Anda di halaman 1dari 25

2

Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang,

akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman

yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila

tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai

kedalaman lebih dari 2,5m. Pada kondisi tanah yang gembur akar lateral dapat

berkembang sampai pada kedalaman 40-80cm. Akar lateral berfungsi untuk

menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih

dijumpai sampai kedalaman 45cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang

minimum.

Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Family : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis


3

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan

berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman

biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon

karet ada kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini

mengandung getah. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar

matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara 5–7 jam. Angin yang

bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang.

Medium pertumbuhan tanaman karet yaitu jenis tanah yang sesuai dengan syarat

tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah

gambut < 2m.

Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi

kuning atau merah. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak

daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun

sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak

daun karet berbentuk elips memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya

rata dan tidak tajam.

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai

payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda

bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga

jantan dan mengandung bakal buah ruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi

dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh
4

benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2

karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain. Tanaman karet dapat

diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetative (okulasi). Biji yang

akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan batang bagian bawah harus

sungguh-sungguh baik.

Seiring dengan perkembangan lingkungan dan persaingan bisnis yang

semakin kompetitif dan dinamis menimbulkan banyak tantangan baru yang harus

dihadapi oleh perusahaan. Agar tetap mampu bersaing di pasar global, perusahaan

harus memiliki sumber daya manusia yang handal dan berkualitas yang memiliki

kemampuan dan keterampilan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan.

Sumber daya manusia merupakan ujung tombak suatu organisasi dan merupakan

modal utama dalam menjalankan fungsi manajemen yaitu, merencanakan,

mengorganisir, mengarahkan, serta menggerakkan sumber daya yang terdapat

dalam suatu perusahaan. Oleh sebab itu, peran SDM sangat penting dalam

pencapaian tujuan organisasi.

Era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan lingkungan bisnis terjadi

sangat cepat dapat dilihat dari perkembangan informasi dan teknologi yang begitu

pesat, perubahan selera pasar, tren sosial, fluktuasi ekonomi, perubahan

demografi, dan kondisi dinamis lainnya. Fenomena tersebut menuntut organisasi

melakukan perubahan seperti mengubah struktur, bentuk, visi dan misi

perusahaan dengan tujuan agar perusahaan mampu merespon perubahan


5

lingkungan bisnis yang semakin ketat sehingga tetap mampu bersaing di pasar

global.

Menurut International Rubber Study Group (IRSG) 2014, Indonesia masih

menduduki peringkat kedua terbesar produksi karet alam dunia setelah Thailand.

Namun, dari total produksi karet alam secara keseluruhan, produksi karet alam

dunia mengalami penurunan pada kuartal kedua tahun 2014 sebesar 2,3%. Hal ini

dikarenakan karena turunnya produktivitas karet alam di beberapa kawasan Asia

Pasifik, seperti Thailand, Malaysia dan India sehingga berimplikasi dengan

produksi karet alam dunia. Konsumen karet alam dunia mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun, baik maupun konsumsi karet alam maupun dengan karet

sintetis. Pada kuartal kedua tahun 2014, konsumsi karet alam dunia mengalami

peningkatan 4,2% atau sebesar 13,9 juta won. Konsumsi karet alam dunia

berhubungan langsung oleh permintaan (demand) negara - negara produksi seperti

China dan Amerika, namun laju permintaan di negara Asia Pasifik termasuk

China berjalan lambat. Kondisi ini menggambarkan adanya persaingan antara

penggunaan karet alam dan karet sintetis yang semakin meningkat.

Kondisi perkembangan karet alam di atas, kondisi tersebut

menggambarkan persaingan pasar ekspor industri karet semakin ketat. Maka

dalam pengembangan industri barang jadi karet nasional hendaknya mengisi

pasar-pasar dunia, tentunya dengan mengupayakan pengembangan ke pasar baru

khususnya negara China dan India, meningkatkan penyerapan pasar dalam negeri,
6

mempercepat peremajaan perkebunan karet rakyat, peningkatan penggunaan karet

alam dalam negeri, dan penataan sub-sektor industri barang karet yang perlu di

dorong pertumbuhannya dan pemberian intensif investasi.

Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

industri otomotif. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Benua Amerika dan

saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa

Kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Diperkirakan ada

lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% diantaranya (2,9

juta hektar) merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani

skala kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau

swasta. Sumatera dan Kalimantan adalah daerah penghasil karet terbesar di

Indonesia dengan sentra produksi tersebar di Sumatera Selatan (668 ribu hektar),

Sumatera Utara (465 ribu hektar), Jambi (444 ribu hektar), Riau (390 ribu hektar),

dan Kalimantan Barat (388 ribu hektar). Sementara Sulawesi Selatan adalah

provinsi yang memiliki luas perkebunan karet terbesar di Sulawesi yaitu sekitar

19 ribu hektar.

Perkebunan karet rakyat biasanya dikelola dengan teknik budidaya

sederhana berupa pemupukan sesuai kemampuan petani. Karet ditanam

bersama dengan pohon-pohon lain seperti pohon buah-buahan (contohnya

durian, petai, jengkol, dan duku) maupun pohon penghasil kayu (contohnya

meranti dan tembesu) yang sengaja ditanam atau tumbuh sendiri secara alami.
7

Sebaliknya, perkebunan besar dikelola dengan teknik budidaya yang lebih maju

dan intensif dalam bentuk perkebunan monokultur, yaitu hanya tanaman karet

saja, untuk memaksimalkan hasil kebun.

Sebagian besar produk karet Indonesia diolah menjadi karet remah (crumb

rubber) dengan kondifikasi “Standard Indonesian Rubber” (SIR), sedangkan

lainnya diolah dalam bentuk ”Ribbed Smoked Sheet” (RSS) dan lateks pekat.

Kapasitas pabrik pengolahan crumb rubber pada saat ini sesungguhnya sudah

melebihi kapasitas penyediaan “Bahan Olah Karet” (BOKAR) dari perkebunan

rakyat, namun pada lima tahun mendatang diperlukan investasi baik untuk

merehabilitasi pabrik yang ada maupun untuk membangun pabrik pengolahan

baru untuk menampung pertumbuhan pasokan bahan baku yang diperhitungkan

akan meningkat seiring gencarnya upaya-upaya peremajaan dan perluasan areal

kebun karet yang baru.

Salah satu faktor penyebab terjadinya kelesuhan produktivitas karet alam

dunia adalah pengaruh perubahan politik di kawasan Asia Tenggara dan juga

rendahnya harga karet alam yang terus merosot. Dalam era globalisasi

perdagangan dengan persaingan semakin pesat saat ini, isu mutu produk karet

menjadi tantangan khusunya bagi Negara Indonesia. Pengolahan “Bahan Olah

Karet” (BOKAR) menjadi barang setengah jadi (Crumb Rubber) merupakan salah

satu sub sistem dalam agrobisnis karet yang sangat menentukan untuk

menciptakan daya saing pemasaran komoditas serta produk industri hilirnya.


8

Untuk memacu perkembangan agrobisnis dalam bidang perkebunan karet,

maka di pandang perlu disusun pedoman mengenai pengolahan pabrik karet yang

bertujuan meningkatkan efesiensi dan kinerja pabrik serta memudahkan

melakukan monitoring, pelaporan dan evaluasi yang pada akhirnya untuk

mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan

ekspor nasional dan mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2015.

