Anda di halaman 1dari 14

VARIABEL-VARIABEL EPIDEMIOLOGI

Untuk menganalisis populasi atau kelompok orang yang berisiko tinggi


terhadap suatu penyakit perlu dipahami variabel-variabel epidemiologi. Ada 3
variabel epidemiologi yang penting yaitu :
a. Waktu : Kejadian penyakit menurut waktu : jam, hari, minggu, bulan, tahun.
Dengan diketahuinya waktu kejadian suatu penyakit maka akan
dapat diperkirakan sumber penyakit, atau perkiraan akan terjadinya
KLB, melihat trens kasus, dampak program dll
b. Orang : Variabel orang yang terpenting harus dipahami adalah ciri-ciri yang
didapat sejak lahir ataupun sesudah lahir, seperti : jenis kelamin,
umur, ras, status , imunitas, status perkawinan, pekerjaan, sosial
ekonomi, lingkungan dll.
Pentinya mengethui variabel orang misal umur untuk mengetahui :
1) Potensi keterpaparan terhadap sumber infeksi.
2) Tingkat imunitas
3) Aktifitas fisiologis jaringan tubuh mereka.
c. Tempat : Variabel tempat dalam epidemiologi meliputi perkotaan,
pedesaan, gunung, pantai, daratan, luar negeri, dalam negeri, dll.
Hubungan antara peyakit dengan tempat menunjukkan bahwa ada faktor-
faktor yang mempunyai arti penting sebagai penyebab timbulnya penyakit
antara penghuni dengan pendatang atau sebaliknya.

UKURAN-UKURAN MORBIDITAS
Dalam epidemiologi data merupakan hal yang sangat penting, karena
merupakan sumber informasi tentang ;
a. Jumlah orang yang terserang suatu penyakit.
b. Kebutuhan sarana dan biaya yang dibutuhkan
c. Keganasan penyakit yang sedang menyerang
d. Kerentanan golongan masyarakat tertentu ( umur, sex, pekerjaan, etnik,
sttus dll) terhadap suatu penyakit.
e. Akibat penyakit terhadap kemampuan melanjutkan pekerjaan

1
f. Variasi frekuensi kejadian penyakit dari waktu ke waktu
g. Efek usaha pencegahan yang diterapkan

Untuk menghitung ukuran penyakit pada prinsipnya mempunyai bentuk dasar


yag sama. Rumus sebagai berikut ;
X x K
Rate atau Ratio, Proporsi = Y
Dimana dapat dibaca X dibagi Y kali K atau X kali K dibagi Y. Perbedaan
diantara perhitungan-perhitungan nanti terletak pada arti tanda X, Y dan K.

Rate mengukur kemungkinan munculnya suatu kejadian tertentu pada


kelompok masyarakat misalnya kasus atau kematian yang disebabkan suatu
penyakit infeksi dalam rumus diatas menyatakan : Bila X adalah jumlah kasus
suatu penyakit atau kematian yang muncul pada suatu kelompok
masyarakatsebesar Y, seberpa besar jumlah kasus tau kematian yang mungkin
timbu pada kelompok amsyarakat lain yang besarnya K?
Pertanyaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
X Rate (atau jumlah yang diharapkan)
=
Y K

Dimana ini berarti X dibagi Y sama dengan Rate atau jumlah yang diharapkan
dibagi K atau (Rate x Y = X x K) dan bila kedua sisi dibagi Y maka :

Rate = X x K atau dapat ditulis : Rate = X x K


Y Y
Dengan mengetahui rate maka frekuensi munculnya suatu kejadian yang
digambarkan oleh X dalam populasi yang besarnya normal/standart. Frekuensi
relative dari munculnya kejadian yang diamati, dapat diterapkan pada berbagai
macam populasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan pengamatan.
Ratio menyatakan suatu jumlah dalam perbandingan terhadap jumlah lainnya,
artinya perbadingan persepuluh, perseratus, atau perseribu. Misalnya :
Penduduk Indonesia tahun 1990 ratio jenis kelamin adalah (laki-laki :
perempuan) 89.375.677 : 89.872.106 = 99.45 per 100.

