang digunakan dan Damanik, S., M. Syakir, M. Tasma,
ukuran sampel serta harus dan Siswanto. 2010. Budidaya
mengetahui kondisi perkebunan dan Pasca Panen Karet. Pusat
karet yang sebenarnya sehingga Penelitian dan Pengembangan
dapat memperlihatkan hasil yang Perkebunan.
lebih maksimal untuk penelitian Firdaus, A., dan W. Abdullah. 2012.
di masa mendatang. Akuntansi Biaya. Edisi 3.
Salemba Empat.

17
Ismail, M., dan Supijatno (2016). Brasiliensis) Di Desa Baru
Penyadapan Tanaman Karet Kecamatan Mestong
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal
di Kebun Sumber Tengah, Media Agribisnis. 3 (1) : 1 – 11.
Jember, Jawa Timur. Jurnal Bul Putri, A.R., Maryadi, dan A. Bidarti.
Agrohorti. 4 (3) : 257 – 265. Dampak Fluktuasi harga Karet
Mirasari, R. 2019. Pertumbuhan Mata Terhadap Pendapatan dan
Tunas Okulasi Tanaman Karet Tingkat Kesejahteraan Petani
(Hevea brasiliensis) Pada karet di Desa Panca Tunggal
Berbagai Konsentrasi ZPT Kecamatan Sungai Lilin
Atonik. Buletin Poltanesa. 20 Kabupaten Musi Banyuasin.
(2) : 40 – 44. Jurnal Dinamika Sosial
Nugraha, I.S., A. Alamsyah, dan D.S. Ekonomi. 22 (2) : 164 – 178.
Agustina. 2018. Analisis Setiawan, D. H., dan A. Andoko.
Faktor-Faktor yang 2008. Petunjuk Lengkap Budi
Mempengaruhi Produksi dan Daya Karet. PT. AgroMedia
Pendapatan Petani Karet (Studi Pustaka. Jakarta Selatan.
Jasus Petani Karet di Wilayah Setyamidjaja, D. 1993. Karet
Operasional Perusahaan Migas Budidaya dan Pengolahan.
Kabupaten Musi Banyuasin. Kanisius. Yogyakarta.
Jurnal Penelitian Karet. 36 (2) : Stiawan, A., S. Wahyuningsih, dan
183 – 192. E.D. Nurjayanti. 2014. Faktor –
Nugraha, I.S., dan A. Alamsyah. Faktor yang Mempengaruhi
2019. Faktor – Faktor yang Pendapatan Petani Karet. Jurnal
Mempengaruhi Tingkat Ilmu – Ilmu Pertanian. 10 (2) :
Pendapatan Petani Karet di 69-80.
Desa Sako Suban Kecamatan Sugi, P. 2019. Mengenal pengertian
Batang Hari Leko Sumatera pendapatan dan jenis-jenis
Selatan. Jurnal Ilmu Pertanian pendapatan,.
Indonesia. 24 (2) : 93 – 100. https://cpssoft.co./blog/bisnis/m
Oktarita, S. 2003. Kebakaran Hutan engenal-pengertian-pendapatan-
Rakyat Jenis Karet (Hevea dan-jenis-jenis-pendapatan/
brasiliensis Arg.) dan Diakses 20 September 2021.
Dampaknya Terhadap Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendapatan Keluarga di Nagari Kuantitatif. Alfabeta. Bandung
Tigo Koto Tanjung Pauh Trisnawati, L., B. Barbara, dan T.
Sumatera Barat. Universitas Aggreini. Analisis Kontribusi
IPB. Pendapatan Petani Padi Sawah
Pariyanto, R.G., dan Busyra. 2018. Di Kabupaten Barito Selatan.
Faktor - Faktor Yang Journal Socio Economics
Mempengaruhi Penerimaan Agricultural. 13 (1) : 37 – 4.
Petani Karet (Hevea

18
19

Anda mungkin juga menyukai