Anda di halaman 1dari 48

SKENARIO 2

MENGENALI MASALAH KESEHATAN DI KOMUNITAS

Klarifikasi Istilah

1. Klarifikasi Istilah

Demografi

Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ Demos ”


adalah rakyat atau penduduk dan “ Grafein ” adalah menulis. Jadi
Demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai
rakyat atau penduduk. Istilah ini dipakai pertama kalinya oleh Achille
Guillard dalam karangannya yang berjudul “ Elements de Statistique
Humaine on Demographic Compares “ pada tahun 1885.

Demografi mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi


penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab - sebabperubahan
itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak
territorial (migrasi) dan mobilisasi sosial (perubahan status”

o Uraian penduduk,kelahiran,kematian,perkawinan, migrasi


o Ilmu gambaran statistik suatu bangsa
o Dinamika kependudukan
o Dinamika kependudukan ukuran struktur distribusi
penduduk
o Karakteristik,ciri yang membedakan usia, agama
,pendapatan dll.

Morbiditas

derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi atau disebut
juga penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan dari
suatu kondisi sakit, biasanya dinyatakan dalam angka prevalensi atau
insidensi yang umum.

Mortalitas

Ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang


spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali
satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan
kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas
sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian
per tahun.

o Lahir hidup (live birth)L peristiwa keluarnya hasil konsepsi


dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang
lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut
terjadi .
o Lahir mati (fetal death) : peristiwa menghilangnya tanda-
tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi
tsb dikeluarkan dari rahim ibunya.
Dibedakan atas 3 kejadian, yaitu:
Stillbirth (late fetal death)
Keguguran
Aborsi
o Kematian : peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup(Organisasi Kesehatan Dunia -
WHO-)
o Proporsi kematian akibat penyakit
o Penyakit umum kematian:
a. Rasio organ vital
b. Status penyakit
c. Lingkungan

a. INFANT MORTALITY RATE ( IMR ) = ANGKA KEMATIAN BAYI (


AKB )

􀀩 Adalah : jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1


tahun yang dicatat selama 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama.

􀀩 Manfaat: sebagai indicator yg sensitive terhadap derajat


kesehatan masyarakat.

􀀩 Rumus :

IMR/AKB = Jml. Kematian bayi umur 0 – 1 tahun dalam 1 tahun X K

Jml. Kelahiran hidup pada tahun yang sama


b. MATERNAL MORTALITY RATE ( MMR ) = ANGKA
KEMATIAN IBU ( AKI )

􀀩 Adalah : jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi


kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama.

􀀩 Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :

a. Social ekonomi

b. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas

c. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil

d. Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas.

􀀩 Rumus :

MMR = Jml. Kematian Ibu Hamil, Persalinan & Nifas dlm 1 tahun
XK

Jumlah lahir hidup pd tahun yang sama

c. CASE FATALITY RATE ( CFR )

􀀩 Adalah : perbandingan antara jumlah seluruh kematian


karena satu penyebab penyakit tertentu dalam 1
tahun dengan jumlah penderita penyakit
tersebut pada tahun yang sama.
􀀩 Digunakan untuk mengetahui penyakit –penyakit dengan
tingkat kematian yang tinggi

􀀩 Rumus :

CFR = Jml. Kematian krn. Penyakit tertentu (x) XK

Jml. Seluruh penderita penyakit tersebut (x)

Indikator lain yang dapat dikembangkan secara epidemiologi

Selain berbagai indikator konvensional di ats yang sering


digunakan, kita juga dapat mengembangkan berbagai indikator
epidemiologi lain yang lebih menjurus. Beberapa indikator yang
menjurus ini dapat dikembangkan antara lain :

 Untuk Crude Death Rate (CDR)


Bila angka kematian umum dirinci menurut umur,

ASDR = Jml. Kematian penduduk umur

20-30 tahun per tahun x 100%

Jml. Penduduk dg umur dan tahun yang sama

 Untuk Cause-Specific Mortality Rate (CSMR)


Merupakan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
tertentu. Dirumuskan :
CSMR = Jml. kematian penderita penyakit tertentu

dalam satu tahun x 100%

Jml. Seluruh kematian dari seluruh

jenis penyakit dalam tahun yg sama

 Untuk Cause Specific Morbidity Rate (CSMR) untuk penyakit


tertentu.
Dirumuskan :

CSMR = Jml. penderita penyakit tertentu

dalam satu tahun x 100%

Jml. Seluruh kematian dari seluruh

jenis penyakit dalam tahun yg sama


 Untuk Age Specific Morbidity Rate (ASMR) untuk penyakit tertentu
Dirumuskan :

ASMR = Jml. penderita penyakit tertentu pada

usia tertentu dalam satu tahun x 100%

Jml. semua penderita penyakit tertentu

segala umur pada tahun yang sama


1.1. Insidensi
Angka insidensi dalam epidemiologi merupakan ukuran yang
penting dan banyak digunakan hingga terdapat beberapa istilah
yang digunakan oleh berbagai ahli epidemiologi. Misalnya,
incidence rate atau cumulative incidence rate (Miettenen , 1976)
Ada 4 rumus
a. Insidence rate
Rumus:
P= (d/n)k
Dimana:
P= Estimasi incidence rate
d= Jumlah incidence (kasus baru)
n= Jumlah individu yang semula tidak sakit ( population at risk)