Tanaman karet yang sudah tidak menghasilkan lagi tetap dapat

dimanfaatkan kayunya. Kayu karet biasanya digunakan untuk mensubstitusi kayu

olahan maupun untuk kayu bakar. Kayu karet yang sudah berumur 20-30 tahun

dapat ditebang kemudian dimanfaatkan dalam pembuatan ”Rubber Smoked Sheet“

(RSS). Perkebunan karet di Indonesia juga telah diakui menjadi sumber

keragaman hayati yang bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber

penyerapan CO2 dan penghasil O2, serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di

sekitarnya (Badan Litbang Pertanian, 2012). Penelitian menunjukkan bahwa

kemampuan mengikat CO2 berhubungan erat dengan diameter batang.

Kandungan karbon (C) pada tanah di perkebunan karet yang tinggi juga semakin

menguatkan fungsi tanaman karet sebagai pengikat CO2 dibandingkan tanaman

tahunan lainnya. Semakin banyaknya diversifikasi produk berbahan baku karet

mengakibatkan permintaan karet terus meningkat.

Konsumsi karet dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, baik

konsumsi karet alam maupun karet sintetis. Pada kuartal kedua tahun 2014,
9

konsumsi karet alam dunia mengalami peningkatan 4,2% atau sebesar 13,9 juta

ton. Konsumsi karet alam dunia berhubungan langsung oleh permintaan (demand)

negara-negara industri seperti China dan Amerika (Pusat Penelitian Karet, 2014).

Pada tahun 2010 Indonesia menyumbangkan produksi karet sebanyak 28% untuk

memenuhi permintaan karet dunia. Jumlah ini sedikit di bawah Thailand yang

mampu memenuhi 30% permintaan karet dunia.

Luas areal karet Indonesia adalah yang terbesar di dunia dengan luas 3,4

juta hektar, diikuti Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar.

Meski pun memiliki lahan terluas, produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4

juta ton atau di bawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton.

Produktivitas tanaman karet milik petani di Malaysia mencapai 1,5 ton/ha,

sedangkan Indonesia hanya bisa mencapai 1,0 ton/ha/tahun.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013, perkebunan

karet di Indonesia 85,49 % didominasi oleh perkebunan rakyat, disusul oleh

perkebunan milik negara 8,2 % dan perkebunan milik swasta 6,31 %. Namun

sebagai pemilik areal terluas, perkebunan rakyat justru memiliki produktivitas

terendah, yaitu sebesar 981,32 kg/ha sementara produktivitas karet di perkebunan

milik negara mencapai 1.411,76 kg/ha dan perkebunan milik swasta sebesar

1.989,81 kg/ha (data luas lahan PBN (Perkebunan Besar Negara) Produsen

terbesar dalam memproduksi karet mentah di Indonesia dari hasil perkebunan


10

adalah Sumatera, dan masih memiliki peluang peningkatan produktivitas. Koridor

Ekonomi Sumatera menghasilkan sekitar 65 persen dari produksi karet nasional.

Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah yang terletak di Sumatera

merupakan salah satu daerah penghasil karet di Indonesia. Sentra perkebunan

karet di Provinsi Lampung terdapat di daerah Tulang Bawang, Way Kanan, dan

Lampung Utara. Luasan areal perkebunan karet di Provinsi Lampung tahun 2008 -

2012 terus mengalami peningkatan. Begitu pula dengan produksinya, walaupun

pada tahun 2011 turun menjadi 70.188 ton. Apabila jumlah komposisi luas areal

dan produksi karet Provinsi Lampung dibandingkan dengan produktivitasnya,

maka terlihat bahwa produktivitasnya relatif menurun dan masih tergolong 6

rendah (data luas lahan, produksi, dan produktivitas karet).

Rendahnya produktivitas karet di perkebunan rakyat disebabkan oleh

kualitas bibit yang rendah, pemanfaatan lahan kebun yang tidak optimal, dan

pemeliharaan tanaman yang buruk. Kualitas bibit yang rendah menjadi masalah

utama untuk perkebunan di koridor Sumatera. Hal ini ditunjukkan dengan umur

produktif tanaman yang tidak mencapai 30 tahun.