2
Ukuran-ukuran morbiditas yang sering digunakan adalah Insidens rate,
prevalens rate, attack rate dan proporsi.
a. Insidens Rate
Adalah suatu ukuran dari frekuensi timbulnya kasus baru suatu penyakit
pada suatu masyarakat dalam waktu tertentu.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Insidens rate adalah :

Rate = X x K
Y
Dimana :
X = Jumlah orang didalam suatu kelompok mayarakat tertentu
(berdasarkan waktu, tempat dan orang) yang jatuh sakit oleh
karena suatu sebab tertentu selama periode waktu dari jumlah
tertentu.
Y = Jumlah orang didalam suatu kelompok masyarakat selama
jangka waktu tertentu sesuai dengan waktu menculnya kasus.
Biasanya besarnya populasi ini diambil dari jumlah populasi pada
pertengahan tahun pengamatan.
K = Konstanta adalah harga yang ditetapkan biasanya 100.000.

Namun harganya bisa 100, 1000, 10.000, atau bahkan 100.000. Pemilihan
harga K biasanya mempertimbangkan besarnya populasi, sehingga harga
K Rate terkecil yang dipakai dalam hitungan paling kurang mempunyai satu
angka decimal ( 4,2/100 bukan 0,42 /1000 dan seterusnya).
Salah satu dari nilai konstanta dapat dipakai, namun penulis harus
menerangkan kepada pembacanya, nilai K mana yang dapat dipakai, atau
menuliskannya pada bagian atas kolom-kolom dimana rate dapat disajikan
atau menuliskan disamping grafik perhitungan : 5/100; 7/1000; 1,2/10.000;
4,3/100.000.

Penjelasan penggunaan dalam epidemiologi :


1. Di dalam praktek epidemiologi insidens rate pada umumnya dipakai dalam
mengukur besar atau frekuensi dari penyakit infeksi yang dialami suatu

3
kelompok masyarakat. Bila suatu kelompok masyarakat (pertama)
mempunyai insidens rate yang lebih tinggi dari suatu kelompok masyarakat
(kedua) yang lain maka ini berarti kelompok pertama mempunyai risiko
lebih tinggi untuk terkena suatu penyakit dibandingkan kelompok kedua.
Dalam menganalisis suatu data dengan penyakit maka yang
dikatakan suatu kelompok masyarakat menurut hasil sensus yang
terpercaya, areal sosial ekonomi, perkotaan, wilayah desa/distrik/kaupaten,
negara. Namun mungkin pula suatu kelompok masyarakat yang mempunyai
karakteristik tertetu seperti umur, sex, pekerjaan, atau karakteristik lain yang
sesuai dengan kegunaan studi epidemiologi.
2. Pada prakteknya keterbatasan dalam memilih populasi untuk suatu analisis
data adalah kurangya perincian data yang dilaporkan (X) dan kurangnya
informasi dari jumlah penduduk pada berbagai kelompok masyarakat (Y),
terutama dalam periode antar sensus. Yang ideal determinator atau
penyebut (Y) hanya meliputi penduduk yang rentan (mempunyai risiko
sakit). Kesulitannya dalam suatu survey khusus proporsi dari populasi yang
tidak rentan terhadap suatu penyakit tertentu biasanya tidak diketahui.
3. Interval waktu yang biasanya dipakai adalah tahun kalender, tapi jangka
waktu lain mungkin dapat dipakai selama batasan dari jangka waktu tadi
dijelaskan.
4. Insidens rate sering dikacaukan dengan prevalens rate. Keduanya mirip
tapi mempunyai perbedaan penting dan perlu diingat saat perhitungan.
Perbedaannya adalah :
Incidence rate pembilang hanya terdiri dari orang yang mulai sakit selama
periode waktu tertentu. Sedangkan prevalence rate pembilangnya (X)
meliputi tidak hanya jumlah penduduk yang jatuh sakit (kasus baru) selama
periode waktu tertentu tetapi juga orang yang jatuh sakit sebelum periode
waktu tadi dan masih sakit (kasus lama) dalam bagian dari periode waktu
tadi.
Contoh :