Perhitungan Penduduk Pertengahan Tahun :

Jika diketahui Jumlah Penduduk pada 1 Januari dan 31


Desember pada tahun yang sama, maka penghitungan jumlah
penduduk pertengahan tahunnya adalah :

(𝑃1 + 𝑃2)
𝑎𝑡𝑎𝑢 P1 + {1⁄2 (P2 − P1)}
2

Bila diperoleh Jumlah Penduduk pada 1 Maret dan 31


Desember, maka Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun :

3
𝑃1 + ( ) 𝑥 𝑃2
12
Untuk menghitung angka insidensi hendaknya
mempertimbangkan beberapa hal berikut :

 Pengetahuan tentang status kesehatan populasi studi


 Menentukan waktu awal penyakit
 Spesifikasi penyebut
 Spesifikasi pembilang, yaitu jumlah orang vs jumlah
kejadian
 Periode pengamatan.

Manfaat Incidence Rate adalah :

 Mengukur angka kejadian penyakit.


 Menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor penyebab
penyakit.
 Mencari adanya asosiasi sebab-akibat
 Mengadakan perbandingan antara berbagai populsi
dengan pemaparan yang berbeda
 Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
 Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang
dihadapi
 Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh
suatu fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Incidence kumulatif
-kemungkikan(probabilitas) seorang terkena penyakit.
- Parameter kemungkinan perbandingan seseorang terkena
sesuatu penyakit dalam waktu tertentu diantara semua orang
yang beresiko.
c. AR (Attack Rate)
Rumus:
P= (d/n)k
Dimana:
P= attack rate
d= Jumlah penderita baru
n= Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut
pada satu tahun.
d. Second attack rate
P= (d/n)k
Dimana:
P= second attack rate
d= Jumlah penderita baru pada serangan kedua
n= Jumlah penderita dikurangi penderita yang terkena
serangan pertama.
Seccond attack rate terjadi dalam satu periode missal:
Serangan 1 : januari-maret
Serangan 2 :Juni – Agustus.

1.2. Prevalensi
Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang
menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu;
pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada dengan
kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah populasi
total (Dorland, 2002).

Timmreck (2007:5) mengemukakan bahwa


prevalensi berpegang teguh pada dua faktor :

1.Berapa banyak orang yang mendapatkan penyakit itu


sebelumnya(berdasarkan insidensi terdahulu).
2. Durasi atau lamanya kejadian penyakit itu dalam populasi.

Prevalensi bertujuan untuk memberitahukan tentang


derajat penyakit yang sedang berlangsung dalam populasi pada
satu titik waktu.

a. Period Prevalence Rate

Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit


yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi
dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu
yang bersangkutan.
Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk
penyakit yang sulit diketahui saat munculnya

𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑒


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢
= 𝑥𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛

b. Point Prevalence Rate

Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada


suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.
Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Dirumuskan :
𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑒
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢
= 𝑥𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑡𝑢
Terdapat beberapa faktor yang dapat ikut memengaruhi
meningkat atau menurunnya prevalensi di suatu daerah.
Faktor-faktor tersebut, antara lain :

Prevalens dapat naik oleh : Prevalens dapat turun oleh :


1. Kelangsungan penyakit lama 1. Kelangsungan penyakit pendek
(waktu berlangsung lama) (waktu berlangsung pendek)
2. Kelangsungan hidup penderita 2. Case Fatality Rate meningkat.
tanpa pegobatan lama. 3. Kasus baru berkurang (insidensi
3. Penderita baru meningkat penyakit menurun)
(peningkatan insidensi) 4. Terdapat peningkatan in-
4. Terdapat in-migration of cases. migration of healthy people.
5. Out-migration of healthy people 5. Outmigration og cases yang
meningkat. berhasil meningkat
6. Meningkatnya in-migration of 6. Angka pengobatan yang berhasil
susceptible people. meningkat
7. Fasilitas diagnostik yang makin 7. Sistem pelaporan yang makin
meningkat. cepat dan baik hingga
pengobatan makin cepat
berhasil.

5.1.6.3 Hubungan prevalensi dan incidensi


Sesuai dengan keterangan di atas tampak bahwa insiden
merupakan ukuran yang tidak mudah untuk didapat, sedangkan
prevalensi relatif lebih mudah. Pada kondisi yang tetap, dimana
baik pelayanan kesehatan maupun kekuatan penularan
penyakit tidak berubah, maka rumus untuk hubungan
prevalensi dan insiden adalah :
P=IxD

Keterangan :

P = Prevalen

I = Insiden

D = Lama sakit (duration of illness)

Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya


berlaku jika dipenuhi 2 syarat, yaitu :

 Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat


konstan : Tidak menunjukkan perubahan yang
mencolok.
 Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil :
Tidak menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.

Akut

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi


atau penyakit yang terjadi tiba-tiba, dalam waktu singkat, dan
biasanya menunjukkan gangguan yang serius, untuk
menggambarkan tingkat nyeri (rasa sakit).

Istilah akut digunakan untuk menggambarkan rasa sakit yang


hebat dan tajam. Demikian juga untuk perdarahan akut,
menandakan perdarahan yang terjadi cepat dan tiba-tiba dan
biasanya merupakan kondisi yang serius yang memerlukan
pertolongan medis dengan segera. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, akut ialah: timbul secara mendadak dan cepat
memburuk.