Suatu kegiatan produksi pasti menghasilkan produk buangan atau disebut

juga limbah. Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat

digunakan kembali. Apabila limbah ini terlalu banyak berada dilingkungan maka
11

akan berdampak pada pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan dari

masyarakat sekitar. Limbah dibagi menjadi dua bagian sumber, yaitu limbah yang

bersumber domestik (limbah rumah tangga) dan limbah yang berasal dari non-

domestik (pabrik, industri dan limbah pertanian) dan lain-lain. Masalah utama

yang dihadapi oleh sumber daya air adalah kuantitas air yang sudah tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk

keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan

kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain

menurunkan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan,

dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh

karena itu, diperlukan pengolahan dan sumber daya air secara seksama.

Kandungan mikroorganisme dalam air limbah sangat berbeda tergantung

pada lokasi dan waktu, sehingga kebersihan dan kontaminasi air limbah sangat

erat dengan lingkungan sekitar. Untuk mempertahankan hidupnya,

mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat

terjadi secara cepat dan dan bersifat sementara, ada juga yang bersifat permanen

yang dapat mempengaruhi bentuk morfologi dan sosiologi secara turun-menurun.

Oleh karena itu dalam pembuangan limbah baik yang domestik maupun yang

non-domestik di daerah pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang lokasi

pembuangan limbah, agar aliran limbah dari masing-masing pemukiman

penduduk dapat terkoordinasi dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang

meresahkan kehidupan penduduk sekitar.


12

Salah satu industri yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan

adalah industri karet. Kebutuhan bahan baku karet tersebut dipenuhi oleh petani

karet berupa bahan olah karet berbentuk kepingan atau batangan balok, dari

proses pengolahan karet tersebut menghasilkan limbah cair yang banyak

mengandung senyawa organik. Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh

limbah karet perlu mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari dan diteliti

agar tingkat pencemaran limbah yang dibuang keperairan dibawah “Batu Mutu

Lingkungan” (BML) yang telah ditetapkan. Hal ini memerlukan penanganan yang

terpadu antara pihak pemerintah, industri dan masyarakat, juga diperlukannya

teknologi pengolahan limbah karet yang murah dan mudah dalam penanganannya,

seperti melalui proses aerasi dan koagulasi.

Berhubungan dengan hal tersebut, PT. Perkebunan Nusantara VII Unit

Pabrik Pematang Kiwah juga melakukan pengolahan limbah cair dari sisa

buangan produksi karet remah tersebut. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan

cara melalui mengalirkan limbah cair ke unit “Instalasi Pengolahan Air Limbah”

(IPAL) yang dibuat di lingkungan pabrik. Tujuan limbah cair dialirkan terlebih

dahulu melewati kolam-kolam IPAL agar sebelum dibuang ke perairan

masyarakat sekitar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan dengan tingkat

tinggi atau berbahaya.


13

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelitian ini ruang lingkup permasalahan dibatasi pada analisa pada

karet alam di PTPN VII Unit Pematang Kiwah.

Standard Indonesian Rubber adalah karet alam yang diperoleh dengan

pengolahan bahan oleh karet yang berasal dari getah pohon Hevea Brasiliensis

secara mekanis atau bahan kimia, serta mutunya ditentukan secara spesifikasi

teknis (SNI-06-1903-2000).

Standar ini meliputi definisi tata cara analisa terhadap produk SIR yang

terkecil SIR 10 dan SIR 20 yang merupakan produk dari hasil koagulan

penggumpalan lateks (Hevea Brasiliensis). Lateks yang diolah dengan teknis

mekanis dan dikeringkan dengan alat pengering teknis mutu yang memenuhi

spesifikasi teknis dan konsisten SNI-06-1903-2000 revisi terakhir, tetapi juga

berorientasi ke pasar.