4
a. Selama tahun 2020 dilaporkan sebanyak 412 kasus penyakit
Malaria di Kota X yang berpenduduk 212.000. Berapakah incidence rate
per 100.000 penduduk pada kota itu selama tahun tersebut ?.
Penyelesaian :
412
Incidence rate = ------------------ x 100 = 194,3/100.000
212.000
b. Diketahui pula bahwa 19 diantara kasus tadi adalah wanita
dibawah umur 10 tahun. Pada saat itu populasi di bawah umur 10 tahun
adalah 19.080. Berapakah incidence rate menurut umur dan jenis
kelamin selama kurun waktu tersebut ?
Penyelesaian :
19
Incidence rate = ------------------ x 100 = 99,6/100.000
19.080

b. Prevalens Rate
Prevalens Rate mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yang
menderita suatu penyakit pada satu titik waktu tertentu.
a. Biasanya digunakan untuk ukuran penyakit kronis.
b. Menunjukkan jumlah penyakit yang ada didalam populasi, pada suatu
saat (point prevalens) atau dalam periode tertentu (period prevalens).
c. Perhitungan kasus : kasus periode sebelumnya dihitung penyakit
tersebut masih berlangsung.
d. Dipakai untuk indikator program khusus pengobatan.
e. Perhitungan sebagai berikut ;
1) Berdasarkan penderita :
Jumlah semua penderita (lama dan baru dlm suatu periode)
x K
Jumlah penduduk wilayah (pada pertengahan periode)

2) Berdasarkan peristiwa sakit :


Jumlah semua peristiwab sakit (lama & baru dlm suatu periode)
x K
Jumlah penduduk wilayah (pada pertengahan periode)

5
c. Attack Rate :
Adalah suatu incidence rate yang biasanya dinyatakan dengan persen dan
diterapkan pada suatu kelompok masyarakat yang (ditetapkan secara kasar
atau sempit) dalam waktu periode yang terbatas. Misal pada suatu epidemi
(KLB).
Rumus :

X
Rate = x K
Y
X = sama dengan incidens rate
Y = sama dengan incidens rate
K = hampir selalu 100, walaupun dapat pula 1000. Bila K sama dengan
100 attack rate dapat dinyatakan dengan jumlah kasus per 100
populasi atau dengan persen (%).

Contoh :
Dalam suatu kejadian luar biasa (out break) yang mengenai 26 kasus dari suatu
penyakit “X” 7 dari kasus adalah wanita sedangkan pria KLB tersebut muncul pada
masyarakat yang terdiri dari 9 wanita dan 87 pria. Berapakah attack rate masing-
masing jenis kelamin dan keseluruhan kelompok masyarakat tadi ?.
Jumlah
Jenis kelamin Jumlah kasus
penduduk
pria 19 87
wanita 7 9

Perhitungan :
Attack Rate pada pria : 19/87 x 100 = 21,8
Attack Rate pada wanita : 7/9 x 100 = 77,8
Attack rate keseluruhan : 26/96 x 100 = 27,1
Perlu diingat bahwa attack rate keseluruhan didapat dari hasil pembagian
dari total kasus dengan jumlah penduduk keseluruhan tidak dengan
penjumlahan antara attack rate pria dan attack rate wanita.

6
d. Distribusi Proporsional
Adalah persentase (proporsi) diantara jumlah keseluruhan kejadian dari
suatu seri, data yang muncul dalam suatu kategori-kategori (atau sub
group) dari seri tadi. Persen diterapkan pada suatu kelompok masyarakat.
Rumus yang dipakai dari perhitungan ini adalah :

X
K
Persen=
X = JumlahY kejadian atau penderita dan lain-lain, yang ditimbulkan dalam
suatu kategori sub group tertentu dari suatu kelompok yang lebih
besar.
Y = Jumlah keseluruhan dari kejadian atau penduduk dan lain-lain muncul
pada semua kategori dari suatu data tertentu.
K = Selalu sama dengan 100