Peran epidemiologis:

Penelitian epidemiologis memiliki peranan penting


dalam kemajuan ilmu kedokteran karena studi
epidemiologi dapat digunakan untuk hal – hal
nerikut :

1. Mengungkapkan penyebab penyakit


2. Meneliti hubungan sebab akibat antara timbulnya penyakit
dengan determinan yang mempengaruhinya.
3. Meneliti perjalanan penyakit alamiah
4. Mengambangkan indeks deskriptid untuk menyatakan tinggi
rendahnya insidensi atau prevalensi suatu penyakit di suatu
wilayah yang dapat dibandingkan dengan wilayah lain.
5. Penemuan berbagai penyakir, seperti : scorbut, pellagra, atau
kolera
6. Menentukan hubungan antara rokok dengan penyakit jantung
koroner, karsinoma paru – paru, dan hipertensi.
7. Hubungan antara air dan makanan dengan penyakit kolera
8. Hubungan antara pil KB dan tromboflebitis
9. Hubungan antara penyakit herediter, seprti hemophilia dan sickle
cell anemia dengan ras atau etnik tertentu.

Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai


peran yang sangat besar karena hasil studi epidemiologi dapat
digunakan untuk :

1. Mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat serta


perubahan – perubahan yang terjadi akibat intervensi alam
atau manusia.
2. Mendieskripsi pola penyakit pada berbagai kelompok
masyarakat
3. Mendeskripsi hubungan antara dinamika penduduk dengan
penyebaran penyakit.

Hubungan antara dinamika penduduk dengan penyebaran penyakit dapat


dijelaskan sebagai berikut :

Terjadinya ledakan penduduk, kemajuan teknologi dan kemajuan


transportasi mengakibatkan tingginya dinamika penduduk yang
mengakibatkan terjadinya hal – hal yang mempercepat penyebaran
penyakit.

1. Bertambahnya permukaiman baru yang dibutuhkan penduduk


dengan akibat bertambahnya tempat sarang penyakit.
2. Mudahnya transportasi memudahkan penyebaran penyakit karena
mobilitas penduduk yang tinggi.
3. Terjaidnya perubahan tata kehidupan masyarakat mengakibatkan
perubahan pada pola kehidupan yang memudahkan terjadinya
berbagai penyakit.
Dari factor – factor di atas, maka hasil studi epidemiologi dapat
digunakan untuk :

a. Mendiagnosis kebutuhan pelayanan kesehatan


pada masyarakat dan mengadakan prediksi
kebutuhan pelayanan kesehatan di masa yang akan
dating serta menentukan prioritas masalah
kesehatan
b. Bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program
pelayanan kesehatan seperti pengobatan,
pencegahan, dan penanggulangan masalah
kesehatan di masyararakat.

Klasifikasi Hipertensi
Untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi
atau tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi. Berbagai macam
klasifikasi hipertensi yang digunakan di masing-masing negara seperti
klasifikasi menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di
negara Amerika Serikat, Klasifikasi menurut Chinese Hypertension Society
yang digunakan di Cina, Klasifikasi menurut European Society of
Hypertension (ESH) yang digunakan negara di Eropa, Klasifikasi menurut
International Society on Hypertension in Blacks (ISHIB) yang khusus
digunakan untuk warga keturunan Afrika yang tinggal di Amerika. Badan
kesehatan dunia, WHO juga membuat klasifikasi hipertensi.
Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada
Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia
pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi
hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian
hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang.
Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk
menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi
yang digunakan di Indonesia.

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7


Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 Dan < 90
Tabel 3. Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus
Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Mengingat pengukuran tekanan darah mudah dilakukan dan
karakteristik penduduk Indonesia berbeda dengan penduduk lainnya maka
sudah seharusnya Indonesia memiliki klasifikasi hipertensi sendiri. Faktor
risiko seseorang dapat terkena hipetensi :
a. Jenis Kelamin
b. Usia
c. Riwayat keluarga (Genetik)
d. Aktivitas
e. Lifestyle (contoh : pola makan, rokok)
f. Stress
g. Diet
h. Ras
i. Obesitas
j. Sistem saraf simpatis
k. Keseimbangan system modulator

Faktor Risiko

Faktor risiko diartikan sebagai suatu karakteristik, tanda,


simptom pada penyakit yang secara statistik dapat meningkatkan
insidensi penyakit (Bustan,2000)

1. Menurut dapat tidaknya resiko itu diubah

a. Unchangeable risk factor

Faktor resiko yang tidak dapat diubah, seperti umur, genetik,


jenis kelamin.
b. Changeable risk factor

Faktor resiko yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok dan


olahraga.
2. Menurut kestabilan peranan faktor resiko
a. Suspected risk factor

Faktor resiko yang dicurigai belum mendapat dukungan


sepenuhnya. Contohnya, merokok dapat mengakibatkan kanker
rahim

b. Established risk factor

Faktor resiko yang telah mendapat dukungan. Contohnya,


rokok dapat menyebabkan kanker paru

3. Menurut Ryadi dan Wijayanti (2011:11)


a. Predisposising factor
Faktor yang menyebabkan kondisi semankin peka
(susceptibility) terhadap kesempatan timbulnya penyakit.
Misalnya umur, seks, dan ras.
b. Anabling factor
Faktor yang makin memacu terhadap timbulnya penyakit.
Misalnya tingkat pendapatan keluarga yang rendah, gizi jelek,
perumahan maupun sanitasi yang jelek, pelayanan medis yang
tidak terjangkau maupun pelayanan yang tidak adekuat.
c. Precipitating factor
Faktor yang merupakan paparan terhadap suatu penyakit yang
memang terkait dalam timbulnya penyakit tersebut. Misalnya
merokok terhadap kanker pari-paru, debu asbestos terhadap
kanker.
d. Re-enforcement factor
Faktor yang merupakan pengulangan papran sehingga
mempertahankan berlangsungnya penyakit.