1.3. Tujuan Praktik Kerja Industri

Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) adalah:

A. Dapat mengetahui kadar analisa dalam karet remah

B. Dapat meningkatkan dan mempraktikkan ilmu pengetahuan siswa


14

yang diperoleh di bangku sekolah

C. Melatih dan mempersiapkan siswa sebagai calon tenaga teknologi di

bidang industri yang memiliki pengetahuan, keterampilan, inisiatif,

kreatif, beretos kerja, profesional dan bertanggung jawab serta

produktif

D. Memperluas pengetahuan siswa terhadap perusahaan industri

E. Dapat melakukan berbagai analisa terhadap produk karet untuk

menentukan serta mengelompokkan jenis produk berdasarkan standar

kualitas, kandungan zat tertentu, dan parameter tertentu lainnya

1.4. Jadwal Kegiatan Prakerin

Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) siswa kelas XII SMK-SMTI Bandar

Lampung tahun pelajaran 2018/2019 dilaksanakan selama 2 bulan 4 hari atau 9

minggu dari tanggal 4 Juli sampai dengan 8 September 2018.

1.5 Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan salah satu BUMN

hasil penataan kembali (Restrukturisasi / Konsolidasi) BUMN Sub Sektor

Perkebunan dan Pemerintah. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) dibentuk


15

berdasarkan peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996,

merupakan konsolidasi dari PT. Perkebunan X (Persero), PT Perkebunan XXXI

(Persero), serta ex Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XI (Persero) Lahat

dan ex Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XXIII (Persero) di Bengkulu.

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan perusahaan BUMN

milik pemerintah Indonesia, kepemilikan perusahaan ini dimiliki pemerintah

Indonesia yang memiliki saham dominan diatas 50% (Major Stake Holder)

sehingga fungsi manajemen dan kebijakan perusahaan digerakkan oleh

pemerintah melalui kementerian BUMN. Sebelum dimiliki oleh pemerintah

Indonesia, PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) sebelumnya merupakan

perkebunan nasionalisasi dari Pemerintah Belanda, terutama PT. Perkebunan X

(Persero) dan PT. Perkebunan XXXI (Persero). PT. Perkebunan X (Persero)

semula adalah perusahaan perkebunan milik Belanda yang beroperasi di

wilayah Sumatera Selatan dan Lampung. Melalui proses nasionalisasi,

perusahaan tersebut diambil alih oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1957.

Sementara itu PT. Perkebunan XXXI (Persero) pada mulanya berawal dari

kebijakan Pemerintah Indonesia pada waktu itu untuk mengembangkan industri

gula di luar Pulau Jawa pada tahun 1978.

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) melakukan usaha dalam bidang

perkebunan dengan beberapa komoditas andalan dan pokok yang

dibudidayakan. Komoditi yang sedang dibudidayakan oleh PT. Perkebunan


16

Nusantara VII sebanyak 4 komoditas, yaitu kelapa sawit, karet, tebu, dan teh.

Wilayah kerja pengelolaan tersebar di Provinsi Lampung sebanyak 10 Unit

Usaha.

PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah yang

berada di Desa Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi

Lampung. Pada awalnya berasal dari hasil pemugaran Pabrik Kayu Lapis,

kemudian diresmikan menjadi PNP X PKST (Pabrik Karet Spesifikasi Teknis)

Pematang Kiwah pada tanggal 27 September 1971 dengan kapasitas 20 ton

KK/hari. Pada tahun 1993 PPKR Unit Pematang Kiwah melakukan beberapa

renovasi yaitu penataan alat dan mesin pengolahan, penambahan unit mesin

pelletizer dan memasang keramik pada lantai pabrik pengolahan dengan

kapasitas 30 ton KK/hari. Pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2010 PPKR

Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah Kembali melaksanakan renovasi yaitu

penggantian seluruh unit mesin pengolahan basah dan kering, pembuatan

predrying baru dan perluasan di area pengolahan kering. PKKR Unit Pabrik

Karet Pematang Kiwah mengolah bahan oleh karet berupa Cup Lump, Slab dan

Scrap yang diolah menjadi SIR 10/20 dengan kapasitas oleh menjadi 40 ton

KK/hari.