Suatu distribusi proporsional umumnya dalam suatu keadaan, ini bukan


rate dan karenanya tidak dapat diinterpretasikan sebagai suatu peprkiraan
dari resiko paparan (exposure) atau infeksi, keuali jumlah kejadian, orang
atau lain-lain dimana kejadian tadi dapat timbul adalah sama dalam setiap
sub group, bianya bukan merupakan kasus.
Selama X dan Y dinyatakan dengan jelas, presentasi dari suatu proporsi
bila dijumlahkan harus 100%.
Contoh :
Pada suatu outbreak yang melibatkan 26 kasus dari penyakit “X”, 7
diantaranya adalah wanita dan 19 pria. Jumlah penduduk menurut umur
jenis kelamin pada kelompok tersebut tidak diketahui berapakah distribusi
proporsional dari kasus menurut jenis kelamin?

Jenis kelamin, jumlah kasus dan distribusi proporsi


Jenis kelamin Jumlah kasus %
Pria 19 73,1
Wanita 7 26,9
7
Jumlah 26 100

Perhitungan :
% Pria = 19/26 x 100 = 73,1
% Wanita = 7/26 x 100 = 26,9

e. Ratio

Ratio adalah suatu pernyataan frekuensi relatif dari timbulnya suatu kejadian
dibandingkan dengan kejadian yang lain.

X
K
Persen =
Y

X = Jumlah kejadian orang dan lain-lain, yang mempunyai satu tau lebih
ciri-ciri tertentu.
Y = Jumlah kejadian, orang yang memiliki satu atau lebih cirri-ciri.
Kelompok Y dapat berbeda.
Dengan kelompok X dan Y tidak perlu didefinisikan sebagai populasi.

Contoh :
Jumlah penderita Diare dipabrik A pada suatu KLB 100 orang terdiri dari 70
orang penderita wanita dan 30 penderita pria.
Maka ratio penderita Diare pada KLB di pabrik A antara wanita dan pria
adalah
= 70/30 = 7 : 3

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup

8
Surveilans epidemiologi dari suatu peyakit bisa diartikan sebagai :
kewaspadaan dan kegiatan mengamati timbul dan peyebaran penyakit beserta
faktor-faktor yang mempengaruhi pada masyarakat, kegiatan mana dilakukan
secara terus menerus, tepat dan menyeluruh. Kegiatan tersebut dilakukan
dengan tujuan :
c. Untuk mengetahui bagaimana edemiologi dan besar masalah penyakit
tersebut di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal
pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya.
d. Untuk mengetahui informasi yang up to date mengenai penyakit tersebut di
masyarakat, informasi tersebut akan berguna dalam:
- Memonitoring program yang sedang berjalan.
- Mengevaluasi hasil program sistem kewaspadaan dini.
Berdasarkan pengertian diatas, maka : Surveilans adalah pengumpulan
data atau Informasi untuk menentukan tindakan.

B. Kegiatan Surveilans
Surveilans epidemiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pengumpulan data epidemiologi.
b. Kompilasi, penyajian, analisa dan interpretasi data.
c. Penyebarluasan dari hasil analisa dan interpretasi data kepada yang
memerlukannya selain hasil tersebut dipakai sendiri, karena hasil tersebut
merupakan informasi yang berguna untuk menentukan tindakan yang perlu
diambil.
Adapun rincian dari ciri-ciri tersebut adalah :
a. Pengumpulan data.
Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat dan ada
hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.
Beberapa tujuan khusus dari pengumpulan data epidemiologi adalah :
1) untuk menentukan kelompok/golongan populasi yang mempunyai
risiko terbesar untuk terserang penyakit (umur, sex, suku, pekerjaan
dll).