Kegunaannya daripada faktor resiko ini, pada dasarnya


untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dalam hal ini
penyakit tidak menular. Misalnya :
 Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit,
misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10
kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
 Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau
beratnya factor resiko dapat menjadikannya sebagai
factor penyebab, tentunya setelah menghilangkan
pengaruh dan factor pengganggu sehingga factor resiko
itu adalah factor penyebab.
 Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose.
Manfaat mengetahui faktor resiko

1. Prediksi kejadian penyakit


2. Penyebab
3. Diagnosis
4. Referensi

Pencegahan

1. Primodial
2. Pencegahan tingkat I : promosi kesehatan
3. Pencegahan tingkat II : diagnosis dini, pengobatan
4. Pencegahan tingkat III : rehabilitasi

Odd ratio : penghitungan rasio dari perkiraan saja


-Statistik : actual
-penyakit tidak menular ,probabilitas terhadap penyakit.

Memahami indikator kesehatan dalam masyarakat : demografi, morbiditas,


mortalitas, insidensi, dan prevalensi

Persyaratan indikator

Untuk memudahkan mengingat persyaratan apa saja yang


harus dipertimbangkan dalam menetapkan indikator,
disampaikan rumusan dalam istilah Inggeris, yang dapat
disingkat menjadi SMART., yaitu Simple, Measurable,
Attributable, Reliable, dan Timely.

a. (S)IMPLE - yaitu SEDERHANA.


b. (M)EASURABLE - yaitu DAPAT DIUKUR. Artinya indikator yang
ditetapkan harus merepresentasikan informasinya dan jelas
ukurannya.
c. (A)TTRIBUTABLE - yaitu BERMANFAAT. Artinya indikator yang
ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan
keputusan.
d. (R)ELIABLE - yaitu DAPAT DIPERCAYA. Artinya indikator yang
ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang
baik, benar, dan teliti.
e. (T)IMELY - yaitu TEPAT WAKTU.
f.
Klasifikasi Indikator

Untuk menyederhanakan penetapan Indikator dalam


Kesehatan Masyarakat, dikelompokkan ke dalam kategori
sebagai berikut.

a. Indikator Hasil Akhir, yaitu Derajat Kesehatan. Indikator Hasil


Akhir yang paling akhir adalah indikator-indikator mortalitas
(kematian), yang dipengaruhi oleh indikator-indikator
morbiditas (kesakitan) dan indikator status gizi.
b. Indikator Hasil Antara. Indikator ini terdiri atas indikator-
indikator ketiga pilar yang mempengaruhi hasil akhir, yaitu
indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-indikator
perilaku hidup masyarakat, serta indikatorindikator akses dan
mutu pelayanan kesehatan.
c. Indikator Proses dan Masukan. Indikator ini terdiri atas
indikator-indikator pelayanan kesehatan, indikator-indikator
sumber daya kesehatan, indikator-indikator manajemen
kesehatan, dan indikator-indikator kontribusi sektor-sektor
terkait.

Puskesmas
Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.

5.1.1. Memahami puskesmas dan membedakannya dengan Unit


Kesehatan lainnya
5.1.1.1. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.

Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit.

Ciri-ciri :

1. Tidak berwujud,
2. Merupakan aktivitas pelayanan antara tenaga medis dan non
medis dengan pelanggan,
3. Tidak ada kepemilikan,
4. Konsumsi bersamaan dengan produksi dan proses produksi bisa
berkaitan atau tidak dengan produk fisiknya.

Sumber: www.damandiri.or.id/file/ratniprimalitaunpadbab2.pdf

Pelayanan

1. Pelayanan medis, merupakan bidang jasa pokok rumah sakit,


pelayanan ini diberikan oleh tenaga medis yang profesional
dalam bidangnya baik dokter umum, maupun spesialis.

2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan


tindakan medis terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai aturan
keperawatan.
3. Pelayanan penunjang medis, ialah pelayanan penunjang yang
diberikan terhadap pasien, seperti: pelayanan gizi,
laboratorium, farmasi, fisioterapi, dan lainnya.

4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi


yang dilakukan berupa bidang ketatausahaan seperti
pendaftaran, rekam medis, dan kerumahtanggaan, sedangkan
bidang keuangan meliputi proses pembayaran biaya rawat inap
pasien selama dirawat di rumah sakit tersebut.

Sumber: www.damandiri.or.id/file/ratniprimalitaunpadbab2.pdf

Daerah

Rumah sakit inti terletak di setiap kabupaten/kota, biasanya juga


terdapat di kecamatan tergantung status ekonomi dan jumlah
penduduk dari kabupaten/kota tersebut.