Adapun bahan baku diperoleh dari Unit Wilayah Lampung (INTI) dan

pembelian dari pihak ketiga/perkebunan rakyat di wilayah Provinsi Lampung,

Banten dan Jawa Barat.


17

1.6 Latar Belakang Berdirinya Perusahaan

Pada mulanya Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah merupakan perkebunan

milik Belanda yang diambil oleh pemerintahan RI berdasarkan UU No. 162 tahun

1958 dan UU No. 1968 tanggal 27 Desember 1958. Salah satu perusahaan BUMN

ini telah banyak berubah manajemen dan statusnya setelah diambil oleh

pemerintah Indonesia pada tanggal 13 April 1968. PNP X berubah dengan

PTPXXXI dan pada awalnya tahun 1995 telah dikembangkan penggabungannya

kebun milik PTPXI dan PTPXXII di Sumatera bagian Selatan Pada akhirnya

dibentuklah PTP Nusantara VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah segera

ditindak lanjut dari konsolidasi dan restrukturisasi BUMN Sektor Kebun oleh

pemerintahan di bawah Departemen Pertanian Dasar Hukum Keberadaan PTP

Nusantara VII adalah PP No. 12/1996.

1.7. Visi dan Misi PTPN VII

Visi PTPN VII

PT Perkebunan Nusantara VII adalah menjadi perusahaan agrobisnis

berbasis karet, kelapa sawit, teh dan tebu yang tangguh, tumbuh serta

berkarakter global.
18

Misi PTPN VII

1. Menjalankan usaha perkebunan karet kelapa sawit, teh dan tebu

dengan menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan

yang efektif serta ramah lingkungan.

2. Mengembangkan usaha industri yang terintregasi dengan bisnis inti

(karet, kelapa sawit, teh, dan tebu) dengan menggunakan teknologi

terbarukan.

3. Membangun tata kelola usha yang efektif.

4. Mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.

5. Memelihara dan meningkatkan stakeholder value.

1.8 Lokasi dan Luas Perusahaan

Pabrik Pengolah Karet Remah (PPKR) Pematang Kiwah Natar

merupakan salah satu pabrik karet milik PTPN VII dengan luas 10,58 Ha,

yang berlokasi pada :

- Desa : Natar (Jl. Raya Natar Nomor 71 - A)

-Kecamatan : Natar
19

-Kabupaten : Lampung Selatan

-Provinsi : Lampung

Jarak antara Kota Bandar Lampung ± 12 Km dan secara administratif

berbatasan dengan :

-Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Sugih

-Sebelah Selatan : Kecamatan Kedaton

-Sebelah TImur : Kecamatan Tanjung Bintang

-Sebelah Barat : Kecamatan Gedong Tataan

Secara geografis wilayah Kecamatan Natar terletak pada ketinggian 

100 meter dari permukaan laut dengan titik koordinat BT 105,2009o, LS

5,3193o.

1.9 Pendiri dan Pemilik Perusahaan

Dalam suatu wilayah perusahaan pasti ada pendiri dan pemiliknya PPKR

Pematang Kiwah Natar adalah perusahaan milik negara yang bergerak dalam

bidang swantanisasi atau BUMN. Bernaung di bawah Departemen BUMN,

yang berdasarkan keputusan tahun 1968 tentang penggabungan kepemilikan

wilayah maka pemilik dan pendiri perusahaan adalah negara khususnya

Departemen Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia. Tetapi sekarang


20

perusahaan bernaung di bawah Kementerian BUMN. Pelaksanaan

administrasi adalah kantor direksi yang berpusat di Kedaton, Bandar

Lampung.