9
2) Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab penyakit) dan
karakteristiknya.
3) Untuk menentukan reservoir dari infeksi.
4) Untuk memastikan keadaan-keadaan yang bagaimana yang
meneyebabkan bisa berlangsungnya tranmisi penyakit.
5) Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.
6) Dalam hal pengumpulan data untuk penyelidikan letusan-letusan
wabah, tujuannya adalah memastikan ifat dasar wabah tersebut, persis
sumbernya apa, cara penularannya bagaimana dan berapa jauh
penyebaran/penjelaran wabah tersebut.
Oleh karena itu untuk dapat menjalankan suveilans epidemiologi secara
baik, pengumpulan data harus dilakukan secara teratur dan terus menerus.
Data yang jelas harus dikumpulkan dari banyak sumber dan berbeda antara
daerah yang satu dengan yang lain. Demikian pula berbeda untuk setiap
jenis penyakit. Sumber-sumber tersebut dinamakan ELEMENTS. Elemen
tersebut ada 10 macam yaitu :
1) Pencatatan kematian
Ini merupakan element yang paling mudah dan sudah dijalankan secara
baik di beberapa daerah di Indonesia.
2) Laporan Penyakit
Merupakan element yang terpenting dalam surveilans, data yang
diperlukan antara lain: nama penderita, nama orang tua, umur, jenis
kelamin, alamat lengkap, diagnosa dan tanggal mulai sakit jika diketahui.
3) Laporan wabah
Element ini sangat penting, karena ada beberapa penyakit menular yang
sukar diketahui bila terjadi secara perorangan tetapi alam bentuk wabah
akan segera dapat dikenal, misalnya : influinsa, dengue hoomorrhagie
fever, keracunan makanan dan lain-lain.
4) Pemeriksaan Laboratorium
Element memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang surveilans
epidemiologi, terutama dibidang virologi dan serologi.

10
5) Penyelidikan Peristiwa Penyakit
Untuk memastikan diagnosa penyakit dari penderita yang dilaporkan
maka untuk mengetahui banyak hal lagi, perlu diadakan penyelidikan
lenkap satu peristiw penyakit. Penting pul diaakan pencaria peyakit
lainnya ditempat peristiwa penyakit itu terjadi. Ada kalanya dari suatu
peristiwa penyakit yang dilaporkan, sesudah diadakan cheking on the
spot, ditemukan kasus-kasus lain yang banyak, sehingga bisa dikatakan
bahwa yang terjadi ebetulnya adalah wabah yang tidak diketahui.
6) Penyelidikan Wabah
Bila suatu daerah terdapat laporan kematian atau peristiwa yang
meningkat atau lebih banyak dari biasanya tentang suatu penyakit
menular, maka perlu segera ditentukan apakah keadaan tersebut
memang betul-betul wabah, dengan mengadkan cheking on the spot,
seringkali dalam keadaan panik, kejadian yang biasa dikira wabah,
tertama kalau laporan terseut tidak di chek oleh petugas kesehatan.
Penyelidikan wabah meliputi semua bidang baik klinis, laboratoris
maupun epidemiologis.
7) Survei
Survei merupakan suatu cara aktif dan cepat untuk mendapatkan
keterangan mengenai keadaan suatu penyakit dimasyarakat. Sayangnya
memerlukan banyak tenaga, fasilitas dan biaya operasional yang mahal.
8) Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada
hewan
Surveilans dari penyakit-penyakit yang bersumber dari arthropode
borne disease memerlukan data tentang vectornya dan keadaan
hewan-hewan yang menjadi sumber (misal penyakit pes, DHF, malaria
dll).
9) Penggunaan obat, serum dan vaksin.
Data tentang penggunaan obat, serum dan vaksin mengenai
banyaknya, jenisnya, waktu penggunaannya kesemuanya itu dapat
membeikan gambaran tentang keadaan suatu penyakit.
10)Keterangan mengenai penduduk serta lingkungan
11
Keterangan mengenai penduduk serta faktor-faktor lain yang ada
hubungannya dengan penyakit tersebut, termasuk pula keadaan
lingkungan hidup.

b. Kompilasi data, analisa dan interpretasinya.