5.1.1.2. Puskesmas

 Definisi

Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan kab/kota


yg bertanggung jawab menyelenggarakan
pembinaan kesehatan di suatu wilayah
kerja.(Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004)

Organisasi kesehatan fungsional yang


merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat & memberikan pelayanan secara
menyeluruh & terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
(Depkes RI 1991)

 Ciri-ciri

1. Berada di tengah-tengah wilayah kerja


2. Mudah dijangkau
3. Memberikan pelayanan kesehatan dasar
(KIA, P2, gizi, imunisasi, kesehatan keliling)
dengan prioritas pelayanan promotiv dan
preventive disamping kuratif dan
rehabilitative.

 Pelayanan

1. Kesehatan keluarga
2. Pemberantasan dan pencegahan penyakit
3. Kesehatan lingkungan
4. Promosi kesehatan
5. Hasil laboratorium
6. Perawatan kesmas
7. Pelayanan uji kesehatan dan kesehatan
8. Pelayanan gizi

Azas penyelenggaraan puskesmas:

1. Asas pertanggungjawaban wilayah


2. Asas pemberdayaan masyarakat
3. Asas keterpaduan
 Lintas program
 Lintas sektoral
4. Asas rujukan
 Rujukan medis
 Rujukan kesehatan masyarakat

Keterangan :

1. Azas pertanggungjawaban wilayah


- Pusk bertanggungjawab meningkatkan derajad kes masy yg
bertempat tinggal di wil kerjanya
- Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
- Ditunjang dg puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling
2. Azas pemberdayaan masyarakat
- Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat agar berperan aktif dlm menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas
- Potensi masy perlu dihimpun ---- UKBM (POLKESDES)
3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
 Keterpaduan lintas program
LOKAKARYA MINI BULANAN
 Keterpaduan lintas sektoral
 LOKAKARYA MINI TRIBULANAN
4. Azas rujukan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
 Keterpaduan lintas program
LOKAKARYA MINI BULANAN
 Keterpaduan lintas sektoral
 LOKAKARYA MINI TRIBULANAN
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai salah
satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu yang memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakatnya.

 Cakupan Daerah

Secara nasional, standar wilayah kerja


puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila
disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,
maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar
puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-masing
puskesmas tersebut secara operasional bertanggung
jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/
kota (Sulastomo, 2007).

Sumber:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22498/.../Chapter%20II.pdf
5.1.2. Pengolahan data kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan

Pengolahan Data Kesehatan meliputi :

 Pendahuluan
 Gambaran umum
 Situasi derajat kesehatan
 Upaya kesehatan masyarakat
 Situasi puskesmas
 Lampiran-lampiran

Tujuan pengumupan data dilakukan dengan :

 Mendata penyakit yang dicurigai


 Kunjungan ke rumah-rumah warga

Data pengunjung yang dating ke puskesmas diolah secara:

 Manual: pembukuan dan buku daftar hadir


 Komputer: dibuat rekam medis atau grafik

Cara mendapatkan data dengan cara:

 Data primer: dengna menggunakan angket sehingga


korespondensi valid
 Data sekunder: dengan menggunakan beberapa pihak
yang ditunjuk oleh puskesmas

a. Sumber Data :
 Data Kependudukan:
 Sensus penduduk
 Survei
Data Kelahiran dan Kematian :
 Pencatatan akte kelahiran dan surat kematian
 Klinik bersalin dan pelayanan kesehatan lain
Data Kesakitan:
 Rekam medis (medical record)
 Praktek dokter

b. Pengumpulan Data

 Sensus : Mencari data dengan mengamati atau


mengukur semua responden
 Survey : Mencari data dengan mengamati atau
mengukur sebagian responden Keuntungan survey
: Biaya murah, waktu dan tenaga sedikit,
data lebih valid
 Kerugian survey : Data bersifat sesaat, tidak
dapat menggambarkan perubahan
yang terjadi dengan berjalannya waktu

c. Teknik Pengumpulan Data


 Pengamatan
 Wawancara
 Angket
 Pengukuran

d. Alat/Instrumen Pengumpul Data


 Formulir isian
Menggunakan beberapa pertanyaan yang berisi apa yang akan
diamati dan pengamat hanya menulis hasil dari obyek yang
diamati. Tidak ada komunikasi antara responden dan peneliti.
Misal: Apakah penyakit Flu burung membahayakan?

 Check list
Terdiri dari beberapa pertanyaan yang jawabanya sudah
disediakan oleh peneliti, responden tinggal memberi tanda
centang (√)
Misal: Pendidikan saudara: □SD, □SMP, □SMA, □PT
 Kuesioner tertutup atau terbuka
Kuesioner : Daftar pertanyaan yang sudah
tersusun secara tertulis responden
tinggal menulis jawabanya
Kuesioner tertutup : Jika jawaban sudah disediakan
peneliti, responden tinggal
memilih
Kuesioner terbuka : Jika jawaban responden tidak
disediakan peneliti, jawabannya
tergantung pemikiran responden
 Alat ukur : timbangan, tersimeter

a. Akurat
b. Keterkaitan

Data Indikator Program:

a. Input : misalnya pemanfaatan 5M


b. Proses : misalnya pelayanan
c. Output : misalnya cakupan, performance
d. Outcome : misalnya prevalensi penyakit
e. Impact :misalnya tingkat morbiditas, mortalitas, natalitas,
kemakmuran, dll
(Suyatno)

Indikator Masyarakat sehat


Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah :
a. Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat,
meliputi :
1) indikator komprehensif
- angka kematian kasar menurun
- rasio angka mortalitas proporsial rendah
- umur harapan hidup meningkat