1.10 Bentuk dan Badan Hukum

PTP Nusantara VII berbadan hukum yang berbentuk Persero terbatas

tahun 1996 diadakan penggabungan kembali berdasarkan wilayah dengan

PTP XXXI sebagian PTP XI dan PTP XII menjadi PTPN VII dengan

berdasarkan PP No. 12/1996 tanggal 14 Februari 1996. Adapun izin yang

diperoleh PTPN VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah sebagai berikut :

A. Akte Notaris No. 34 tanggal Agustus tahun 1979.

B. Izin usaha perdagangan No. 819/07-01/PM/U/P(1)/1988

Izin perindustrian No. 62/33 JT/AL.

1.11 Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah

menggunakan sistem organisasi yang berbentuk line dan sinder/asisten

dengan dipimpin oleh Manager Unit yang langsung bertanggung jawab

kepada Direksi dalam melaksanakan tugasnya, seorang Manager dibantu oleh

beberapa asisten yaitu asisten teknik, pengolahan, TUK, SDM, umum, dan
21

kepala laboratorium. Kedua bentuk organisasi tersebut mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

A. Pimpinan dibantu asisten dan satuan komando serta memiliki garis

komando dan tingkat atas sampai tingkat bawah.

B. Asisten mempunyai wewenang memberikan bantuan atau petunjuk

berupa pikiran, tenaga, keuangan, maupun fasilitas dan prasarana.

1.12 Tugas dan Tanggung Jawab

a. Manager Unit

Bertugas melaksanakan kewajiban direksi, serta bertanggung jawab

atas pelaksanaan di Unit Pabrik Karet Pematang Kiwah yaitu meliputi

perencanaan dan perorganisasian serta pengawasan terhadap ruang

lingkup kerja masing masing bidang administrasi dan keuangan, teknik,

pengolahan, SDM, dan umum. Dalam bidang pelaksanaan tugas Manager

Unit bertanggung jawab terhadap kepala Direksi. Diminta atau tidak

diminta, menyampaikan masukan tentang pendapat kepada Direksi

mengenai upaya tentang pendapat kepala direksi mengenai upaya

peningkatan, perbaikan, atau penyempurnaa pengelola perusahaan

ditinjau berbagai aspek

b. Asisten Teknik
22

Bertugas memimpin semua kegiatan kegiatan yang ada di bidang

teknik pabrik dan bengkel umum meliputi perencanaan, pengaturan,

pelaksanaan dan pengawasan. Saran teknik yang tersedia diarahkan

mampu mencapai kapasitas produksi. Asisten teknik bertanggung jawab

kepada Manager Unit.

c . Asisten Pengolahan

Bertugas melaksanakan tugas pekerjaan mengelola pabrik di bidang

pengolahan yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan

pengawasan. Asisten pengolahan bertanggung jawab Manager Unit.

d. Tata Usaha dan Keuangan (TUK)

Bertugas melaksanakan pekerjaan mengelola hal hal yang berkaitan

dengan tata usaha dan keuangan yang meliputi perencanaan dan

pengawasan. Asisten TUK bertanggung jawab atas Manager Unit.

e. Asisten Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum

Bertugas melaksanakan tugas pekerjaan mengelola Sumber Daya

Manusia dan Umum serta hal hal yang berkaitan dengan tenaga kerja

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Asisten SDM

dan umum bertanggung jawab atas Manager Unit.

f. Kepala Laboratorium

Tugas Kepala Laboratorium adalah :


23

a). Mengawasi secara langsung pelaksanaan pengujian, pencatatan, dan

pelaporan hasil hasil analisa serta mengelola dan menerbitkan

sertifikat mutu.

b). Bertanggung jawab atas hasil analisa dan pengujian menurut metode

yang diterapkan dan ditetapkan.

c). Membuat laporan kegiatan analisa.

d). Mengelola data dan memenuhi saran-saran perbaikan mutu

berdasarkan hasil uji laboratorium.

e). Mengecek dan mengawasi alat alat laboratorium.

