A. Komoditas Ekspor
Salah satu komoditas yang sejak dulu hingga saat ini memegang peranan
penting seperti tersebut diatas adalah komoditas karet. Perkebunan karet di
Indonesia diusahakan oleh tiga pihak yaitu rakyat (public), pemerintah
(government), swasta (private). Namun, karet yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari 80%
areal penanaman karet diusahakan oleh rakyat.
Dari data diatas perkebunan rakyat memegang peran yang sangat penting,
namun kenyataannya produktivitas tanaman karet masih lebih rendah dibanding
perkebunan besar atau pemerintah. Dari tahun 2010 hingga 2014 produktivitas
8 | Husnah, MT
perkebunan rakyat rata-rata sebesar 0,806 ton per ha. Sedangkan perkebunan
pemerintah rata-rata sebesar 1,102 ton per ha. Permasalahan utama yang dihadapi
dalam kaitannya dengan komoditi karet adalah produktivitas dan mutu karet
rakyat yang sangat rendah. Seandainya produktivitas perkebunan rakyat bisa
menyamai perkebunan pemerintah maka bukan tidak mungkin Indonesia akan
menjadi negara produsen karet alam terbesar di dunia.
Dimasa yang akan datang permintaan karet dunia diperkirakan akan tetap
mantap, menurut Burger dan Smith (1993) dalam Susi (1999), akan mengalami
peningkatan dengan pertumbuhan kurang lebih 2,5 % pertahun, sementara di
pasar domestik, walaupun terjadi penurunan permintaan karet dimasa datang
diperkirakan akan meningkat lagi, hal ini diduga akan terjadi karena akan
pulihnya industri ban dan industri-industri pemakai karet lainnya pada saat
perekonomian Indonesia dan negara-negara Asia lainnya mulai pulih kembali.
Masa depan pangsa pasar karet di dunia akan berkembang pesat. Pertumbuhan
industri karet merupakan salah satu industri paling rumit dan canggih dalam abad
modern dan merupakan suatu bagian dari masyarakat yang sangat diperlukan
karena tanpa karet, kapal, pesawat terbang, mobil, bis dan truk tidak dapat
berjalan. Tidak adanya industri karet maka pertambangan, komunikasi dan
industri pokok lainnya berjalan kurang efisien. Negara pengimpor karet terbesar
saat ini adalah China dan India.
9 | Husnah, MT
1. Perluasan areal sekaligus memperbaiki produk karet rakyat serta
pendapatan petani karet dengan proyek perkebunan inti rakyat (PIR –
BUN) yang dilaksanakan diberbagai daerah, sedangkan perusahaan
perkebunan besar sebagai perkebunan inti adalah BUMN (PNP/PTP).
2. Pelaksanaan proyek-proyek intensifikasi, rehabilitasi dan perluasan
tanaman karet yang dilaksanakan PRPTE.
3. Penyuluhan dan penyebaran teknologi budi daya karet dengan cara
disebarkan klon - klon unggul oleh pusat – pusat penelitian perkebunan
dan juga teknologi pasca panen dan masih banyak lagi upaya pemerintah
untuk meningkatkan usaha perluasan ini.
Dibalik peluang yang sangat besar tersebut, tuntutan terhadap bahan baku
yang bermutu merupakan suatu tantangan yang besar bagi Indonesia. Mutu bahan
baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat ditentukan oleh penanganan bahan
olah karet di tingkat petani. Semenjak Indonesia dikenalkan dengan produk crumb
rubber dengan SIR (Standar Indonesian Rubber), mutu bahan olah karet yang
dipersiapkan oleh petani semakin merosot.
Jenis-jenis karet alam yang telah diketahui secara luas antara lain :
1. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar).
2. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe,
estate brown crepe, compo crepe, thin brown crepe remills, thick blanket
crepe ambers, flat bark crepe, pure smoke blanket crepe, dan off crepe).
3. Lateks pekat
4. Karet bongkah atau block rubber.
5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber.