2) indikator spesifik- angka kematian ibu dan anak menurun

- angka kematian karena penyakit menular menurun


- angka kelahiran menurun
b. Indikator pelayanan kesehatan
1) rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang
2) distribusi tenaga kesehatan merata
3) informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit,
fasilitas kesehatan lain, dsb.
4) informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehtan diantaranya
rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, dsb.Konsep sehat sakit

Indikator kesehatan menurut dr. Edison, M.Ph

a. Morbidity, disability, mortality.


b. Faktor risiko
a. Bisa dirubah, contoh : lifestyle
b. Tidak bisa diubah, contoh : genetik
c. Hasil lab
d. Indikator program

Konsep sehat sakit


Konsep sehat :
a. Konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu
Seseorang diakatakan sehat apabila semua organ tubuh berfungsi
dalam batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
b. Konsep sehat dipandang dari sudut ekologi
Sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungan
yang berjalan terus menerus dan berubah sesuai dengan perubahan
lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk
mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menesuaikan
diri dengan lingkungan.

Konsep sakit :

a. Kondisi fisik, emosional, dan intelektual terganggu.


b. Tidak dapat adaptasi fisik atau social, tidak bias menyesuaikan diri.
c. Daya tahan tubuh rentan terhadap suatu penyakit

Konsep sehat-sakit
Dulu
Kesehatan

Sekarang
Sehat-sakit :

1. Neuman : tingkat kesejahteraan semua


2. Widan : memanfaatkan individu secara maksimal
3. Agen : -hidup : virus, jamur, bakteri
-mati : sinar radioaktif, benturan

Host : genetika

Environtment : geografi

Rentangan sehat-sakit : 1. Well being

2. disactisfaction

3. discomfort

4. discomfort

5. mayor

6. disabled

7. confined

8. confined + bedridden

9. isolated

10. coma

11. mati

Faktor : - internal : persepsi individu, asal penyakit


- Eksternal : gejala, kelompok sosial, budaya, ekonomi

Hubungan antara agent, host, dan environment

1. Segitiga epidemiologi

Agent : penyebab penyakit (hidup dan mati)


Contoh agent hidup : bakteri, parasite, virus, mikroba
Contoh agent mati : fisika, chemist, golongan nutrient,
mekanik
Host : keadaan manusia, memiliki resiko terkena suatu penyakit
Environment : lingkungan biologis (flora dan fauna)
lingkungan fisik (air, tanah, udara, api)
lingkungan sosial budaya (adat dan gaya hidup)
Apabila host lemah agent bias masuk sehingga terserang penyakit dan host
menjadi sakit. Bisa juga apabila lingkungan tidak stabil daya tahan host
akan menurun sehingga host menjadi sakit.

5.1.2.1. Penjamu (host)

Hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit


pada manusia dikarenakan keadaan manusia yang
sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko timbulnya
penyakit, antara lain:
1.Umur, jenis kelamin, ras, kelompok Etnik (suku), hubungan
keluarga.

2.Bentuk anatomis tubuh

3.Fungsi fisiologis atau faal tubuh

4.Status kesehatan, termaksud status gizi

5.Keadaan imunitas

6.Kebiasaan hidup (gaya hidup) dan kehidupan sosial

5.1.7.2. Penyebab (agent)

1. Biotis, khususnya pada penyakit-penyakit menular, yaitu:

a.Protozoa : Plasmodium, Malaria, Filaria, Schistosoma, dll

b.Metazoa : Antropoda, Helmentes,dll

c. Bakteri : Salmonella, Disentri, dll

d.Virus : Dangue, Polio, Corona, Measles, Influenza,


Trachoma, dll

e. Jamur : Candida, Tinia Alagae, dll

f. Cacing : Macam-macam cacing perut, cacing tambang,


Ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita.
2. Abiotis terdiri dari:

a. Nutrien Agent: kelebihan/kekurangan zat gizi (karbohidrat,


lemak, mineral, protein, dan vitamin)

b. Chemical Agent:

1). Endogendus: Acidosis, Diabetes/Hiperglikemia, Uremia.

2). Exogendus : Misalnya Pestisida, Logam Berat, Obat-obatan,


zat kimia, allergen, gas, debu.

c. Phisical Agent : Suhu, kelembapan, kebisingan, padas, radiasi

d. Mechanical Agent: Kecelakaan, benturan, gesekan dan getaran.


Pukulan yang bisa menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh.

e. Psychis agent : gangguan Psikologi, stres dan depresi

f. Genetic agent : gangguan genetik.

g. Behavior Agent : kebiasaan merokok, minum minuman keras,


Sex bebas.

Lingkungan (Environment)

Lingkungan merupakan faktor ketiga penentu timbulnya suatu


penyakit (Faktor entrinsik). Faktor lingkungan memiliki peran
penting dan menentukan dalam hubungan interaksi antara
penjamu dengan faktor agent hingga terjadinya penyakit. Faktor
lingkungan dapat berupa:

a. Lingkungan Biologis (flora dan fauna, termaksud manusia) bersifat


biotik. Flora dan fauna yang berbeda akan mempunyai pola
penyakit yang berbeda. Contoh:

1. Miokroorganisme penyebab penyakit,

2. Reservoar penyakit Infeksi

3. Vektor pembawa penyakit

4. Tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan,

5. Manusia, dll.

b. Lingkungan Fisik, antara lain geografi dan keadaan musiman.