Data yang terkumpul segera diolah, dikompilasi, dianalisis serta dianalisis.
Sejauhmana kemampuan untuk menganalisis dan menginterpretasi data
tergantung pada tingkat unit kesehatan yang bersangkutan serta
ketrampilan petugas kesehatan yang ada pada unit tersebut. Berdasarkan
hasil analisa dan interpretasi data, bisa dibuat tanggapan-tanggapan, saran-
saran bagaimana menemukan tindakan dalam mengahapi permasalahan
yang ada. Dari hasil analisa dan interpretasi data dapat ditentukan apakah
penyakit tersebut perlu mendapat prioritas untuk ditangani lebih lanjut.
c. Penyebaran hasil analisa dan interpretsi
Hasil analisa dan nterpretai data selain dipergunakan sebagai dasar dalam
membuat kebijakan lebih lanjut, harus segera disampaikan kepada :
1) Eselon atasan sebagai informasi lebih lanjut (laporan).
2) Unit kesehatan yang mengirim informasi sbagai feed back.
C. Umpan Balik (feed back) dalam surveilans.
Karena surveilans merupakan kegiatan yang berjalan secara terus
menerus, maka umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada
sumber-sumber data selaku pelapor mengenai makna dari data yang telah
mereka berikan dan kegunaannya setelah diolah, merupakan suatu tindakan
yang penting, sama pentingnya dengan tindakan follow up lainnya.
Apabila feed back tidak dilaksanakan dengan baik akan mengakibatkan
hilangnya semangat para pelapor untuk menyapaikan laporan karena
menganggap bahwa laporan yang disampaikan tidak pernah ditanggapi dan
digunakan, sehingga percuma mengirim laporan sia-sia. Bentuk dari feed back
dapat berupa : ringkasan informasi yang dimuat dalam bulletin, news letter,
kunjungan ke tempat pelapor untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
serta mengadakan pembetulan-pembetulan (corrective action) bila perlu. Jika
umpan balik berupa news letter atau bulletin, perlu diperhatikan agar terbitnya

12
selalu tepat pada waktunya selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima
dari eselon bawahan, sebaiknya yang dicantumkan ialah tanggal penerimaan
laporan.

A. Kegunaan Surveilans
1. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a. Pengertian PWS
Konsep PWS sudah lama digunakan dengan berbagai sebutan
antara lain Pemantauan Epidemiologi Setempat (PES) atau dalam
Literatur lain disebut “Local Area Monitoring” (LAM).
PWS tidak saja digunakan pada program-program Direktoran
Jendral PPM&PLP tetapi juga digunakan oleh program lain misalnya
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan lain-lain.
Kegiatan PWS merupakan aplikasi surveilans epidemiologi yang
tujuan utamanya adalah mengidentifikasi masalah-masalah
penyelenggaraan program tertentu dan pengambilan keputusan untuk
memperbaiki masalah tersebut pada wilayah setempat. PWS tidak
memerluka sistm pengumpulan dan pelaoran sendiri tetapi
memanfaatkan data dari sistem yang sudah ada dan menggunakan
data tersebut untuk perbaikan program diwilayah tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa PWS
adalah alat manajemen program kesehatan yang menggunakan
pendekatan surveilans epidemiologi. Sebagai alat manajemen
program kesehatan, PWS digunakan untuk memantau kegiatan
program secara terus-menerus di wilayah tersebut (Kecamatan atau
Desa), misalnya program imunisasi, program penyemprota malaria,
program KIA dll, sehingga dapat dilakukan tindakan cepat dan tepat
bila terjadi penyimpangan yang spesifik di wilayah tersebut.
Dalam pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat ada 2
aspek yang perlu diperhatikan yaitu :

13
1) Data minimal yang diperlukan untuk PWS program tertentu harus
lengkap dan cara pengumpulan datanya harus konsisten, sehingga
data yang terkumpul terjamin kesahihan dan keabsahannya.
2) Kemampuan petugas untuk mengolah, menganalisis,
menginterpretasikan dan memanfaatkan data sehingga PWS dapat
benar-benar berfungsi sebagai alat manajemen program.

14

Anda mungkin juga menyukai