Dalam pelaksanaan tugas, kepala laboratorium bertanggung jawab

langsung kepada Manager Unit.

g. Mandor Besar Pengolahan

Bertugas melaksanakan pengawasan sistem mutu dalam proses

pengolahan SIR berlangsung sesuai dengan normative, dari bahan baku

sampai menjadi karet mutu SIR siap untuk dipasarkan. Mandor besar

pengolahan bertanggung jawab kepada Asisten Pengolahan.

h . Mandor Besar Teknik


24

Bertugas melaksanakan pengolahan terhadap pekerjaan di bidang teknik

yang melikuti pekerjaan sipil, bengkel, dan listrik. Mandor besar teknik

bertanggung jawab kepada Asisten Teknik

i. Sekretaris Kepala Bidang Keuangan

Bertugas sebagai :

a). Membuat laporan managemen (LM) pada setiap bulan berjalan.

b). Membuat rencana kerja anggaran dan pendapatan perusahaan setiap

pertengahan tahun untuk tahun berikutnya.

g. Satpam

Bertugas untuk :

a). Mengkoordinir pengawasan aset perusahaan yang bergerak maupun tidak

bergerak.

b). Memberi ketenangan dan keamanan dari pekerja.

1.13 Lingkup Kegiatan Usaha

Lingkup kegiatan usaha PT. Perkebunan Nusantara (Persero) Unit Usaha

Pematang Kiwah meliputi bagian pengolahan, teknik, laboratorium, dan

kantor. Secara umum kegiatan usaha yang dilakukan di tiap-tiap bidang pada

PTPN VII (Persero) Unit Usaha PEWA adalah sebagai berikut:


25

1. Bagian Pengolahan

Kegiatan bagian mencakup pengolahan BOKAR menjadi SIR 20. proses

pengolahan dimulai dari penerimaan bahan baku, penentuan kadar karet

kering, pengolahan basah yang menghasilkan crepe, pengolahan yang

menghasilkan SIR dan terakhir sortasi dan pengemasan.

2. Bagian Teknik

Kegiatan bagian teknik mencakup kegiatan yang mengenai alat-alat

listrik, kendaraan produksi, air, mesin produksi, dan kegiatan teknik lainnya.

Pada bagian teknik selain mengerjakan tugas-tugas diatas juga melayani

kebun-kebun lain dalam pembuat peralatan mesin yang dibutuhkan.

Tanggung jawab bagian dipegang oleh sinder teknik dan dalam pengawasan

tugasnya dibantu oleh Mandor Besar dan Mandor Teknik.

3. Bagian Laboratorium

Kegiatan yang dilakukan di laboratorium adalah menganalisis SIR yang

dihasilkan oleh bagian pengolahan. Selain itu laboratorium juga melayani

pembuatan stimulan dan pengeringan sampel daun karet dan daun-daun

kelapa sawit untuk Unit Usaha PTPN VII wilayah Lampung. Tanggung jawab

laboratoruim dipegang oleh Kepala Laboratorium dan dibantu oleh Wakil

Kepala Laboratorium, Teknisi, Analis, Laboran, dan Stimulan.


26

4. Bagian Perkantoran

Kegiatan di bagian perkantoran pada PTPN VII Unit Usaha Pematang

Kiwah terpusat di kantor Unit Usaha PEWA. Kegiatan di bagian ini meliputi

bidang Tata Usaha Keuangan (TUK) dan bagian SDM dan umum. Kegiatan

TUK meliputi pencatatan biaya yang diperlukan, dana keluar dan dana

masuk, serta dana yang dimiliki perusahaan. Tanggung jawab pada bagian

TUK dipegang oleh sinder TUK dan dibantu oleh krani Kepala Pembukuan

dan Keuangan, dan Kepala Gudang Material.

5. Bagian SDM dan Umum

Kegiatan pada bagian ini meliputi seluruh kegiatan yang secara langsung

maupun tidak langsung yang berhubungan dengan tenaga kerja (personalia).

Anda mungkin juga menyukai