Misalnya pola penyakit berbeda antara wilayah pantai dan daerah
pegunungan. Negara yang beriklim tropis berbeda pola penyakit
dengan negara yang beriklim dingin atau sub tropis.

c. Lingkungan Sosial Ekonomi

1. Pekerjaan

Perbedaan pekerjaan juga membrikan andil dalam pola


penyakit 2. Perpindahan penduduk dan kepadatan
penduduk
kepadatan penduduk menimbulkan daerah perkumuhan, sampah
dan tinja akan mencemari lingkungan dan air minum. Hal ini
menjadi penunjang terjadi berbagai penyakit infeksi.

3. Perkembangan Ekonomi

Peningkatan pendapatan seseorang akan mengubah pola


konsumsi dan cenderung memakan makanan yang mengandung
banyak koleterol.

Segitiga Distribusi

Segitiga atau tiga factor yang dapat dipakai untuk menerangkan


distribusi epidemiologi adalah person, place, dan time (PPT) . Ketiga
factor inilah yang membentuk gambaran distribusi masalah atau
penyakit. Informasi PPT berguna untuk menggambarkan adanya
perbedaan dalam keterpaparan dan susceptibilitas. Artinya jika ada
perbedaan dalam PPT maka itu dapat menjadi petunjuk adanya
perbedaan paparan (exposure) agen dan kepekaan (susceptibility)
penjamu. Perbedaan ini akan dapat dipakai sebagai petunjuk tentang
sumber agen yang bertanggngjawab, transmisi dan penyebaran suatu
penyakit.

1. Faktor Orang (Person)


Person adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi
keterpaparan yang mereka dapatkan dan susceptibilitasnya
terhadap penyakit. Person yang karakteristiknya mudah terpapar
dan peka terhadap suatu penyakit akan mudah jatuh sakit.
Karakteristik dari person ini bis berupa factor genetic, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, kebiasaan, dan status social-ekonomi. Seprang
individu yang mempunyai faktor genetik pembawa penyakit akan
terpapar dengan factor genetic tersebut dan peka untuk sakit.

2. Faktor Tempat (Place)


Epidemiologi juga tertarik terhadap tempat kejadian. Factor
tempat ini berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi
tempat bias berupa batas alamiah seperti sungai dan gunung, atau
bias juga berdasarkan batas administrative dan batas-batas
historis/komuniti.

3. Faktor Waktu (Time)


Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan,

Sehat

Menderita penyakit karena daya tahan


pejamu berkurang

Menderita penyakit karena


kemampuan bibit penyakit meningkat

Menderita penyakit karena lingkungan


berubah
atau tahun. Informasi waktu bias menjadi pedoman tentang
kejadian yang timbulbdalam masyarakat.

5.1.3. Metode untuk menentukan prioritas masalah


5.1.3.1. Metode PAHO

Metode PAHO adalah termasuk scoring technique dalam


menentukan prioritas masalah.:

1. Magnitude :Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit


yang ditunjukkan dengan angka prevalens.
2. Severity :Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality rate masing-masing penyakit. Makin tinggi tingkat keparahannya
maka skor makin besar.
3. Vulnerablity :Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif
untuk mengatasi masalah tersebut. Makin tersedianya ahli, peralatan dan
teknologi maka skor makin besar, dan makin sulit ditangani skornya
rendah
4. Community / Political Concern :adalah tingkat perhatian , diukur dari
perhatian para pengambil kebijakan dan masyarakat, biasanya kita lihat
dari kehebohan masyarakat atau pimpinan daerah dalam menyikapi
kasus yang sedang terjadi. Makin tinggi tingkat perhatiannya maka makin
tinggi skornya.
5. Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

Penilaian dengan metode PAHO dilakukan oleh Tim (beberapa orang)


dan dibutuhkan ahli untuk menyatukan persepsi dari semua tim penilai,
karena kalau tidak maka akan banyak terjadi bias dalam penilaian.

Setelah masing-masing anggota memberikan penilaian maka diambil rata-


rata, bila ada anggota tim yang menilai ekstrim maka nilai ekstrim tersebut
dibuang, tidak masuk dalam rata-rata, selanjutnya nilai rata-rata tersebut
dibulatkan.

Setelah semua variable diberi penilaian, maka masing-masing kasus kita


hitung skor totalnya dengan cara : M x S x V x C

5.1.3.2. Metode USG

Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu


prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency,
seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut

a. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas

b. Seriusness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas

c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu
tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.

Langkah – langkah USG :

1. Tentukan range untuk setiap kriteria (1-8)

Setiap orang dlm tim memberi nilai pada


setiap masalah

2. Buat rata – rata nilai setiap masalah untuk setiap


kriteria

3. Tulis nilai tersebut pada kolom tersedia

Nilai akhir pada setiap masalah ditentukan


dengan membuat perhatian nilai setiap criteria.

5.1.3.3 Metode Hanlon


 Mengusahakan agar para perencana atau pembuat keputusan
dapat mengidentifikasikan faktor-faktor luar yang dapat
diikutsertakan dalam proses penentuan prioritas masalah
 Mengelompokkan faktor-faktor yang ada dan memberi bobot
terhadap faktor tersebut
 Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai
sesuai keperluan

5.1.3.4 Metode MCUA


Metode MCUA digunakan apabila pelaksana belum terlalu
siap dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program
atau kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah
masalah yang ada di masyarakat.

