Oleh:
AGNESIA PANGGABEAN
NIM : 1554201004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Makalah Tumpangsari Tanaman Perkebunan
Karet dengan Tanaman Jagung” untuk memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis Tanaman
Perkebunan di Universitas Lancang Kuning.
Dan harapan saya semoga tugas laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB IV.PENUTUP
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui cara dan manfaat melakukan tumpangsari tanaman perkebunan karet
dengan tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Karet
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai
lateks), diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet. Sumber utama lateks yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet (Hevea brasiliensis Moel.), diperoleh
dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons dengan
mengeluarkan getah/lateks.
Tanaman karet berasal dari hutan sepanjang sungai Amazone, Amerika Selatan dan mulai
dikenal oleh bangsa Eropa pada tahun 1736 setelah Charles Martie de la Condomine mengirim
contoh tanaman karet dari Peru ke Perancis. Mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1876 dan
ditanam di kebun Raya Bogor, namun perkebunan karetnya sendiri baru dibuka pada tahun 1902
di Sumatera dan tahun 1906 di Jawa.
Jenis-jenis karet alam di antaranya: bahan olah karet (bokar), karet konvensional (sheet,
crepe, dan compo), lateks pekat, karet spesifikasi teknis (crumb rubber) dan karet siap olah.
Karet alam banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri barang antara lain: ban
kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin, pipa karet, isolator, bahan pembungkus logam,
dsb., dihasilkan oleh tidak kurang dari 20 negara di dunia; tiga di antaranya yaitu Malayasia,
Indonesia, dan Thailand, merupakan penghasil karet terbesar yang menguasai lebih dari 83 %
pasar karet dunia.
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia karena
banyak menunjang perekonomian negara. Pasar ekspor karet alam Indonesia di antaranya
Amerika Serikat, Singapura, Eropa Barat, Uni Soviet dan Jepang. Luas areal perkebunan karet
di Indonesia (tahun 2008) mencapai lebih dari 3,4 juta hektar dengan produksi 2,7 juta ton, yang
sebagian besar (85%) merupakan tanaman karet rakyat. Oleh sebab itu, peran karet tidak hanya
sebagai penghasil devisa, juga memiliki arti sosial bagi petani yang mengusahakannya.
2.2. Tanaman Jagung
Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip
jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp.parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang
berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesiesdalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat
hidup secara liar di alam.
Kondisi tanah tempat tumbuh jagung manis sangat menentukan pertumbuhan dan
produksivitas tanaman. Pada tanah PMK jagung manis dapat tumbuh dengan baik bila bahan
organik tanah mencukupi (Lidar dan Surtinah, 2012). Pengolahan tanah yang baik dan
pemberian bahan organic pada tanah dapat meningktakan pertumbuhan dan produksi jagung
manis, seperti yang dilaporkan oleh Yassi dan Rezkiani ( 2011) bahwa pengolah
tanahmaksimum memberikan potensi pertumbuhan dan produksi yang lebih baik terhadap
jagung manis dan kacang hijau.
Budidaya jagung manis pada tanah PMK yang diberi bahan organik yang cukup dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi, pemberian bahan organik harus diiringi dengan
pemberian pupuk anorganik, yang karena tanaman jagungmanis merupakan tanaman yang
membutuhkan unsur hara makro N, P, dan K dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan vegetatif
maupun generatif (Surtinah, 2012).
Waktu pemanenan untuk jagung manisdapat dilakukan setelah tanaman memasuki usia 2
bulan atau 60 hari. Surtinah ( 2008 ) melaporkan bahwa umur panen 70 hari setelah tanam
menunjukkan kadar gula biji jagung manis yang paling tinggiyaitu 15.78% untuk varietas sweet
Boy.Tinggi TanamanPertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis meliputi tinggi tanaman dan
jumlah daun.Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang diamati dan sering digunakan
sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil
sidik ragam 5%menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata atas perlakuan terhadap parameter
tinggi tanaman.Panjang dan berat tongkol berkelobot berbeda tidak nyata yang dilaporkan dari
suatu penelitian, fenomena ini bisa saja disebabkan oleh faktor vegetatif tanaman jagung manis
dan faktor lingkungan yang diasumsikan homogeny (Surtinah., 2013)
BAB III
PEMBAHASAN
4.1. Kesimpulan
Dimana tanaman tumpang diantara tanaman karet akan memberikan manfaat :
(1) efisiensi pemanfaatan hara tanaman, air dan cahaya ,
(2) memperkecil peluang serangan hama dan penyakit tanaman,
(3) mengurangi resiko kegagalan panen, ketidak pastian dan fluktuasi harga,
(4) pemeliharaan kebun lebih intensif, meningkatkan produktifitas lahan,
(5) membantu percepatan peremajaan karet (petani tidak kehilangan sumber pendapatan) dan
(6) mendistribusikan sumberdaya secara optimal dan merata sepanjang tahun serta menambah
peluang lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Lidar, S. "Surtinah.(2012). Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) Akibat
Pemberian Tiens Golden Harvest." Jurnal Ilmiah Pertanian 8.2: 1-5.
Rosyid, M.J., Thomas Wijaya., M.Lasminingsih., Shinta dan Lina. 2004. Potensi Usahatani
Karet di Propinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa. Sembawa
Surtinah, Susi, N., Lestari, S.U.(2015). Komparasi Tampilandan Hasil Lima Varietas
Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Kota Pekanbaru.Pekanbaru. Jurnal
Ilmiah Pertanian, Vol. 13 (1),31 - 37.
surtinah. “WAKTU PANEN YANG TEPAT MENENTUKAN KANDUNGAN GULA BIJI
JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata ).” Open Science Framework, 23 Apr. 2018.
Web
Yassi, A., N. Rezkiani, 2011. Respon tumpangsari tanaman jagung manis dan kacang hijau
terhadap sistem olah tanah dan pemberian pupuk organik. Jurnal Agronomika Vol.
1(1): 13-18.
Wibawa, G., M. Jahidin Rosyid, dan Anang Gunawan.2000. Pola Tumpangsari Pada Perkebunan
Karet. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.