6. Karet siap olah atau tryer rubber.
7. Karet reklim atau reclaimed rubber.
(Triwijoso, 1995).
10 | Husnah, MT
ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet
untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab
itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut.
Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan
berkurang (Goutara, 1985).
11 | Husnah, MT
negara Asia Pasifik termasuk China, berjalan lambat. Kondisi ini menggambarkan
adanya persaingan antara penggunaan karet alam dan karet sintetis yang semakin
meningkat, padahal pertumbuhan industri China yang sangat mengesankan
terutama industri di bagian otomotif dan perkapalan. Industri tersebut telah
membuat negara ini membutuhkan komoditas karet dalam jumlah besar. China
diperkirakan sampai tahun 2020 akan terus mengalami pertumbuhan dan
membutuhkan pasokan karet dalam jumlah yang cukup besar.
B. Usaha Pengembangan Karet
12 | Husnah, MT
Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari
3,2 juta hektar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya 85 %
merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7 % perkebunan besar
negara serta 8 % perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional
pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan
lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian
milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai
untuk perkebunan karet . Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan
dunia terhadap komoditi karet ini di masa yang akan datang, maka upaya untuk
meningkatkan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan.
Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal
bagi petani atau perkebunan swasta untuk membiayai pembangunan
kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Bahan olah karet dari petani pada umumnya berupa bekuan karet yang
dibekukan dengan bahan pembeku yang direkomendasikan (asam format),
maupun yang tidak direkomendasikan (asam cuka, tawas, dsb), serta pembekuan
secara alami. Pada saat ini bahan olah karet tersebut mendominasi pasar karet di
Indonesia karena dinilai petani paling praktis dan menguntungkan.
Bahan olah karet berupa lateks dan koagulum lapangan, baik yang
dihasilkan oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan besar dapat diolah
menjadi komoditas primer dalam berbagai jenis mutu. Lateks kebun dapat diolah
menjadi lateks pekat dan lateks dadih serta karet padat dalam bentuk RSS, SIR
3L, SIR 3CV, SIR 3WF dan thin pale crepe yang tergolong karet jenis mutu tinggi
(high grades). Sementara koagulum lapangan, yakni lateks yang membeku secara
alami atau dengan koagulan selanjutnya hanya dapat diolah menjadi SIR10, SIR
20 dan brown crepe yang tergolong jenis karet mutu rendah (low grades).
Sebagian besar produk karet Indonesia diolah menjadi karet remah (crumb
rubber) dengan kodifikasi “Standard Indonesian Rubber” (SIR), sedangkan
lainnya diolah dalam bentuk RSS dan lateks pekat. Kapasitas pabrik pengolahan
crumb rubber pada saat ini sesungguhnya sudah melebihi dari kapasitas
penyediaan bokar dari perkebunan rakyat, namun pada lima tahun mendatang
13 | Husnah, MT
diperlukan investasi baik untuk merehabilitasi pabrik yang ada maupun untuk
membangun pabrik pengolahan baru untuk menampung pertumbuhan pasokan
bahan baku yang diperhitungkan akan meningkat seiring dengan gencarnya
upaya-upaya peremajaan dan perluasan areal kebun karet yang baru.
Prospek bisnis pengolahan crumb rubber ke depan diperkirakan tetap
menarik, karena marjin keuntungan yang diperoleh pabrik relatif pasti. Marjin
pemasaran, antara tahun 2000-2006 berkisar antara 3,7%-32,5% dan marjin
keuntungan pabrik pengolahan antara 2-4% dari harga FOB, tergantung pada
tingkat harga yang berlaku. Tingkat harga FOB itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
harga dunia yang mencerminkan permintaan dan penawaran karet alam, dan harga
beli pabrik dipengaruhi kontrak pabrik dengan pembeli (biasanya pabrik ban)
yang harus dipenuhi. Pada umumnya marjin yang diterima pabrik akan semakin
besar jika harga meningkat.
14 | Husnah, MT