Definisi:
 MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan
untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas
beberapa alternative
 Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penentuan
prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah
penetapan prioritas pemecahan masalah
 Kriteria adalah batasan yang digunakan untuk menyaring
alternatif masalah sesuai kebutuhan

Diputuskan untuk menggunakan metode MCUA karena


metode ini menempatkan parameter pada kedudukan dengan
berdasarkan bobot dan memberikan hasil final score yang
objektif di mana score yang diberikan pada tiap-tiap parameter
ditambahkan, lebih sederhana dan mudah dalam
penggunaannya.

Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada


masing-masing masalah dengan membandingkan masalah satu
dengan lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan nilai.

5.1.3.5 Metode CARL


Merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas
masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan
dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability,
Accessability, Readiness dan Leverage (CARL), semakin besar skor
maka semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi
letaknya pada urutan prioritas

Masalah Kesehatan di Indonesia


 Kurangnya tenaga medis
 Akses yang belum memadai
 Edukasi yang kurang
 Kesadaran masyarakat buruk
 Biaya untuk berobat mahal
 Tidak seriusnya pemerintah menangani asalah kesehatan

Masalah Kesehatan yang penting di Indonesia

The DBM (double burden of mal-nutrition)


Suatu konsep yang pertama kali disajikan sekitar satu dekade yang
lalu yang artinya ko-eksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi
makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan pada
populasi, masyarakat, keluarga dan bahkan individu yang sama. Yang
mengkhawatirkan adalah dimensi DBM di sepanjang kehidupan, atau
keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin dengan
meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan
yang terkait penyakit tidak menular di kemudian hari.
The age of triple health burden:
1. Masih tingginya angka kesakitan penyakit menular “klasik”
2. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak
Menular (Non-Communicable Disease)
3. Munculnya penyakit baru (new emerging Infectious Disease)
Perbedaan Indonesia dengan Negara Lain di Bidang Kesehatan

Indonesia masih kekurangan banyak Dokter, dari minimal 70 ribu


orang yang dibutuhkan, baru tersedia 40 ribu orang dokter saja. Di sisi
lain, sekitar 15 ribu calon dokter di Indonesia tidak bisa praktik karena
terkendala masalah ujian kompetensi dokter Indonesia (UKDI).
Banyak lulusan fakultas kedokteran dari berbagai universitas tidak
bisa bekerja atau praktik lantaran tidak memiliki sertifikat UKDI.

Mengidentifikasi jenis komunitas, permasalahan, dan penanganan masalah


kesehatan pada komunitas-komunitas tersebut.

Desa Kota
1. Kurang pengetahuan 1. Perumahan kumuh

2. Akses sulit 2. Polusi tinggi

3. Tradisi leluhur 3. Tingkat stress

permasalahan 4. Kepercayaan pada 4. Life style


pengalaman
5. Belum kritis 5. Kriminalitas tinggi

6. Sarana belum 6. Penyakit menular


memadai
7. Tingginya biaya 7. Pedagang makanan
curang

8. Airbersih kurang
9. Kerjasama antar
masyarakat rendah

10. Mengefektifkan
jamkesmas, dll.

1. Memberi ilmu 1.menyediakan rusun


penanganan pengetahuan harga rendah
dengan TI

1. Pemerintah 2.reboisasi
memepermudah
akses

3 .Meyakinkan 3.penyuluhan
masyarakat

4 . memberi tahu 4.pengawasan pabrik


masyarakat bahwa
pengalaman tidak selalu
benar
5. penanganan sanitasi 5.pembuatan UU baru
6.program JKS 2014 6.transportasi umum yang
layak dan nyaman
7.pemerataan tenaga
medis
#tambahan aja
1. Menganailis masalah
a. Faktor penyebab masalah kesehatan

 Personal
 Lingkungan (internal ,eksternal)
 Lifestyle(individu)
 Kondisi ekonomi dan budaya (masyarakat).
 pelayanan kesehatan
- primer
- sekunder
- tersier
 edukasi
 kesenjangan sosial

dikelompokan menjadi 3 yaitu

- agent
- host
- environment

dan dari semua itu dikelompokan menjadi “social determination of health” dari
lahir – mati

b. Cara mengatasi masalah kesehatan dan fasilitas serta cara mengenali


daerah.
Lebih ke pemerintah
o Menganalis:
- Prioritas
- Tujuan
- Alternatif
- Langkah /rencana nyata :
Survey, pelayanan kesehatan.
 Pelayanan kesehatan ada 3 :
a. Primer :puskesmas/klinik
b. Sekunder : rumah sakit c dan d
c. Tersier : rumah sakit a dan b
o Membuat beberapa langkah :
- Langkah promotif
- Langkah preventif
- Langkah protektif
o Peningkatan fasilitas
-SDM
- Obat – obatan
o Dokter mampu mengenali daerah:
- Info
- Prioritas
- Pelayanan yang baik

i. Arti dari prioritas dan cara menentukannya


- Prioritas
Sebuah pilihan tergantung kondisi tertentu

Mengelompokkan paling bermalah sampai tidak


bermasalah

j. Cara mengolah data-data agar valid dan solutif


- Pengalaman
Mencatan info dan bukti kemudian diarsipkan
- SDM
 Edukasi dan berkompeten
 Agar bisa member solusi
- Mendalamidaerah yang mengalami masalah

Anda mungkin juga menyukai